• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI. Oleh : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI. Oleh : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI POKOK BAHASAN PERUBAHAN SOSIAL ( SIKAP APRIORI ) MELALUI MODEL PEMBELAJARANBERBASISMSALAHPADASISWAKELAS XI SMA TRIDHARMA MKGR MAKASSAR.. PROPOSAL. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan SosiologiPendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh : Salmawati.M. 10531 1783 11. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014.

(2)

(3) PERSETUJUAN PEMBIMBING ftdul Skripsi. Meningkatkan Hasil Belttar SOSi01ogi PokOk Bahasan Perubahan Sosial(Sikap Ap五. o五 )melalui. Model Pembelttaran Berbasis. Masalah pada Siswa Kelas測 SNIA T五 darlna MKGR Makassar. ヽma. Salmawati.M. NIM. 10538164309. JllrnIEl. Penddikan Sosio10gi‐ ‐. F」 bitas. Ke―. 1. Setelah diteliti =√. dipcmngg藤 葛. ‐‐ │. =r.│=│:・. ‐. 岬 :,中 dikall. ヌ聯轟:霊ぷ 1∬ 興 tim penguJl'. Pm轟 叩轟撫顆 輌 鵡. .. ‐ ■■■ ‐■ 11. ■. ■ ■. ‐ Makassar,22Desember 2014 ‐ │. │.. │⊇ 1,誉 an o10h‐. │. ‐. │. ■. ‐ I. ‐. │‐. ‐ ・ PttbimbingII. Mengetahui Ketua Jurusan. 珈 NBM:951829.

(4) ABSTRAK Salmawati.M 2014, Skripsi::Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Perubahan Sosial ( Sikap Apriori ) melalui Model PembelajaranBerbasisMsalahPadaSiswaKelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar.JurusanPendidikanSosiologiFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh;Sulfasya, Dan Muhammad Nawir. Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah meningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan perubahan sosial (Sikap Apriori) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) bertujuanuntukMeningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Perubahan Sosial (Sikap Apriori) melalui ModelPembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar dengan jumlah 35 siswa. Pelaksanaan tindakan ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan dengan melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pemberian tes pada setiap akhir siklus dan lembaran observasi. Hasil analisis yang diperoleh dari analisis kuantitatif yaitu skor rata-rata hasil belajar sosiologi siswa pada siklus I 68,31 berada pada kategori sedang dari skor ideal 100, skor maksimum 88 dan skor minimum 52. Pada siklus II skor ratarata hasil belajar sosiologi siswa yaitu 80,37 berada pada kategori tinggi. Dari skor ideal 100, skor maksimum 96 dan skor minimum 84.Juga terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I yang dikategorikan sedang meningkat pada kategori tinggi pada siklus II.Berdasarkan peningkatan nilai hasil belajar pada siklus II tersebut diatas meningkat dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah . Kata kunci: model pembelajaran berbasismasalah.. ..

(5) RIWAYAT HIDUP. Salmawati M. Lahir di jeneponto Kabupaten Jeneponto pada tanggal 18 april 1989. Penulisan anak ketiga dari empat bersaudara. Pasangan Momo’ dan syifa.penulisan mulai masuk kejenjang pendidikan dasar pada tahun 1996 dan tamat tahun 2001 SD Impres Bontoloe Kabupaten Jeneponto. Pada tahun yang sama masuk ke MTS Sanawiyah arungkeke Kabupaten Jeneponto dan tamat pada 2005. Pada tahun yang sama masuk ke Aliyah Arungkeke Kabupaten Jeneponto dan tamat pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan ke Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) Jurusan Pendidikan Sosiologi Program Strata Satu(SI)..

(6) DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Teknik Kategorisasi Standar.................................................................35 Tabel 4.1 hasil observasi aktifitas belajar siswa pada siklus I..............................38 Tabel 4.2 Statistik skor hasil belajar siswa pada siklus I......................................39 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dan presentase hasil belajar pada siklus I.............40 Tabel 4.4 Deskripsikan ketuntasan hasil belajar sosiologi pada siklus I..............41 Tabel 4.5 Grafik ketuntasan belajar siswa pada tes siklus I.................................41 Tabel 4.6 Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II...........................44 Tabel 4.7 Statistik skor hasil belajar siswa pada siklus II.....................................46 Tabel 4.8 Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar pada siklus................47 Tabel 4.9 Diskripsi ketuntasan hasil belajar pada siswa siklus II..........................47 Tabel 4.10 Perbandingan siklus I dan II................................................................51.

(7) Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siklus II Pertemuan KeNo. Indikator yang diamati. 1. Kehadiran siswa. 2. Siswa yang mengajukan solusi. Rerata. %. 1. 2. 3. 4. 5. 35. 32. 35. 35. 34,25. 97,85. 15. 16. 15. 17. 11,75. 33,57. 10. 14. 15. 18. 14.25. 40.71. 10. 15. 15. 20. 15. 42.86. 10. 12. 13. 15. 12.5. 35.71. 21. 26. 28. 31. 26.5. 75.71. ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi di awal pembelajaran 3. Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan. 4. Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah yang diberikan. 5. Siswa yang menanggapi solusi permasalahan yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah. Tes Siklus II. 6.

(8) 7. Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran berlangsung. 8. 6. 8. 5. 6.75. 19.26.

(9) Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siklus I Pertemuan KeNo Indikator yang diamati Rerata % 1 2 3 4 5 1. Kehadiran siswa. 2. Siswayang mengajukan solusi. 32 31 35 35. 33,25. 95. 10 11 13 12. 11.5. 32.86. 4. 6. 10 12. 8. 22.86. 7. 8. 10 14. 9.75. 27.86. 8. 8. 10 13. 9.75. 27.86. 21.00. 60.00. 9.50. 27.14. ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi di awal pembelajaran 3. Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan. 4. Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah yang diberikan. 5. Siswa yang menanggapi solusi permasalahan yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok. 6. Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk. 10 27 18 29. menyelesaikan masalah Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran berlangsung. 15 4. 13 6. Tes Siklus I. 7.

(10)

(11) 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan perkembangan itu mengakibatkan adanya tuntutan terhadap peningkatan sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas tidaklah mungkin berkembang dengan sendirinya secara alami tetapi harus melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, maka wajar jika pendidikan mendapat perhatian serius dari berbagai pihak khususnya pemerintah. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian. manusia. yang. keterampilannya. Pendidikan. mencakup. pengetahuan,. nilai. sikap,. dan. bertujuan untuk mencapai kepribadian suatu. individu yang lebih baik. Pendidikan mengembang tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia yang lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Dengan penegasan di atas berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui model pengajaran yang efektif dan efesien serta mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Hal ini terlihat dari perubahan Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hal ini menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. 1.

(12) 2. khususnya di lembaga pendidikan formal (sekolah). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas maupun di luar kelas). Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No 20 tahun 2003 juga dijabarkan tentang sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam pasal 3yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagai upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia.. Namun kenyataannya, penyelenggaraan pendidikan di sekolah sering dihadapkan berbagai masalah, salah satunya masih rendahnya hasil belajar sosiologi siswa.Padahal sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam setiap jenjang pendidikan.Sosiologi juga memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan bahkan sosiologi tidak pernah lepas dari aktifitas kehidupan manusia. Rendahnya hasil belajar sosiologi siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kondisi pembelajaran yang masih menerapkan metode ceramah, guru yang aktif sedangkan siswa hanya menerima apa yang dikatakan gurunya (pasif) sehingga minat siswa kurang untuk belajar. Pada. observasi. awal. ditemukan. bahwa. masalah. yang. ada. di. SMATridharma MKGR Makassar adalah hasil belajardalam pembelajaran sosiologi sebagian besar siswa masih sulit memahami pelajaran sosiologi, dimana untuk nilai rata-rata kelas pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 mencapai 65dengan Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM ) 70 dari 35 orang siswa, 16 0rang.

(13) 3. siswa memperoleh nilai 68,31 di bawah KKM, 19 ornag siswa memperoleh nilai 80,37 diatas KKM, sementara nilai KKM adalah 70 (informasi dari salah satu guru sosiologi SMA TridharmaMKGR Makssar). Hal ini merupakan salah satu indikasi perlunya perbaikan model yang kurang tepat yang digunakan oleh guru, sehingga kita perlu mencari suatu alternatif lain atau model pembelajaran lain dalam proses belajar mengajar. Asumsi bahwa sosiologi diajarkan dengan model pembelajaran dan metode yang kurang menarik yaitu guru menerangkan dan siswa mencatat, proses belajar mengajar masih berpusat pada guru dan kurang mengaktifkan siswa. Dalam situasi seperti ini siswa menjadi bosan karena tidak adanya dinamika, inovasi, kreatifitas, dan siswa belum dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.Berdasarkanhal tersebut, maka perlu diberikan suatu strategi ataupun model pembelajaran agar siswa mendapat suatu kemudahan dan merasa senang belajar sosiologi . Dan salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dalam pendekatan ini guru menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan memecahkan masalah. Selama ini pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, di mana guru sebagai information center, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan hanya sebagai penerima informasi.Model ini dapat memberikan siswa pengetahuan tentang bagaimana cara berpikir dan memecahkan masalah secara mandiri serta terbiasa aktif..

(14) 4. Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam model pembelajaran berbasis masalah, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga peserta didik tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu Kelebihan Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa, peserta. didik. mempunyai. keterampilan. mengatasi. masalah.. Kelemahan. Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pokok Bahasan Perubahan sosial (Sikap Apriori) melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa Kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar”.. B. Masalah Penelitian 1.. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang. dihadapi dalam pembelajaran sosiologi yaitu rendahnya hasil belajar dan kurangnya minat siswa pada pembelajaran sosiologi. yang disebabkan oleh. metode belajar guru yang masih bersifat konvensional dimana proses.

(15) 5. pembelajaran banyak didominasi oleh guru sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. 2.. Alternatif pemecahan masalah Untuk memecahan masalah tentang rendahnya hasil belajar sosiologi. siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar, penulis menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. 3. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakahmeningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan perubahan sosial (Sikap Apriori) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan perubahan sosial (Sikap Apriori) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang meningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan perubahan sosial (Sikap Apriori) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar adalah:.

(16) 6. 1. Manfaat Teoretis Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh guru, kepala sekolah, para tenaga kependidikan dan peneliti lainnya, diharapkan dapat menambah khasanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna penyempurnaan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan hasil belajar siswa dalam pokok bahasan perubahan sosialpada mata pelajaran sosiologi dapat meningkat. b. Bagi guru Memberikan informasi kepada guru tentang pentingnya metode pembelajaran berbasis maslah pada pokok bahasan realitas dan masalah sosial guna meningkatkan hasil belajar dan tujuan yang diinginkan.Sebagai informasi bagi guru-guru, khususnya guru sosiologi SMA mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah. c. Bagi sekolah Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, sehingga di sekolah tersebut menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran realitas dan masalah guna meningkatkan prestasi belajar siswa dan mutu pendidikan..

(17) 7. d. Bagi peneliti 1. Penulis dapat menganalisadan mengembangkan praktek metode pembelajaran berbasis masalah khususnya pokok bahasan perubahan sosial. 2. Penulisan memperoleh pengalaman di lapangan tentang metode pembelajaran. berbasis. perubahan sosial.. masalah. khususnya. pokok. bahasan.

(18) 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka 1. Hasil Peneliti Yang Relevan Model pembelajran berbasis masalah adalah salah satu enternatif yang peneliti gunakan untuk memecahkan rendahnya hasil belajar yang dihadapi oleh siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa untuk belajar tentang cara berpikir yang kritis dan memecahkan masalah yang di hadapi siswa secara ilmiah. Peneliti memilih model pembelajaran berbasis masalah, karna peneliti yakin dengan model tersebut. Peneliti tentang penerapan pembelajaran berbasis masalah pernah dilakukan di antaranya Imelda (2009) dengan judul peningkatan hasil belajar sosiologi melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar. Hasil penelitian menujuk bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi siswa kelas XI.Sejalan dengan itu, Hadianti (2010) dengan judul meningkatkan hasil belajar sosiologi pokok bahasan (Sikap Apriori) melalui model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar. Dimana hasil yang diperoleh yaitu hasil belajar sosiologi siswa mengalami peningkatan sebesar 48,53% setelah menerapkan pendekatan berbasis masalah . 8.

(19) 9. 2. Belajar Dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut nyata dalam aspek tingkah laku. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gage dan Berliner, yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 2) bahwa: "Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya". Sedangkan John Dewey, menekankan bahwa oleh karena belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari murid-murid sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar. Dari beberapa batasan yang dikemukakan oleh beberapa pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang melibatkan manusia secara orang perorang sebagai satu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Orang yang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar, sehingga dalam belajar orang tidak mungkin melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Proses belajar yang melibatkan secara aktif orang yang belajar seperti yang telah dikemukakan.

(20) 10. merupakan salah bentuk upaya dalam meningkatkan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah sosiologi. b. Hakikat pembelajaran sosiologi Kata sosiologi berasal dari kata lain socius yang artinya teman,dan kata bahasa yunani logos yang berarti cerita,diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul “Course De Philosophie Positive”karangan August Comte (17981857).sosiologi muncul sejak ratusan,bahkan ribuan tahun lalu.Namun,sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat,sosiologi baru lahir kemudian di Eropa yang sejak awal abad ke-19 dapat dikatakan sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia. Pitirin Sorokinmembatasi sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antar aneka macamgejala-gejala sosial seperti:antara gejala ekonomi dan agama,keluarga dan moral,hukum dan ekonomi,gerakan masyarakat dan politik,dan sebagainya,hubungan pengaruh dan timbal. balik. antar. gejala-gejala. sosial. dan. nonsosial. seperti. gejala. geografis,biologis dan sebagainya,dan ciri-ciri umum dari semua jenis gejalagejala sosial. Soemardjan dan Soemardi(Abdulsyani, 2002), mengatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Y.B.A.F Mayor Polak (Abdulsyani, 2002), bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antar hubungan diantara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok c. Hasil Belajar Sasaran dari kegiatan belajar adalah hasil belajar. Apabila proses belajar berjalan dengan baik, maka hasil belajar juga akan baik pula. Artinya hasil belajar harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pengajar dalam menyelesaikan suatu masalah dan sebagai pertimbangan dalam langkah selanjutnya. Hasil belajar.

(21) 11. adalah prestasi yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang berkenaan dengan materi suatu mata pelajaran. Hasil belajar ini dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar merupakan variabel belajar yang hanya dapat diukur dengan tes prestasi belajar. dalam kamus ilmiah bahwa kata “ prestasi “ berarti hasil yang dicapai karena kemampuan yang dimiliki. Secara garis besar menuru slameto (2013) , ada dua faktor yang dapat dari proses belajar yang di capai siswa. Mempengaruhi prestasi belajar; (i) faktor internal, adalah faktor yang menyangkut seluruh aspek pribadi siswa, baik fisik maupun mental atau psikisnya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar yang melipui jasmani, kondisi psikologi dan (ii) faktor eksternal, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang di harapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat merencanakan/mendesain pengajaran. secara tepat dan penuh arti. setiap proses belajar mengajar. keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang di capai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Arinya seberapa jauh hasil belajar dimiliki siswa. 3. Teori-teori belajar Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Fungsi teori dalam konteks belajar adalah (a) memberikan kerangka kerja koseptual untuk suatu informasi,. (b). memberi rujukan untuk menyusun rencangan pelaksanaan pembelajaran; (c).

(22) 12. mendiaknosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar; (d) mengkaji kejadian belajar dari diri seseorang; dan (e) mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar. Fungsi teori belajar sebagai pisau analisis berbagai fakta dan fenomena belajar. Ada beberapa teori belajar yang melandasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah, yakni sebagai berikut: a. Teori belajar konstruktivisme Dari segi paedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme menurut (Schmidt, 1993; Savery) dengan ciri: (a) pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar; (b) pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang mentimulasi belajar; (c) pengetahuan terjadi melalui proses kolaborsi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang. b. Teori belajar bermakna dari David Ausubel Ausubel dalam Rusman (2010: 244) membedakan antara bermakna (meaningfull Learning ) dengan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan denagan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya.kaitan dengan PBM dalam hal mengkaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa..

(23) 13. Belajr. bermakna. merupakan. cara. belajar. yang. mampu. mengembangkan pengentahuan serta keterampilan siswa. Dalam artian, melalui belajar bermakna siswa lebih mampu menganalisis permasalahan-permasalahan yang di hadapi dalam pembelajaran serta mampu memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut. c. Teori belajar Vigotsky Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta katika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang di munculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian memnbangun pengertian baru. Ibrahim dan Nur Rusman (2010:244) Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan PBM dalam hal dikaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interksi sosial dengan teman lain. d. Teori belajar Jerome S. Bruner Metode penemuan metode di mana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil lebih baik;berusaha sendiri mencaripemecahann masalah serta didukung oleh pengetahuan yang.

(24) 14. menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial dikelas mampu diluar kelas. Scsffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan kelampaui kapasita perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih. 4. Perubahan Sosial a.. pengertian perubahan sosial. setiap manusia selalu mengalami perubahan. Menurt Sztompka, piotr, (2004) siklus perubahan yang di alami manusia di mulai sejak lahir, bayi, anakanak,remaja, dewasa, tua, mati. Perubahan terjadi pada setiap individu dalam lingkungan masyarakat dan masing-masing individu juga sekaligus menjadi unsur dari sistem sosial dalam masyarakat tersebut. Bagaimana konsep kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka kebudayaan dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu kebudayaan materil dan immateril. Demikian pula perubahan sosial yang terjadi perubahan bersifat materi dan immateril. Perubahan yang menyangkut manusia dan masyarakat inilah yang dinamakan perubahan sosial. ” Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial menujukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstren yang menimbulkan perubahan” Menurut Sole Selamean dan kawan-kawan (1974) perubahan sosial merupakan segala perubahan dalm masyarakat, yang mempengruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, yang berpengaruh terhadap.

(25) 15. masyarakat yang bersangkutan baik secara materil maupun immateril. Bedakan dengan perubahan budaya yang fokusnya adalah dalam segi budaya, seperti penemuan dan penyebaran mobil, penambahan kosa kata dalam bahasa bentuk seni baru, dan sebainya. Perubahan sosial selalu bergerak meninggalkan yang lama menuju situasi yang baru. Pada waktu yang terjadi perubahan dari bentuk-bentuk lama menjadi bentuk yang baru, akan mengalami suatu masa yang dinamakan masa peralihan atau masa transisi. Menurut J.P. dan J,L. Gillin masa peralihan ini menimbulkan keadaan yang serba tidak pasti. Semakin besar dan banyak reaksi masyarakat untuk menerima perubahan juga mempunyai ke pastian tinggi. b. faktor-faktor terjadinya perubahan sosial. 1. Faktor penyebeb perubahan sosial Faktor internal disebut juga dengan istilah faktor sosioginik yang artinya masyarakat itu sendirilah yang merupakan sumber perubahan sosial. Adpun faktor-faktor internal tersebut dapat fenomena-fenomena baru (discovery), pertentangan (conflict”), Revolusi. Faktor ekstenal merupakan faktor-faktor yang terdapat di luar masyarakat yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Yang termasuk dalam faktor Ekstenal yaitu: lingkungan alam, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat. 2. Faktor pendorong perubahan sosial Adanya kontak dengan kebudayaan lain, Sistem pendidikan formal yang maju, Sikap manghargai hasil karya orang lain, Sikap toleransi, sistem terbuka (Shogun Tokugawa: 1638-1854), penduduk yang heterogen, ketidak puasan masyarakat terhadap bidan kehidupan, Orientasi kemasa depan, Orientasi nilai..

(26) 16. c.. faktor penghambat perubahan sosial. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang sangat tradisional, Status quo, Perasaan takut, Sikap apriori, Ideologis, Adat dan Kebiasaan. d. Bentuk perubahan sosial Perubahan sosial dapat di bedakan kedalam beberpa bentuk perubahan yaitu sbb: 1. Perubahan lambat (Evaluasi) Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lam dan renteten-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamaka evalusi (Agust Comte dan Herbert Spencer) perubahan tersebut terjadi karna usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. 2. Perubahan cepat (Revolusi) Revolusi adalah. suatu perubahan sosial yang terjadi secara cepat yang. mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat atau lembaga kemasyarakatan serta di kehendaki oleh masyarakat. 3. Perubahan yang di kehendaki Perubahan yang di kehendaki dan tidak di kehendaki perubahan yang di kehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak SMA atau MA sehingga masuk SMP/MTs setelah lulus kemudian bisa masuk SMA dan MA. Anda telah melakukan perubahan yang direncanakan..

(27) 17. 4. Perubahan yang tidak di kehendaki Perubahan sosial yang tidak kehendaki atau direncanakan perubahanperubahan yang terjadi tanp dikehendki berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat. Misalnya menyangkut adat istiadat.di Tapanuli, ada tradisi berubah hak pembagian warisan. Menurut tradisi, hanya pihak laki-laki yang mendapatkan warisan tetapi karena perkembangan pengetahuan dan pendidikan masyarakat akhirnya merubah hukum waris adat tersebut (Vilfredo Pareto dan Pitirim A. Sorokin) Dalam perubahan yang tidak direncanakan tersebut akhirnya masyarakat secara sadar mengubah hukum adat, dengan memberikan hak waris sama dengan keluarga perempuan.. 4. Fakta Sosial. 1. SikapApriori Apriori merupakan sikap berprasangka buruk pada setiap unsure asing yang masuk dalam masyarakatnya.Mereka khawatir unsur asing tersebut dapat mempengaruhi budaya mereka. Kelompok masyarakat yang demikian sulit untuk melakukan hubungan dengan kelompok lain. Sikap apriori harus selalu menyikapi pendapat atau gagasan orang lain atau kelompok lain sebagai hal yang mengancam keberadaan dirinya. John E. Farly mengklasifikasikan prasangka kedalam tiga kategori, prasangka kognitif, merujuk pada apa yang di anggap benar prasangka afektif, merujuk pada apa yang di sukaidan tidak di sukai, prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak..

(28) 18. Menurut David O.Sears dan kawan-kawan (1991), prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama di dasarkan pada ke anggotaan kelompok tersebut artinya prasangka sosial di tujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya. Adapun sumber-sumber penyebab prasangka sosial secara umum dapat lihat berdasarkan tiga pandangan yaitu sbb: Ketidak setaraan sosial, Identitas sosial, Konformitas. 5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar murid. Dalam pendekatan ini guru menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks murid untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan memecahkan masalah. Selama ini pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah, di mana guru sebagai information center, sehingga murid menjadi kurang aktif dan hanya sebagai penerima informasi. Pendekatan ini dapat memberikan. murid. pengetahuan. tentang bagaimana. cara. berpikir. dan. memecahkan masalah secara mandiri serta terbiasa aktif. Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada murid. Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam model pembelajaran berbasis masalah, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga murid tidak saja.

(29) 19. mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.Oleh sebab itu, murid tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Duch (dalam Riyanto, 2010: 284) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah “suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan belajar untuk belajar”.Lebih lanjut, Duch menyatakan bahwa model ini dimaksudkan untuk mengembangkan murid berpikir kritis, analitis, dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar. Tan (dalam Rusman, 2011: 229) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam Pembelajaran. Berbasis. Masalah. kemampuan berpikir murid. betul-betul. dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga. murid. dapat. memberdayakan,. mengasah,. dan. mengembangkankemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang direncanakan dan dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik memecahkan masalah..

(30) 20. b. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Ibrahim dan Nur (2000:13) dan Ismail (2002:1) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima. langkah tersebut. disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini Tabel 2.1.Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Fase ke-. Indikator. Tingkah laku. 1. Orientasi pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa dalam pemecahan masalah.. 2. Mengorganisir untuk belajar. 3. Membimbing Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan penyelidikan individual informasi yang sesuai, melaksanakan maupun kelompok eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.. 4. Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan menyajikan hasil karya dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.. 5. Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan pemecahan masalah mereka dalam proses yang mereka gunakan.. siswa Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.. Menurut Fogarty (1997:3) Fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka) pada saat melakukan kegiatan itu. Walaupun peran guru pada pembelajaran berbasis masalah kadang melibatkan prestasi dan penjelasan sesuatu hal kepada siswa, namun yang lebih lazim adalah.

(31) 21. berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri. c. Teori belajar yang melandasi model pembelajaran berbasis masalah 1. Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel Ausubel. (Suparno,1997). membedakan. antara. belajar. bermakna. (meaningfull learning) dengan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal diperlukan diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak diketahuinya. Kaitan dengan pembelajaran Berbasis Masalah dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. 2. Teori Belajar Vigotsky Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menanatang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan.Dalam upaya mendapatkan pemhaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimiliknya kemudian membangun pengertian baru. Ibrahim dan Nur (2000:19) Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan pembelajaran Berbasis Masalah dalam hal mengaitkan infornasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain..

(32) 22. 3. Teori Belajar Jerome S. Bruner Bruner juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial dikelas mampu diluar kelas. Scsffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan kelampaui kapasita perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih. c. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah Kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah, yaitu kelebihan siswa keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara dengan siswa, dengan guru, siswa dengan siswa, siswa mempunyai keterampilan mengatasi masalah. Kelemahan memungkinkan siswa menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah. B. Kerangka Pikir Pembelajaran. sosiologi. merupakan. pembelajaran. yang. sangat. membutuhkan berbagai macam metode atau model yang dipergunakan guru demi tercapainya tujuan pendidikan yang berorientasi kepada pencapaian kompetensi yang menjadi indikator dalam kurikulum pendidikan nasional, namun disini peneliti mencoba menggunakan metode atau lebih tepatnya suatu model pembelajaran berbasis masalah dimana siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar sebagai sampel. Dengan pembahasan perilaku menyimpang sebagai materi yang akan diangkat sebagai fariabel penelitian. Dewasa ini dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menimbun berbagai informasi tanpa dituntut. untuk. memahami. informasi. yang. diingatnya. itu. untuk.

(33) 23. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin akan aplikasi. Bagan Kerangka Pikir . Guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional,. Kondisi Awal. . Hasil belajar sosiologi masih rendah,. . Siswa kurang mampu mengaitkan dan. menerapkan. materi. yang. dipelajari dengan kehidupan nyata siswa.  Penerapan model pembelajaran mandiri Tindakan. SIKLUS I. SIKLUS II. Kegiatan Akhir. Hasil Belajar Sosiologi Meningkat. C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu: jika diterapkan model pembelajaran berbasis masalahdapat meningkatkan hasil belajar sosiologi pada pokok bahasan perubahan sosial (Sikap Apriori), pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar..

(34) 24. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berusaha untuk menemukan dan memecahkan masalah di dalam kegiatan belajar mengajar.Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan tahapantahapan pelaksanaan meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi secara langsung yang selanjutnya tahapan-tahapan tersebut dirangkai dalam satu siklus kegiatan. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini. dilakukan selama kurang lebih dua bulan, yakni bulan. Agustus -Oktober tahun ajaran 2014/2015(semester ganjil), tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Tridharma MKGR Makassar. C. Subjek Penelitian Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah siswa 35 orang, laki-laki 15 orang dan perempuan 20 0rang. D. Prosedur Penelitian Sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (PTK), maka dalam penelitian ini disusun langkah-langkah kegiatan yang mengandung komponen utama PTK yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dibagi menjadi beberapa siklus. Berikut ini Arikunto dalam Suyadi (2011:50) memberikan gambaran keempat langkah dalam PTK.. 24.

(35) 25. Perencanaan Refleksi. SIKLUS I. Pelaksanaan. Pengamatan. Perencanaan Refleksi. SIKLUS II. Pelaksanaan. Pengamatan. Hasil. Gambar 2.Skema tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut : Gambaran Umum Siklus I 1. Tahap perencanan Langkah pertama yang dilakukan dalam suatu penelitian tindakan kelas adalah melakukan perencanaan secara matang dan telliti. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar yaitu: identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Dan adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut: a. Menelaah kurikulum SMA dan sederajat kelas XI semester I mata pelajaran Sosiologi, b. Memilih pokok bahasan perubahan sosial.

(36) 26. c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), d. Membuat skenario pembelajaran untuk melaksanakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. e. Membuat instrument penelitian berupa hasil tes belajar untuk melakukan evaluasi disetiap akhir siklus, f. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi atau keadaan siswa di kelas saat proses mengajar berlangsung selalu menggunakan model pembelajaranberbasis masalah.Menyediakan atau menyiapkan media/alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran, g. Membuat alat evaluasi berupa soal-soal yang disusun berdasarakan materimateri yang telah diajarkan. 2. Tahap pelaksanaan Tahap kedua dari suatu penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Pada tahap pelaksanaan, tindakan harus sesuai dengan rencana, dan harus terkesan alamiah dan tanpa rekayasa. Pada saat pelaksanan tindakan untuk siklus I, yang pertama dilakukan peneliti adalah menjelaskan tujuan yang ingin di capai untuk materi pelajaran pada hari itu. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kesiapan siswa untuk mengikuti mata pelajaran. b. Membahas materi pelajaran melalui pendekatan model pembelajaran mandiri.

(37) 27. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi yang ia ketahui baik secara perorangan maupun dengan kerja kelompok. d. Memberikan umpan balik positif terhadap tanggapan siswa dan menekankan konsep dari materi yang diberikan. e. Melakukan penugasan kepada siswa sesuai dengan bahan yang telah dikembangkan baik secara individual maupun kelompok. f. Dengan memberikan motivasi dan menciptakan interaksi yang harmonis antara guru dan siswa, siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah/soal. g. Mencatat semua kejadian yang di anggap penting selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dalam lembar observasi. h. Pada akhir siklus diberikan tes dari materi yang diajarkan. 3. Tahap observasi (pengamatan) Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas adalah observasi.yang dimaksud pada tahap ke III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, harus diuraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instumen pengumpulan data. Pada tahap observasi ini di laksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan observasi dengan melihat: a. Siswa yang hadir b. Banyaknya siswa yang memperhatikan penjelasan materi pelajaran c. Siswa yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan.

(38) 28. d. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar e. Siswa yang aktif dalam kelompoknya f. Banyaknya kelompok yang melakukan diskusi yang baik g. Siswa yang membantu membimbing temannya h. Siswa yang bertanya pada kelompok lain i. Kelompok yang dapat menyelesaikan tugas atau soal dengan benar j. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung. 4. Tahap refleksi Tahap terakhir dalam suatu penelitian tindakan kelas adalah refleksi (reflecting). Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap tiap-tiap kelompok dipelajari dan diteliti, baik yang bersifat kualitatif dengan membuat catatancatatan yang berhubungan dengan hal-hal yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pjendekatan model pembelajaran berbasis masalah, maupun yang bersifat kuantitatif yaitu dengan mengamati hasil yang di peroleh dari tes hasil belajar siklus 1. Dari hasil ini akan di ambil tindakantindakan yang tepat, sebagai acuan bagi peneliti untuk merencanakan siklus berikutnya. a. Siklus II Siklus II berlangsung selama 4 kali pertemuan. Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua ini adalah mengulang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada siklus pertama..

(39) 29. 1. Tahap perencanaan Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus kedua yang sama dengan perencanaan siklus pertama. 2. Tahap pelaksanaan tindakan Melanjutkan sejumlah. langkah-langkah. perbaikan. berdasarkan. pada. hasil. siklus. refleksi. pertama siklus. yang sesuai. pertama. Adapun. perbaikannya adalah jika ada siklus pertama hanya sebagian siswa yang mampu menjawab maka pada siklus ini lebih dikembangkan. 3. Tahap observasi dan evaluasi Secara umum tahap observasi yang dilaksanakan pada siklus kedua sama dengan observasi yang dilaksanakan sebelumnya. Perbedaannya hanya pada komunikasi dengan siswa lebih ditingkatkan dan siswa lebih banyak dibimbing langsung oleh guru dalam menyelesaikan soal-soal. 4. Tahap refleksi Data hasil observasi dalam siklus ini dikaji dan dianalisis untuk menentukan keberhasilan dan. kegagalan pencapaian tujuan. akhir dari. penelitian tindakan ini. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri dari tes, lembar observasidan angket. 1. Tes tertulis dilaksanakan setelah tindakan diberikan kepada siswa setiap akhir siklus..

(40) 30. 2. Lembar observasi yang digunakan untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas ketika metode observasi ini diaplikasaikan. 3. Angket diberikan kepada siswa yang berisi pertanyaan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran berbasis masalah. yang telah. dilaksanakaan. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi yaitu teknik penelitian dengan mendatangi lokasi penelitian, mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. 2. Interview yaitu mendapatkan data dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan responden yaitu beberapa siswa Tridharma MKGR Makassar 3. Tes, yaitu tes Setelah semua materi pelajaran diberikan pada siswa, maka langkahberikutnya adalah pengukuran kemampuan pemecahanmasalah yaitu dengan mengadakan tes kemampuan pemecahan masalah sesuai materi yang telah. diajarkan.. Metode. tes. digunakan. untuk. mengevaluasi. kemampuan pemecahan masalah setelah proses pembelajaran. 4. Dokumentasi yaitu penulis mengumpulkan bahan yang. berhubungan. dengan materi kajian berupa dokumen tertulis tentang nilai ujian siswa. G. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Untuk data tentang hasil tes dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif yang terdiri atas rata-rata (mean), rentang (range), median, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum yang diperoleh siswa pada.

(41) 31. tiap siklus. Untuk jenis analisis kualitatif, data yang di gunakan adalah ketuntasan yanng merupakan hasil observasi. Kriteria yang di gunakan untuk menentukan kategori keberhasilan dalam penilaian mengacu pada kriteria standar yang berlaku di SMA Tridharma MKGR Makassar, yaitu hasil keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 288/C3/MN/99 (Depdikbud 1994). Kategorisasi Standar Berdasarkan Ketetapan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan MenengahNo. 288/C3/MN/99 (Depdikbud 1994). Nilai. Kategori. 0 – 34. Sangat rendah. 35 – 54. Rendah. 55 – 69. Sedang. 70 – 84. Tinggi. 85 – 100. Sangat tinggi. Sumber: (Dekdiknas, 2007: 14). Untuk mengetahui nilai (N) yang diproleh siswa dipergunakan rumusam berikut ini:. =. × 100.

(42) 32. H. Indikator Keberhasilan Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan keberanian dan keaktifan berbicara siswa dalam pembelajaran sosiologi dari siklus I ke siklus II maka prestasi belajar siswa meningkat. Menurut. keputusan. Depdiknas (Indianto Mu’in 2004:86). Siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai minimal 70 dari nilai ideal dan tuntas secara klasikal apabila 85 % dari jumlah siswa yang telah belajar tuntas..

(43) 33. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada babini akan dibahas tentang hasil-hasil penelitian setelah pelaksanaan PembelajaranBerbasis Masalah pada siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa hasil penelitian akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu hasil dan pembahasan akan diuraikan berdasarkan data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh yaitu sebagai berikut: 1.. Paparan Data Siklus Pertama. a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti menelaah kurikulum sosiologi kelas XI pokok bahasan perubahan sosial ( Sikap Apriori ) semester Ganjil tahun ajaran 2014/2015, membuat soal, mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa selama berlangsung proses belajar mengajar di kelas pada pelaksanaan tindakan siklus I. b. Tahap Pelaksaanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dan 1 tes dengan pokok pembahasan perubahan sosial. Proses pembelajaran pada siklus I menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. . Pada pertemuan I {Rabu, 8 Agustus 2014} Pada pertemuan I tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses belajar. mengajar berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang tercatat pada pertemuan I, yaitu 33.

(44) 34. 1) Frekuensi kehadiran siswa pada pertemuan I sebanyak 35 orang dari35 siswa. Siswa yang mengikuti dengan cermat proses pembelajaran. Pada pertemuan ini umumnya siswa merasa tegang dan pasif dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan utamanya pada saat pemberian tugas kinerja. 2. Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 21 orang masih tergolong kurang. 3. Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran berlangsung sebanyak 7 orang. Hal ini terlihat dari tingkah laku siswa yang bermacam-macam, ada yang mengerjakan tugas pelajaran lain, ada yang minta izin keluar dan yang mengganggu temannya yang sedang belajar. 4. Siswa yang mampu memahami masalah/soal yang diberikan sebanyak 15 orang. 5. Siswa yang mampu membuat rencana penyelesaian terhadap masalah/soal yang diberikan sebanyak 9 orang. 6. Siswa yang mampu menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan rencana penyelesaian sebanyak 7 orang. 7. Siswa yang mampu mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian masalah/soal yang telah dikerjakan sebanyak 6 orang. . Pada pertemuan II [Rabu, 13 Agustus 2014} Pada pertemuan II tercatat aktifitas yang terjadi selama proses. belajarmengajar berlangsung. Aktifitas siswa tersebut diperoleh dari lembar observasi yang tercatat pada pertemuan II, yaitu:.

(45) 35. 1) Frekuensi kehadiran siswa pada pertemuan II sebanyak 34 orang dari 35 siswa. Siswa yang mengikuti dengan cermat proses pembelajaran sebagian besar mulai menyenangi proses pembelajaran yang berlangsung. 2) Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 25 orang. Hal ini menandakan adanya perhatian siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. 3) Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran berlangsung sebanyak 6 orang. Hal ini terlihat dari tingkah laku siswa yang bermacam-macam, ada yang mengerjakan tugas pelajaran lain, ada yang minta izin keluar dan yang mengganggu temannya yang sedang belajar. 4) Siswa yang mampu memahami masalah/soal yang diberikan sebanyak 20 orang. 5) Siswa yang mampu membuat rencana penyelesaian terhadap masalah/soal yang diberikan sebanyak 13 orang. 6) Siswa yang mampu menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan rencana penyelesaian sebanyak 17 orang. 7) Siswa yang mampu mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian masalah/soal yang telah dikerjakan sebanyak 12 orang. . Pada pertemuan III {Rabu, 20 Agustus 2014} Pada pertemuan III tercatat aktifitas yang terjadi selama proses belajar. mengajar berlangsung. Aktifitas siswa tersebut diperoleh dari lembar observasi yang tercatat pada pertemuan III, yaitu: 1) Frekuensi kehadiran siswa pada pertemuan III sebanyak 35 orang dari 35 siswa yang mengikuti dengan cermat proses pembelajaran.

(46) 36. 2) Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 32 orang. Hal ini menadakan adanya peningkatan perhatian siswa terhadap pembelajaran. 3) Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran berlangsung sebanyak 3 orang. Hal ini menandakan berkurangnya siswa yang melakukan hal negatif seperti ribut, mengerjakan tugas lain disbanding pertemuan sebelumnya. 4) Siswa yang mampu memahami masalah/soal yang diberikan sebanyak 18 orang. Hal ini menandakan adanya peningkatan siswa yang memperhatikan contoh-contoh soal yang di berikan. 5) Siswa yang mampu membuat rencana penyelesaian terhadap masalah/soal yang diberikan sebanyak 18 orang. 6) Siswa yang mampu menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan rencana penyelesaian sebanyak 16 orang. 7) Siswa yang mampu mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian masalah/soal yang telah dikerjakan sebanyak 15 orang. . Pertemuan IV{Rabu, 27 Agustus 2014} Memberikan tes hasil belajar sosiologi siklus I. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa data diperoleh dari hasil. evaluasidan observasi dianalisis secara kuantitatif dan kualitat. b. Tahap Observasi dan Evaluasi.

(47) 37. 1. Hasil Observasi. Tes Siklus I. Tabel 4.7 Hasil Observasi Siswa Pada Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siklus I Pertemuan KeNo Indikator yang diamati Rerata % 1 2 3 4 5 1 Kehadiran siswa 32 31 35 35 33,25 95 2 Siswayang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah 10 11 13 12 11.5 32.86 untuk memotivasi di awal pembelajaran 3 Siswa yang mengajukan pertanyaan 4 6 10 12 8 22.86 terhadap masalah yang diberikan 4 Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah 7 8 10 14 9.75 27.86 yang diberikan 5 Siswa yang menanggapi solusi permasalahan yang diajukan oleh 8 8 10 13 9.75 27.86 siswa lain dalam kelompok 6 Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk 10 27 18 29 21.00 60.00 menyelesaikan masalah 7 Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran 15 4 13 6 9.50 27.14 berlangsung Data diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I belum menunjukkan hasil yang optimal.Pada awal siklus I ini, khususnya pada pertemuan I, tindakan yang dilakukan belum menunjukkan perubahan yang berarti. Siswa belum memahami apa yang harus dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah, ini disebabkan karena mereka belum terbiasa dengan pembelajaran berbasis masalah.Masih banyak siswa yang bingung dengan model pembelajaran ini. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat mereka diminta untuk menghubungkan antara materi pelajaran dengan keadaan lingkungan kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu,juga masih kurangnya siswa yang menjawab pertanyaan pada saat guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa..

(48) 38. Adanya siswa yang melakukan aktivitas lain pada saat proses pembelajaran seperti ribut, bermain, keluar masuk kelas sehingga mengganggu proses belajar mengajar yang berimplikasi pada tidak maksimalnya pemanfaatan waktu belajar merupakan salah satu kendala belum optimalnya pelaksanaan tindakan pada siklus I ini. 2. Hasil Evaluasi Pada akhir siklus I, guru memberikan tes hasil belajar sosiologi dan berusaha memperketat pengawasan dengan harapan bahwa hasil yang diperoleh adalah hasil yang murni dan betul-betul mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang diberikan.Meskipun demikian, masih ada siswa yang berusaha meniru pekerjaan temannnya disebabkan oleh kebiasaan mereka sebelumnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh selama siklus I, yang belum menunjukkan hasil yang maksimal, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya. Tabel 4.1: Statistik Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar pada Tes Akhir Siklus I Statistik. Nilai statistic. Subyek. 35. Skor Ideal. 100. Skor Tertinggi. 90. Skor Terendah. 45. Rentang Skor. 45. Skor Rata-rata. 68,3. Standar Deviasi. 12,4.

(49) 39. Jika skor hasil belajar sosiologi siswa pada siklus I tersebut dikelompokkan kedalam 4 kategori (kelas Interval), maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai beriku: Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Persentase Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar. Akhir Siklus I. Skor. Kategori. Frekuensi. 0 – 34. Sangat rendah. 0. 0. 35 – 54. Rendah. 4. 11.43%. 55 – 69. Sedang. 13. 37.14%. 70 – 84. Tinggi. 13. 37.14%. 85 – 100. Sangat Tinggi. 5. 14.28%. 35. 100%. Jumlah. Persentase (%). Berdasarkan tabel 4.2 diatas dikemukakan bahwa dari 35siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar tidak terdapat siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 4 siswa atau sekitar 11,43% siswa yang berada pada kategori rendah, 13 siswa atau sekitar 37,14% siswa yang berada pada kategori sedang, 13siswa atau sekitar 37,14% siswa yang berada pada kategori tinggi, 5siswa atau sekitar 14,28% siswa yang berada pada kategori sangat tinggi. Berikut ini adalah gambar grafik diagram batang dari hasil belajar dari siklus I sebagai berikut:. Rendah. Sedang. Tinggi. persentase 11,43%. 37,14%. 37,14%. Sangat Tinggi 14,28%.

(50) 40. Tabel. 4.3Distribusi Ketuntasan Belajar Sosiologi Siswa pada Siklus I No. Skor. Kategori. Frekuensi. 1.. 0 – 69. Tidak tuntas. 2.. 70 -100. Tuntas. 17 18. Jumlah. Persentase (%) 48,57. 35. 51,42 100. Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa pada siklus persentase ketuntasan siswa sebesar 51,42% yaitu 18 siswa dari 35siswa termasuk dalam kategori tuntas dan 48,57% yaitu 17siswa dari 35siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas. 3. Respon siswa Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini pada awalnya kurang disenangi oleh banyak siswa.Hal terlihat masih banyaknya siswa yang bingung memahami tahap-tahap yang dilakukan dalam pembelajran berbasis masalah.Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang melakukan aktifitas negatif seperti ribut, main-main, dll. Pada pertemuan II dan III siswa sudah mengetahui proses pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Penggunaan model ini mulai memikat perhatian siswa. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perubahan sikap siswa dari yang tadinya ribut, mainmain kini mulai antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa mulai mampu bekerja sama dengan teman kelompoknya mengerjakan soal sesuai dengan tahap-tahap dalam proses pembelajaran berbasis masalah. d. Tahap Refleksi.

(51) 41. Pada pertemuan siklus I, proses pembelajaran dengan menggunakan model berbasis pemecahan masalah mulai dengan penyajian materi. Selama siklus I yaitu pada awal pelaksanaan, semangat dan keaktifan dalam kesungguhan belajar mengajar terutama dalam memberikan pertanyaan atau tanggapan masih kurang meskipun banyak peluang bertanya pada umumnya siswa hanya mendengar dan melakukan apa saja, yang dijelaskan oleh peneliti.Hal lain yang dicatat oleh peneliti yaitu hanya siswa–siswa yang duduk di barisan depan yang aktif dan berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar. Pada pertemuan selanjutnya kegiatan pembelajaran cukup lancar dan perhatian siswa terhadap materi pelajaran lebih baik dari sebelumnya. Hal ini di tunjukkan dari banyaknya siswa yang aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung seperti aktif bertanya, menjawab pertanyaan, meminta bimbingan guru. Dengan melihat kemampuan pemecahan masalah sosiologi siswa yang tergambar pada hasil belajar di siklus I, maka peneliti menganggap perlu dilakukan beberapa perubahan tindakan untuk mencapai hasil yang lebih maksimal di siklus II. 2.. Paparan Data Siklus Kedua. a. Tahap perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti menelaah kurikulum sosiologi kelas XI pokok bahasan perubahan sosial ( Sikap Apriori ) semester Ganjil tahun ajaran 2014/2015, membuat soal, mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat.

(52) 42. aktivitas siswa selama berlangsung proses belajar mengajar di kelas pada pelaksanaan tindakan siklus I.. a. Tahap Pelaksaanaan Tindakan . .Pada pertemuan V {Rabu, 3 September 2014} Pada pertemuan V tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses. belajar mengajar berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang tercatat pada pertemuan V, yaitu: 1) Frekuensi kehadiran siswa pada pertemuan V sebanyak 35 orang dari 35 siswa. Hal ini menandakan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran. 2) Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 31 orang. Hal ini menandakan adanya peningkatan banyaknya siswa yang memperhatikan proses pembelajaran disetiap pertemuan 3) Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran berlangsung sebanyak 4 orang. Hal ini menandakan semakin berkurangnya siswa yang melakukan hal negatif seperti ribu, mengerjakan tugas lain dll. 4) Siswa yang mampu memahami masalah/soal yang diberikan sebanyak 30 orang. 5) Siswa yang mampu membuat rencana penyelesaian terhadap masalah/soal yang diberikan sebanyak 31 orang. 6) Siswa yang mampu menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan rencana penyelesaian sebanyak 28 orang. 7) Siswa yang mampu mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian masalah/soal yang telah dikerjakan sebanyak 25 orang. . Pada pertemuan VI {Rabu, 10 September 2014}.

(53) 43. Pada pertemuan VI tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang tercatat pada pertemuan VI, yaitu: 1. Frekuensi kehadiran siswa pada pertemuan VI sebanyak 32 orang dari 35 siswa. Hal ini menandakakan perhatian saiswa pada proses pembelajaran. 2. Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 31 orang. Hal ini menandakan adanya peningkatan banyaknya siswa yang memperhatikan proses pembelajaran. 3. Siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran berlangsung sebanyak 4 orang. Hal ini menandakan semakin berkurangnya siswa yang melakukan hal negatif seperti rebut, mengerjakan tugas lain dll. 4. Siswa yang mampu memahami masalah/soal yang diberikan sebanyak 30 orang. 5. Siswa yang mampu membuat rencana penyelesaian terhadap masalah/soal yang diberikan sebanyak 31 orang. 6. Siswa yang mampu menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan rencana penyelesaian sebanyak 28 orang. 7. Siswa yang mampu mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian masalah/soal yang telah dikerjakan sebanyak 25 orang. . Pada pertemuan VII Pada pertemuan VII tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses. belajar mengajar berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang tercatat pada pertemuan VII, yaitu:.

(54) 44. 1) Frekuensi kehadiran siswa pada pertemuan VII sebanyak 35 orang dari 35 siswa. Hal ini menandakakan perhatian saiswa pada proses pembelajaran. 2) Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 35 orang. Hal ini menandakan adanya peningkatan banyaknya siswa yang memperhatikan proses pembelajaran 3) Tidak ada siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini menandakan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga tidak ada siswa lagi yang melakukan hal-ha negatip seperti ribut, mengerjakan tugas lain dll. 4) Siswa yang mampu memahami masalah/soal yang diberikan sebanyak 34 orang. 5) Siswa yang mampu membuat rencana penyelesaian terhadap masalah/soal yang diberikan sebanyak 34 orang. 6) Siswa yang mampu menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan rencana penyelesaian sebanyak 34 orang. 7) Siswa yang mampu mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian masalah/soal yang telah dikerjakan sebanyak 30 orang. . Pertemuan VIII {Rabu, 17 September 2014} Memberikan tes hasil belajar sosiologi siklus II dan setelah siswa selesai. mengerjakan tes, peneliti membagikan angket. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa data yang diperoleh dari hasil evaluasi dan observasi dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. b. Tahap observasi dan evaluasi.

(55) 45. 1.. HasilObservasi. Tabel 4.8. Lembar observasi Siswa Pada Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siklus II Indikator yang diamati. 1 2. Kehadiran siswa Siswa yang mengajukan solusi ketika guru memberikan masalah untuk memotivasi di awal pembelajaran Siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang diberikan. 3. 4. 5. 6. 7. Siswa yang mengajukan solusi dalam kelompok terhadap masalah yang diberikan Siswa yang menanggapi solusi permasalahan yang diajukan oleh siswa lain dalam kelompok Siswa yang aktif bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah Siswa yang melakukan kegiatan lain ketika proses pembelajaran berlangsung Berdasarkan hasil diatas, secara. Pertemuan Ke1 2 3 4. 5. Rerata. %. 35. 32. 35. 35. 34,25. 97,85. 15. 16. 15. 17. 11,75. 33,57. 10. 14. 15. 18. 14.25. 40.71. 10. 15. 15. 20. 15. 42.86. 10. 12. 13. 15. 12.5. 35.71. 21. 26. 28. 31. 26.5. 75.71. 8. 6. 8. 5. 6.75. 19.26. Tes Siklus II. No. umum dapat dikatakan bahwa kegiatan. pada siklus II ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. pada akhir siklus II siswa diberi tes untuk menguji kemampuan mereka, dengan tetap memperketat pengawasan sebagaimana telah diuraikan pada analisis kuantitatif dan analisis kualitatif, hasil yang diperoleh siswa pada tes siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena model pembelajaran berbasis masalah, merupakan suatu konsep belajar, guru menghadirkan situasi dunia nyata.

(56) 46. ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri, sehingga modelpembelajaran berbasis masalah merupakan modelpembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar sekolah. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah yang melibatkan siswa secara aktif diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sehingga hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna. 2.. Hasil Evaluasi. 1) Analisis data kuantitatif a. Tes Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa pada Siklus II Setelah dilakukan tindakan selama 3 kali pertemuan, diadakan evaluasi dengan memberikan tes hasil belajar sosiologi pada akhir siklus II. Hasil analisis deskriptif skor hasil belajar sosiologi siswa kelasXI SMA Tridharma MKGR Makassar setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II disajikan pada tabel berikut ini..

(57) 47. Tabel 4.4: Statistik Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar Pada Tes Akhir Siklus II Statistik. Nilai statistik. Subyek. 35. Skor Ideal. 100. Skor Tertinggi. 100. Skor Terendah. 55. Rentang Skor. 45. Skor Rata-rata. 80. Standar Deviasi. 11,2. Jika hasil belajar sosiologi siswa pada siklus II tersebut dikelompokkan kedalam 4 kategori (interval), maka diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.5: Distribusi Frekuensi Persentase Skor Hasil Belajar Sosiologi Siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar Akhir Siklus II. Skor. Kategori. Frekuensi. Persentase (%). 0 – 35. Sangat rendah. 0. 0. 35 – 54. Rendah. 0. 0. 55 – 69. Sedang. 3. 8,57. 70 – 84. Tinggi. 18. 51,42. 85 – 100. Sangat Tinggi. 14. 40. 35. 100%. Jumlah. Berdasarkan tabel 4.5 diatas dikemukakan bahwa dari 35siswa kelas X SMA Tridharma MKGR Makassar tidak terdapat siswa yang berada pada kategori sangat rendah dan pada kategori rendah, 3 siswa atau sekitar 8,57% siswa yang berada pada kategori sedang, 18siswa atau sekitar 51,42% siswa yang berada pada.

(58) 48. kategori tinggi, 14 siswa atau sekitar 40% siswa yang berada pada kategori sangat tinggi. Dengan memperhatikan skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar, setelah dilakukan penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Berikut ini adalah gambar grafik diagram batang dari hasil belajar dari siklus II sebagai berikut:. Rendah. Sedang. Tinggi. 0,00%. 8,57%. 51,42%. persentase. Sangat Tinggi 40,00%. Tabel. 4.6 Distribusi Ketuntasan Belajar Sosiologi Siswa pada Siklus II No. Skor. Kategori. Frekuensi. 1.. 0 – 69. Tidak tuntas. 2.. 70 -100. Tuntas. 3 32. Jumlah. 35. Persentase (%) 8,57 91,42 100.

(59) 49. Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa pada siklus II persentase ketuntasan siswa sebesar 91,42% yaitu 32 siswa dari 35siswa termasuk dalam kategori tuntas dan 8,57% yaitu 3siswa dari 35siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas. 3.. Respon Siswa Pada pertemuan V, VI dan VII siswa sudah mengetahui proses. pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Penggunaan model ini mulai memikat perhatian siswa. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perubahan sikap siswa dari yang tadinya ribut, main-main kini mulai antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa sudah mampu bekerja sama dengan teman kelompoknya mengerjakan soal sesuai dengan tahaptahap dalam proses pembelajaran berbasis masalah. c. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan hasil tes sosiologi melalui penerapan pendekatan pemecahan masalah di kelas SMA Tridharma MKGR Makassar pada siklus II maka dapat direfleksikan bahwa target-target pencapaian belajar yang telah dirumuskan dan indikator keberhasilan tindakan dengan model pembelajaran berbasis masalah telah terpenuhi sehingga penelitian dianggap cukup pada siklus II. Peningkatan hasil belajar sosiologi pada siklus II tidak terlepas dari koreksi dan pembenahan-pembenahan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung pada siklus II, terutama dalam hal efektivitas tindakan guru dalam pembelajaran yang harus selalu berorientasi pada terwujudnya kualitas interaksi belajar mengajar melalui pendekatan pemecahan masalah..

(60) 50. Pada siklus II, salah satu yang mendapat perhatian guru adalah menekankan kepada siswa agar percaya diri dalam memerankan suatu peran, dan semakin sering memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang aktif dalam memecahkan masalah.. B. Pembahasan Berdasarkan analisis deskriptif kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar, diperoleh bahwa skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada Siklus I adalah 68,3 sedangkan skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah sosiologi siswa pada Siklus II adalah 78,74 dari skor ideal yang mungkin dicapai yaitu 100. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor sebesar 10,44 sehingga secara kuantitatif diperoleh bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah sosiologi siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar setelah penerapan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasanperubahan sosial Hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa jumlah siswa yang hadir ketika pembelajaran berlangsung, siswa yang memperhatikan, siswa yang melakukan aktivitas negatif, siswa yang mampu memahami masalah/soal yang diberikan, siswa yang mampu membuat rencana penyelesaian terhadap masalah/soal, siswa yang mampu menyelesaikan masalah/soal sesuai dengan rencana penyelesaian, dan siswa yang mampu mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian masalah/soal yang telah dikerjakan dari Siklus I sampai akhir Siklus II terus mengalami peningkatan. Dengan demikian, secara kualitatif dari Siklus I sampai Siklus II kemampuan pemecahan masalah sosiologi siswa XI SMA.

(61) 51. Tridharma MKGR Makassar melalui pembelajaran berbasis masalah dapat meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI SMA Tridharma MKGR Makassar secara kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah efektif dilaksanakan.Ini disebabkan oleh karena pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa untuk mampu berfikir logis dalam memecahkan suatu masalah dan keterampilan intelektual ketika diberikan tes atau ujian tertulis untuk diselesaikan..

(62) 52. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: Secara kualitatif bahwa dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pelajaran sosiologi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sosiologi yaitu meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, gairah belajar siswa yang tinggi, semangat belajar yang besarserta rasa percaya pada diri sendiri. Berdasarkan data kuantitatif bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran sosiologi melalui pembelajaran berbasis masalah terjadi perubahan yang positif pada siswa kelas XI Tridharma MKGR Makassar yaitu meningkatnya penguasaan materi sosiologi dengan pokok bahasan realitas dan masalah sosial dilihat dari hasil belajar siswa dari skor rata- rata siswa 68,31 pada siklus I menjadi 80,37 pada siklus II.. B. Saran Dari hasil penelitian yang mengindikasikana dan peningkatan hasil belajar dan terjadinya perubahana ktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran sosiologi maka diajukan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada guru khususnya guru Sosiologi agar menerapkan pembelajaran berbasis masalah sejak dini untuk meningkatkan kemampuan. 51.

(63) 53. siswa dalam memahami suatu masalah yang dihadapi agar mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut. 2. Siswa yang hasil belajarnya tergolong rendah hendaknya diberikan perlakuan khusus berupa bimbingan, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi yang ia ketahui baik secara perorangan maupun dengan kerja kelompok. Melakukan penugasan kepada siswa sesuai dengan bahan yang telah dikembangkan baik secara individual maupunkelompok. 3. Guru hendaknya memberikan motivasi dan menciptakan interaksi yang harmonis antara guru dan siswa, memberikan umpan balik positif terhadap tanggapan siswa dan menekankan konsep dari materi yang diberikan. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan soal. 4. Sekolah hendaknya mengumpulkan bahan informasi tentang proses pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah. 5. Diharapkan kepadatenaga-tenaga pengajar bidang studi khususnya bidang studi sosiologi agar model pembelajaran berbasis masalah selalu diterapkan karena dalam penelitian tindakan kelas ini terjadi peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses siswa dalam pelajaran sosiologi..

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi penelitian ini diharapkan dinas kesehatan/ masyarakat dapat menurunkan gejala Post Traumatic Stress Disorders dari seseorang yang menunjukkan banyak gejala menjadi

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Kesalahan umum yang menyebabkan plagiarisme tidak disengaja termasuk menggunakan kata- kata atau bagian dari sumber asli tanpa menggunakan tanda kutip dan / atau tanpa mengutip sumber;

Pengawasan kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila dipergunakan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan

Mengenai hal ini, apa yang telah dilaku- kan oleh pemerintah Iran bisa dijadikan bahan kajian yang tepat, yaitu karena konsekuensi atas pelarangan perkawinan sesama

Penelitian menggunakan 60 ekor ayam pedaging, dua puluh ekor ayam di awal penelitian diambil darahnya untuk pengamatan titer antibodi asal induk terhadap infeksi virus