• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH VARIETAS TUK TUK (Allium ascalonicuml.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH VARIETAS TUK TUK (Allium ascalonicuml."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH

VARIETAS TUK TUK (Allium ascalonicumL.) ASAL BIJI

SKRIPSI

OLEH :

BEATRIX SOFRANES NAPITUPULU 130301227

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH

VARIETAS TUK TUK (Allium ascalonicumL.) ASAL BIJI

SKRIPSI

OLEH :

BEATRIX SOFRANES NAPITUPULU 130301227

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk dapat Meraih Gelar Sarjana Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera UtaraMedan.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(3)

Judul :Pengaruh Lama Perendaman Dan Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah Varietas TukTuk (Allium ascalonicumL.) Asal Biji

Nama : Beatrix Sofranes Napitupulu

NIM : 130301227

Program Studi :Agroekoteknologi

Minat :Budidaya Pertanian Dan Perkebunan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:

(Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.) (Ir. Asil Barus, MS.

Ketua Anggota

)

Mengetahui,

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP.

Ketua Program Studi Agroekoteknologi )

(4)

ABSTRACT

BEATRIX SOFRANES NAPITUPULU : Respons in growth and production of True Shallot Seed (TSS) (Allium ascalonicum L.) of onion verieties of Tuk Tuk to application of long soaking and concentration of coconut water, supervised by RATNA ROSANTY LAHAY and ASIL BARUS.

This research was conducted to find out the influence of long soaking and concentration of coconut water towards the growth and production of onion varieties of seed origin Tuk Tuk. This research is set in farmland communities located on Jalan Bunga Rampai II Gang Saudara, Simalingkar B, kecamatan Medan Tuntungan, Medan, in April–August 2017 using randomized factorial design group with 2 factor treatment namely coconut water concentration (0; 25;

50; 75; 100%) and long soaking (60; 120; 180 minutes). The observed parameters are the number of leaf 2–7 weeks after transplanting, plant height 2–7 weeks after transplanting, diameter of the bulbs, wet weight and dry weight of bulbs. The results showed that concentrations of coconut water against parameters leaves 3 weeks after transplanting but is not real against other observation parameters. The effect of long soaking real against the parameters the number of leaf 2, 4, 5, 6 and 7 weeks after transplanting, plant height 2–7 weeks after transplanting, wet weights and dry weight of bulbs. The interaction between the concentration of coconut water and long soaking effect is not real to all parameters of observation.

Keywords: coconut water, onion varieties Tuk Tuk, a long soaking.

(5)

ABSTRAK

BEATRIX SOFRANES NAPITUPULU : Pengaruh lama perendaman dan konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas Tuk Tuk (Allium ascalonicumL.) asal biji. Dibimbing oleh RATNA ROSANTY LAHAY dan ASIL BARUS.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dan konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas Tuk Tuk asal biji, bertempat di lahan pertanian masyarakat yang terletak di Jalan Bunga Rampai II Gang Saudara, Simalingkar B, kecamatan Medan Tuntungan, Medan, pada bulan April-Agustus 2017 menggunakan Rancangan Acak Kelompok factorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu konsentrasi air kelapa (0; 25;

50; 75; 100%) dan lama perendaman (60; 120; 180 menit). Parameter yang diamati adalah jumlah daun 2 – 7 MSPT, tinggi tanaman 2 – 7 MSPT, diameter umbi, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MSPT namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pengamatan lainnya.

Perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 2, 4, 5, 6, dan 7 MSPT, tinggi tanaman 2 – 7 MSPT, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi. Interaksi antara konsentrasi air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Kata kunci : air kelapa, bawang merah varietas Tuk Tuk, lama perendaman

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Agustus 1995 anak keempat dari 4 bersaudara dari Ayahanda Prof. Dr. Ir. H. L. Napitupulu, DEA dan Ibunda Ir. R. Sipayung, M.P..

Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Swasta Methodist 1 Medan dan pada tahun 2013 penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui Ujian Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis memilih Program Studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten Laboratorium Dasar Agronomi (2015-2016), asisten Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura (2016-2017), asisten Laboratorium Dasar Hortikultra (2016-2017), asisten Dasar Agronomi (2016-2017), dan terdaftar dalam kegiatan organisasi di HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Tolan Tiga Indonesia Kebun SIPEF Estate pada bulan Juli-Agustus 2016.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Lama Perendaman Dan Konsentrasi Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk (Allium ascalonicumL.) Asal Biji” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar sarjana di Fakutas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda H. L. Napitupulu dan Ibunda R. Sipayung yang telah memberikan

dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Asil Barus, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing, memberikan saran dan kritik serta berbagai masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta sahabat dan teman di lingkungan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi petani budidaya bawang merah serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2017

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh... 5

Tanah ... 5

Iklim ... 6

Perendaman Benih ... ` 7

Air Kelapa ... 8

Auksin ... 9

Sitokinin ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 14

Pembuatan Media Tanam ... 14

Aplikasi Perlakuan ... 14

Persemaian Benih ... 15

Penanaman ... 15

Pemeliharaan Tanaman ... 15

(9)

Penyulaman ... 15

Penyiraman ... 16

Pemupukan ... 16

Penyiangan dan Pembumbunan ... 16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17

Panen... 17

Pengeringan ... 17

Peubah Amatan ... 17

Jumlah Daun ... 17

Tinggi Tanaman ... 17

Diameter Umbi ... 18

Bobot Basah Umbi ... 18

Bobot Kering Umbi ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 36

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Rataan jumlah daun (helai) tanaman bawang merah umur

2 – 7 MSPT pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama

perendaman ... 20 Tabel 2. Rataan tinggi tanaman (cm) bawang merah umur

2 – 7 MSPT pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama

perendaman ... 23 Tabel 3. Rataan diameter umbi (mm) tanaman bawang merah pada

perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman ... 24 Tabel 4. Rataan bobot basah umbi (g) tanaman bawang merah pada

perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman ... 25 Tabel 5. Rataan bobot kering umbi (g) tanaman bawang merah pada

perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman ... 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Hubungan jumlah daun tanaman bawang merah umur 7 MSPT

pada berbagai lama perendaman ... 21 Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman bawang merah umur 7 MSPT pada

berbagai lama perendaman ... 22 Gambar 3. Hubungan bobot basah umbi tanaman bawang merah pada

berbagai lama perendaman ... 26 Gambar 4. Hubungan bobot kering umbi tanaman bawang merah pada

berbagai lama perendaman ... 27

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk ... 36

Lampiran 2. Bagan Penelitian ... 37

Lampiran 3. Bagan Penanaman Dalam Plot ... 38

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 39

Lampiran 5. Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 2 MSPT ... 40

Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 2 MSPT ... 40

Lampiran 7. Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 3 MSPT ... 41

Lampiran 8. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 3 MSPT ... 41

Lampiran 9. Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 4 MSPT ... 42

Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 4 MSPT ... 42

Lampiran 11. Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 5 MSPT ... 43

Lampiran 12. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 5 MSPT ... 43

Lampiran 13. Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 6 MSPT ... 44

Lampiran 14. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 6 MSPT ... 44

Lampiran 15. Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 7 MSPT ... 45

Lampiran 16. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 7 MSPT ... 45

(13)

Lampiran 17. Data Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 2 MSPT . 46 Lampiran 18. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur

2 MSPT ... 46 Lampiran 19. Data Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 3 MSPT . 47 Lampiran 20. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur

3 MSPT ... 47 Lampiran 21. Data Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 4 MSPT . 48 Lampiran 22. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur

4 MSPT ... 48 Lampiran 23. Data Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 5 MSPT . 49 Lampiran 24. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur

5 MSPT ... 49 Lampiran 25. Data Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 6 MSPT . 50 Lampiran 26. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur

6 MSPT ... 50 Lampiran 27. Data Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 7 MSPT . 51 Lampiran 28. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur

7 MSPT ... 51 Lampiran 29. Data Diameter Umbi Tanaman Bawang Merah ... 52 Lampiran 30. Sidik Ragam Diameter Umbi Tanaman Bawang

Merah ... 52 Lampiran 31. Data Bobot Basah Umbi Tanaman Bawang Merah ... 53 Lampiran 32. Sidik Ragam Bobot Basah Umbi Tanaman Bawang

Merah ... 53 Lampiran 33. Data Bobot Kering Umbi Tanaman Bawang Merah ... 54 Lampiran 34. Sidik Ragam Bobot Kering Umbi Tanaman Bawang

Merah ... 54 Lampiran 35. Foto Penelitian ... 55

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif.Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah.Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih

ditemui berbagai kendala, baik kendala yang bersifat teknis maupun ekonomi (Sumarni dan Hidayat, 2005).

Dari data Badan Pusat Statistik (2015) mencatat produksi bawang merah di Sumatera Utara pada tahun 2015 sebesar 9.971 ton yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan produksi bawang merah di Sumatera Utara pada tahun 2014 yaitu sebesar 7.810 ton. Namun hal tersebut belum memenuhi kebutuhan bawang merah di Sumatera Utara yang mencapai 66.420 ton pada tahun 2015, dan diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk(Sembiring, 2016).

Bibit yang berasal dari umbi, daya produksinya relatif tidak berubah seiring bergantinya waktu.Karena itu, suatu waktu produksi bawang merah akan mengalami penurunan.Peningkatan daya hasil hanya bisa dilakukan melalui perbaikan kultur teknis. Untuk meningkatkan produktivitas bawang merah selain perbaikan kultur teknis, petani perlu dikenalkan varietas unggul “TUK TUK”

yang dapat ditanam melalui biji. Ciri-ciri bawang merah ini antara lain bentuk

(15)

umbi bulat, ukuran seperti bawang merah lokal Philipina, umbi berwarna merah muda sampai kecoklatan (Departemen Pertanian, 2007).

Upaya untuk memenuhi kebutuhan bawang merah Sumatera Utara, selain dengan menggunakan benih asal biji, dapat juga dilakukan dengan memperbaiki tekhnik budidaya tanaman seperti pemberian hormon pada tanaman baik dengan cara perendaman bahan tanam maupun dengan menyiramkan ke tanaman. Salah satu hormon yang sering digunakan untuk memperbaiki kualitas tanaman adalah ZPT yang ada di dalam air kelapa.Air kelapa banyak digunakan untuk merangsang pertumbuhan pada tanaman yang distek karena zat yang terkandung dalam air kelapa dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas.

Menurut Suryanto (2009) dalam Tiwery (2014) menyatakan bahwa air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Air kelapa kaya akan kalium, mineral, diantaranya Kalsium (Ca), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), dan Sulfur (S), gula dan protein. Disamping kaya mineral, dalam air kelapa juga terdapat 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel.

Dari hasil penelitian Sembiring (2016) menunjukkan bahwa, perendaman umbi pada konsentrasi air kelapa sebanyak 75% menghasilkanpertumbuhan dan produksi jumlah umbi yang tinggi dibanding konsentrasi 0%; 25%; 50%; dan 100%.

Tampubolon (2016) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, pemberian air kelapa pada tanaman saga nyata meningkatkan tinggi kecambah,

(16)

daya berkecambah, dan waktu berkecambah mencapai 80% selama 9 hari pada konsentrasi 50%.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh perendaman biji bawang merah dengan berbagai konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Tuk Tuk asal biji.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah varietas Tuk Tuk (Allium ascalonicumL.) asal biji terhadap perendaman benih dalam berbagai konsentrasi air kelapa.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh yang nyata konsentrasi dan lama perendaman air kelapa serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah varietas Tuk Tuk (Allium ascalonicum L.) asal biji.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kedudukan bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta, Sub Divisio:

Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Liliales, Famili: Liliaceae, Genus: Allium, Spesies: Allium ascalonicumL.(Tjitrosoepomo, 1988).

Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh tegak dengan tinggi 15 – 50 cm dan membentuk rumpun.Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang.Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan terhadap tanah yang kering (Rahayu dan Berlian, 1999).

Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya seperti cakram, tipis, dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik tumbuh).Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (bulbus). Di antara lapisan kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada tanaman bawang merah berasal dari bahan tanam umbi (Rukmana, 2005).

Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun.Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak.Daun bawang merah berwarna hijau pada saat muda dan berwarna kuning kecoklatan jika sudah tua (Rahayu dan Berlian, 1999).

(18)

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan bertangkai yang keluar dari ujung tanaman dengan panjang antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga tersusun melingkar seolah-olah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Bakal buah ini sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah (carpel) yang membentuk 3 buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 bakal biji (Wibowo, 2007 dalam Sembiring, 2010).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 – 3 butir.Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam.Biji-biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif (Rukmana, 2005).

Syarat Tumbuh Tanah

Bawang merah dapat ditanam tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik atau humus.Selain itu, hendaknya dipilih tanah yang bersifat mudah menyerap air, aerasinya baik, dan tidak becek. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi secara manual sehingga produksi tinggi. Jenis tanah yang baik adalah lempung berpasir atau berdebu karena sifat demikian mempunyai aerasi bagus dan drainase baik (Wibowo, 2009).

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah dan tekstur sedang sampai liat.Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol (Tim

(19)

Prima Tani, 2011). Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga produksi. Selain itu, bawang merah hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air, aerasinya baik, dan tidak becek (Rahayu dan Berlian, 1999).

Pada tanah yang becek, pertumbuhan tanaman akan kerdil sehingga menyebabkan umbinya menjadi busuk. Selain itu tanaman ini sangat tanggap (responsive) terhadap kemasaman tanah. Tanaman bawang merah dapat tumbuh pada pH tanah netral (5,6 – 6,5). Bila pH kurang dari 5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam-garam Aluminium (Al). Sebaliknya pada pH di atas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga umbinya kecil-kecil dan hasilnya menjadi rendah (Rukmana, 2005).

Iklim

Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah menghendaki daerah beriklim kering disertai suhu yang agak panas, cuaca cerah, dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Apabila tanaman bawang merah ditanam di tempat yang terlindung akan menyebabkan pertumbuhan umbi menjadi kecil sehingga hasilnya kurang memuaskan (Rahayu dan Berlian, 1999).

Untuk pertumbuhannya tanaman bawang merah dapat tumbuh baik pada suhu antara 25-32o C dengan iklim kering serta suhu rata-rata tahunannya 30o C.

Bila suhu di atas 32o

Tanaman bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi (0 – 1000 m dpl).Ketinggian optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan

C maka air tanah cepat menguap sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Wibowo, 2007 dalam Sembiring, 2010).

(20)

bawang merah adalah 0 – 450 m dpl.Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi.Tanaman ini membutuhkan penyinaran matahari maksimal (minimal 70% penyinaran) dan kelembaban nisbi 50 – 70%

(Tim Prima Tani, 2011).

Perendaman Benih

Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa benih asal biji.Proses paling awal yang terjadi pada perkecambahan benih adalah penyerapan air oleh benih dari media dimana benih tersebut ditanam atau dikecambahkan. Proses penyerapan ini lebih merupakan proses fisika yang disebabkan oleh perbedaan potensi air antara benih dengan media sekitarnya.

Proses penyerapan air oleh benih ini disebut imbibisi (Lakitan, 1996).

Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air (Sutopo, 2002).

Mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya proses difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Proses

(21)

imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman (Wachid, 2006).

Air Kelapa

Kristina (2012) dalam Wati (2013) menyatakan bahwa seiring dengan bertambahnya umur dari buah kelapa, kandungan ZPT alaminya juga akan berkurang, penurunan kandungan ZPT alami ini terjadi karena energi yang ada dibutuhkan untuk pembentukan daging buah. Komposisi kandungan air kelapa muda antara lain Giberelin (0,460 ppm GA3, 0,225 ppm GA5, 0,053 ppm GA7

Buah kelapa muda memiliki kandungan endosperm seperti susu dikarenakan kandungan hormon sitokinin maupun auksin alami masih tinggi, daging buah tipis, volume air lebih banyak kurang lebih setengah liter. Sedangkan pada buah kelapa tua memiliki kandungan endosperm kecoklatan, daging buah tebal, dan volume air lebih sedikit dibandingkan kelapa muda karena jumlah air kelapa makin berkurang sesuai dengan bertambahnya umur buah (Sujarwati, 2011 dalam Wati, 2013).

), Sitokinin (0,441 ppm Kinetin, 0,247 ppm Zeatin), dan Auksin (0,237 ppm IAA) (Djamhuri, 2011).

Air kelapa mengandung hormon sitokinin (5,8 mg/l), auksin (0,07 mg/l), sedikit giberelin serta senyawa lain yang dapat menstimulus perkecambahan dan pertumbuhan (Morel, 1974 dalam Karimah, 2013). Marpaung dan Hutabarat (2015) menyatakan bahwa perendaman stek batang bibit tin dalam jenis bahan alami air kelapa 50% menghasilkan waktu bertunas lebih cepat, panjang tunas, jumlah daun, panjang dan bobot basah akar yang tinggi.

(22)

Berdasarkan penelitian Djamhuri (2011) menunjukkan bahwa pemberian air kelapa pada stek pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.) dapat meningkatkan persentase hidup, persentase bertunas, persentase berakar dan berat kering akar. Air kelapa memiliki efektifitas yang sama dengan 100 ppm IBA maupun dengan 100 ppm NAA. Ekasetya (2012) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perendaman biji mentimun dalam air kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah bunga, dan berat buah pada tanaman mentimun.

Auksin

Istilah auksin pertama kali diperkenalkan tahun 1926 oleh Frits Went di Belanda.Auksin yang ditemukan oleh Went, sekarang dikenal sebagai asam indolasetat (indole-3-acetic acid, disingkat IAA).Beberapa ahli yakin bahwa IAA diidentikkan dengan hormon auksin (Lakitan, 1996).

Menurut Dewi (2008) dalam Arimarsetiowati dan Ardiyani (2012) menyatakan bahwa Zat Pengatur Tumbuh (plant growth regulator) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (<1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Menurut penelitian Erliandi (2015) menunjukkan bahwa perendaman auksin pada bibit tebu teknik bud chip berpengaruh nyata pada luas daun 8 MST dan rasio pucuk akar 8 MST.

Pengaruh IAA terhadap pertumbuhan batang dan akar dari kecambah kacang kapri menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih besar dari tanaman kontrol. IAA yang diproduksi di tunas ujung diangkut ke bagian bawah berfungsi mendorong pemanjangan sel batang. IAA memacu pemanjangan sel batang hanya

(23)

pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh menghambat ini kemungkinan terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi mengakibatkan tanaman mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh berlawanan dengan IAA.

Berbeda dengan pertumbuhan batang, pada akar, konsentrasi IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu pemanjangan sel-sel akar, sedangkan konsentrasi IAA yang tinggi menghambat pemanjangan sel akar (Dewi, 2008).

Sitokinin

Sekitar tahun 1913, di Australia, Gottileb Haberlandt menemukan suatu senyawa tak dikenal dalam jaringan pembuluh berbagai tanaman yang dapat merangsang pembelahan sel, menyebabkan pembentukan kambium gabus, dan penyembuhan luka pada umbi kentang. Tampaknya penemuan Haberlandt tersebut merupakan demonstrasi pertama yang menunjukkan bahwa tanaman mengandung senyawa yang sekarang dikenal sebagai sitokinin, yang merangsang proses sitokinensis (Lakitan, 1996).

Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis).

Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang (Dewi, 2008).

Menurut penelitian Nasution (2014) menunjukkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh BAP 25 mM efektif untuk memacu pertumbuhan kalus bunga

(24)

betina kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ditandai dengan kenaikan berat basahnya yaitu 0,455 g.

(25)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat jalan Bunga Rampai II, Simalingkar B, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai dengan bulan Agustus 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah varietas Tuk Tuksebagai objek pengamatan, air kelapa sebagai perlakuan yang akan diaplikasikan, pupuk NPK (15:15:15) sebagai pupuk dasar, pupuk Urea sebagai pupuk susulan,kertas label perlakuan dan penanda sampel untuk menandai perlakuan dan sampel,polybag sebagai tempat media tanam, tanah topsoil dan pupuk kompos sebagai media tanam,air untuk menyiram tanaman dan bahan- bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah ukuran 1 liter untuk mengukur volume air kelapa dan air serta tempat merendam benih, stopwatch untuk menghitung waktu perendaman benih, cangkul untuk mengaduk media tanam, meteran untuk mengukur luas lahan percobaan, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan untuk menimbang pupuk, spidol untuk menulis label, kamera untuk mendokumentasikan penelitian, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter umbi setelah panen, form data, kalkulator, alat tulis, dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.

(26)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu :

Faktor I :Konsentrasi Air Kelapa (K) dengan5 taraf perlakuan, yaitu : K0 = 0% (Kontrol)

K1 =25%

K2 =50%

K3 = 75%

K4 = 100%

Faktor II :Lama Perendaman (P) dengan 3 taraf perlakuan, yaitu : P1 = 60 menit

P2 = 120 menit P3 = 180 menit

Sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan, yaitu :

K0P1 K0P2 K0P3

K1P1 K1P2 K1P3

K2P1 K2P2 K2P3

K3P1 K3P2 K3P3

K4P1 K4P2 K4P3

Jumlah ulangan = 3

Jumlah kombinasi = 15

Jumlah plot = 45 plot

Ukuran 1 plot = 100 cm x 100 cm

Jarak antar blok = 50 cm

(27)

Jarak antar plot = 30 cm

Jarak tanam = 30 cm x 30 cm

Jumlah tanaman/plot = 10 tanaman Jumlah sampel/plot = 10 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3, 4, 5; k = 1, 2, 3

Yijk =Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan konsentrasi air kelapa pada taraf ke-j dan perlakuan lama perendaman pada air kelapa pada taraf ke-k μ = Nilai tengah

ρi= Pengaruh blok ke-i

αj= Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa taraf ke- j βk= Pengaruh perlakuan lama perendaman ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi konsentrasi air kelapapada taraf ke- j dan lama perendaman pada taraf ke-k

εijk= Pengaruh galat pada blok ke-i konsentrasi air kelapa pada taraf ke-j dan lama perendaman pada taraf ke-k

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%.

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul, parang dan alat yang mendukung.

Lahan diolah dan digemburkan menggunakan cangkul dengan kedalaman

± 30 cm kemudian tanah dibalikkan, dihancurkan serta dihaluskan. Selanjutnya dibuat plot-plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm serta jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 50 cm dan parit drainase sedalam 30 cm agar terbebas dari air.

Pembuatan Media Tanam

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah top soil : arang sekam 3 : 1. Media tanam yang digunakan adalah top soil yang telah diayak untuk memisahkan media tanam dari bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti batu, akar dan lain-lain.Media yang telah tercampur di masukkan kedalam polybag dan memiliki berat 2 kg pada masing-masing polybag.Media tanam dicampur dengan kompos sebanyak 15 g/polybag.Polybag diletakkan dan disusun dengan jarak 30 cm x 30 cm pada plot percobaan. Dalam satu plot terdapat 10 polybag.

Aplikasi Perlakuan

Sebelum benih di semai, benih direndam di dalam air dan air kelapa dengan konsentrasi dan lama perendaman yang sudah ditentukan sesuai perlakuan.Air kelapa yang digunakan adalah air kelapa yang masih muda. Benih direndam dalam plastik klip sesuai dengan perlakuan dan diberi label sesuai perlakuan.

(29)

Persemaian Benih

Dibuat bedengan persemaian dengan ukuran 150 cm x 300 cm dengan tinggi 50 cm. Media persemaian dicampur dengan kompos sebanyak 2 kg/m2

Pada bedengan dibuat alur melintang dengan jarak antar alur 5 – 10 cm dan kedalaman 1 cm. Ditaburkan biji bawang merah yang sudah direndam sesuai perlakuan kemudian ditutup alur dengan tanah. Semaian ditutup dengan daun pisang selama 4 hari untuk menjaga kelembaban tanaman kemudian bedengan ditutup dengan atap dari plastik bening sampai bibit berumur 6 minggu. Benih bawang merah disemaikan terlebih dahulu agar diperoleh bibit tanaman yang baik dan seragam.

dan dicampur merata.

Penanaman

Setelah bibit berumur 6 minggu di persemaian, bibit dipindahkan ke lahan pertanaman.Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam terlebih dahulu sedalam 3 cm dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Penanaman dilakukan sore hari untuk menghindari panas matahari sehingga bibit tidak layu.

Pemeliharaan Tanaman Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang rusak atau mati.Penyulaman dilakukan seminggu setelah pindah tanam ke lapangan agar diperoleh tanaman yang seragam.

(30)

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore secara teratur, menggunakan gembor dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan cuaca.Penyiraman dilakukan dari persemaian sampai dengan seminggu sebelum panen.

Pemupukan

Pemupukan bawang merah dilakukan dua tahap, yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan penanaman bibit ke lapangan yang bertujuan sebagai starter pertumbuhan tanaman. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK majemuk (15:15:15) dengan setengah dosis anjuran 0,4 g/polybag(Lampiran 5). Pupuk diberikan dengan cara membuat tugalan dan menanam pupuk di tugal lalu ditutup dengan tanah. Tugalan dibuat sedalam 5 cm lalu ditutup 2 cm dengan tanah.

Pupuk susulan berupa pupuk Urea diberikan ke tanaman pada umur 4 MSPT dengan dosis anjuran0,09 g/polybag (Lampiran 5). Pupuk diberikan dengan caradisebar dalam larikan secara melingkardengan jarak 5 cm dari tanaman lalu ditutup dengan tanah.

Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan dilakukan secara manual yakni mencabut gulma yang tumbuh di dalam plot dan dilakukan pada 6 minggu di persemaian dan 10 minggu di lahan. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan, dengan menambahkan topsoil ke dalam plot.

(31)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan yaitu penyemprotan Fungisida Dithane 4 g/l ke media tanam persemaian dan media tanam setelah pindah tanam sebagai pengendalian penyakit. Pengendalian juga diaplikasikan ke benih bawang merah dengan merendam benih selama ± 15 menit setelah aplikasi perlakuan dengan dosis 4 g/l. Pengendalian hama dilakukan dengan cara manual pada tanaman yang terserang.

Panen

Panen bawang merah biasa dilakukan pada saat bawang merah berumur 12 MSPT (Minggu Setelah Pindah Tanam) setelah 75% daun bagian atas menguning dan rebah. Tanaman dikeringanginkan kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel.Umbi dipotong dari batang dan akar, kemudian dikeringkan selama kurang lebih 2 hari.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan menjemur dibawah panas matahari selama kurang lebih 2 hari.

Peubah Amatan Jumlah Daun

Jumlah daun diambil dengan menghitung seluruh daun yang ada mulai 2 MSPT – 7 MSPT.

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ke ujung daun.Tinggi tanaman diambil mulai 2 MSPT sampai 7 MSPT.

(32)

Diameter Umbi

Diameter umbi per sampel diukur setelah bawang merah kering dengan memggunakan jangka sorong.Diukur pada bagian tengah umbinya yang besar.

Bobot Basah Umbi

Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah panen.Bobot basah umbi diambil setelah umbi bersih dari tanah, kotoran dan daun dipotong ± 1 cm serta akar tanaman dari umbi.

Bobot Kering Umbi

Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah umbi bawang merah dikeringkan selama 2 hari.

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil data pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 5 – 34) diketahui bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 3 MSPT.Perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 2, 4, 5, 6, dan 7 MSPT, tinggi tanaman 2 – 7 MSPT, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi.Interaksi antara konsentrasi air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.

Jumlah Daun

Berdasarkan hasil data pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 5 – 16), diketahui bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MSPT, sedangkan perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 2, 4, 5, 6, dan 7 MSPT. Interaksi antara konsentrasi air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah daun pada umur 4, 5, 6, dan 7 MSPT tertinggi diperoleh pada perlakuan lama perendaman 120 menit yang berbeda nyata dengan perlakuan 60 menit, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan 180 menit. Pada umur 7 MSPT jumlah daun terbanyak diperoleh pada perlakuan 120 menit dengan jumlah 6,41 helai dan terendah dengan perlakuan 60 menit dengan jumlah daun 5,77 helai.Pada umur 3 MSPT pemberian pada perlakuan konsentrasi air kelapa 100% berbeda tidak nyata pada konsentrasi air kelapa 0%, 25%, 50% dan 75%.

Rataan jumlah daun umur 2 – 7 MSPT pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 1.

(34)

Tabel 1.Rataan jumlah daun (helai) tanaman bawang merah umur 2 – 7 MSPT pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman.

Umur

Konsentrasi Air Kelapa(%)

Lama Perendaman (menit)

Rataan 60 menit 120 menit 180 menit

2 MSPT

0% 3,23 3,57 3,70 3,50

25% 3,23 3,70 3,63 3,52

50% 3,33 3,47 3,20 3,33

75% 3,43 3,50 3,60 3,51

100% 3,50 4,07 3,60 3,72

Rataan 3,35b 3,66a 3,55ab

3 MSPT

0% 3,93 3,87 4,03 3,94a

25% 3,87 3,83 3,93 3,88a

50% 3,53 3,97 3,27 3,59a

75% 3,70 4,07 4,17 3,98a

100% 4,07 4,37 4,07 4,17a

Rataan 3,82 4,02 3,89

4 MSPT

0% 4,43 4,83 4,83 4,70

25% 4,03 4,60 4,90 4,51

50% 4,27 4,57 4,07 4,30

75% 4,33 4,93 4,83 4,70

100% 4,93 5,30 4,53 4,92

Rataan 4,40b 4,85a 4,63ab

5 MSPT

0% 4,57 5,27 5,47 5,10

25% 4,50 5,43 5,37 5,10

50% 4,70 5,17 4,37 4,74

75% 5,00 5,43 5,43 5,29

100% 5,10 5,57 5,00 5,22

Rataan 4,77b 5,37a 5,13ab

6 MSPT

0% 5,27 5,93 6,03 5,74

25% 5,07 6,17 6,17 5,80

50% 5,30 5,63 4,90 5,28

75% 5,57 5,77 6,03 5,79

100% 5,77 6,20 5,53 5,83

Rataan 5,39b 5,94a 5,73ab

7 MSPT

0% 5,57 6,37 6,37 6,10

25% 5,37 6,43 6,57 6,12

50% 5,87 6,10 5,23 5,73

75% 5,93 6,30 6,77 6,33

100% 6,10 6,87 6,00 6,32

Rataan 5,77b 6,41a 6,19ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(35)

Hubungan jumlah daun umur 7 MSPT dengan perlakuan berbagai lama perendaman dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan jumlah daun tanaman bawang merah umur 7 MSPT pada berbagai lama perendaman

Gambar 1 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara jumlah daun dengan perlakuan lama perendaman dimana jumlah daun dengan lama perendaman 120 menit meningkat kemudian menurun pada lama perendaman 180 menit.Jumlah daun pada lama perendaman 120 menit meningkat menjadi6,41 helai kemudian menurun menjadi 6,19 helai dengan lama perendaman 180 menit.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil data pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 17 – 28), diketahui bahwa perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 2 – 7 MSPT, sedangkan pemberian konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi

y = -0,436x2+ 1,956x + 4,246 R² = 1

5,40 5,60 5,80 6,00 6,20 6,40 6,60

P1 P2 P3

Jumlah Daun (helai)

Lama Perendaman (menit)

(36)

tanaman.Interaksi antara pemberian konsentrasi air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Hubungan tinggi tanaman umur 7 MSPT dengan perlakuan berbagai lama perendaman dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman bawang merah umur 7 MSPT pada berbagai lama perendaman

Gambar 2 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara tinggi tanaman dengan perlakuan lama perendaman dimana tinggi tanaman meningkat sampai pada lama perendaman 120 menit kemudian menurun setelah lama perendaman 180 menit. Tinggi tanaman pada lama perendaman 120 menit meningkat menjadi 39,27 cm kemudian menurun menjadi 37,04 cm dengan lama perendaman 180 menit.

Rataan tinggi tanaman umur 2 – 7 MSPT pada pemberian konsentrasi air kelapa dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 2.

y = -4,219x2+ 18,86x + 18,42 R² = 1

28,00 30,00 32,00 34,00 36,00 38,00 40,00

P1 P2 P3

Tinggi Tanaman (cm)

Lama Perendaman (menit)

(37)

Tabel 2.Rataan tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 2 – 7 MSPT pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman.

Umur

Konsentrasi Air Kelapa

(%)

Lama Perendaman (menit)

Rataan 60 menit 120 menit 180 menit

2 MSPT

0% 19,36 22,37 22,52 21,42

25% 17,36 21,43 20,58 19,79

50% 19,23 20,74 18,57 19,51

75% 19,57 22,23 21,45 21,08

100% 18,90 21,03 20,02 19,98

Rataan 18,88b 21,56a 20,63ab

3 MSPT

0% 20,01 23,06 23,12 22,06

25% 17,31 21,91 21,47 20,23

50% 19,65 21,68 18,55 19,96

75% 21,12 22,87 21,66 21,88

100% 20,60 24,75 20,98 22,11

Rataan 19,74b 22,85a 21,16ab

4 MSPT

0% 23,19 27,47 26,88 25,85

25% 19,36 24,80 26,12 23,43

50% 21,33 25,09 19,34 21,92

75% 21,87 26,48 24,91 24,42

100% 24,95 29,66 24,21 26,27

Rataan 22,14b 26,70a 24,29ab

5 MSPT

0% 26,43 31,66 31,67 29,92

25% 22,00 27,76 30,19 26,65

50% 21,82 27,89 25,72 25,14

75% 26,11 32,36 31,98 30,15

100% 26,35 33,07 31,65 30,36

Rataan 24,54b 30,55a 30,24ab

6 MSPT

0% 31,84 37,10 37,36 35,43

25% 25,75 33,57 37,99 32,44

50% 29,61 36,13 27,43 31,06

75% 32,45 38,06 38,22 36,24

100% 32,13 37,85 32,23 34,07

Rataan 30,36b 36,54a 34,65ab

7 MSPT

0% 34,19 39,44 39,53 37,72

25% 28,83 36,63 40,80 35,42

50% 32,59 38,94 29,51 33,68

75% 35,33 40,86 41,32 39,17

100% 34,38 40,49 34,04 36,30

Rataan 33,07b 39,27a 37,04ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

(38)

Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman bawang merah pada umur 2 – 7 MSPT tertinggi diperoleh pada perlakuan lama perendaman 120 menit yang

berbeda nyata dengan perlakuan 60 menit, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan 180 menit. Pada umur 7 MSPT tinggi tanaman terbaik diperoleh pada perlakuan 120 menit dengan jumlah 39,27 cm dan terendah dengan perlakuan 60 menit dengan tinggi tanaman 33,07 cm.

Diameter Umbi

Berdasarkan hasil data pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 29 – 30), diketahui bahwa pemberian konsentrasi air kelapa, lama perendaman,dan interaksi antara pemberian konsentrasi air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi.

Rataan diameter umbi pada pemberian konsentrasi air kelapa dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Rataan diameter umbi (mm) tanaman bawang merah pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman.

Konsentrasi Air Kelapa (%)

Lama Perendaman (menit)

Rataan 60 menit 120 menit 180 menit

0% 18,19 20,16 21,71 20,02

25% 17,67 18,88 22,03 19,52

50% 17,41 18,82 15,89 17,37

75% 17,74 22,16 22,04 20,65

100% 22,45 20,35 19,14 20,65

Rataan 18,69 20,07 20,16

Tabel 3 menunjukkan perlakuan pemberian konsentrasi air kelapa 75%

dan 100% menghasilkan diameter umbi cenderung terbesar sedangkan perlakuan konsentrasi air kelapa 50%menghasilkan diameter umbi terkecil, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Begitu juga dengan rataan diameter umbi

(39)

terbesarpada lama perendaman 180 menit dan yang terkecil pada lama perendaman 60 menit, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Bobot Basah Umbi

Berdasarkan hasil data pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 31 – 32), diketahui bahwa perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi, sedangkan pemberian konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi.Interaksi antara pemberian air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi.

Rataan bobot basah umbi tanaman bawang merah pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Rataan bobot basah umbi (g) tanaman bawang merah pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman

Konsentrasi Air Kelapa (%)

Lama Perendaman (menit)

Rataan 60 menit 120 menit 80 menit

0% 4,85 8,35 7,84 7,02

25% 4,92 6,27 7,55 6,25

50% 5,40 6,95 4,47 5,61

75% 5,35 7,41 7,11 6,62

100% 6,76 8,16 5,60 6,84

Rataan 5,45b 7,43a 6,51ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bobot basah umbi terbesar diperoleh pada perlakuan lama perendaman 120 menit dengan bobot 7,43 g dan terendah pada perlakuan lama perendaman 60 menit dengan bobot 5,45 g. Bobot basah umbi bawang merah pada perlakuan lama perendaman P2 dan P3 berbeda tidak nyata, namun perlakuan lama perendaman 120 menit berbeda nyata dengan perlakuan lama perendaman 60 menit.

(40)

Hubungan bobot basah umbi tanaman bawang merah dengan perlakuan berbagai lama perendaman dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Hubungan bobot basah umbi tanaman bawang merah pada berbagai lama perendaman.

Gambar 3 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara bobot basah umbi dengan perlakuan lama perendaman dimana bobot basah umbi akan meningkat pada lama perendaman 120 menit kemudian menurun setelah lama perendaman 180 menit. perlakuan lama perendaman tersebut adalah 120 menit dengan bobot basah umbi sebesar 7,43 g.

Bobot Kering Umbi

Berdasarkan hasil data pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 31 – 32), diketahui bahwa perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering umbi, sedangkan pemberian konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi.Interaksi antara pemberian air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi.

y = -1,444x2+ 6,306x + 0,592 R² = 1

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

P1 P2 P3

Bobot Basah Umbi (g)

Lama Perendaman (menit)

(41)

Rataan bobot kering umbi tanaman bawang merah pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan bobot basah umbi terbesar diperoleh pada perlakuan lama perendaman selama 120 menit (P2) dengan bobot 5,81 g dan terendah pada perlakuan lama perendaman 60 menit dengan bobot 4,37 g. Bobot basah umbi bawang merah pada perlakuan lama perendaman 120 menit dan 180 menit berbeda tidak nyata, namun perlakuan 120 menit berbeda nyata dengan perlakuan 60 menit.

Tabel 5. Rataan bobot kering umbi (g) tanaman bawang merah pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman

Konsentrasi Air Kelapa (%)

Lama Perendaman (menit)

Rataan 60 menit 120 menit 180 menit

0% 3,67 5,75 6,35 5,26

25% 3,98 5,08 6,11 5,06

50% 4,37 5,63 3,62 4,54

75% 4,33 6,00 5,76 5,36

100% 5,47 6,61 4,53 5,54

Rataan 4,37b 5,81a 5,28ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Hubungan bobot kering umbi tanaman bawang merah dengan perlakuan berbagai lama perendaman dapat dilihat pada Gambar 4.

(42)

Gambar 4.Hubungan bobot kering umbi tanaman bawang merah pada berbagai lama perendaman.

Gambar 4 memperlihatkan terdapat hubungan kuadratik positif antara bobot kering umbi dengan perlakuan lama perendaman dimana bobot kering umbi akan meningkat pada perlakuan dosis optimum lama perendaman kemudian menurun setelah melebihi dosis optimum lama perendaman. Nilai optimum perlakuan lama perendaman tersebut adalah 120 menit dengan bobot basah umbi sebesar 5,81 g.

Pembahasan

Pengaruh perlakuan lama perendaman terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 2,4, 5, 6, dan 7 MSPT, tinggi tanaman, bobot basah umbi, dan bobot kering umbi.

Dari hasil penelitian, dapat dilihat perlakuan lama perendaman 60 menit memiliki rataan terendah pada semua parameter pengamatan bila dibandingkan dengan perlakuam lama perendaman 120 menit dan lama perendaman 180 menit.

y = -0,992x2+ 4,425x + 0,932 R² = 1

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

P1 P2 P3

Bobot Kering Umbi (g)

Lama Perendaman (menit)

(43)

Hal ini dikarenakan pada perendaman 60 menit belum dapat melunakkan kulit biji bawang merah sehingga biji bawang merah tidak dapat berimbibisi dengan baik dan memiliki daya tumbuh kecambah yang kuat. Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa perlakuan benih yang mempunyai kulit keras dengan cara perendaman bahan kimia diantaranya KNO3, H2SO4, dan giberelin dapat melunakkan kulit benih sehingga mempermudah masuknya air dan O2

Dari data penelitian, dapat dilihat perlakuan lama perendaman 120 menit memiliki pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan 60 menit namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 180 menit. Perlakuan lama perendaman 120 menit memiliki rataan tertinggi pada semua parameter pengamatan bila dibandingkan perlakuan lama perendaman 60 menit dan lama perendaman 180 menit.Hal ini dikarenakan, fitohormon giberelin dan vitamin-vitamin pendukung pembesaran sel yang ada pada air kelapa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa giberelin dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman melalui proses pembelahan dan pembesaran sel. Sehingga pada lama perendaman dalam air kelapa taraf 120 menit penyerapan fitohormon tersebut lebih baik daripada 60 menit dan 180 menit.

yang dibutuhkan untuk proses perkecambahan.

Lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 2, 4, 5, 6, dan 7 MSPT. Dari Tabel 1didapat data jumlah daun tertinggi pada lama perendaman 120 menit dan data terendah pada 60 menit. Hal ini diduga dikarenakan lama perendaman mempengaruhi proses imbibisi biji yang dapat mempercepat perkecambahan biji. Hal ini sesuai dengan literatur Sutopo (2002) yang menyatakan bahwa air merupakan salah satu syarat penting bagi

(44)

berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.

Dari hasil penelitian, lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 – 7 MSPT. Dari Tabel 2 didapat tinggi tanaman meningkat sampai pada lama perendaman 120 menit sebesar 39,27 cm namun menurun menjadi 39,04 cm dengan lama perendaman 180 menit. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu perendaman benih, semakin kecil kesempatan benih untuk memperoleh oksigen (O2

Dari hasil penelitian, lama perendaman berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi.Dari Tabel 4 didapat bobot basah umbi tertinggi didapat pada lama perendaman 120 menit diikuti lama perendaman 180 menit dan lama perendaman 60 menit. Hal ini dikarenakan lama perendaman 120 menit menghasilkan jumlah daun dan tinggi tanaman terbaik, sehingga jumlah daun dan tinggi tanaman mempengaruhi dalam proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat dibantu dengan lingkungan tumbuh yang sesuai akan mempengaruhi hasil produksi suatu tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (2002) menyatakan bahwa pemberian auksin dalam konsentrasi yang rendah ), sehingga proses respirasi akan terhambat.

Hal ini sesuai dengan literature Utomo (2006) bahwa meskipun air mutlak dibutuhkan dalam proses perkecambahan, namun demikian perendaman yang terlalu lama dapat menyebabkan benih kehilangan oksigen, sehingga membatasi proses respirasi. Apabila proses respirasi terbatas maka proses perkecambahan akan berjalan lambat.

(45)

akanmemacu pemanjangan akar, sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi pertumbuhan tanaman akan terhambat.

Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

Perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MSPT namun berpengaruh tidak nyata pada parameter pengamatan jumlah daun 2, 4, 5, 6, dan 7 MSPT, tinggi tanaman 2 – 7 MSPT, diameter umbi, bobot basah umbi dan bobot kering umbi.

Dari hasil penelitian, konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MSPT. Dari Tabel 1 didapat hasil jumlah daun tertinggi pada konsentrasi air kelapa 100% diikuti konsentrasi air kelapa 75%. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi ini kandungan hormon tumbuh alami yang terkandung dalam air kelapa muda berada dalam konsentrasi yang paling mencukupi untuk daya berkecambah. Hal ini sesuai dengan Kristina (2012) yang menyatakan bahwa didalam air kelapa muda ditemukan tiga jenis gula yang meliputi glukosa dengan komposisi 34-45%, sukrosa dari 53% sampai 18% dan fruktosa dari 12%-36%. Perendaman air kelapa muda terhadap benih tanpa ditiriskan, dapat menghasilkan perkecambahan yang lebih besar dan kuat.Hal ini karena dengan adanya penambahan karbohidrat yang lebih besar berupa gula, maka cadangan makanan yang dapat dirombak sebagai sumber energy untuk perkecambahan juga semakin besar pula.

Interaksi perlakuan konsentrasi air kelapa dan lama perendaman terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi pemberian konsentrasi air kelapa dan lama perendaman berpengaruh tidak nyata

(46)

terhadap semua parameter pengamatan.Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor- faktornya bertindak bebas satu sama lain. Hal ini didukung Steel and Torrie (1993) yang menyatakan bahwa bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktor bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor sama pada semua taraf faktor lainnya dalam batas-batas keragaman acak.

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 3 MSPT, namun tidak berpengaruh nyata pada parameter lainnya.

2. Perlakuan lama perendaman benih berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah, lama perendaman 120 menit adalah yang terbaik.

3. Tidak terdapat interaksi pemberian konsentrasi air kelapa dan lama perendaman dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi bawang merah.

Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlakuan lama perendaman yang dianjurkan yaitu 120 menit dan perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk konsentrasi air kelapa pada bawang merang asal biji.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arimarsetiowati, R. dan Ardiyani, F. 2012. Pengaruh Penambahan Auxin Terhadap Pertunasan dan Perakaran Kopi Arabika Perbanyakan Somatik Embriogenesis.Pelita Perkebunan, Volume 28, Nomor 2, Edisi Agustus 2012.

Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah 2009 – 2013. Diakses dari http://www.bps.go.id/ (06 Maret 2017).

Departemen Pertanian. 2007. Budidaya Bawang Merah Asal Biji. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Yogyakarta.

Dewi, I. R. 2008. Peranan Dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman.

Makalah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.

Djamhuri, E. 2011. Pemanfaatan Air Kelapa Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Stek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 2 No. 01 April 2011, Hal. 5 – 8 ISSN: 2086-8227.

Ekasetya, A. C. 2012. Pengaruh Perendaman Biji Mentimun (Cucumis sativus L.) Dalam Air Kelapa Dan Pemberian Dosis Pupuk Organik Bokashi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Erliandi.2015. Pengaruh Media Tanam Dan Lama Perendaman Auksin Pada Bibit Tebu Teknik Bud Chip. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ginting, J. 2003. Pengaruh Pemberian Nitrogen Dan Konsentrasi Sitokinin Terhadap Produksi Dan Kualitas Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola. Tesis Universitas Sumatera Utara, Medan.

Karimah, A., Setyastuti P., dan Rohlan R. 2013. Kajian Perendaman Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Dalam Urin Sapi Dan Air Kelapa Untuk mempercepat Pertunasan.Vegetalika Vol. 2 No. 2, 2013: 1- 6.

Kristina, Natalini N dan Siti F. S. 2012.Pengaruh Air Kelapa terhadap Multiplikasi Tunas in vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan Xanthorrhizol Temulawak di Lapangan. Jurnal Litri. Vol: 18. No. 3.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Rajawali Press, Jakarta.

Marpaung, A. E., dan Hutabarat, R. C. 2015. Respons Jenis Perangsang Tumbuh Berbahan Alami Dan Asal Setek Batang Terhadap Pertumbuhan Bibit Tin

(49)

Nasution, S. S. 2014. Pertumbuhan Eksplan Bunga Betina Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Media MS Dengan Kombinasi 2,4-D Dan BAP.

Skripsi Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rahayu, E., dan Berlian, N. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R. 2005. Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen Bawang Merah.

Kanisius,Yogyakarta.

Salisbury, F. B. danC. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga. Penerjemah Lukman, D. R. dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 2002. Plant Physiology. CBS Publisher &

Distributors, New Delhi.

Sembiring, F. 2010. Dosis Pupuk Cair Anorganik Dan Jarak Tanam Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L. var TUK TUK) Asal Biji. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sembiring, B. E. 2016. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Dan Lama Perendaman Umbi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah Varietas Samosir (Allium ascalonicum L.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sumarni, N., dan A. Hidayat, 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tampubolon, A. 2016. Perendaman Benih Saga (Adenanthera pavonina L.) Dengan Berbagai Konsentrasi Air Kelapa Untuk Meningkatkan Kualitas Kecambah.JOM Faperta UR Vol. 3 No. 1.

Tim Prima Tani. 2011. Petunjuk Teknis Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. Hal.1-2.

Tiwery, R. R. 2014. Pengaruh Penggunaan Air Kelapa (Cocos nucifera) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Program Studi Pendidikan Biologi. Biopendix, 1(1).

Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

(50)

Utomo, B. 2006. Ekologi Benih. Karya Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Wati, D. I. A. 2013. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Dalam Air Kelapa (Cocos nucifera) Terhadap Viabilitas Benih Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa). Skripsi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri, Malang.

Wachid, M. 2006. Optimalisasi Zat Gizi Pada Proses Perkecambahan Pembuatan Taoge: Kajian Suhu Dan Lama Perendaman. GAMMA Volume 1, Nomor 2, Maret 2006: 112 – 117, Malang.

Wibowo, S. 2009. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

(51)

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 361/Kpts/SR.120/5/2006

Asal : PT East West Seed Philipina

Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M)

Golongan varietas : menyerbuk silang

Tipe pertumbuhan : tegak

Umur panen : ± 85 hari setelah benih ditanam

Tinggi tanaman : ± 50 cm

Jumlah daun per umbi : 4 – 7 helai Jumlah daun per rumpun : 7 – 14 helai

Warna daun : hijau

Panjang daun : 40 – 45 cm

Diameter batang : 0,7 – 1,0 cm

Bentuk penampang daun : bulat berongga

Warna bunga : putih

Bentuk karangan bunga : berbentuk payung

Warna umbi : merah muda – merah kecoklatan

Bentuk umbi : bulat

Ukuran umbi : tinggi 3,5-5 cm, diameter 1,9-4,2cm Berat per umbi kering : 12 – 28 g

Berat per umbi basah : 20 – 40 g Susut bobot umbi (basah-kering simpan) : ± 34,4 %

Bentuk benih : biji

Warna biji : hitam

Bentuk biji : bulat pipih keriput

Berat 1.000 biji : ± 2,7 g

Jumlah anakan : 1 – 2 anakan

Hasil umbi basah : ± 32 ton/ha

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 20 – 220 m dpl, sangat baik ditanam pada musim kemarau

Pengusul : PT East Seed Indonesia

Peneliti : Karina M. Leuween (PT East West

Seed Philipina), Sunardi dan

Adrianita Adin (PT East West Seed Indonesia)

(52)

T

S U

B

K4P2 K1P3

Lampiran 2. Bagan Penelitian

BLOK I BLOK II BLOK III

50 cm

K3P1 K3P1

K1P2

K0P3 K2P1

K4P2

K2P3 K3P2

K0P3

K3P3 K3P3

K4P3

K0P1 K4P2

K3P3

K2P1 K4P1

K3P2

K1P2 K1P3

K0P1

K2P2 K4P3

K3P1

K4P1 K0P1

K2P2

K0P2 K0P2

K0P2

K4P3 K1P1

K2P3

K3P2 K0P3

K1P3

K1P1 K2P2

K4P1

K2P3 K1P1

K1P2 K2P1

30 cm

(53)

100 cm

100 cm Lampiran 3. Bagan Penanaman Dalam Plot

Keterangan :

Jumlah tanaman per plot = 10 tanaman Jumlah polybag per plot = 10 polybag

Jarak tanam = 30 cm x 30 cm

Jarak antar polybag per plot = 10 cm x 10 cm

Ukuran plot = 100 cm x 100 cm

Ukuran polybag = 20 cm x 30 cm

20cm

30cm

30cm 20cm 30cm

20cm

(54)

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

No

. Pelaksanaan Penelitian Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1. Pengolahan lahan X

2. Pengaplikasian air kelapa X

3. Persemaian benih X

4. Pemupukan dasar X X

5. Pemupukan susulan X

5. Penanaman X

6. Pemeliharaan tanaman

Penyiraman Dilakukan setiap hari, pada pagi dan sore hari.

Penyulaman X

Penyiangan Dilakukan setiap hari, pada pagi dan sore hari.

Pengendalian hama dan penyakit X X X X X X X

7. Panen X

8. Pengeringan X

9. Pengamatan parameter

Tinggi Tanaman (cm) X X X X X X

Jumlah Daun (helai) X X X X X X

Diameter Umbi (mm) X

Bobot Basah Umbi (g) X

Bobot Kering Umbi (g) X

(55)

Lampiran 5.Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 2 MSPT

Perlakuan Ulangan

Total Rata-Rata

1 2 3

…..…………...helai………...

K0P1 3.2 3.3 3.2 9.7 3.233333

K0P2 3.6 3.5 3.6 10.7 3.566667

K0P3 3.7 3.6 3.8 11.1 3.7

K1P1 3.5 3.3 2.9 9.7 3.233333

K1P2 3.7 3.9 3.5 11.1 3.7

K1P3 3.7 3.7 3.5 10.9 3.633333

K2P1 3.2 3.3 3.5 10 3.333333

K2P2 3.3 3.4 3.7 10.4 3.466667

K2P3 3.3 3.2 3.1 9.6 3.2

K3P1 3 3.9 3.4 10.3 3.433333

K3P2 3.4 4 3.1 10.5 3.5

K3P3 3.5 3.4 3.9 10.8 3.6

K4P1 3.7 3.7 3.1 10.5 3.5

K4P2 4.4 4.1 3.7 12.2 4.066667

K4P3 3.6 3.9 3.3 10.8 3.6

Total 52.8 54.2 51.3 158.3

Rerata 3.52 3.613333 3.42 3.517778

Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 2 MSPT

SK dB JK KT Fhit F5% Ket

Blok 2 0.280444 0.140222 2.142095 3.340386 tn Perlakuan 14 2.112444 0.150889 2.305044 2.063541 * K 4 0.685778 0.171444 2.619059 2.714076 tn P 2 0.755111 0.377556 5.767701 3.340386 *

Linier 1 0.3 0.3 4.582929 4.195972 *

Kuadratik 1 0.455111 0.455111 6.952473 4.195972 * KxP 6 0.671556 0.111926 1.709829 2.445259 tn Galat 28 1.832889 0.06546

Total 44 4.225778

FK= 556.8642

KK= 7%

Keterangan:

tn = tidak nyata

* = nyata pada α 5%

(56)

Lampiran 7. Data Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 3 MSPT

Perlakuan Ulangan

Total Rata- Rata

1 2 3

…..…………...helai………..

K0P1 3.6 4 3.5 11.1 3.7

K0P2 4.2 4.4 3.6 12.2 4.066667

K0P3 4.3 4.4 3.8 12.5 4.166667

K1P1 4.1 3.8 3.7 11.6 3.866667

K1P2 4.1 4.3 3.1 11.5 3.833333

K1P3 3.7 4.3 3.8 11.8 3.933333

K2P1 3.5 3.9 3.2 10.6 3.533333

K2P2 3.8 4 4.1 11.9 3.966667

K2P3 3.6 3.2 3 9.8 3.266667

K3P1 3.4 4.6 3.8 11.8 3.933333

K3P2 3.5 4.6 3.5 11.6 3.866667

K3P3 4.4 4 3.7 12.1 4.033333

K4P1 3.9 4.4 3.9 12.2 4.066667

K4P2 4.7 4.6 3.8 13.1 4.366667

K4P3 4.2 4.4 3.6 12.2 4.066667

Total 59 62.9 54.1 176

Rerata 3.933333 4.193333333 3.606667 3.911111

Lampiran 8. Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 3 MSPT

SK dB JK KT Fhit F5% Ket

Blok 2 2.592444 1.296222 14.51253 3.340386 * Perlakuan 14 2.931111 0.209365 2.344055 2.063541 * K 4 1.582222 0.395556 4.428648 2.714076 * Linier 1 62.5 62.5 699.7512 4.195972 * Kuadratik 1 229.0953 229.0953 2564.956 4.195972 * Kubik 1 12.84444 12.84444 143.8066 4.195972 * Kuartik 1 115.2861 115.2861 1290.746 4.195972 * P 2 0.307111 0.153556 1.719211 3.340386 tn KxP 8 1.041778 0.130222 1.45797 2.291264 tn Galat 28 2.500889 0.089317

Total 44 8.024444

FK= 688.3556

KK= 8%

Keterangan:

tn = tidak nyata

Gambar

Gambar 1.  Hubungan jumlah daun tanaman  bawang merah umur 7 MSPT pada  berbagai lama perendaman
Gambar 2. Hubungan tinggi tanaman bawang merah umur 7 MSPT pada berbagai  lama perendaman
Gambar 3.Hubungan bobot basah umbi tanaman bawang merah pada berbagai  lama perendaman
Gambar 4.Hubungan bobot kering umbi tanaman bawang merah pada berbagai  lama perendaman
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam secara statistik diperoleh bahwa perlakuan kalium berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumah umbi per rumpun,

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah umbi per sampel, bobot basah

Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap. Tanaman Bawang

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6-57) diketahui bahwa perlakuan pembelahan umbi berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah daun 2-7

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah anakan tanaman bawang merah yang tertinggi terdapat pada umur 6 MST terhadap perlakuan lama perendaman terdapat pada perlakuanm P3 yaitu sebesar

Data pengamatan bobot basah umbi

Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Konsentrasi dan Interval Pemberian PGPR Ekstrak Akar Bambu terhadap Rerata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Umur 4 MST (Helai) .. Pengaruh

Berdasarkan data pengamatan jumlah siung per sampel diketahui bahwa hasil sidik ragam pada pemberian konsentrasi air kelapa, lama perendaman umbi serta interaksi