• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder E.C Tendinitis Supraspinatus Sinistra Dengan Modalitas Ultrasound Dan Terapi Manipulasi Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder E.C Tendinitis Supraspinatus Sinistra Dengan Modalitas Ultrasound Dan Terapi Manipulasi Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

FROZEN SHOULDER e.c TENDINITIS SUPRASPINATUS SINISTRA

DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI MANIPULASI DI RS PKU YOGYAKARTA

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Oleh:

YUNIDA AMALIYA PUTRI J100120011

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Diploma III Fisioterapi

PROGRAM DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

3

PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF FROZEN SHOULDER e.c SUPRASPINATUS TENDINITIS OF THE LEFT IN THE

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Yunida Amaliya Putri, 52 pages, 2015)

Abstract

Background: supraspinatus tendinitis is an inflammation of the supraspinatus muscle inflammation of the supraspinatus muscle tendon. Tendinitis in the shoulder, the rotator cuff and biceps tendon inflammation can occur usually as a result of pinching of the existing structures in the vicinity. Supraspinatus tendinitis is a common cause of shoulder pain complaints.

Objective: To determine the management of Ultrasound (US) to reduce pain in conditions ec Frozen Shoulder tendinitis supraspinatus and to determine the management of manipulation therapy can increase the area of motion and functional activity in conditions of Frozen Shoulder tendinitis Supsraspinatus ec.

Results: After treatment for 6 times the results obtained silent pain assessment T1: 3 to T6: 1, painful motion T1: 6 be T6: 3, tenderness T1: 5 to T6: 3, increased active range of motion left S: T1 : 45-0-150, becomes S: T6: 45-0-175, F: T1: 70-0-45, becomes F: T6: 175-70-0-45, R (F = 90): T1: 90- 0-95, into R (F = 90): T6: 90-0-70, increase range of motion left passive S: T1: 45-0-180, becomes S: T6: 45-0-180, F: T1 : 180-0-45 be F: T6: 180-0-45, R (F = 90): T1: 90-0-55, into R (F = 90): T6: 90-0-70, increased activity functional IT: 73.7%, to T6: 40%.

Methods: A case study in which patients studied and observed progress during therapy six times.

Conclusion: It has been shown that administration of physiotherapy modalities on the left supraspinatus tendinitis condition with interverensi ultrasound and therapeutic manipulation can be concluded that there is a reduction in pain as measured by the VDS, and improved functional ability as measured by tubsIn.

(4)

4

PENATALKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER e.c TENDINITIS SUPRASPINATUS SINISTRA DI RS PKU

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tendinitis supraspinatus merupakan peradangan pada tendon otot

supraspinatus.Tendinitis supraspinatus pada bahu, rotator cuff dan tendon biceps

bisa terjadi radang biasanya sebagai akibat dari terjepitnya struktur-struktur yang ada di sekitarnya. Tendinitis supraspinatus adalah penyebab tersering keluhan nyeri bahu. Penderita tendinitis supraspinatus dari tahun ke tahun terus meningkat, di Inggris 14%, di Belanda 12% dan di Indonesia hampir 20% dari penduduk.

Terapi standar pada pasien dengan tendinitis supraspinatus di Rumah Sakit selain pemberian analgesic dan muscle relaxant biasanya diberikan modalitas Micro Wave Diathermi (MWD), Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS), dan pemberian massage teknik friction. Menurut pengalaman yang kami dapatkan penambahan traksi kaudal dapat mempercepat hilangnya nyeri pada tendinitis supraspinatus di mana kondisi ini terjadi penyempitan ruang

superhumeral akibat gerakan abduksi yang terus menerus. Dengan penambahan traksi kaudal menambah ruang suprahumeral sehingga menghindari kompresi tendon yang merupakan faktor cedera ulang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang muncul pada kasus Frozen Shoulder e.c Tendinitis Supraspinatus Sinistra, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1) bagaimanakah penatalaksanaan ultrasound, terapi manipulasi dapat mengurangi nyeri dan dapat meningkatkan aktifitas fungsional pada tendinitis supraspinatus.

(5)

5 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan dan penatalaksanaan terapi ultrasound, Terapi Manipulasi pada kasus tendinitissupraspinatus.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Frozen Shoulder e.c Tendinitis Supraspinatus

Tendinitis Supraspinatus adalah suatu peradangan pada tendon otot

supraspinatus (Hasibuan, 2007).Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh tendon otot supraspinatus yang saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta jangka waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.

Etiologi

Tendinitis bahu merupakan kelainan yang sering kita jumpai sebagai penyebab keluhan nyeri bahu. Dapat diderita oleh anak muda ataupun remaja, akibat cidera saat melakukan olahraga, orang dewasa akibat aktivitas pekerjaan sehari-hari dan pada orang tua karena proses keausan akibat umurnya yang lanjut atau degeneratif (Sujudi, 1989).

Patologi

Tendinitis pada salah satu otot rotator bisa terjadi berdasarkan perubahan-perubahan degeneratif, dengan adanya pembebanan yang terlalu berat. Petunjuk bahwa pembebanan terlalu berat sering ditemui dalam anamnesis. Keluhannya tidak dapat dibedakan dari keluhan kebanyakan gangguan bahu lainnya. Tendinitis supraspinatus dapat disertai ataupun tanpa adanya klasifikasi. Ada tidaknya klasifikasi mempunyai hubungan langsung dengan ada tidaknya rasa nyeri. Rasa nyeri ini timbul karena Kristal kalsium hidrokxyapative yang ada ditempat

(6)

6

tersebut menonjol masuk kedalam bursa subacromialis, yang selanjutnya minimbulkan bursitis akut (Hudaya, 2002).

Tanda dan Gejala klinis

Penderita tendinitis supraspinatus biasanya datang dengan keluhan nyeri disekitar bahu yang disertai dengan keterbatasan gerak pada sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, pada malam hari nyeri dirasakan terus-menerus dan bertambah nyeri pada saat lengan diabdusikan. Nyeri pada tendinitis supraspinatus juga akan terasa disepanjang tepi anterior acromion (Apley, 2010).

PENATALAKSANAAN STUDI KASUS Identitas Pasien

Dari hasil anamnesis yang berhubungan dengan kasus ini di dapatkan hasil sebagai berikut, Nama: Ny. EH, Umur: 48 tahun, Jenis kelamin: Perempuan, Agama: Islam, Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, Alamat: Basen kg II/405 Rt/Rw 16/04 Kotagede Yogyakarta.

Keluhan Utama

Keluhan utama pada pasien ini adalah nyeri pada bahu kiri ketika bahu kiri bergerak menjauh dari badan pasien dan merasakan aktivitas sehari hari sedikit terganggu.

Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan Fisioterapi pada kasus Frozen Shoulder e.c Tendinitis Supraspinatus meliputi Inspeksi (statis dan dinamis), Palpasi, Perkusi, Pemeriksaan gerak (Aktif, Pasif dan gerak melawan tahanan), Pemeriksaan nyeri, Pemeriksaan Lingkup gerak Sendi.

(7)

7 Problematika Fisioterapi

Adanya nyeri pada saat melakukan gerakan aktif abduksi pada lengan, nyeri tekan dan nyeri gerak melawan tahanan pada otot supraspinatus. Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi pada saat melakukan aktifitas keseharian.

Pelaksanaan Terapi

Pelaksanaan terapi dimulai dari tanggal 03 sampai 16 februari 2015. Modalitas fisioterapi yang diberikan yaitu Ultrasonic dan Terapi Manipulasi. Tujuan yang hendak dicapai pada kondisi ini adalah mengurangi nyeri, meningjatkan lingkup gerak sendi, dan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan dan mengembalikan aktifitas fungsional.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Nyeri

Penilaian ptingkat nyeri dapat di lihat dengan menggunakan VDS. Perubahan nyeri dari evaluasi awal (T1) sampai evaluasi terakhir pasien (T6) dapat dilihat bahwa setelah 6 kali terapi ada penurunan nyeri yaitu nyeri diam dari 3 menjadi 1, nyeri gerak dari 6 menjadi 3, dan nyeri tekan dari 5 menjadi 3. Berikut ini adalah grafik penurunan nyeri:

(8)
[image:8.595.116.529.113.368.2]

8

Grafik 4.1 Hasil Evaluasi Nyeri dengan VAS

Lingkup Gerak Sendi (LGS) Shoulder sinistra Menggunakan Goneometer Evaluasi penilaian luas gerak sendi dengan menggunakan goneometer. Perubahan luas gerak sendi dari (T1) sampai evaluasi terakhir (T6) dapat dilihat bahwa setelah terapi ada peningkatan luas gerak sendi.

Berikut grafik peningkatan luas gerak sendi yang telah dilakukan mulai dari ke-1 sampai ke-6.

0 1 2 3 4 5 6 7

T1 T2 T3 T4 T5 T6

diam

gerak

tekan

(9)
[image:9.595.112.484.161.386.2]

9

Grafik 4.2 Hasil Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Aktif Shoulder (LGS) dengan Goneometer

Grafik 4.3 Hasil Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Pasif Shoulder (LGS) dengan Goneometer 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

T1 T2 T3 T4 T5 T6

Ekstensi Flexsi abduksi adduksi eksternal rotasi internal rotasi 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

T1 T2 T3 T4 T5 T6

[image:9.595.115.483.427.658.2]
(10)

10 Pembahasan

Nyeri

Penurunan nyeri pada kasus Frozen Shoulder e.c Tendinitis Supraspinatus sinistra ini dipengaruhi oleh efek dari Ultrasound dan Terapi Mnipulasi antara lain terjadinya relaksasi otot, memperlancarkan sirkulasi darah, dan mengurangi nyeri.

Terapi ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ini menggunakan arus listrik yang dialirkan lewat tranduser yang mengandung kristal kuarsa yang dapat mengembang dan kontraksi serta memproduksi gelombang suara yang dapat ditransmisikan pada kulit serta kedalam tubuh. Terapi ultrasound dilakukan pada rentang frekuensi 0,8 sampai dengan 3 MHz atau 800 sampai dengan 3,000 khz.

Frekuensi yang lebih rendah dapat menimbulkan penetrasi yang lebih dalam sampai dengan 5 cm. Frekuensi yang umumnya dipakai adalah 1000 khz memiliki sasaran pemanasan pada kedalaman 3 sampai 5 cm dibawah kulit. Pada frekuensi

yang lebih tinggi misalkan 3000 khz energi diserap pada kedalaman yang lebih dangkal yaitu sekitar 1 sampai 2 cm. Gelombang suara dapat mengakibtkan molekul-molekul pada jaringan bergetar sehingga menimbulkan energi mekanis dan panas (Arofah, 2010).

Low, 2000 menyebutkan efek thermal ultrasound (US) menyebabkan terjadinya pengurangan nyeri. Adanya stimulus thermal merangsang serabut saraf

offeren berdiameter besar yang akan memberikan efek analgesic melalui mekanisme gate control (Biasa disebut dengan peran counter-irritation). Mekanisme gate control terjadi karena terangsangnya serabut saraf offeren

berdiameter besar akan mengaktifkan substansia gelatinosa. Apabila substansia

(11)

11

gelatinosa aktif, gerbang menutup sehingga rangsang nyeri terhenti atau tidak diteruskan ke pusat.

Selain mengurangi nyeri melalui aktivitas saraf, stimulus thermal US juga akan merangsang pelepasan histamine yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi

pembuluh darah, terjadinya vasodilatasi pembuluh darah akan meningkat sirkulasi sehingga zat-zat pengiritasi (faktor P) akan dibawa menjauhi jaringan dan nyeri menjadi berkurang. (Low, 2000). Dengan berkurangnya nyeri maka otot dapat melakukan gerak dan fungsi.

Modalitas fisioterapi lain yang digunakan untuk mengatasi problematik dalam kasus tendinitis supraspinatus adalah terapi manipulasi. Terapi manipulasi merupakan teknik terapi manual secara pasif yang diterapkan pada sendi dan jaringan lunak yang menggunakan gerakan fisiologis untuk tujuan trapeutik. Kecapatan dan amplitude kecil yang diterapkan pada kecepatan lambat, yaitu adanya kecepatan dan intensitas secara continue ketika menerapkan teknik terapi (Kisner, 2007).

Lingkup Gerak Sendi

Manipulasi adalah gerakan yang tegas yang diberikan dengan kecepatan tertentu dan arah tertentu, dilakukan bukan menggunakan tenaga pasien tetapi dilakukan oleh terapis secara pasif. Jadi manipulasi merupakan bagian dari mobilisasi. Mobilisasi maupun manipulasi memiliki fungsi untuk memperbaiki gerakan sendi, mengurangi nyeri neurophysiology dengan bantuan gerakan sendi, dan mengurangi spasme otot (Maitland, 1986).

Traksi merupakan peregangan permukaan sendi dimana arah gerak tegak lurus dan menjauhi didang terapi. Traksi berfungsi untuk mengurangi nyeri jika dilakukan pada grade I dan grade II, sedangkan traksi pada grade III berfungsi untuk menambahkan mobilisasi sendi.

Gradasi (grade) dalam traksi tulang ada 3 yaitu: (1) grade I berupa traksi, dimana belum adanya geseran permukaan tulang. Pada grade I ini biasanya akan

(12)

12

dilakukan bersamaan dengan grade II dan grade III, (2) grade II berupa traksi dan gliding sampai terjadi regangan pada persendian dan terasa mulai menegang, (3) grade III dilakukan traksi dan gliding dimana regangan yang dirasakan dengan tegangan yang jauh lebih besar dari grade II.

Vermeulen dan kawan-kawan (2006) mendiskripsikan bahwa terapi manipulasi dengan grade tertentu dapat mempengaruhi dalam produksi cairan synovial dan memperbaiki penghasilan cairan synovial pada sendi bahu. Dengan ini dapat menurunkan nyeri, mengurangi kekakuan sendi. Sehingga dengan demikian dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dari sendi bahu itu sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan terapi latihan sebanyak enam kali terapi dan pemberian medika mentosa secara teratur dan rutin pada pasien yang bernama: Ny. EH, usia: 48 tahun, dengan diagnose frozen shoulder e.c tendinitis supraspinatus sinistra didapatkan hasil berupa:

1. Adanya penurunan derajat nyeri. 2. Adanya peningkatan LGS.

3. Adanya peningkatan kemampuan aktifitas fungsional menggunakan SPADI.

Saran

Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ikut bertanggung jawab dalam pemberian pelayanan kesehatan dalam melakukan tugas diharapkan selalu melakukan proses fisioterapi secara cermat dan teliti serta diharapkan dapat bekerja sama dengan tim kesehatan lain, pasien dankeluarganya agar dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin.

(13)

13

Pasien masih terdapat nyeri pada bahu kiri maka sebaikanya dianjurkan untuk melakukan pengobatan lebih lanjut. Saran yang dapat diberikan untuk pasien tendinitis supraspinatus antara lain sebaikanya mengurangi aktivitas yang memberikan penekanan pada daerah sendi bahu seperti mengangkat beban berlebihan secara berulang-ulang dan hindari benturan atau trauma pada sendi bahu, kompres panas atau hangat dengan menggunakan handuk yang diletakkan pada bahu sekurang-kurangnya 15 menit secara teratur dan rajin menggerak-gerakkan bahunya kesemua arah menggerak-gerakkan dapat meringankan keluhan pasien.

Untuk anggota keluarga sebaiknya membantu pasien dengan memberikan motivasi untuk latihan dan membantu dalam proses latihan. Peran fisioterapi disini adalah untuk mengurangi nyeri atau memanifestasi yang muncul akibat penykait tersebut serta mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada sendi bahu tersebut. Sehingga pasien tetap bisa melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Arovah, Novita Intan. 2010. Dasar-dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga. Yogyakarta

Apley, G.,A., Salomon, L. 2010. Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley Ed 7. Jakarta: Widya Medika

Hasibuan, Junianto P. 2007. Tanda dan Gejala Penyebab Tendinitis Supraspinatus: di akses tanggal 11/05/15 dari www.physioroom.com/injury/shoulder

Hudaya, Prasetya. 2002. Rematologi. Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi

Kisner, Calolyn. 2007. Therapeutic Exercise Foundution and Techniues. Philadephia: Third Edition,F.A. Davis Company

Low, J., and Reed, A. 2000. Electrotherapy Explained Principle and Practive 3rd Edition. London: MPG Book Ltd

Maitland, G.D. 1986. Pheripheral Manipulation. London: Second Edition, Butterwoths

Sujudi, 1989; Fisioterapi Pada Nyeri Bahu Dengan Terapi Latihan dalam Makalah TITAFI VII tentang Nyeri Bahu, Surabaya

Vermeulen, et all. 2006. Comparison of High-Grade and Low-Grade Mobilization Techniques in the Management of Adhesive Capsulitis of the Shoulder: Randomized Controlled Trial. Diakses tanggal 02/05/15 dari http://ptjournal.apta.org/content/86/3/355

Gambar

Grafik 4.1 Hasil Evaluasi Nyeri dengan VAS
Grafik 4.2 Hasil Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Aktif Shoulder (LGS)  dengan Goneometer

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian (Studi Kasus: Dapur Geulis). Dibimbing oleh MA’MUN SARMA. Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung

Merkuri dapat merubah gradien osmotik, menurunkan tingkat konsumsi oksigen, menurunkan kondisi hematologi, meningkatkan kadar glukosa darah, menurunkan laju

Mulyasa, E, 2003, Metodologi Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta Gadjah Mada University Pres.. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kab.Kendal,2008, Pedoman

Pelaksanaan pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan, alat penangkapan ikan dan/atau pengangkut ikan, khususnya untuk pengukuran kapal yang akan dijadikan dasar penetapan PNBP

bentuk aljabar -Menyelesaikan operasi tambah pada bentuk aljabar..

Terjadinya perubahan gaya hidup ( life style ) anak-anak masa kini tak terlepas dari perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan. Kini anak-anak lebih

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB). Melalui program sea farming ini, solusi terhadap

Data dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 3 faktor, yaitu: jenis kayu (sengon, petai, manii dan karet), konsentrasi larutan bahan pengawet