• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kambing

Menurut Susanto dan Sitanggang (2015), kambing diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Divisio : Chordata Subdivisio : Mamalia Class : Artiodactyla Family : Bovidae Upfamili : Caprinae Genus : Capra

Spesies : Capra aegagrus Upspesies : C.a.hircus

Kambing (capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit dan bulu (Chen et al, 2005). Secara biologis ternak kambing cukup produktif dan mudah beradaptasi dengan berbagai kondosi lingkungan di Indonesia, mudah pemeliharaannya, sehingga mudah dalam pengembangannya (Suparman, 2007).

Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi. Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki beberapa keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim, tahan

(2)

terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak banyak) (Yoserizal, 2013).

Menurut Munir (2014), untuk mencapai keberhasilan ternak kambing yang optimal, hal-hal yang perlu di perhatikan oleh peternak, antara lain, sebagai berikut:

1. Pemilihan bibit yang unggul.

2. Tata laksana pemeliharaan yang baik dan benar. 3. Pemberian pakan yang cukup dan bernilai gizi.

4. Recording/pencatatan produksi secara baik dan benar.

Memilih bibit pejantan yaitu kondisi tubuh sehat, tubuh besar (sesuai umur), bulu bersih dan mengkilap, badan panjang, kaki lurus, tidak cacat, tumit tinggi, penampilan gagah, aktif dan nafsu kawin tinggi, mudah ereksi, buah zakar normal (2 buah, sama besar dan kenyal) dan betina yaitu kondisi tubuh sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, bulu bersih dan mengkilap, alat kelamin normal, mempunyai sifat keibuan (mengasuh anak dengan baik), ambing (buah susu) normal (halus kenyal tidak terinfeksi atau terjadi pembengkakan) (Prabowo, 2010).

Menurut Susilorini et al (2009), sistem pemeliharaan ternak kambing sebagai berikut:

1. Pakan

Kambing merupakan ruminansia yang efisien dalam mencerna serat kasar. Pakan utama kambing adalah tunas-tunas semak serta ranting dan gulma. Kambing juga perlu diberi pakan tambahan, berupa konsentrat. Kadar protein dalam konsentrat berkisar 16%. Hijauan yang diberikan dapat berupa daun

(3)

lamtoro, gamal, dan daun nangka. Bila berdasarkan bahan kering hijauan diberikan sebaiknya 3% dari berat badan atau 10- 10 15% dari berat badan bila dalam bentuk segar. Jenis dan cara pemberian pakan disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral). Pakan diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), air minum 1,5 – 2,5 liter per ekor per hari, dan garam beriodium secukupnya, untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari.

2. Perkandangan

Sebaiknya ternak dipelihara dalam kandang agar memudahkan pengawasan terhadap ternak yang sakit, atau yang sedang dalam masa kebuntingan, memudahkan dalam pemberian pakan dan menjaga keamanan ternak.

3. Kesehatan

kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan, serta keamanan pakan.

Daging kambing memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan daging sapi. Namun, kambing memiliki serat lebih kecil dibandingkan serat daging sapi, serta

(4)

aroma daging kambing yang khas goaty. Daging kambing memiliki ciri yang khas, yaitu hampir tidak memiliki lemak dibawah kulit, kelebihan lemaknya ditimbun sebagai lemak yang tersebar diantara serat daging (Tiven, dkk., 2007). 2.1.2 Domba

Klasifikasi ternak domba menurut Ensminger (2002), yaitu:

Kingdom : Animalia Fillum

Chordata : (hewan bertulang belakang) Kelas : Mamalia (hewan menyusui)

Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap) Famili : Bovidae (hewan memamah biak)

Genus : Ovis

Spesies : Ovis aries

Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat populer di kalangan petani Indonesia. Ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat dimanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah dikembangbiakan dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta memerlukan modal yang relatif sedikit dibandingkan ruminansia besar (Setiadi, 1987).

Secara umum ternak domba dikelompokkan menjadi domba tipe potong, wol dan dual purpose yakni sebagai penghasil daging dan sekaligus penghasil wol. Domba-domba di Indonesia umumnya mengarah kepada tipe potong atau pedaging. Hal itu disebabkan domba tipe wol sampai saat ini belum diminati oleh peternak di Indonesia belum ramai karena iklim Indonesia kurang sesuai untuk

(5)

pemakain wol, dan teknologi prosesing wol yang belum mendapat prioritas dari para pengusaha (Sugeng, 1985).

Pemilihan bibit pada domba yang dewasa harus sudah berumur lebih dari 12 bulan (2 buah gigi seri tetap) dengan tubuh baik, bebas cacat tubuh, puting berjumlah dua buah, berat badan lebih dari 20 kg, dan merupakan keturunan dari ternak yang beranak kembar. Sementara pejantan harus sudah berumur lebih dari 1,5 tahun, merupakan keturunan domba beranak kembar, tidak cacat, skrotum simetris dan relatif besar, sehat, serta konfirmasi tubuh seimbang (Susilorini et al., 2009).

Sistem pemeliharaan yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ternak, salah satunya ternak domba. Sistem pemeliharaan yang umumnya terdapat di masyarakat dibagi menjadi tiga cara, diantaranya sistem pemeliharaan intensif, sistem pemeliharaan semi intensif dan sistem pemeliharaan ekstensif. Menurut Parakkasi (1999), tiga cara sistem pemeliharaan domba tersebut didefinisikan sebagai berikut: (1) Sistem Ekstensif, dimana seluruh aktivitas perkawinannya, pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan dilakukan di padang penggembalaan. Domba dilepas di padang penggembalaan dengan rumput dan pertumbuhan domba ini sangat tergantung dari kualitas padangnya, (2) Sistem Semi Intensif merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan intensif, dan sering disebut juga dengan sistem pertanian campuran (mixed farming). Ternak pada siang hari dapat diumbar di padang penggembalaan dan pada malam hari ternak dikandangkan dan pakan diberikan di dalam kandang, (3) Sistem Intensif, dimana pemeliharaan dengan sistem ini biasanya ternak

(6)

dikandangkan terus menerus (sepanjang hari). Pemeliharaan sistem intensif ini biasanya menggunakan ransum yang bernutrisi tinggi (penguat).

2.2 Landasan Teori 2.1.1 Forecasting

Menurut Santoso (2009), definisi forecasting sebenarnya beragam, yaitu: a. Perkiraan munculnya sebuah kejadian di masa depan, berdasarkan data yang ada di masa lampau.

b. Proses menganalisis data historis dan data saat ini untuk menentukan trend di masa mendatang.

c. Proses estimasi dalam situasi yang tidak diketahui. d. Pernyataan yang dibuat tentang masa depan.

e. Penggunaan ilmu dan teknologi untuk memperkirakan situasi di masa depan. f. Upaya sistematis untuk mengantisipasi kejadian atau kondisi di masa depan.

Tujuan utama peramalan adalah menjadikan para pengambil keputusan dan pembuat kebijakan memahami ketidakpastian di masa mendatang. Sehingga ketidakpastian dan resiko yang mungkin muncul dapat dipertimbangkan waktu mereka membuat perencanaan atau keputusan-keputusan yang berorientasi ke masa depan. Dengan melakukan peramlan, para perencana dan pengambil keputusan akan dapat mempertimbangkan alternatif-alternatif strategi yang lebih luas daripada tanpa peramalan. Dengan demikian berbagai rencana strategi dan aksi dapat dikembangkan untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa mendatang (Sugiarto dan Harijono, 2000).

Menurut Makridakis (1999), ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan peramalan yang akurat dan bermanfaat. Pertama adalah

(7)

pengumpulan data yang relevan yang berupa informasi yang dapat menghasilkan peramalan yang akurat. Kedua adalah pemilihan teknik peramalan yang tepat yang akan memanfaatkan informasi data yang diperoleh seoptimal mungkin.

Menurut Anonim (2009), peramalan yang baik adalah peramalan yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah atau prosedur penyusunan yang baik yang akan menentukan kualitas atau mutu dari hasil peramalan yang disusun. Pada dasarnya ada tiga langkah peramalan yang penting, yaitu :

1. Menganalisis data yang lalu, tahap ini berguna untuk pola yang terjadi pada masa lalu.

2. Menentukan metode yang dipergunakan. Metode yang baik adalah metode yang memberikan hasil ramalan yang tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang terjadi.

3. Memproyeksikan data yang lalu dengan menggunakan metode yang dipergunakan, dan mempertimbangkan adanya beberapa faktor perubahan (perubahan kebijakan-kebijakan yang mungkin terjadi, termasuk perubahan kebijakan pemerintah, perkembangan potensi masyarakat, perkembangan teknologi dan penemuan-penemuan baru).

Pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sifat teknik peramalan maka peramalan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

1. Peramalan kuantitatif

Peramalan kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Peramalan kuantitatif sangat mengandalkan pada data histories yang dimiliki. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada

(8)

metode yang digunakan dalam peramalan tersebut. Peramalan kuantitatif dapat dibagi dalam deret berkala (time seri) dan deret kausal.

Peramalan kuantitatif dapat digunakan bila terdapat tiga kondisi sebagai berikut :

1. Adanya informasi tentang masa lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data.

3. Informasi tersebut dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa yang akan datang.

2. Peramalan kualitatif

Peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangan bergantung pada orang yang menyusunnya. Hal yang terpenting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat dan pengetahuan dari orang yang menyusunnya (Siregar, 2008).

Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Setiap orang selalu dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan. Apabila kurang tepat ramalan yang kita susun atau yang kita buat, maka kurang baiklah keputusan yang kita ambil (STM, 2009).

2.2.2 Data Deret Waktu (Time Series)

Nilai-nilai yang disusun dari waktu ke waktu tersebut disebut dengan deret waktu (time series).Di dunia bisnis, data deret waktu diperlukan sebagai bahan acuan pembuatan keputusan sekarang, untuk proyeksi, perlu diketahui beberapa

(9)

asumsi yang penting. Pertama adanya ketergantungan kejadian masa yang akan datang dengan masa sebelumnya. Kedua aktivitas di masa yang akan datang mengikuti pola yang terjadi di masa yang lalu, dan ketiga, hubungan atau

keterkaitan masa lalu dapat ditentukan dengan observasi atau penelitian (Sugiarto dan Harijono, 2000).

Menurut Sihotang (2013), metode–metode peramalan yang berhubungan dengan deret waktu adalah sebagai berikut :

a. Metode Smoothing.Metode smoothing digunakan untuk mengurangi ketidak– teraturan musiman dari data yang lalu maupun kedua–duanya, dengan membuat rata–rata tertimbang dari sederetan data yang lalu. Ketepatan dari peramalan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang ketepatannya akan berkurang. Data yang dibutuhkan untuk penggunaan metode ini minimal selama dua tahun.

b. Metode Box Jenkins. Metode Box Jenkins menggunakan dasar deret waktu dengan model matematis, agar kesalahan yang terjadi dapat diminimalkan. Oleh karena itu penggunaan metode ini membutuhkan identifikasi model dan estimasi parameternya. Metode ini sangat baik ketepantannya untuk peramalan jangka pendek, sedangkan peramalan untuk jangka panjang ketepatannya kurang baik. Data yang dibutuhkan untuk penggunaan metode peramalan ini minimum dua tahun dan lebih baik bila data yang dimiliki lebih dari dua tahun.

c. Metode Proyeksi Trend dengan regresi. Metode proyeksi trend dengan regresi merupakan dasar garis trend untuk suatu persamaan matematis, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal yang diteliti untuk masa depan. Untuk peramalan jangka pendek maupun jangka panjang, ketepatan

(10)

peramalan dengan menggunakan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan minimum selama lima tahun.

Secara garis besar analisis deret waktu dalam penerapannya bertujuan untuk : (a) Meramalkan kondisi dimasa akan datang (forecasting), (b) Mengetahui hubungan antar peubah, (c) Kepentingan control (untuk mengetahui apakah proses terkendali atau tidak) (Anonim, 2016).

2.2.3 Teori Produksi

Produksi adalah kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut yang berupa barang-barang atau jasa (Assauri, 2004).

Menurut Rosyidi (2005) produksi tentu saja tidak akan dapat dilakukan kalau tiada bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia, sumbersumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of production). Jadi semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi.

Beberapa faktor produksi atau input yang digunakan akan menghasilkan output (keluaran). Jumlah output juga dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Hubungan antara jumlah penggunaan input dan jumlah output yang dihasilkan, dengan teknologi tertentu, disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat (dan

(11)

kombinasi) penggunaan input dan tingkat output per satuan waktu (Soeratno, 2000).

Sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi yang efisien dengan sumber daya yang ada. Sumberdaya yang digunakan dalam produksi, diklasifikasi oleh Doll dan Orazem (1984) menjadi sumberdaya tetap dan sumberdaya variabel. Suatu sumberdaya disebut sebagai sumberdaya tetap, jika kuantitasnya tidak berubah selama periode produksi tersebut dan suatu sumberdaya disebut sumberdaya variabel, jika kuantitasnya berubah pada permulaan atau selama periode produksi. Sumberdaya tetap dan variabel adalah digunakan untuk mengklasifikasi panjangnya periode produksi sebagai berikut: (1) jangka sangat pendek, yakni periode waktu begitu singkat sehingga semua sumberdaya adalah tetap, (2) jangka pendek, yakni periode waktu sedemikian panjang yang setidaknya ada satu sumberdaya dapat bervariasi sedangkan sumberdaya lain adalah tetap, dan (3) jangka panjang, yakni periode waktu begitu panjang sehingga semua sumberdaya dapat bervariasi.

2.2.4 Teori Konsumsi

Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tidak termasuk konsumsi, karena barang dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang dan jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk memproduksi barang lain (Nugraheni, 2015).

(12)

Individu yang melakukan konsumsi disebut konsumen. Keinginan mengkonsumsi oleh individu akan menimbulkan permintaan terhadap suatu barang. Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli barang dengan berbagai alternatif harga. Selain dipengaruhi harga permintaan juga dipengaruhi oleh pendapatan, selera, jumlah konsumen yang menginginkan barang tersebut, ekspektasi barang yang akan datang, iklan dan sebagainya (Rindayati, 2011).

Menurut Setiadi (2005) pembelian konsumen amat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain:

1. Umur Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

2. Pendapatan Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods). Pendapatan seseorang mempengaruhi pilihan produk.

3. Pendidikan Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkat individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani. Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang

(13)

berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dlihat dari pendidikan terakhir konsumen

4. Harga barang lain Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barangbarang lain yang ada kaitannya. Seperti barang yang saling mengganti (substitusi) atau barang yang saling melengkapi (komplementer). Naik turunnya harga barang substitusi dan komplementer dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikan atau yang dilengkapi.

5. Harga barang itu sendiri Kenaikan terhadap harga barang itu sendiri dapat mempengaruhi jumlah permintaannya. Karena akibat kenaikan tersebut pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai barang pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan dan atau pembeli mengurangi jumlah barang yang diminta tersebut. Oleh karena itu naik turunnya harga barang tersebut secara langsung dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta.

2.3 Peneitian Terdahulu

Berikut ini merupakan informasi dari beberapa penlitian-penilitian terlebih dahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, diantaranya:

Menurut Siregar (2015), Analisis Forecasting Ketersediaan Daging Sapi

Di Sumatera Utara Tahun 2020, menyimpulkan: (1) Perbandingan produksi

dengan konsumsi daging sapi Sumatera Utara dari tahun 1999-2013 menunjukkan data yang fluktuatif. Pada tahun 1999, 2001, 2003, 2004, 2006, dan 2007 memiliki rasio sebesar < 1 yang artinya nilai konsumsi lebih besar dibanding produksi. Pada tahun 2000, 2002, 2005, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013 memiliki rasio sebesar ≥ 1 yang artinya produksi lebih besar dibandingkan konsumsi. (2) Hasil analisis forecasting menunjukkan bahwa ketersediaan daging sapi dan

(14)

konsumsi daging sapi pada tahun 2020 mengalami trend kenaikan serta perbandingan ketersediaan dengan konsumsi daging sapi Sumatera Utara 2020 menunjukkan rasio ketersediaan daging sapi lebih besar dibandingkan dengan konsumsi daging sapi sehingga dapat terlaksananya swasembada daging sapi.

Menurut Wahyuni, 2015, Analisis Time Series Konsumsi Dan Produksi

Susu Sumatera Utara, menyimpulkan: (1) Kondisi konsumsi dan produksi susu

sapi Sumatera Utara (1999-2013) memiliki trend menurun setiap tahunnya. (2) Berdasarkan hasil peramalan, maka tahun 2016-2026 mendatang, produksi dan konsumsi susu sapi Sumatera Utara diperkirakan terus menurun.

2.4 Kerangka Pemikiran

Komoditas kambing dan domba merupakan salah satu komoditas ternak yang memiliki peranan penting dalam menentukan ketersediaan pangan di dalam masyarakat dalam suatu daerah. Sebagian besar produksi dari kambing dan domba banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kebutuhannya sehari-sehari, seperti daging untuk dimasak, susu untuk dikonsumsi, dan sebagainya.

Tren produksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat beberapa tahun sebelumnya, yakni 2006-2015. Dengan tersedianya data produksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba, maka dapat diproyeksikan atau diramalkan produksi dan konsumsi daging kambing dan daging domba untuk tahun yang akan datang. Dari hasil proyeksi dapat diketahui kondisi kebutuhan daging kambing dan daging domba pada masa mendatang, yakni tahun 2018-2027. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

(15)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun, diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Produksi daging kambing lebih kecil dari konsumsi daging kambing di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2006-2015.

2. Produksi daging domba lebih kecil dari konsumsi daging domba di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2006-2015.

Keterangan :

: Menyatakan perbandingan : Menyatakan pengaruh

Daging Kambing dan Daging Domba

TrendProduksi Daging

Kambing dan Daging Domba (2006-2015)

TrendKonsumsi Daging

Kambing dan Daging Domba (2006-2015)

Proyeksi

ProduksiDaging Kambing dan Domba Tahun (2017-2026)

Proyeksi Konsumsi Daging Kambing dan Daging Domba Tahun (2017-2026)

Gambaran Kondisi Kebutuhan Daging Kambing dan Daging Domba Pada Masa Mendatang

(16)

3. (a). Proyeksi produksi daging kambing diProvinsiSumatera Utara (2017-2026) mengalami trend positif.

(b). Proyeksi konsumsi daging kambing diProvinsiSumatera Utara (2017-2026) mengalami trend positif.

4. (a). Proyeksi produksi daging domba diProvinsiSumatera Utara (2017-2026) mengalami trend positif.

(b). Proyeksi konsumsi daging domba diProvinsiSumatera Utara (2017-2026) mengalami trend positif.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran  2.5  Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividen per lembar saham memberi pengaruh signifikan terhadap variabel terikat Y (harga saham).. Hal ini mengindikasikan, bahwa terjadi

Dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing, siswa diharapkan dapat menentukan volume bola menggunakan model setengah bola dan kerucut yang jari-jarinya

Tenaga kesehatan mengatakan bahwa mereka kurang menyetujui pelaksanaan se‟i karena dampak yang ditimbulkan kedepannya bisa membahayakan kesehatan ibu dan bayi seperti ISPA

Pemilihan cerita rayat Deleng Pertektekken ini berasal dari Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan merupakan sastra lisan masyarakat Karo.Dalam

penilaian yang mampu meningkatkan kemampuan literasi siswa Indonesia di ketiga literasi.. tersebut dan dimulai dari tingkat pendidikan

tentang sarapan sehat pada siswa SD Negeri Lengkong Besar. Tujuan Khusus:. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk

Kesempatan yang diberikan pemerintah juga ditunjukkan dari adanya peluang yang diciptakan pemerintah, dimana pemerintah memberi peluang kepada masyarakat untuk terlibat

Juka kita lihat perbandingan teknik sipil dan arsitek di atas maka seringkali ada pertentangandalam proses kerja, misalnya seorang arsiter sudah bersusah payah membuat desain