4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Domba
Domba merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara oleh peternak kecil di Indonesia karena tidak membutuhkan modal yang cukup besar dan pemeliharaanya lebih mudah. Domba asli Indonesia salah satunya adalah domba lokal. Domba pada umumnya dipelihara untuk penggemukan yaitu untuk menghasilkan daging. Usaha penggemukan domba yang terpenting pertambahan bobot badan merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi bobot potongnya (Mawati et al., 2004).
Domba merupakan hewan ruminansia kecil yang masih tergolong kerabat kambing, sapi, dan kerbau. Keuntungan dari beternak domba antara lain dapat beradaptasi di berbagai lingkungan, menghasilkan dua jenis produk yaitu wool dan daging, domba dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas rendah, domba mampu melahirkan anak kebih dari satu dalam satu kali kelahiran. Indonesia dikenal ada tiga jenis domba antara lain: domba ekor tipis, domba ekor gemuk dan domba periangan (Atmaja et al., 2012).
Domba Garut merupakan rumpun domba asli dari Jawa Barat, dengan ciri khas memiliki kuping rumpung (<4 cm) atau ngadaun hiris (4-8 cm) dengan ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong. Keunggulan yang dimiliki Domba Garut adalah sifat prolifik yaitu dapat beranak lebih dari satu ekor dalam setiap siklus kelahiran, kualitas daging dan kulit baik, serta memiliki performa yang baik serta nilai ekonomis yang tinggi. Pemeliharaan Domba Garut di wilayah Jawa Barat mengarah pada dua sasaran utama, yaitu sebagai domba penghasil daging dan sebagai ternak fancy (Praja et al., 2020).
Domba Ekor Gemuk (DEG) merupakan salah satu domba plasma nutfah Indonesia yang merupakan domba tipe pedaging. DEG memiliki sifat fisik yang menjadi ciri khasnya, yaitu mempunyai ekor gemuk, berwarna putih, tidak bertanduk, berbulu kasar, mampu beradapatasi pada iklim kering dan mampu beranak 1 – 2 ekor per kelahiran dan kadang 3 ekor. Kekhasan ini merupakan ekspresi dari kekhasan potensi genetik DEG, yang belum
teroptimalkan dan cenderung dieksploitasi (Darmawan dan Supartini, 2012).
Pemilihan bakalan mendapat nilai terhitung 4, sangat baik karena memperhatikan kondisi fisik, terutama dari kesehatan dan cacat fisik.
Bakalan yang memiliki cacat fisik seperti kebutaan, tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta cacat lainnya maka akan dikembalikan. Peternakan lebih memilih bobot badan dan tingkat pertambahan bobot badan. Bobot badan bakalan berkisar antara 12-20 kg.
Rataan pertambahan bobot badan harian domba mencapai 118 g ekor/hari (Hasan et al., 2018).
B. Manajemen Perkandangan
Kandang merupakan tempat untuk hidup bagi hewan. Pemberian jaminan kesehatan ternak yang akan dipelihara maka kandang sangat penting perannya untuk kelangsungan hewan ternak. Ternak membutuhkan kandang yang bersih dan sehat. Komposisi dari kandang harus dapat melindungi dari parasit lain atau gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi kesehatan ternak (Putra, 2018).
Kondisi kandang mempengaruhi pertumbuhan ternak. Ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara optimal dalam kondisi kandang yang baik. Kandang yang baik harus sesuai bagi pertumbuhan ternak antara lain kenyamanan, naungan serta perlindungan dari pengaruh lingkungan. Kondisi kandang yang baik sangat dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Kualitas kandang sangat ditentukan oleh iklim lingkungan mikro seperti suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Iklim lingkungan mikro sangat mempengaruhi pertumbuhan domba misalnya temperature lingkungan yang tinggi dapat mengurangi nafsu makan domba sehingga mempengaruhi berat badan domba (Widyarti dan Oktavia, 2011).
Pemilihan lokasi kandang harus memperhatikan beberapa pertimbangan antara lain ketersediaan sumber air, lokasi dekat dengan sumber pakan, memiliki areal perluasan, ketersediaan akses transportasi, jarak kandang dengan perumahan minimal 10 m. Kontruksi kandang dibuat
sekokoh mungkin sehingga mampu menahan beban dan benturan serta dorongan dari ternak. Kontruksi kandang dirancang sesuai agroklimat wilayah, tujuan pemeliharaan dan status fisiologis ternak (Simamora, 2015).
Tahap awal beternak domba ialah membuat kandang yang memadai, kokoh, dan sehat bagi domba. Kandang menaungi domba dari terpaan hujan, angin, dan sengatan matahari. Kandang juga melindungi domba dari serangan predator, menjadi tempat domba berkembang biak, dan selanjutnya pengandangan memudahkan petani memelihara dan merawat ternaknya.
Bahan konstruksi kandang turut memengaruhi iklim/suhu di dalam kandang.
Suhu yang optimal sangat erat kaitannya dengan kenyamanan, kesehatan, dan reproduksi domba. Ukuran kandang yang ideal juga akan berdampak baik pada pertumbuhan anak domba dan mengurangi stres domba yang dipelihara (Hidayat et al., 2015).
Kandang untuk penggemukan domba berbeda dan harus terpisah dengan kandang untuk pembiakan. Tipe kandang yang digunakan yaitu kandang panggung. Lantai pada kadang tipe ini terletak diatas tanah (ada kolong). Fungsi kolong ini untuk menampung kotoran ternak. Kandang yang demikian cocok untuk daerah-daerah yang curah hujannya tinggi, sering banjir dan permukaan tanahnya lembab. Lantai kandang dibuat bercelah selebar 1-1,5 cm agar kotoran domba dapat atuh ke kolong dan kandang mudah dibersihkan (Purbowati, 2011).
C. Manajemen Pakan
Perbaikan manajemen pakan adalah langkah penting dalam pengembangan usaha ternak domba ke arah yang lebih rasional, mengingat pakan merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi ternak.
Ketersediaan pakan yang cukup jumlah maupun mutunya secara berkesinambungan menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan ternak. Hijauan khususnya rumput adalah pakan utama ternak ruminansia, oleh karena itu produktivitas ternak tersebut secara biologis ditentukan oleh kinerja sistem rumen dalam mencerna bahan pakan sumber serat tersebut (Krisnan et al., 2009).
Manajemen pemberian pakan dapat mendukung ternak dalam memenuhi pemanfaatan nutrisi. Suhu pada siang hari, suhu lingkungan cenderung lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan cekaman panas terhadap ternak, dan sebaliknya pada malam hari suhu lingkungan cenderung lebih rendah sehingga ternak mengalami cekaman dingin. Lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan ternak menjadi stress karena sistem pengaturan panas tubuh ternak dengan lingkungannya menjadi tidak seimbang. Pemberian pakan setelah siang hari dapat mencegah terjadinya puncak metabolisme dan beban panas lingkungan yang diterima mengubah waktu makan dapat menurunkan stress panas secara signifikan (Sayekti et al., 2015).
Peningkatan kualitas pakan salah satunya dengan pemanfaatan ampas tahu yang dapat diperoleh dari hasil ikutan pembuatan tahu sebagai limbah industri rumah tangga. Ampas tahu mudah didapat dan masih mempunyai gizi yang baik. Bahan yang berasal dari kacang tanah dan kacang kedelai mempunyai kadar protein yang tinggi dengan asam amino yang cukup lengkap. Pemberian ampas tahu pada domba sapihan yang pakan utamanya rumput, meningkatkan konsumsi bahan kering, protein, TDN, keefisienan penggunaan pakan dan pertambahan bobot hidup ( Dudjalman, 2004).
Penggunaan konsentrat, khususnya untuk penggemukan domba, dapat menjadi alternatif yang menjanjikan. Konsentrat, sebagai pakan sumber protein, energi, dan rendah serat kasar, dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi konversi pakan, dan dapat dicerna dan difermentasi lebih cepat dibanding hijauan. kebutuhan nutrisi domba lokal masih merujuk pada literatur dari luar negeri seperti tabel kebutuhan Nutrient Requirement Council (NRC, USA). Kebutuhan nutrisi domba lokal dapat dipenuhi dari hijauan dan konsentrat. Perbedaan imbangan hijauan dan konsentrat dalam ransum merepresentasikan perbedaan kandungan protein, energi, dan nutriens lainnya (Supratman et al., 2016).
Akhir-akhir ini penggemukan domba mulai diminati oleh masyarakat, faktor yang menentukan penggemukan domba terletak pada kualitas dan
kuantitas pakan. Pakan adalah salah satu kebutuhan pokok domba yang harus terpenuhi agar domba dapat tumbuh dan bertahan hidup. Pakan utama domba adalah hijauan, tetapi dalam waktu terakhir ini ketersediaan hijauan mulai terbatas. Keterbatasan hijauan disebabkan karena keterbatasan lahan pengembalaan dan penyediaan hijauan pakan ternak yang mulai beralih fungsi dari lahan produktif menjadi lahan pemukiman dan kawasan industri.
Pakan alternative sebagai pengganti hijauan yaitu dapat dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang berupa limbah pertanian. Tumpi jagung adalah limbah dari hasil perontokan jagung pipilan yang ketersediaannya cukup kontinyu, tidak bersaing dengan manusia, dan harganya relatif murah (Wulandari et al., 2017).
D. Manajemen Kebersihan dan Kesehatan Ternak
Kebersihan kandang sangat erat kaitannya dengan kesehatan dan produktivitas ternak. Kandang di sucihamakan dengan desinfektan terlebih dahulu sebelum diisi dengan ternak domba. Pembersihan kandang selanjutnya dilakukan secara rutin terutama pembersihan kotoran di lantai kandang. Kotoran yang menumpuk pada lantai kandang apabila jarang dibersihkan akan memudahkan kuman penyakit parait dan jamur berkembang biak. Kayu yang kotor dan basah akan mudah lapuk, sehingga berbahaya bagi tenak apabila tiang yang digunakan mudah roboh/patah akibat buruknya sanitasi kandang (Waluyo dan Efendi, 2016).
Penyakit merupakan faktor yang berpengaruh dalam suatu usaha produksi ternak, karena akan menurunkan produktivitas baik daging maupun susu. Pendekatan mendasar yang diperlukan peternak agar tidak rugi secara ekonomi adalah mempertahankan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan cara tanggap terhadap kondisi kesehatan ternaknya. Penyakit pada ternak dapat disebabkan oleh ektoparasit maupun endoparasit. Lingkungan kandang yang kotor sangat memungkinkan berkembangnya endoparasit, salah satunya cacing. Selain lingkungan kandang, pakan yang tercemar cacing atau telur cacing dapat menjadi sumber penularan (Safitri, 2015).
Gangguan kesehatan pada ternak terjadi karena adanya infeksi agen
penyakit oleh bakteri/ kuman, virus, parasit atau disebabkan oleh gangguan metabolism. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan ternak lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut. Ternak yang sakit tidak boleh dipotong apalagi dikonsumsi karena bias menjadi agen penularan penyakit yang bias berdampak meluas secara sosiologis dan ekomonis. Ternak sakit harus dilaporkan pada petugas kesehatan hewan secara dini, tidak boleh ditunda dan dibiarkan merana (Pratama, 2020).
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu biosecurity, vaksinasi dan medikasi. Tindakan biosecurity dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit dari berbagai sumber penularan yang ada di luar tubuh ternak. Prinsip dasar biosecurity adalah sanitasi kandang pembersihan dan desinfektan. Tindakan tersebut berupa penyemprotan kandang dengan air bersih untuk menjaga kebersihan kandang dengan cara desinfeksi secara teratur dengan menggunakan desinfektan di lingkungan kandang sehingga dapat membunuh penyakit. Tindakan vaksinasi dilakukan untuk membunuh agen penyakit yang mampu masuk ke dalam tubuh ternak dengan cara menyediakan zat kebal (antibody) dalam tubuh ternak. Tujuan vaksinasi untuk menjaga kesehatan ternak sehingga didapatkan ternak sehat dan mampu berproduksi maksimal selama ternak masa produkstif. Tindakan program medikasi adalah suatu tindakan pemberian suplemen dan vitamin untuk menjaga kondisi kesehatan ternak (Sapanca, 2015).
Sebelum domba jantan lokal ditempatkan didalam kandang individual, kandang terlebih dahulu dibersihkan dan disuci hamakan dengan larutan desinfektan dengan dosis 20 cc dilarutkan kedalam 10 liter air. Seminggu sebelum dilakukan penelitian, domba terlebih dahulu dimandikan dengan larutan Butox pada siang hari bertujuan untuk membasmi caplak. Pemberian obat cacing dengan 0,5 bolus untuk 1 ekor domba selanjutnya disuntik
vitamin B komplek dengan dosis 2 ml per ekor domba untuk penambah atau pemacu nafsu makan dan daya tahan tubuh (Suryani, 2016).
E. Manajemen Limbah
Limbah ternak yang berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing etawa dan domba. Limbah ternak kambing dan domba berupa feses dan urin mengandung kalium relatif lebih tinggi dari limbah ternak lain.
Feses kambing dan domba mengandung N dan K dua kali lebih besar daripada kotoran sapi. Limbah kambing etawa dan domba diolah menjadi pupuk organik cair (POC) untuk mengurangi limbah dan mengurangi biaya produksi pertanian akibat pembelian pupuk anorganik pabrik. Pupuk organik cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur sudah terurai dan jumlah tidak terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa (Sari et al., 2015).
Urine domba dapat diolah menjadi pupuk organik cair dan pestisida nabati. Berbagai manfaat yang diperoleh dari biourine yaitu sebagai zat perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit. Biourine juga dapat sebagai pupuk daun organik. Apabila dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting akibat serangan thrip. Urine ternak mengandung bau yang khas juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan. Pupuk memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil tanaman terutama pada tanah yang kandungan unsur haranya rendah. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan menyerap hara. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat manfaat apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di bagian daun-daun (Irawan et al., 2020).
Usaha peternakan domba yang semakin berkembang ditandai dengan jumlah populasi ternak yang semakin bertambah. Pertambahan jumlah populasi ternak tentu akan menyebabkan bertambahnya limbah atau hasil samping, seperti kotoran ternak. Pengembangan instalasi biogas tepat
dilakukan berdampingan dengan usaha-usaha budidaya ternak domba komunal karena selain mempermudah penyediaan bahan baku kotoran juga memudahkan manajemen pengelolaan limbah. Kegiatan pembangunan instalasi biogas dilakukan bersama oleh perusahaan diawali dengan pemasangan alat biodigester sebagai pengolah limbah kotoran yang berfungsi menghasilkan pupuk organik serta pemasangan pipa instalasi ke rumah terdekat (Darmawan dan Sophia, 2016).
Kompos merupakan pupuk hayati yang dihasilkan dari penguraian bakteri pada bahan organik melalui pengomposan. Kandungan yang terdapat pada limbah jamur mempunyai kandungan kadar air 37%, nitrogen sebesar 0,9%, fosfor sebesar 2%, kalium 8,5%, dan C/N rasio sebesar 37%. Kotoran domba berupa limbah yang dihasilkan ternak domba yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Kandungan yang terdapat dalam feses domba mengandung banyak mikroorganisme yang berperan sebagai dekomposer.
Hasil dekomposer dari kotoran domba tersebut menjadi bahan organik sederhana sehingga dapat diserap oleh tanaman sebagai nutrisi dan dapat menjadi pupuk organik (Sobari et al., 2018).
F. Pemasaran
Sistem Pemasaran merupakan bagian yang penting dari mata rantai barang sejak diproduksi sampai ke tangan konsumen. Sistem pemasaran juga dapat menentukan efisiensi pasar suatu tataniaga barang termasuk pangan.
Pemasaran yang menimbulkan biaya tinggi akan berdampak bukan saja mengurangi surplus produsen, tetapi juga akan membebani konsumen.
Terdapat berbagai variasi dalam jumlah agen-agen atau panjangnya rantai pemasaran, dari yang sederhana dengan rantai yang pendek sampai pemasaran yang melibatkan mata rantai yang panjang dalam pemasasaran pangan (Mardianto et al, 2005).
Pemasaran adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan penyaluran hasil produksi ternak domba tempat produsen ke tempat konsumen pada waktu yang tepat, pemasaran domba sangat mudah baik dalam bentuk karkas maupun dalam bentuk hidup, sehingga dapat
memberikan peluang dan potensi pasar ternak domba di seluruh Indonesia bahkan juga mempunyai peluang untuk di ekspor. Pengiriman ternak hidup (kambing-domba) yang akan dipasarkan/dipotong harus diangkut dengan alat traspotasi khusus sehingga ternak tersebut agar kambing dan domba tetap sehat selama perjalanan. Berkembangnya usaha ternak domba secara luas, diharapkan kebutuhan ternak di dalam negeri akan terpenuhi dengan baik (Rusdiana dan Praharani, 2015).
Pemasaran merupakan muara akhir dari suatu aktivitas produksi, untuk memperoleh nilai harga barang produksi guna melanjutkan usaha dikemudian hari dan menciptakan kesejahtreaan pengguna. Pasar dapat berupa suatu lokasi dimana terjadi transaksi dalam rangka pemindahan hak dari sutu pihak kepada pihak lainnya yang memanfaatkan alat tukar berupa uang yang diperlukan peternak pada berbagai aspek kehidupannya. Kegiatan pemasaran ternak dapat berlangsung pada berbagai lokasi, yaitu di lokasi kandang dipeternak maupun di lokasi pasar hewan yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah.Pemasaran suatu produk dari produsen ke konsumen akan melibatkan beberapa badan atau perorangan mulai dari petani (produsen), perantara (blantik, pedagang pengepul, jagal, calo ternak) dan diakhiri konsumen (Wibow et al., 2016).
Saluran pemasaran adalah penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen akhir dan yang menyelenggarakan berupa lembaga atau badan- badan yang bertugas melaksanakan fungsi pemasaran atau memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin, sedangkan pihak konsumen akan memberikan imbalan berupa margin kepada lembaga pemasaran. Saluran pemasaran dapat dijalankan melalui 3 saluran pemasaran. Saluran pemasaran pertama yaitu dari peternak langsung berhubungan dengan pasar atau konsumen. Saluran pemasaran kedua yaitu peternak menjual langsung kepada pedagang pengumpul yang akan dijual kembali ke konsumen. Saluran pemasaran ketiga yaitu dari peternak menjual ke pedagang antar pulau terlebih dahulu dan setelah itu baru dijual kepada konsumen (Suarda, 2009).
Konsumsi yang dibutuhkan masyarakat sebagai protein hewani masih
jauh dari sempurna dibandingkan dengan Negara maju di dunia. Perdagangan kambing dan domba dalam negeri perlu memperhatikan waktu yang paling tepat sesuai dengan permintaan konsumen dimana permintaan ternak hidup meningkat cukup tajam menjelang hari raya idul adha untuk keperluan hewan kurban. strategi yang menyeluruh dipelukan mulai dari hulu (produksi) hingga hilir (pemasaran) dengan memperhatikan waktu dan target pemasaran (Rusdiana et al., 2014).
G. Analisis Usaha
Analisis usaha merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk melihat kelayakan usaha yang sedang dijalankan. Analisis usaha domba meliputi biaya investasi yang terdiri dari kandang, peralatan, bakalan sapi, biaya produksi, biaya kesehatan dan biaya tenaga kerja. Analisis usaha dari pada sapi potong meliputi analisis pendapatan yang diperoleh dengan analisis output-input. Usaha dianggap menguntungkan jika nilai pendapatan positif dan sebaliknya akan merugi jika nilai negatif. Nilai pendapatan dapat dihitung dengan rumus, pendapatan=penerimaan total-biaya produksi total (Letauta et al, 2015).
Kelayakan suatu proyek atau usaha biasanya diukur dengan enam macam kelayakan yang meliputi kelayakan teknis, kelayakan ekonomi dan finansial, kelayakan politis, kelayakan administratif, kelayakan ekologis dan kelayakan sosial budaya. Keenam bentuk parameter kelayakan sangat penting dilakukan agar proyek yang direncanakan dan proyek yang baru berjalan dapat terkontrol secara baik agar dapat menghindari kerugian yang akhirnya membuat proyek tersebut bangkrut. Cara menganalisis apakah suatu usaha tersebut layak atau tidak dapat diketahui dengan cara menghitung BCR, IRR, NPV, Break Event Point dan Payback Period (Picaulima et al., 2015).
Biaya investasi adalah sejumlah modal atau biaya yang digunakan untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha. Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan usaha produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin diproduksi. Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama
perusahaan melakukan kegiatan produksi (Pujawan, 2004).
Biaya tetap merupakan biaya yang tetap konstan, secara total terlepas dari perubahan tingkat aktivitas. Biaya tetap yang dikeluarkan yaitu penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja. Biaya penyusutan kandang dan penyusutan peralatan dihitung dengan menggunakan rumus depresiasi yaitu biaya investasi dibagi umur penggunaan (ekonomis) (Syam et al., 2019).
Biaya variabel adalah variasi total biaya yang berbanding lurus dengan perubahan tingkat aktivitas. Biaya langsung yang digunakan selama suatu periode akan bervariasi secara total dalam bentuk langsung dengan jumlah unit yang diproduksi. Biaya variabel usaha ternak domba sekitar 76% dari total biaya, dan terbesar berasal dari pakan suplemen dan biaya penjualan (Syam et al., 2019).
Penerimaan adalah keseluruhan nilai output yang berasal dari penjualan ternak, nilai pertambahan ternak, anak kambing /domba yang dilahirkan dan pupuk kandang. Penerimaan merupakan jumlah yang diperoleh dari penjualan sejumlah pengeluaran yang dihasilkan oleh perusahaan atau produsen. Besarnya penerimaan usaha ternak domba yang dipelihara semi ekstensif dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor teknis, sosial, dan ekonomi. (Rahman dan Sembiring, 2013).
Keuntungan adalah jumlah pendapatan dikurangi dengan jumlah pengeluaran. Kegunaan analisis keuntungan adalah untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dalam usaha domba (Yusmichad 2013).
Keuntungan dirumuskan sebagai berikut:
Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya
Perhitungan BCR (Benefit Cost Ratio) dilakukan untuk melihat berapa manfaat bersih yang diterima. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai >1. Nilai BCR= 1, maka proyek tersebut tidak untung dan juga tidak rugi (marjinal atau paspasan), sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR <
1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Rejekiningrum, 2015). BCR dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
BCR =
Keterangan :
BCR = Benefit Cost Ratio Total benefit = Penerimaan Total cost = Biaya pengeluaran
IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang positif ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi bunga selama sisa umur proyek. Tingkat discount rate yang dipakai di Indonesia adalah berkisar antara 10-15 persen. IRR merupakan nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek samadengan nol. Nilai IRR > nilai discount rate maka usaha ternak dianggap menguntungkan (Rahman dan Sembiring, 2013).
IRR = i‟ + keterangan :
i„ = tingkat bunga awal i‟‟ = tingkat bunga kedua
NPV = NPV pada saat awal dengan tingkat bunga i‟
NPV‟‟ = NPV dengan tingkat bunga i‟‟
Net present value (NPV) atau keuntungan bersih sekarang merupakan selisih antara nilai benefit sekarang dan nilai biaya sekarang pada tingkat diskonto tertentu selama umur proyek pada unit usaha. Kegunaan analisis Net present value adalah untuk melihat apakah investasi mempunyai nilai potensial yang menguntungkan atau merugikan (Nurmalia, 2009). Net present value dirumuskan sebagai berikut:
NPV = ∑
NPV = Jumlah nilai sekarang pendapatan bersih penjualan selama n tahun pada umur proyek
Bt = Manfaat yang dihasilkan dari perkalian harga jual domba hidup dengan
jumlah produksinya pada tahun ke-t
Ct = Biaya operasional pemeliharaan domba pada tahun ke-t
N = Umur ekonomis 1 = Tingkat suku bunga yang berlaku (diskonto) T = Periode waktu t 0, 1,2,3,….,n
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan yang menunjukkan perusahaan tidak untung dan tidak rugi. Variabel yang digunakan dalam analisis BEP yaitu biaya tetap dan biaya variable (Sundari, 2009). Secara teoritis dapat dituliskan sebagai berikut:
BEP (Rupiah)
BEP (Unit) =
Kelayakan usaha dapat diketahui melalui rentabilitas. Nilai tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku, jika nilai rentabilitas lebih besar dari suku bunga maka usaha tersebut layak, sebaliknya jika nilai rentabilitas dibawah suku bunga bank maka usaha tersebut tidak layak (Sundari, 2009). Rumus Rentabilitas dapat dilihat sebagai berikut:
Rentabilitas =
x 100%
PPC adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode PPC ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan benefit bersih yang diperoleh setiap tahun (Handayanta, 2016).
Payback Period =
Keterangan :
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula.
Kriteria PPC sebagai berikut :
- PPC > Umur Ekonomis = tidak layak - PPC < Umur Ekonomis = layak
Profit Margin merupakan bagian dari salah satu rasio profitabilitas dalam penilaian finansial dalam melihat pertumbuhan atau perkembangan dari profit yang dihasilkan oleh sebuah badan usaha.
Profit Margin =
Profit margin mengalami peningkatan atau penurunan, maka menggambarkan bahwa peningkatan biaya atau penurunan biaya relatif lebih besar atau lebih kecil dari pada peningkatan penjualan (Maryoni, 2016).
Penyusutan adalah berkurangnya manfaat ekonomi suatu aktiva tetap yang disebabkan ikut sertanya aktiva tetap tersebut dalam proses produksi.
Hal ini akan mengakibatkan kapasitasnya semakin berkurang yang akhirnya secara teknis tidak dapat digunakan lagi. Penyusutan adalah penjelasan secara sistematis jumlah pengeluaran uang atau nilai lain dari suatu aktiva tetap selama jangka waktu yang ditetapkan oleh undang-undang untuk dibebankan sebagai biaya guna menghitung penghasilan kena pajak selama disusutkan tiap tahun secara teratur menurut ukuran masa pemasarannya. Dari segi pembelanjaan, penyusutan aktiva tetap merupakan sumber dana. Penyusutan adalah merupakan cara untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap keperiode-periode akuntansi yang menikmati aktiva yang bersangkutan (Hidayat, 2011).