Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-08045/PP/M.XI/12/2006
Pemohon Banding : PT Bank ABC Indonesia
Jenis Pajak : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23
Tahun Pajak : 1997
Pokok Sengketa : koreksi positif objek Pajak Penghasilan Pasal 23
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Terbanding : bahwa pada, Laporan Keuangan tahun 1997 diketahui terdapat penambahan modal yang disetor yang dilakukan dengan cara, mengkapitalisasikan laba, ditahan dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1996 sebesar Rp.7.121.000.000,00 dari nilai tersebut terdapat kepemilikan saham dari perseorangan sebesar 63,64%
dimana, oleh Pemohon Banding belum dipungut pajaknya, sehingga terdapat koreksi Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar Rp.4.531.545.455,00 (Rp.
7.121.000.000,00 x 63,64%);
bahwa pemberian piden dari Pemohon Banding dibagi sesuai porsi kepemilikan saham tersebut, dengan demikian distribusi piden kepada, pemegang saham orang pribadi sebesar 63,64% merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 23 sedangkan piden kepada PT. ABC selaku badan usaha sebesar 36,36% bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 23;
bahwa apabila para pemegang Wajib Pajak Orang Pribadi setelah memperoleh piden kemudian menghibahkan kembali saham tersebut kepada PT. ABC, hal itu adalah hak para pemegang saham tetapi tidak menghilangkan kewajiban perpajakan Pajak Penghasilan Pasal 23 berupa piden yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi;
bahwa oleh karena itu Terbanding berpendapat walaupun PT ABC melaporkan seluruh piden yang diterimanya sebagai penghasilan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badannya, namun tidak bisa menghilangkan kewajiban perpajakan yang seharusnya terutang sesuai dengan proporsi pemegang saham pads Pemohon Banding tersebut. Walaupun deinikian, PT ABC dapat melakukan koreksi negatif pads penghasilan tahun 1997 sebesar Rp 4.531.545.455,00(Rp 7.121.000.000,00 x 63,64%);
bahwa Kapitalisasi Laba Ditahan = Rp. 7.12 1.000.000,00 x 63,64% Rp.
4.531.545.455,00;
bahwa Laba Ditahan tidak dibagikan tetapi untuk menambah Modal Kerja;
bahwa Pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak penghasilan menyatakan :
"Yang menjadi Obyek Pajak adalah penghasilan yaitu Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
g. piden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk piden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi "
bahwa dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah teralchir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak penghasilan menyatakan :
"Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi, termasuk dalam pengertian piden adalah :
1. pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun;
2. ………
3. pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
4. pembagian saham dalam bentuk saham;
5. pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran,
6. …”
bahwa berdasarkan Undang-undang Perpajakan seharusnya Pemohon Banding membagikan piden secara proporsional disamping ke PT. ABC juga kepada Pemegang Perseorangan dan kepada Pemegang Perseorangan Pemohon Banding harus memungut Pajak. Penghasilan Pasal. 23;
bahwa setelah Terbanding melihat dokumen pendukung berupa SPT PPh Badan Pemohon Banding dan PT. ABC, diketahui bahwa tidak ada pembagian pembayaran ke Orang Pribadi, yang seharusnya ada pembayaran ke Orang Pribadi tersebut;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-08045/PP/M.XI/12/2006
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Pemohon : bahwa. Terbanding menetapkan koreksi atas Objek pajak Pajal. Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak 1997 sebesar Rp 4.531.545.455,00;
bahwa Pemohon Banding tidak dapat menerima koreksi atas Objek pajak Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajalc 1997 sebesar Rp 4.531.545.455,00 tersebut karena berdasarkan Rapat Umum Pemegang Sahara pada tanggal 26 September 1997 telah dikukuhkan dengan akta notaris DEF, SH Nomor : 42 telah disetujui dan disyahkan bahwa pembagian piden/kapitalisasi laba di tahan sebesar Rp 4.531.545.455,00 diberikan kepada PT ABC dan kemudian ditempatkan sebagai setoran modal saham Pemohon Banding;
bahwa berdasarkan Pasal. 4 ayat (3) huruf f Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan, maka piden / pembagian laba yang dikapitalisasi dan merupakan tambahan setoran modal dari PT. ABC ke Pemohon Banding tersebut tidak termasuk sebagai obyek pajak dan karenanya tidak terutang Pajak Penghasilan Pasal 23;
bahwa'berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan tidalc melarang piden dibagikan tidak secara proporsional;
bahwa berdasarkan Surat Bank Indonesia Nomor: 28/1443/UPB2/AdB2 tanggal.
23 Oktober 1995 perihal Penyesuaian modal disetor Pemohon Banding, bahwa : 1. sampai dengan tanggal 7 September 1997 modal disetor Pemohon
Banding harus mencapai sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000.000 (lima puluh milyar) dan CAR mencapai 9%;
2. sampai dengan tanggal 7 September 1999 modal disetor Pemohon Banding harus mencapai sekurang-kurangnya. Rp. 100.000.000.000 (seratus milyar) dan CAR mencapai 10%;
3. sampai dengan tanggal 7 September 2001 modal disetor Pemohon Banding harus mencapai selcurang-kurangnya, Rp. 150.000.000.000 (seratus lima puluh milyar) dan CAR mencapai 12%;
bahwa berdasarkan RUPS pada tanggal 26 September 1997 maka laba ditahan sebesar Rp. 7.121.000.000,00 diberikan kepada PT. ABC dan kemudian ditempatkan sebagai setoran modal saham Pemohon Banding;
bahwa dasar dilakukan pemindahan Laba ditahan adalah RUPS;
bahwa berdasarkan Laporan Keuangan Pemohon Banding Tahun 1997 pemegang saham PT. ABC memiliki saham yang sebelum RUPS adalah sebesar Rp. 6.000.000.000,00 dan setelah RUPS menjadi Rp. 13.121.000.000,00 (bertambah sebesar Rp. 7.121.000.000,00) sedangkan pemegang saham Toto Hermijanto, Hendra Hermijanto, dan Indra Hermijanto tidak berubah (tetap);
bahwa berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), para Pemegang Saham menyetujui kapitalisasi;
bahwa dengan hadir menandatangani dan menyetujui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), berarti para Pemegang Saham menyetujui kapitalisasi;
bahwa karena Deviden diterima oleh Perseroan Terbatas (PT. ABC) maka bukan obyek pajak Pajak Penghasilan Pasal 23;
bahwa pembagian piden kapitalisasi labs ditahan sebesar Rp. 4.531.545.455,00 bagian dari Pemegang Saham perseorangan berdasarkan RUPS diberikan kepada PT. ABC dan kemudian ditempatkan sebagai setoran modal saham Pemohon Banding;
bahwa Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 tentang Perseroan Terbatas tidak melarang pembagian piden hanya dibagikan kepada PT.
ABC saja, sehingga keputusan Rapat Umum Pemegang Sahara bukan perbuatan melanggar hukum;bahwa berdasarkan Pasal 62 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia tentang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 mengatur :
"Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) diputuskan oleh RUPS"
bahwa Pasal 16 ayat (1) tentang Pembagian Keuntungan yang diatur dalam Akta Perseroan Terbatas Nomor : 52 tanggal 18 Agustus 1989 yang dibuat oleh Notaris Buniarti Tjandra, SH, menyatakan "Laba bersih yang tiap-tiap tahun ditetapkan oleh rapat umum tahunan para pemegang saham, dibagi menurut keputusan rapat umum para pemegang saham ";
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-08045/PP/M.XI/12/2006
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022
Menurut Majelis : bahwa kepada Pemohon Banding, Terbanding menetapkan koreksi atas Objek pajak Pajak Penghasilan Pasal 23 tahun pajak 1997 sebesar Rp 4.531.545.455,00;
bahwa menurut Terbanding pads Laporan Keuangan tahun 1997 diketahui terdapat penambahan modal yang disetor yang dilakukan dengan cars mengkapitalisasikan laba ditahan dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1996 sebesar Rp. 7.121.000.000,00 dari nilai tersebut terdapat kepemilikan saham dari perseorangan sebesar 63,64% dimana oleh Pemohon Banding belum memungut pajaknya, sehingga terdapat koreksi Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar Rp.
4.531.545.455,00 (Rp. 7.121.000.000,00 x 63,64%);
bahwa diketahui apabila pemberian piden dari Pemohon Banding dibagi sesuai porsi kepemilikan saham tersebut, dengan demikian distribusi piden kepada pemegang saham orang pribadi sebesar 63,64% merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 23 sedangkan piden kepada PT. ABC selaku badan usaha sebesar 36,36% bukan merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 23;
bahwa Pemohon Banding dalam rangka memenuhi Surat Bank Indonesia Nomor : 28/1443/UPB2/AdB2 tanggal 23 Oktober 1995 perihal Penyesuaian Modal disetor, pads tanggal 7 September 1997 harus mencapai minimal Rp.
50.000.000.000,00 (CAR 9%) sehingga menempuh kebijakan agar Laba isitahan sebesar Rp. 7.121.000.000,00 tersebut seluruhnya dikapitalisasi;
bahwa berdasarkan Laporan Keuangan Pemohon Banding Tahun 1997 pemegang saham PT. Shinta Utarna memiliki saham yang sebelum Rapat Umum Pemegang Saham adalah sebesar Rp. 6.000.000.000,00 dan setelah Rapat Umum Pemegang Saham menjadi Rp. 13.121.000.000,00 (bertambah sebesar Rp.
7.121.000.000,00) sedangkan pemegang saham Toto Hermijanto, Hendra Hermijanto, dan Indra Hermijanto tidak berubah (tetap);
bahwa Majelis dalam sidang meminta kepada Pemohon Banding untuk membuktikan bahwa Pemegang Saham perseorangan tidak menerima deviden dan Pemohon Banding dalam sidang menyerahkan 3 (tiga) Surat Pernyataan tanpa nomor tanggal 29 Maret 2006 atas nama Toto Hermijanto, Hendra Hermijanto, dan Indra Hermijanto kepada Majelis, yang antara lain menyatakan bahwa berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Sahara Pemohon Banding yang diadakan pads hari Jumat tanggal 26 September 1997, telah menyetujui pembagian Laba Ditahan sebesar Rp. 7.121.000.000,00 untuk diberikan kepada PT. ABC seluruhnya untuk kemudian dikapitalisasi kembali pads Pemohon Banding;
bahwa dalam Laporan Keuangan Tahun 1997 PT. ABC uang sebesar Rp.
7.121.000.000,00 di laporkan sebagai pendapatan lain-lain;
bahwa berdasarkan pemeriksaan terhadap SPT Pajak Penghasilan Badan diketahui bahwa jumlah saham Toto Hermijanto di PT. Shinta, Utama tidak bertambah;
bahwa Pasal 62 ayat (1) Undang-undang. Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 tentang Perseroan Terbatas mengatur:
"Penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) diputuskan oleh RUPS"
bahwa dalam Pasal 16 ayat (1) tentang Pembagian Keuntungan yang diatur dalam Akta Perseroan Terbatas Nomor : 52 tanggal 18 Agustus 1989 yang dibuat oleh Notaris Buniarti Tjandra, SH, menyatakan "Lab bersih yang flap- Hap tahun ditetapkan oleh rapat umum tahunan para pemegang saham, dibagi menurut keputusan rapat umum para pemegang saham;
bahwa Undang-undang tentang Perseroan Terbatas tidak melarang pembagian piden hanya kepada PT. ABC saja, sehingga keputusan Rapat Umum Pemegang Saham bukan perbuatan melanggar hukum;
bahwa berdasarkan Notulen Rapat Umum Pemegang Saham Nomor:
0099996.002 hari Jumat tanggal 26 September 1997 yang dihadiri oleh Direksi dan Komisaris, yang telah disahkan dengan Akta Notaris DEF, SH, MH Nomor : 42 tanggal 27 Agustus 1998, diketahui bahwa dalam pemungutan suara, rapat dengan suara bulat memutuskan :
"Menyetujui dan mengesahkan kapitalisasi laba ditahan sampai dengan akhir tahun 1996.darl Perseroan sebesar Rp. 7.121.219.002,81 yang digunakan untuk menambah modal disetor Perseroan sebesar Rp. 7.121. 000. 000, 00 yang menyebabkan modal disetor dari Perseroan meningkat dari Rp. 16 500. 000. 000, 00 menjadi Rp. 23.621. 000. 000, 00 sedangkan sisanya sebesar Rp. 219.002,81 tetap di pos laba tahun lalu ";
Bahwa berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 26 Sepetember 1997 tersebut diketahui laba ditahan sebesar Rp.7.121.000.000,00 diberikan kepada PT ABC dan kemudian ditempatkan sebagai setoran modal saham Pemohon Banding;
bahwa Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan mengatur :
"Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayar'atau terutang oleh badan pemerintah, Subyek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan
a. sebesar 15 % (lima belas persen) dari jumlah bruto atas : 1) piden; "
bahwa Pasal 23 ayat (4) huruf c Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan mengatur :
"Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan atas :
a. …;
b. …;
c. piden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f";
bahwa Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan mengatur :
"Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah :
f. piden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia;
bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat. (3) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1994 tanggal 27 Desember 1994 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan. Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan mengatur :
"Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan ";
bahwa penjelasan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1994 tanggal 27 Desember 1994 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan.
Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan mengatur :
Ketentuan ini mengatur tentang saat terutangnya pemotongan dan pemungutan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 26 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994.
Saat terutangnya pemotongan dan pemungutan pajak berkaitan dengan tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yaitu batas terakhir penyetoran pajak yang telah dipotong atau dipungut ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro.
Dalam ketentuan ini diatur mengenai saat terutangnya pemotongan dan pemungutan pajak yaitu dikaitkan dengan saat pembayaran atau saat terutangnya penghasilan. Yang dimaksud dengan saat terutangnya penghasilan adalah saat pembebanan - sebagai biaya oleh pemotong .pajak sesuai dengan metode pembukuan yang dianutnya.
bahwa berdasarkan data-data yang diberikan oleh Pemohon Banding dalam sidang terbukti tidak ado pembayaran deviden ke Pemegang Saham Perseorangan baik secara kas atau penambahan nilai saham atau jumlah saham, berdasarkan Pasal 23 ayat (4) huruf c jo Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-undang Nomor 10 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan yang mengatur : "Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah piden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas ..., sehingga Majelis berpendapat bahwa tidak ada.
obyek Pajak Penghasilan Pasal 23;
bahwa berdasarkan pemeriksaan dan penelitian yang dilakukan Majelis terhadap bukti-bukti yang diserahkan oleh Pemohon Banding terbukti;
bahwa semua jumlah Laba yang ditahan sebesar Rp. 7.121.000.000,00 diberikan kepada PT. ABC sehingga. Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Objek Pajak Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak 1997 sebesar Rp 4.531.545.455,00 yang dianggap diterima Pemegang Sahara perorangan tidak dapat dipertahankan;