• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI BISNIS JASA WARUNG INTERNET ( WARNET ) D-ZEN NET SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRATEGI BISNIS JASA WARUNG INTERNET ( WARNET ) D-ZEN NET SIDOARJO."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

WARUNG INTERNET

D-ZEN NET SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi S1

Diajukan Oleh :

SIGIT DWI SAPUTRA

NPM 06.130.10.222

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS EKONOMI

(2)

Oleh :

SIGIT DWI SAPUTRA NPM: 0613010222

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 24 Februari 2012.

Menyetujui,

DOSEN PEMBIMBING. TIM PENGUJI : 1. Ketua

Rina Mustika SE, MM

NIP.956 900 048 Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” JAWA TIMUR

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ” Analisis Strategi Bisnis Jasa Warung Internet

(Warnet) D-ZEN Net Sidoarjo ”.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan berhasil tanpa

adanya dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan

segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya

kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP. , selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin. N, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi., selaku Ketua Progdi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteram”

JawaTimur.

4. Dra. Rina Mustika,SE,MMA, selaku Dosen Pembimbing yang

meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan. Terima

(4)

5. Segenap tenaga pengajar, staff, dan karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Kedua orang tua terima kasih atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan

bantuannya baik itu secara moril maupun materil yang telah diberikan

selama ini.

7. Untuk Istriku tercinta, Ni Made Ayu P. Terima kasih atas segala doa,

dukungan, dan segala waktunya untuk terselesainya skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segala

kerendahan hati penulis memohon kepada seluruh pihak untuk memberikan kritik

dan saran membangun agar dalam penulisan yang selanjutnya dapat lebih baik dan

bermanfaat bagi yang memerlukan.

Surabaya, Desember 2011

(5)

DAFTAR ISI

1.3.Tujuan Penelitian... 5

1.4.Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1.Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Usaha Jasa... 9

2.2.1.1 Definisi Jasa ... 9

2.2.2. Karakteristik Jasa... 12

2.2.3. Kualitas Pelayanan ... 15

2.2.4. Pengelolaan Kualitas Jasa... 15

2.3. Pengertian Kepuasan Konsumen ... 20

2.4. Strategi Bisnis... 21

(6)

2.4.2. Macam-Macam Strategi ... 23

2.4.3. Strategi Tingkat Unit Bisnis ... 25

2.4.4. SWOT sebagai Formulasi Strategi ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 36

3.2. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian... 36

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3.1. Jenis Data ... 37

3.3.2. Sumber Data ... 38

3.4. Pengumpulan Data... 39

3.4.1. Wawancara Mendalam... 39

3.4.2. Dokumentasi ... 40

3.4.3. Observasi Partisipasi ... 41

3.5. Variabel Penelitian... 42

3.5.1 Identifikasi Variabel ... 42

3.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 43

3.5.3. Skala dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 45

3.6. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ... 49

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umun Warnet D-Zen Net ... 49

(7)

4.1.2.1 Visi ... ... 50

4.1.2.2 Misi ... 50

4.1.3 Situasi dan Kondisi Warnet D-Zen Net (Analisis SWOT)... 51

4.1.3.1 Faktor Internal Warnet D-Zen Net ... 56

4.1.3.2. Faktor Eksternal Warnet D-Zen Net... 58

4.2. Struktur Organisasi ... ... 59

4.3. Pembahasan dan Hasil Analisis SWOT... 60

4.3.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Menggunakan IFAS dan EFAS ... 61

4.3.2. Matrik SWOT ... 65

4.3.3. Alternatif Perencanaan Strategi Kuantitatif Analisis Diagram SWOT ... 67

4.3.4. Implementasi Strategi Bisnis ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Matrik Faktor Strategi Eksternal... 34

Tabel 2.2. Matrik Faktor Strategi Internal... 35

Tabel 4.1. Matrik Internal Faktor Analysis Summary ... 62

Tabel 4.2. Matrik Eksternal Faktor Analysis Summary... 63

Tabel 4.3 Rumusan Kombinasi Strategi Matrik SWOT ... 65

Tabel 4.4 Kombinasi Strategi Matrik SWOT ... 66

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Matriks SPACE ... 30

Gambar 2.2. Matriks BCG... 31

Gambar 3.1. Alur Pikir Analisis SWOT... 48

Gambar 4.1. Struktur Organisasi... 60

(10)

ANALISIS STRATEGI BISNIS JASA WARUNG

INTERNET ( WARNET ) D-ZEN NET

SIDOARJO

Sigit Dwi Saputra

ABSTRAK

Fenomena kemunculan usaha-usaha warnet, sekaligus juga usaha-usaha serupa yang gulung tikar, dijumpai secara kasat mata di kota Sidoarjo, Jawa Timur. Sebagai daerah penyangga kota metropolis Surabaya, kota Sidoarjo mengalami perkembangan dan pengembangan yang cukup pesat. Dalam lima tahun terakhir banyak tumbuh usaha warnet, terutama di lokasi perumahan-perumahan. Relatif cukup banyak warnet yang berhasil dalam mengembangkan usahanya sehingga menjadi besar dan memonopoli bisnis warnet dalam pangsa pasar tertentu. Beberapa pengusaha warnet mampu mengembangkan usahanya melalui beragam diversifikasi bidang usaha lain yang sejenis seperti usaha foto copy, penjualan aneka penganan kecil, penyewaan game dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan analisis SWOT sebagai strategi bisnis yang diterapkan di perusahaan jasa warnet D-Zen Net Sidoarjo

Penelitian ini bersifat kualitatif deskripsi dan mencoba menganalisis

kekuatan-kekuatan (strengths), kelemahan-kelemahan (weaknesses), peluang-peluang (opportunities) dan ancaman-ancaman (threats) yang dihadapi oleh warnet D-Zen Net Sidoarjo. Dengan diketahuinya hal-hal tersebut, maka akan dapat ditentukan strategi yang sebaiknya dilaksanakan dalam upaya peningkatan pelayanan terhadap konsumen.

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan. Pertama, hasil analisis usaha jasa Warnet D-Zen Net pada diagram

Cartesius SWOT, dapat dilihat pada gambar 4.2. ada pada kuadran IV maka

strategi yang dapat diterapkan: melakukan strategi Diversifikasi Konsentrik, melakukan strategi Diversifikasi Horisontal, melakukan strategi Usaha Patungan

.

(11)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Teknologi Informasi (TI) kini berkembang amat pesat. Peran

Internet tidak bisa dipungkiri dalam hal penyediaan informasi global. Di

zaman globalisasi ini, kebutuhan untuk memperoleh informasi yang cepat,

mudah dan murah sangat penting sehingga internet bisa dikatakan menjadi

kebutuhan mendasar manusia (Indosiar.com, 2005). Di Indonesia yang

merupakan negara berkembang, kebutuhan informasi akan sangat tinggi,

dan salah satu alat untuk memperoleh informasi tersebut yang dirasakan

paling sesuai adalah Internet. Sekarang komunitas Internet Indonesia

meyakini bahwa internet dapat menjadi obat mujarab untuk menjembatani

kesenjangan informasi di Indonesia. (Donny B.U, 2003).

Semakin berkembangnya dunia komunikasi dan komputer,

teknologi internet menjadi relatif murah dan terjangkau bagi konsumen.

Tetapi penggunaan internet oleh sebagian besar masyarakat Indonesia masih

dianggap sebagai kegiatan yang mahal. Dari seluruh penduduk Indonesia

yang berjumlah 220 juta jiwa, baru sekitar lima juta yang mengakses

Internet (Mohamed Hatta, Februari 2002).

Selain itu mahalnya biaya pulsa telpon menjadikan masyarakat

(12)

jasa internet melalui fasilitas komputer di tempat umum (Dian, 2001). Salah

satu tempat yang digunakan mayoritas masyarakat sebagai sarana

mengakses internet adalah warung internet(warnet). Hal itu terjadi karena

bisa mengontrol biaya yang akan dikeluarkan. Warnet merupakan sebuah

tempat di mana seseorang bisa mengakses internet. Tempat tersebut

biasanya dilokasikan sebagai tempat umum mirip dengan sebuah restoran,

sementara biaya sewanya biasanya dipatok perjam (Indosiar.com, 2005).

Beberapa contoh bahwa kita semakin memerlukan teknologi dalam

Usaha jasa melalui penyewaan internet atau yang dikenal umum dengan

nama warnet (warung internet), merupakan bisnis jasa berskala menengah

yang cukup menjanjikan keuntungan. Usaha warnet membutuhkan

ketekunan dan keahlian tersendiri dalam mengelolanya. Itu sebabnya

mengapa setiap tahunnya banyak investor-investor baru yang mencoba

masuk dalam bidang ini. Sebaliknya banyak pula yang akhirnya gagal dan

menutup usahanya.

Fenomena kemunculan usaha warnet, sekaligus juga

usaha-usaha serupa yang gulung tikar, dijumpai secara kasat mata di kota Sidoarjo,

Jawa Timur. Sebagai daerah penyangga kota metropolis Surabaya, kota

Sidoarjo mengalami perkembangan dan pengembangan yang cukup pesat.

Dalam lima tahun terakhir banyak tumbuh usaha warnet, terutama di lokasi

perumahan-perumahan. Relatif cukup banyak warnet yang berhasil dalam

mengembangkan usahanya sehingga menjadi besar dan memonopoli bisnis

(13)

yang sejenis seperti usaha foto copy, penjualan aneka penganan kecil,

penyewaan game dan sebagainya.

Dilihat dari pesaing-pesaing D-Zen Net, yang umumnya berlokasi

berdekatan dengan perusahaan, sasaran pemasaran dipaksa untuk semakin

bersifat mikro (micro marketing). Program-program pemasaran harus

disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dari kelompok-kelompok

pelanggan berbasis lokal. Bentuk akhir dari pemasaran sasaran ini adalah

pemasaran yang disesuaikan (customized marketing) dimana produk dan

program pemasaran disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen

atau organisasi pembelian yang berbeda.

Dengan adanya customized marketing, mau tidak mau D-Zen Net

sudah harus mulai bergerak tidak hanya berdasarkan harga jual saja karena

dari pihak konsumen akan semakin banyak tuntutan mengenai produk yang

dihasilkan. Pendek kata akan menjadi persaingan kualitas dari

masing-masing produk yang ditawarkan kepada konsumen antarpesaing warnet.

Produsen atau penyedia jasa tidak cukup bila hanya mengandalkan harga

sewa yang ditawarkan, akan tetapi kecepatan dan kemudahan pelayanan,

kepercayaan dan keamanan adalah hal-hal yang dituntut konsumen yang

mau tidak mau harus dipenuhi oleh produsen atau pemberi jasa.

Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, interaksi faktor-faktor

lingkungan sangat kuat pengaruhnya terhadap hasil penjualan. Faktor-faktor

lingkungan tersebut terbagi dalam dua hal yaitu: (1) yang tidak dapat

(14)

politik, peraturan dan kebijakan pemerintah dan (2) faktor yang dapat

dikendalikan perusahaan (controlable factors) yang terdiri dari produksi,

harga, distribusi, promosi dan pelayanan.

Berdasarkan pada teori pemasaran modern yaitu customer

satisfaction at a profit, setiap kepuasan yang diperoleh konsumen adalah

kepuasan dan keuntungan juga bagi produsen atau penyedia jasa. Konsumen

akan dengan mudah meninggalkan warnet D-Zen Net jika merasa tidak puas

akan hasil akhir dari jasa pelayanan yang diberikan. Hal inilah yang harus

selalu dijaga oleh penyedia jasa, khususnya D-Zen Net. Hal ini juga

tercermin dari hasil wawancara informal peneliti dengan salah seorang sales

executive salah satu warnet pesaing D-Zen Net, bahwa kemudahan dan

kecepatan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan lama atau pelanggan

baru yang direkomendasi oleh pelanggan lama untuk jenis penyewaan

internet dengan kecepatan tertentu (memori perangkat keras komputer

tinggi), menimbulkan peningkatan permintaan yang luar biasa atas jenis jasa

penyewaan internet yang ditawarkan.

Selain itu untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat dan

memanfaatkan peluang pasar tersebut, perusahaan warnet D-Zen Net harus

menerapkan strategi pemasaran yang tepat sehingga dapat merebut

peluang-peluang yang ada. Dalam melakukan strategi pemasaran D-Zen Net harus

melakukan riset pemasaran terhadap perilaku konsumen, apa kebutuhan dan

keinginan konsumen sehingga dapat diketahui peluang-peluang yang ada,

(15)

peluang-peluang yang ada berdasarkan segmentasi, target pasar dan

penempatan produk maka perusahaan warnet D-Zen Net dapat menentukan

strategi pemasaran yang tepat yang akan dilakukan untuk menghadapi

situasi persaingan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Strategi Bisnis Jasa Warung Internet

D-Zen Net Sidoarjo”.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam

menentukan strategi bisnis yang diterapkan di perusahaan jasa warnet

D-Zen Net Sidoarjo?

2. Bagaimana menentukan strategi bisnis yang tepat dalam

pengembangan usaha bisnis jasa Warnet D-Zen Net untuk menghadapi

persaingan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman sebagai strategi bisnis yang diterapkan di perusahaan jasa

(16)

bisnis jasa Warnet D-Zen Net untuk menghadapi persaingan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Perusahaan jasa warnet, khususnya warnet D-Zen Net Sidoarjo, sebagai

masukan dan informasi akan kekuatan dan kelemahan perusahaan

dalam memberikan pelayanan kepada para konsumen. Selanjutnya akan

dapat mempergunakan kekuatan yang dimilikinya dan mengatasi

kelemahan-kelemahannya.

2. Perusahaan jasa warnet, khususnya warnet D-Zen Net Sidoarjo, sebagai

masukan dan informasi akan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan pelayanannya dan mempersempit ancaman yang

dihadapi dalam memberikan pelayanan kepada para konsumen.

3. Perusahaan jasa warnet, khususnya warnet D-Zen Net Sidoarjo, sebagai

masukan dan informasi akan strategi yang tepat dan dapat

menerapkannya dalam kegiatan operasional sehari-hari untuk

(17)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:

1. Sujoko

a) Judul : “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemakaian Jasa

Warung Internet Di Kota”.

b) Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah faktor bauran pemasaran, faktor individu konsumen, dan

faktor pengaruh lingkungan mempengaruhikonsumen dalam

pengambilan keputusan pemakaian jasa warnet, baik secara simultan

maupun secara parsial?

2) Dari faktor bauran pemasaran, faktor individu konsumen, dan faktor

pengaruh lingkungan, variabel manakah yang dominan mempengaruhi

konsumen dalam membuat keputusan pemakaian jasa warnet?

c) Kesimpulan

1) Hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan uji F dan uji t

menyatakan bahwa secara simultan maupun secara parsial terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel Bauran Pemasaran

(Product, Price, Personal Traits, Place, Process), Individu Konsumen

(Motivasi, Persepsi), dan Pengaruh Lingkungan (Budaya, Kelompok

(18)

Jember. Dengan demikian hipotesis pertamayang menduga bahwa

faktor Bauran Pemasaran, Individu Konsumen, dan Pengaruh

Lingkungan baik secara simultan maupun parsial berpengaruh secara

signifikan dalam pengambilan keputusan pemakaian jasa warnet

terbukti kebenarannya, atau diterima.

2) Hasil perhitungan berdasarkan standardized coefficient juga

menyatakan bahwa variabel yang memiliki pengaruh dominan

terhadap keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember adalah

Price. Setelah itu diikuti secara berturut-turut oleh Personal Traits,

Product, Motivasi, Place, Proces, Persepsi, Budaya, Kelompok

Acuan. Berarti hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini

yang menduga bahwa dari faktor-faktor perilaku konsumen, Price

mimiliki pengaruh dominan dalam pengambilan keputusan konsumen

memakai jasa warnet di kota Jember, dapat diterima kebenarannya.

3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakai jasa warnet di kota

Jember mayoritas dari kalangan mahasiswa dan pelajar, dan semakin

tinggi pendapatan konsumen cenderung semakin jarang ke warnet.

Hal ini dimungkinkan karena pemakai sudah mempunyai akses

internet sendiri di rumah.

4) Secara prinsip, hasil penelitian ini tidak berbeda dengan beberapa

penelitian sebelumnya. Faktorfaktor prilaku konsumen mempunyai

pengaruh terhadap keputusan pemakaian jasa warnet di kota Jember.

2. Sundoko Priyo Jaswanto

(19)

b) Permasalahan dalam penelitian ini :

1) Identifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi strengths/weaknesses

dan opportunities/treaths perusahaan?

2) Menganalisa strategi apa yang dapat digunakan dalam bisnis jasa Warung Global Internet berdasarkan strengths/weaknesses dan

opportunities/treaths perusahaan yang didapat?

c) Kesimpulan

1) Melakukan strategi Disertifikasi Konsentrik. 2) Melakukan strategi disertifikasi Horisontal. 3) Melakukan strategi Usaha Patungan.

2.2 LANDASAN TEORI 2.2.1 Usaha Jasa

2.2.1.1 Definisi Jasa

Menurut Kotler (1994:464) jasa adalah ''A .Cervices is any act or

performance that one party can offer to another that is essentially intangible

and doesn’t result in the ownership at anything. It's production may or may

not be tied to physical product.” Selanjutnya menurut American Marketing

Association (1981:441),

'Service are those separately identifiable, essential intangible activities which provide want satisfaction and that is not necessarily tied to the sales of a product or another service. To produce a service may or may not require the use require, there is no transfer at title (permanent ownership) to these tangible goods.'

Selanjutnya Swan dan Bowers (1998) menyatakan bahwa jasa (service)

(20)

konsekuensinya, di dalamnya termasuk pula interpretasi atas makna

berbagai objek, perkataan dan sikap, baik sebelum, pada saat terjadi atau

proses jasa, maupun setelah proses jasa berlangsung.

Biasanya produk-produk yang dipasarkan menyajikan beberapa

jasa pelayanan. Komponen pelayanan ini dapat merupakan sebagian kecil

atau sebagian besar dari keseluruhan yang ditawarkan. Pada kenyataannya,

tawaran tersebut dapat berkisar dari mata barang sampai

semata-mata jasa. Berikut ini diuraikan empat kelompok penawaran, yaitu:

1. Barang yang sepenuhnya berwujud. Dalam hal ini tawaran utama terdiri

dari suatu barang berwujud, seperti misalnya sabun, pasta gigi, atau

garam. Pada produk ini sama sekali tidak melekat jasa pelayanan.

2. Barang berwujud dengan jasa pelayanan. Pada kelompok ini, tawaran

terdiri dari barang berwujud yang diikuti oleh satu atau beberapa jasa

untuk meningkatkan daya tarik ke konsumen. Sebagai contoh penjual

mobil menjual mobilnya dengan jaminan, petunjuk pemeliharaan dan

perbaikan.

3. Jasa pelayanan pokok yang disertai dan jasa tambahan. Dalam hal ini

tawaran berupa jasa pelayanan utama yang disertai dengan beberapa

jasa tambahan dan atau barang pendukung. Misalnya penumpang

pesawat yang membeli jasa angkutan. Mereka ini sampai pada tujuan

tanpa sesuatu yang kelihatan/berwujud sebagai ganti dari pengeluaran

mereka. Namun perjalanannya sendiri mencakup beberapa hal yang

sebetulnya berwujud seperti misalnya makanan dan minuman, karcis

(21)

berwujud yang padat modal dan disebut pesawat terbang, akan tetapi

barang pokoknya sendiri adalah pelayanan.

4. Hanya jasa saja. Tawaran ini pada pokoknya berupa jasa. Misalnya

psychoteraphy dan pijat. Psychoanalis menjual hanya jasa dengan unsur

yang berwujud seperti kantor dan ruang praktik.

Sebagai akibat adanya bauran barang-jasa yang bervariasi ini, arti

jasa yang sebenarnya sulit digeneralisasikan kecuali jika kita mendetìnisikan

perbedaan lebih lanjut. Pertama-tama jasa dapat diklasifìkasikan menurut

landasannya. Jasa dengan sumber daya manusia dan jasa yang didasarkan

atas peralatan. Jasa yang didasarkan atas peralatan pada gilirannya akan

mengarah pada operator trampil atau tidak trampil yang mengotomasi atau

memantau peralatan tersebut. Jasa dengan sumber daya manusia juga akan

diarahkan lebih lanjut menjadi pekerja tidak trampil, pekerja trampil, dan

pekerja profesional.

Beberapa jasa, tetapi tidak semua, tidak terlepas dari kehadiran

klien. Misalnya pembedahan otak mengharuskan hadirnya pasien, tetapi

untuk mereparasi mobil tidak. Jika klien harus hadir, penyedia jasa harus

memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya. Misalnya pemilik salon

kecantikan perlu menanam investasi untuk dekorasi salonnya, melengkapi

salonnya dengan musik, dan berbasa-basi dengan kliennya.

Jasa bisa dibedakan menjadi jasa yang melayani kebutuhan pribadi

dan jasa yang melayani kebutuhan bisnis. Dokter menarik imbalan yang

(22)

pemeriksaan karyawan perusahaan misalnya. Pemberi jasa pada umumnya

mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda bagi pasar perorangan

dan pasar bisnis. Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan,

tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki,

serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengonsumsi

jasa tersebut.

2.2.2. Karakteristik Jasa

Menurut Kotler (1994) karakteristik jasa dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Intagible (tidak berwujud).

Suatu jasa yang mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan

dan dimiliki sebelum dibeli oleh konsumen. Seseorang yang meminta

operasi plastik hidungnya tidak bisa terlihat hasilnya sebelum operasi

dilakukan dan pasien yang menghadap klinik psikiater tidak dapat

mengetahui wujud barang sebelumnya. Untuk mengurangi keraguan

pembeli, mereka dapat mengamati tanda maupun keterangan mengenai

mutu jasa tersebut. Mereka akan menarik kesimpulan perihal jasa

tersebut dari tempat, karyawan, peralatan, materi, komunikasi, simbol

dan harga yang mereka lihat. Dengan demikian, tugas pemberi jasa

adalah mengelola keterangan/informasi, untuk mewujudkan produk yang

tidak berwujud. Mengingat tantangan yang dihadapi pemasar produk

untuk menambahkan gagasan abstrak, maka pemesan jasa dihadapkan

(23)

2. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan).

Pada umumnya jasa yang diproduksi dan dirasakan pada waktu

bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan

pada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa

tersebut. Dalam kasus jasa profesional dan perusahaan, para pembeli

sangat tertarik kepada siapa yang akan memberikan jasa tersebut. Jasa

atau nilai pertunjukan tidak akan sama bila pembawa acara tiba-tiba

mengumumkan bahwa Jelly Tobing berhalangan hadir dan akan

digantikan oleh Trio Libels.

Suatu jasa yang mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan

dan dimiliki sebelum dibeli oleh konsumen. Seseorang yang meminta

operasi plastik hidungnya tidak bisa terlihat hasilnya sebelum operasi

dilaksanakan, dan pasien yang mengahadap klinik psikiater tidak dapat

mengetahui wujud barang sebelumnya.

Untuk mengurangi keraguan pembeli, mereka dapat mengamati tanda

maupun keterangan mengenai mutu jasa tersebut. Mereka akan menarik

kesimpulan perihal jasa tersebut dari tempat, karyawan, peralatan, materi,

komunikasi, simbol, dan harga yang mereka lihat. Dengan demikian

tugas pemberi jasa adalah mengelola keterangan/informasi, untuk

mewujudkan produk yang tidak berwujud. Mengingat tantangan yang

dihadapi pemasar produk untuk menambahkan gagasan abstrak, maka

pemesan jasa dihadapkan untuk mewujudkan fakta fisik pada

(24)

3. Variability (bervariasi).

Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa,

penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan. Misalnya,

transplantasi jantung yang dilakukan oleh Dr. Christian Barnard

tampaknya lebih bermutu dari pada yang dilakukan oleh dokter-dokter

yang lain. Selain itu, operasi-operasi transplantasi yang dilakukan oleh

Dr. Barnard akan saling berbeda, karena tergantung juga pada kondisi

fisik dan mentalnya pada setiap operasi. Para pembeli jasa sangat

menyadari sifat yang mudah berubah ini, sehingga mereka sering

bertanya-tanya dulu sebelum menentukan siapa pemilik jasa yang akan

dipilih.

4. Perishability (tidak tahan lama).

Daya tahan suatu jasa tergantung situasi yang diciptakan oleh berbagai

faktor. Jasa jelas tidak dapat disimpan. Satu alasan mengapa banyak

dokter tetap membebani biaya pada pasien yang tidak dapat datang pada

waktu yang telah dijanjikan adalah bahwa nilai suatu jasa tidak boleh

hilang hanya karena si pasien tidak dapat datang pada jam tersebut. Daya

tahan suatu jasa tidak akan menjadi masalah bila permintaan selalu ada

dan mantap, karena menghasilkan jasa dimuka adalah mudah. Bila

permintaan berubah-ubah dan naik turun, maka masalah yang sulit akan

segera muncul. Misalnya perusahaan angkutan umum yang harus

memiliki armada bus yang jauh lebih banyak karena jumlah permintaan

sangat melonjak pada jam-jam sibuk, padahal bus-bus itu akan banyak

(25)

2.2.3. Kualitas Pelayanan

Kualitas adalah sebuah kata yang oleh penyedia jasa merupakan

sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Keunggulan suatu produk jasa

tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut,

apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan atau

konsumen.

Seperti telah diuraikan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang

mengandung unsur ketakberwujudan dan ada interaksi dengan pelanggan

atau dengan harta milik mereka, tetapi tidak mengakibatkan berpindahnya

kepemilikan. Perubahan kondisi bisa terjadi dan produksi bisa atau mungkin

juga tidak dihubungkan dengan produk fisik.

Menurut Kotler (1994) jasa atau pelayanan (service) mempunyai

empat karakteristik utama, yaitu tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan,

memiliki keragaman atau bervariasi dan mudah punah atau rusak. Payne

memberikan karakteristik kurang lebih sama, hanya sedikit berbeda dalam

istilah yang digunakan. Jika Kotler menggunakan kata variability maka

Payne memakai kata heterogenity. Sehingga karakteristik jasa atau

pelayanan menurut Payne adalah sebagai berikut: tidak berujud, heterogen,

tidak dapat dipisahkan dan dapat punah atau rusak.

2.2.4. Pengelolaan Kualitas Jasa

Suatu cara perusahaan jasa untuk tetap dapat unggul bersaing

adalah memberikan jasa dengan kualitas lebih tinggi dari pesaingnya secara

(26)

pembicaraan dari mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh

perusahaan jasa, kemudian dibandingkannya. Bila jasa yang mereka nikmati

ternyata berada jauh di bawah jasa yang mereka harapkan maka konsumen

akan kehilangan minat terhadap pemberi jasa tersebut. Sebaliknya bila jasa

yang mereka nikmati memenuhi atau melebihi pengharapannya, mereka

cenderung akan memakai lagi pemberi jasa tersebut, dan menceritakan

kepada yang lainnya.

Oleh karena itu pemberi jasa perlu mengidentifikasikan keinginan

konsumen sasaran dalam mutu jasa. Sayangnya mutu jasa lebih sulit

didefinisikan dan dinilai ketimbang mutu produk. Biarpun begitu konsumen

tetap akan memberikan penilaian terhadap mutu jasa dan pemberi jasa perlu

memahami bagaimana sebenarnya pengharapan konsumen itu sehingga

dengan demikian mereka dapat merancang jasa yang efektif.

Jelaslah kepuasan konsumen akan terpenuhi bila mereka

memperoleh apa yang mereka inginkan pada saat mereka membutuhkannya

di tempat yang mereka inginkan dan dengan cara yang mereka tentukan.

Meskipun begitu pemberi jasa perlu meneliti kriteria-kriteria spesifik

masing-masing jasa yang akan diberikan kepada konsumen. Misalnya

nasabah bank barangkali mengharapkan pada saat berada di bank, mereka

tidak harus antri lebih dari lima menit, menemukan kasir bank yang ramah,

teliti, dan menguasai seluk-beluk pekerjaannya dan bahwa komputer bank

itu selalu berjalan lancar. Pemberi jasa harus berupaya sebaik-baiknya

mengidentifikasi pengharapan konsumen sasaran mengenai jasa yang

(27)

segala keinginan kosumen. Pemberi jasa menghadapi korelasi positif antara

kepuasan konsumen dan kemampulabaan perusahaannya. Dalam kasus ini

pemberi jasa perlu mendefinisikan dan mengonsumsikan dengan jelas

peringkat jasa yang disediakannya. Dengan demikian para karyawan akan

memahami apa yang harus mereka berikan dan supaya para konsumen

mengetahui juga apa yang akan mereka peroleh.

Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1991:240) membentuk model

kualitas jasa yang menyoroti syarat-syarat utama untuk memberikan kualitas

jasa yang diharapkan. Adapun model di bawah ini mengidentifikasikan lima

kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan dalam penyampaian jasa, yaitu:

1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

Manajemen tidak selalu memahami benar apa yang menjadi keinginan

pelanggan atau bagaimana pelanggan menilai masing-rnasing

komponen jasa itu. Misalnya tata usaha sebuah rumah sakit mungkin

mengira bahwa pasiennya menilai jasa rumah sakit lewat mutu

makanan, padahal pasien barangkali lebih memperhatikan cepat

tidaknya perawat memberikan tanggapan.

2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.

Manajemen barangkali belum menetapkan standar mutu atau standar

rnutu yang sangat jelas, atau barangkali manajemen telah menetapkan

standar mutu yang jelas tetapi tidak realistis atau barangkali standar

mutu ini jelas dan realistis, tetapi manajemen tidak memiliki komitrnen

kuat untuk mewujudkan peringkat mutu seperti itu. Misalnya

(28)

telepon diangkat dalam waktu tidak lebih dari sepuluh detik setelah

berdering, tetapi tidak menyediakan cukup banyak operator telepon atau

tidak berbuat cukup banyak untuk mewujudkan hal itu pada saat mutu

jasa jatuh di bawah tingkat yang dikhawatirkan.

3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

Ada banyak faktor yang mernpengaruhi pemberian jasa. Tenaga kerja

barangkali belum memperoleh cukup latihan atau mempunyai beban

kerja yang terlalu banyak. Moral personil barangkali rendah. Mungkin

juga ada peralatan yang rusak. Tenaga kerja yang menangani operasi

pada umumnya memiliki dorongan kuat untuk bekerja efisien dan ini

kadang-kadang bertentangan dengan dorongan menciptakan kepuasan

konsumen. Misalnya saja kasir bank mengalami dua tekanan yang

saling bertentangan, yaitu disuruh bekerja cepat oleh departemen

operasi dan disuruh bersikap ramah dan sopan oleh departemen

pemasaran.

4. Kesenjangan penyerahan jasa dengan komunikasi eksternal.

Harapan konsumen dipengaruhi akan janji yang diutarakan oleh

pemberi jasa melalui komunikasi eksternal. Bila brosur sebuah hotel di

kawasan wisata menunjukkan gambar sebuah kamar yang sangat

menawan tetapi tamu yang datang mendapati kamar yang tak terawat,

maka kekeliruannya terletak pada pengharapan-pengharapan yang

diciptakan oleh komunikasi eksternal tadi.

5. Kesenjangan jasa yang dinikmati konsumen dengan jasa yang

(29)

Kesenjangan ini timbul bila satu atau lebih dari

kesenjangan-kesenjangan yang telah disebutkan terjadi. Menjadi jelaslah mengapa

pemberi jasa mengalami kesulitan dalam upaya mereka menyerahkan

mutu jasa sesuai dengan pengharapan konsumen.

Menurut Kotler (1994:561) terdapat lima determinan kualitas jasa

yang dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Keandalan (reability), kemampuan untuk melaksanakan jasa yang

dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

2. Keresponsifan (responsineness), kemampuan untuk membantu

pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan.

3. Keyakinan (confidence), pengetahuan dan kesopanan karyawan serta

kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan

atau “'assurance.”

4. Empati (emphaty), syarat untuk peduli, memperhatikan pribadi bagi

pelanggan.

5. Berwujud (tangible), penampilan kualitas fìsik, peralatan, personel dan

media komunikasi.

Berbagai hasil studi menunjukkan, bahwa perusahaan jasa yang

dikelola dengan sangat baik memiliki sejumlah persamaan, di antaranya

adalah (Kotler, 1994:561):

1. Konsep strategis.

Perusahaan jasa ternama memiliki pengertian yang jelas rnengenai

(30)

puaskan. Untuk itu diperlukan strategi khusus untuk memuaskan

kebutuhan ini yang menghasilkan kesetiaan pelanggan.

2. Komitmen manajemen puncak.

Tidak hanya melihat pada prestasi keuangan bulanan, melainkan juga

pada kinerja jasa.

3. Penetapan standar tinggi.

Penyedia jasa terbaik menetapkan standar kualitas jasa yang tinggi,

antara lain berupa kecepatan respon terhadap keluhan pelanggan,

ketepatan memberi respon pada pelanggan.

4. Sistem untuk memonitor kinerja jasa.

Secara rutin memeriksa kinerja jasa perusahaan maupun pesaingnya.

5. Sistem untuk memuaskan keluhan pelanggan.

Menanggapi keluhan pelanggan dengan cepat dan ramah.

6. Memuaskan karyawan sama seperti pelanggan.

Percaya bahwa hubungan karyawan akan mencerminkan hubungan

pelanggan. Manajemen menjalankan pemasaran intemal dan

menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai prestasi

pelayanan karyawan yang baik.

2.3. Pengertian Kepuasan Konsumen

''Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja hasil yang dirasakannya dengan harapannya ''

(Oliver, 1980). Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan

(31)

harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan

pelanggan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan,

pelanggan akan sangat puas.

Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lalunya,

komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.

Pelanggan yang puas akan setia selamanya, kurang sensitif terhadap harga

dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan.

Di dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan,

terdapat lima kriteria penentu kualitas jasa pelayanan yaitu: keandalan,

keresponsifan, keyakinan, empati serta berwujud'' (Kotler, 1994:561).

Kelima unsur tersebut akan menjadi acuan utama dalam kerangka penelitian

ini yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa faktor disesuaikan

dengan pengelola jasa yang bersangkutan dalam hal ini warung internet

(warnet).

2.4. Strategi Bisnis

2.4.1. Pengertian Strategi Bisnis

Walker, dkk (1992:8) mendefinisikan strategi sebagai berikut

A strategy is a fundamental pattern of present and planned objectives, resources deployments, and interactions of an organization with markets, competitors, and other environmental factors.

Jadi sesuai dengan definisi tersebut di atas, suatu strategi yang baik

seharusnya menunjukkan apa yang ingin dicapai, di mana (pada pasar atau

industri yang mana) fokus diarahkan dan bagaimana sumber daya serta

(32)

menghadapi peluang dan ancaman dalam lingkungan serta untuk

memperoleh keunggulan kompetitif. Lebih jauh dikemukakan bahwa dalam

suatu strategi yang baik terkandung lima komponen sebagai berikut:

1. Ruang lingkup (scope).

Ruang lingkup dari suatu strategi berkaitan dengan luas (domain) atau

wilayah/wewenangnya. Keputusan tentang ruang lingkup strategis suatu

organisasi harus merefleksikan pandangan manajemen tentang misi

organisasi, yaitu tentang apa yang ingin dicapai untuk masa depan.

2. Tujuan dan sasaran (goals and objectives)

Strategi harus menunjukkan secara jelas tingkat keberhasilan yang ingin

dicapai, yang dinyatakan dalam beberapa dimensi kerja tertentu.

3. Penggunaan sumber daya.

Karena sumber daya organisasi itu bersifat terbatas, maka strategi

seharusnya menyatakan bagaimana sumber daya diperoleh dan

dialokasikan dalam organisasi.

4. Identifikasi keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.

Bagian terpenting dari suatu organisasi adalah spesifikasi tentang

bagaimana suatu organisasi akan bersaing, dapat mengembangkan dan

mempertahankan posisinya pada masa yang akan datang dan pada

kompetitor potensial. Untuk menjawabnya manajer suatu organisasi

harus meneliti peluang dan keunggulan yang dimilikinya.

5. Sinergi (sinergy).

Sinergi terjadi apabila seluruh sumber daya organisasi bersatu padu

(33)

efisien bilamana terjadi penggabungan usaha atau kegiatan dari semua

bagian dalam organisasi dibandingkan dengan usaha atau kegiatan yang

dilakukan secara sendiri-sendiri.

2.4.2. Macam-Macam Strategi

Dalam buku “Manajemen Strategi” David (2002) mengemukaan

16 konsep Strategi, dimana 3 diantara strategi tersebut adalah strategi umum

dari Porter (1997). Adapun strategi itu diantaranya:

I. Strategi Diversivikasi Konsentrik

Definisi dari strategi konsentrik adalah menambah produk atau jasa baru,

tetapi berkaitan. Penerapan strategi ini yang paling efektif pada saat:

1. Bila suatau organisasi bersaing dalam industri tanpa pertumbuhan atau

dengan pertumbuhan lambat.

2. Bila penambahan produk baru, tetapi berkaitan, secara siknifikan akan

memperkuat penjualan produk yang sudah ada.

3. Bila produk baru, tetapi berkaitan dapat ditawarkan dengan harga yang

amat bersaing.

4. Bila produk baru, tetapi berkaitan mempunyai tingkat penjualan

musiman yang menyeimbangan puncak dan lembah penjualan yang

dialami.

5. Bila suatu produk organisasi saat ini dalam tahap menurun dari daur

hidup produk.

(34)

II. Strategi Diversifikasi Konglomerat

Definisi dari strategi diversifikasi konglomerat adalah menambah produk

atau jasa baru, tetapi berkaitan. Penerapan strategi ini yang paling efektif

pada saat:

1. Bila penjualan dan laba tahunan industri dasar suatu organisasi menurun

2. Bila suatu organisasi mempunyai modal dan bakat manajerial yang

diperlukan untuk bersaing dengan sukses dalam industri baru

3. Bila suatu organisasi mempunyai peluang untuk membeli suatu bisnis

yang tidak berkaitan yang merupakan investasi menarik

III. Strategi Diversifikasi Horisontal

Definisi dari strategi diversifikasi horisontal adalah menambah produk atau

jasa baru, tidak berkaitan untuk pelanggan yang sudah ada. Penerapan

strategi ini yang paling efektif pada saat:

1. Bila penghasilan produk atau jasa saat ini akan meningkat secara

signifikan dengan penambahan produk baru yang berkaitan.

2. Bila suatu organisasi bersaing dalam industri dengan persaingan ketat

dan/atau tidak tumbuh, seperti ditunjukkan oleh laba dan penghasilan

industri yang rendah.

3. Bila saluran distribusi yang ada sekarang dapat dipakai untuk

memasarkan produk baru kepada pelanggan lama.

IV. Strategi Usaha Patungan

Definisi dari strategi usaha patungan adalah dua perusahaan sponsor atau

lebih membentuk organisasi terpisah dengan tujuan kerja sama.

(35)

1. Bila organisasi milik swasta membentuk usaha patungan dengan

perusahaan terbuka, terdapat beberapa keunggulan bila dikuasai swasta

sepertipemilik dekat, ada beberapa keunggulan bila dikuasahi publik,

seperti kemudahan akses, penerbitan saham sebagai sumber modal.

Kadang-kadang, keunggulan unik karena dimiliki bersama oleh swasta

dan publik dapat menjadi sinergi usaha patungan.

2. Bila suatu organisasi domistik membentuk membentuk usaha patungan

dapat menyediakan peluang bagi perusahaan domestik untuk

memperoleh manajemen lokal di luar negeri, oleh karena itu mengurangi

resiko seperti nasionalisasi atau penyerangan oleh pegawai pemerintah

setempat.

3. Bila kompetisi khas dari dua perusahaan atau lebih saling mengisi

dengan baik.

2.4.3. Strategi Tingkat Unit Bisnis

Berbeda dengan strategi bisnis pada tingkat korporat (corporate

strategy), untuk perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk, akan

bersaing pada pelbagai tingkatan bisnis atau pasar. Strategi bisnis

perusahaan yang menghasilkan berbagai produk ditekankan pada Strategy

Business Units (SBU), Strategy Business Groups, Strategy Business

Segment, Natural Business Unit atau Product Market Units (PMU)

(Rangkuti, 1997:12). Mana yang akan diterapkan bergantung pada

perusahaannya. Misalnya beberapa perusahaan sejenis membentuk suatu

(36)

Business Groups. Sebaliknya bila perusahaan tersebut berdiri sendiri, bukan

merupakan anggota suatu grup bisnis, strategi bisnis yang digunakan

umumnya Strategy Business Units (SBU).

Menurut Rangkuti (1997:12), SBU memiliki karakteristik:

1. Memiliki misi dan strategi.

2. Menghasilkan produk atau jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi.

3. Menghasilkan produk atau jasa secara spesifik.

4. Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.

Dalam SBU tak dapat dilepaskan dari istilah positioning dan

diferensiasi. Istilah positioning terkait dengan apa yang mungkin dirasakan

oleh konsumen sebagai suatu keunggulan atau sesuatu yang tidak

menguntungkan dari produk atau jasa tertentu secara relatif terhadap

pesaing. Sedangkan istilah diferensiasi terkait dengan keuntungan (benefit)

apa yang secara berbeda dan unik ditawarkan oleh organisasi, dibandingkan

dengan apa yang ditawarkan oleh pesaing.

Melakukan diferensiasi merupakan suatu hal yang mutlak harus

dilakukan oleh organisasi untuk mencapai keunggulan kompetitif. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan diferensiasi.

Menurut Kotler (1994:293-301), cara-cara tersebut adalah:

1. Diferensiasi produk.

Dasar-dasar yang dapat dipergunakan oleh organisasi untuk melakukan

(37)

a. Feature, adalah karakteristik yang menambah fungsi dasar produk,

dengan demikian maka akan menambah atau meningkatkan nilai

kompetitif suatu produk.

b. Kinerja (performance), kinerja mengacu kepada tingkat karakteristik

utama produk pada saat beroperasi. Organisasi harus memutuskan

bagaimana mengelola kualitas produk pada masa yang akan datang.

Untuk itu ada tiga alternatif, yaitu mempertahankan, meningkatkan atau

menurunkan kualitas.

c. Penyesuaian (adaptation), tingkat di mana desain produk dan

karakteristik operasionalnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

d. Gaya (style), menggambarkan seberapa baik suatu produk terlihat dan

dirasakan oleh pembeli. Kemasan merupakan suatu senjata yang dapat

dipergunakan untuk men-diferensiasi produk berdasarkan gaya (style).

2. Diferensiasi pelayanan.

Variabel-variabel utama dalam pelayanan adalah:

a. Pengiriman (delivery). Variabel ini mengungkapkan seberapa baik

produk yang dihantarkan kepada konsumen, yang meliputi ketepatan,

kecepatan dan perhatian.

b. Instalasi (installation). Meliputi pekerjaan-pekerjaan yang harus

dilakukan untuk membuat suatu produk dapat dioperasikan pada tempat

yang direncanakan.

c. Pelatihan konsumen. Meliputi pemberian pelatihan kepada konsumen

agar konsumen dapat mempergunakan produk yang dibelinya dengan

(38)

d. Jasa Konsultasi. Meliputi data, sistem informasi dan jasa rekomendasi

yang diberikan oleh penjual kepada pembeli secara cuma-cuma ataupun

dengan membayar.

e. Jasa reparasi. Menggambarkan kualitas jasa reparasi terhadap produk

yang ditawarkan yang tersedia bagi konsumen.

3. Diferensiasi karyawan.

Bilamana organisasi dapat melakukan perekrutan dan pelatihan sumber

daya manusia yang lebih baik daripada organisasi lain, maka akan

didapatkan apa yang dinamakan keunggulan kompetitif. Terdapat enam

karakteristik karyawan yang terlatih dengan baik, yaitu:

a. Competence. Memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan

untuk melaksanakan pekerjaannya.

b. Courtesy. Mempunyai sikap ramah, hormat dan penuh perhatian dalam

menjalankan pekerjaannya.

c. Credibility. Kredibel atau dapat dipercaya dalam melakukan tugas dan

tanggung jawab yang dibebankan.

d. Reliability. Dapat melakukan tugasnya dengan konsisten dan tepat.

e. Responsiveness. Dapat memberikan tanggapan yang cepat terhadap

setiap permasalahan yang dihadapi.

f. Communication. Berusaha untuk memahami konsumen dan

berkomunikasi secara jelas.

4. Diferensiasi citra.

(39)

a. Citra harus menyampaikan pesan tunggal yang memantapkan

keunggulan serta positioning produk.

b. Penyampian pesan harus dilakukan dengan cara yang berbeda

sedemikian rupa sehingga konsumen tidak mencampurkannya dengan

pesan serupa dari pesaing.

c. Citra tersebut harus mempunyai tenaga emosional yang mampu

menggerakkan hati maupun benak konsumen.

2.4.4. SWOT sebagai Formulasi Strategi

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and

Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika

sederhana, bagaimana memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities) dari suatu perusahaan. Dalam upaya memaksimalkan kedua

aktor tersebut, perusahaan juga harus memikirkan bagaimana dapat

meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Strengths).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan

demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis

faktor-faktor strategis perusahaan. Faktor-faktor strategi perusahaan tersebut

adalah faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam

kondisi yang ada saat perencanaan strategis akan ditetapkan. Singkat kata,

perencanaan strategis suatu perusahaan didasarkan atas analisis situasional

(40)

Terdapat beragam model yang dapat digunakan untuk menganalisis

situasi suatu perusahaan. Salah satu model yang cukup terkenal dan sering

diaplikasikan di lapangan adalah analisis SWOT, yang merupakan

kependekan kata atas faktor-faktor strategi perusahaan.

Analisis SWOT mengasumsikan bahwa kinerja suatu perusahaan

dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor

tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Oleh karena itu

faktor-faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan dikelompokkan sebagai

faktor internal. Sebaliknya faktor-faktor peluang dan ancaman

dikelompokkan sebagai faktor eksternal. Analisis SWOT pada dasarnya

adalah membandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal, yang

dapat digambarkan sebagai berikut.

(41)

Gambar 2.1. Matriks SPACE ( Fred R. David, Manajemen Strategis : Konsep,

Edisi 10 : 293 )

Kerangka kerja empat kuadran ini mengidentifikasikan apakah

strategi yang agresif, konservatif, defensive, atau kompetitif yang paling

cocok dengan organisasi tertentu.

Gambar 2.2. Matriks BCG

Tinggi 1,0 Menengah 0,50 Rendah 0,0

Tinggi +20

Menengah 0

Rendah -20

Gambar Matriks BCG ( Boston Consulting Group ) dan Matriks

Internal-Eksternal didesain secara spesifik untuk mendorong usaha perusahaan multidivisi

dalam merumuskan strategi ( Fred R. David, Manajemen Strategis : Konsep, Edisi

10 : 296 )

Contoh Matriks BCG diatas,uncul pada gambar 2.2.

Masing-masing lingkaran mewakili divisi yang terpisah.

 Tanda Tanya — Divisi dalam Kuadran I memiliki posisi pangsa pasar

relative yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri yang

bertumbuh pesat. Biasanya kebutuhan Kas perusahaan ini tinggi dan

pendapatan kasnya rendah. Bisnis ini disebut Tanda Tanya karena

Bintang II Tanda Tanya I

(42)

organisasi harus memutuskan apakah akan memperkuat divisi ini

dengan menjalankan strategi intensif ( penetrasi pasar, pengembangan

pasar, atau pengembangan produk ) atau menjualnya.

 Bintang — Bisnis di Kuadran II (sering disebut Bintang) mewakili

peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas

bagi organisasi. Divisi dengan pangsa pasar relative yang tinggi dan

tingkat pertumbuhan industri yang tinggi seharusnya menerima

investasi yang besar untuk mempertahankan atau memperkuat posisi

dominan mereka. integrasi ke depan, kebelakang, dan horizontal ;

penetrasi pasar; pengembangan pasar; pengembangan produk; dan joint

venture adalah strategi yang sesuai untuk mempertimbangkan divisi ini.

 Sapi Perah — Divisi yang berposisi di Kuadran III memiliki pangsa

pasar relative yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang

pertumbuhannya lambat. Disebut Sapi Perah karena mereka

menghasilkan kas lebih dari yang dibutuhkannya, mereka sering kali

diperah. Banyak sapi perah saat ini adalah Bintang di masa lalu. Divisi

Sapi Perah harus dikelola untuk mempertahankan posisi kuatnya selama

mungkin. Pengembangan produk atau Divertifikasi Konsentrik dapat

menjadi strategi yang menarik untuk Sapi Perah yang sangat kuat.

Tetapi, ketika divisi Sapi Perah menjadi lemah, divestasi lebih sesuai

diterapkan.

 Anjing — Divisi Kuadran IV dari organisasi memiliki pangsa pasar

relative yang rendah dan bersaing dalam industri yang pertumbuhannya

(43)

perusahaan. Karena posisi Internal dan Eksternal lemah, bisnis ini

sering kali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas dengan retrenchment.

Ketika sebuah divisi menjadi Anjing, retrenchment dapat menjadi

strategi terbaik yang dapat dijalankan karena banyak Anjing yang

mencuat kembali, setelah pemangkasan biaya dan aset besar-besaran,

menjadi bisnis yang mampu bertahan dan menguntungkan.

Untuk mengaplikasikan analisis SWOT, perlu dibuat matrik faktor

strategi eksternal (EFAS) dan matrik faktor strategi internal (IFAS). EFAS

merinci apa saja peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan. Sedang

(44)

Tabel 2.1. Matrik Faktor Strategi Eksternal

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Komentar

Peluang:

1. Prospek pemasukan.

2. Kerja sama antarkaryawan

dan antarperusahaan.

1. Banyak bermunculan bisnis

sejenis.

2. Perkembangan Teknologi

Informasi.

3. Sumber Daya Manusia.

Karyawan yang kurang jujur

dapat menyebabkan keuangan perusahaan terganggu.

4. Persepsi masyarakat atau

(45)

Tabel 2.2. Matrik Faktor Strategi Internal

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating Komentar

Kekuatan:

1. Dasar hukum yang dijadikan

pijakan usaha warnet D-Zen

Net Sidoarjo.

2. Potensi objek kegiatan

usaha.

3. Unsur intern perusahaan.

D-ZEN Net didukung oleh

Sumber Daya Manusia yang

menguasai dibidangnya.

4. Sumber data.

5. Sumber dana. Dana sebagai

penggerak kegiatan

operasional perusahaan

D-Zen Net Sidoarjo.

6. Kemajuan Teknologi saat ini

guna pengembangan bisnis

usaha warnet.

Kelemahan:

1. Keterbatasan sumber daya

manusia.

2. Koordinasi kurang efektif.

(46)

36

3.1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat diskriptif. Penelitian diskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variabel lain.

Penelitian deskrptif ini mempunyai ciri-ciri yaitu untuk membuat

suatu keterangan dan paparan terhadap suatu situasi atau kejadian tertentu.

Menurut Sugiyono (2006:21) penelitian (statistika) deskriptif adalah

statistika yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran

terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

adanya, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum. Jadi pada

penelitian deskriptif hanya merupakan akumulasi data dasar dalam cara

deskriptif semata-mata, tidak perlu mencari hubungan korelasi, hubungan

sebab akibat dan tidak perlu mencari hipotesis sebagai jawaban sementara

terhadap suatu penelitian.

3.2. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskripsi dan mencoba menganalisis

kekuatan-kekuatan (strengths), kelemahan-kelemahan (weaknesses),

(47)

tersebut, maka akan dapat ditentukan strategi yang sebaiknya dilaksanakan

dalam upaya persaingan bisnis dengan usaha bisnis yang sejenis serta

peningkatan pelayanan terhadap konsumen.

Penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan warnet D-Zen Net

Sidoarjo. Lokasi perusahaan terletak di dalam perumahan Permata

Sukodono RM 2 Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur.

Oleh karena itu kehadiran peneliti di lapangan adalah sebagai

pengumpul data sekaligus sebagai instrumen penelitian. Khusus dalam

penelitian ini status peneliti diketahui oleh subjek atau informan.

3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data

Sesuai dengan tujuan, pendekatan dan rancangan penelitian, jenis

data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata subjek, rekaman

keadaan latar penelitian dan proses terhadap objek yang diteliti. Dengan

kata lain, jenis data penelitian ini adalah data kualitatif (Kriyantono,

2007:58-59).

Kata-kata dan tingkah laku subjek yang diamati adalah pernyataan

subjek atas latar dan pelaksanaan kebijakan strategi bisnis yang

dilakukannya. Sedangkan rekaman keadaan latar penelitian dan proses

(48)

keadaan atau suatu proses tertentu yang hendak diamati. Tergantung pada

keadaan di lapangan.

Oleh karena itu kegiatan penelitian ini dapat dikatakan sengaja

memburu informasi seluas dan sebanyak mungkin tentang dasar-dasar yang

dijadikan kebijakan strategi bisnis yang diterapkan warnet D-Zen Net

Sidoarjo. Karena tidak terikat pada suatu kajian atau pendekatan teori

tertentu, strategi bisnis beserta faktor-faktor yang diamati mungkin muncul

tidak sesuai dengan variabel-variabel pada teori.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah semua orang, peristiwa dan

proses adanya faktor-faktor yang menjadi dasar kebijakan strategi bisnis

yang diterapkan warnet D-Zen Net Sidoarjo. Sumber data langsung yang

berupa orang adalah pemilik, karyawan dan pengguna atau konsumen

warnet D-Zen Net Sidoarjo. Sedang peristiwa dan proses yang diamati

bergantung pada keadaan di lapangan. Sebagai sumber data kunci adalah

Ibu Wahyuningsih, selaku pemilik perusahaan dan Bapak Ahmad Fais

Rahmatulloh, selaku pimpinan yang mengelola usaha warnet D-Zen Net

Sidoarjo.

Sesuai sumber data yang dipaparkan di atas, penelitian ini

(49)

dengan cara berinteraksi dengan sumber data.

3.4. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode (1) wawancara mendalam, (2) dokumentasi dan (3) observasi

partisipasi. Pada suatu kasus, teknik yang akan digunakan bergantung pada

situasi lapangan.

3.4.1. Wawancara Mendalam

Menurut Koentjaraningrat (1990:129), wawancara merupakan

suatu cara yang digunakan kalau seseorang, untuk suatu tujuan tertentu,

mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari orang

lain. Teknik wawancara digunakan oleh peneliti, karena (1) sifatnya yang

luwes, (2) memudahkan pengamatan terhadap reaksi responden ketika

menjawab pertanyaan, (3) memudahkan upaya pencatatan terhadap latar

tempat terjadinya wawancara dan (4) memberikan keleluasan pada

responden untuk menjawab secara bebas dan terbuka (Nasution, 1992:69;

Kriyantono, 2007:96).

Wawancara yang hendak digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara informal, bahkan mungkin menjurus pada suatu percakapan. Hal

(50)

lapangan tidak memungkinkan, peneliti membuka kemungkinan untuk

menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan petunjuk umum

(berstruktur). Petunjuk umum atau pedoman wawancara didasarkan atas

kebutuhan dan situasi di lapangan.

3.4.2. Dokumentasi

Menurut Nasution (1992:85), meski observasi dan wawancara

merupakan metode dominan yang digunakan untuk mengumpukan data

dalam penelitian melalui pendekatan kualitatif, "Bahan dokumentasi juga

perlu mendapat perhatian selayaknya." Banyak segi positif yang diperoleh

dengan menggunakan metode dekomen, di antaranya (1) bahan telah ada,

tersedia dan siap pakai, (2) tidak memerlukan biaya besar, dan (3) untuk

mempelajarinya memerlukan waktu yang relatif tidak lama.

Kajian dokumentasi dilakukan khususnya untuk mendapatkan

sebagian data latar dan dalam rangka triangulasi data dari wawancara. Data

dokumentasi penelitian ini merupakan dokumen perusahaan warnet D-Zen

Net Sidoarjo serta dokumen-dokumen lain yang bersangkut paut dengan

(51)

Paradigma kajian yang digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu

sosial umumnya mengandalkan pada metode observasi atau pengamatan

(Nasution, 1992:56; Kriyantono, 2007:106-115). Spradley (1980:58-62)

menglasifikasikan tiga tingkat keterlibatan peneliti dengan objek yang

diobservasi, yaitu (1) keterlibatan tinggi (high), (2) keterlibatan rendah

(low), dan (3) tanpa keterlibatan (no involvement).

Variasi tingkat keterlibatan peneliti dengan objek yang diobservasi

dicerminkan dalam lima tingkat partisipasi. Observasi tanpa keterlibatan

dikategorikan dalam observasi nonpartisipasi. Observasi dengan keterlibatan

rendah dikategorikan dalam partisipasi pasif. Sedang observasi dengan

keterlibatan tinggi dikategorikan dalam tiga tingkat partisipasi, yaitu

partisipasi (1) lengkap, (2) aktif, dan (3) moderat.

Observasi partisipasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi keterlibatan (participant observation) dan observasi tanpa

keterlibatan (nonparticipant observation) dengan latar alami, bergantung

pada kasus di lapangan. Artinya keterlibatan peneliti terhadap objek yang

diobservasi secara tegas tidak dapat digolongkan dalam salah satu bentuk

partisipasi (Nasution, 1992:56, Patton, 1980:124-126, dan Spradley,

1980:58-62). Kecuali partisipasi lengkap, semua jenis observasi partisipasi

kemungkinan digunakan oleh peneliti, sesuai kebutuhan dan keadaan. Pada

(52)

keterlibatan, peneliti mengamati langsung para konsumen pengguna jasa

internet untuk mengetahui kondisi dan fasilitas-fasilitas yang ada sekaligus

melihat dan merasakan sistem pelayanan yang diberikan oleh warnet D-Zen

Net Sidoarjo.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini digunakan analisis SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats Analysys). Sesuai dengan analisis yang

hendak digunakan tersebut, variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan warnet D-Zen Net

Sidoarjo saat penelitian ini dilakukan.

b. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan warnet D-Zen Net

Sidoarjo saat penelitian ini dilakukan.

c. Peluang-peluang yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh oleh

perusahaan warnet D-Zen Net Sidoarjo saat penelitian ini dilakukan.

d. Ancaman-ancaman yang dihadapi oleh oleh perusahaan warnet D-Zen

(53)

Agar variabel-variabel tersebut dapat diamati dan dinilai, maka

perlu didefinisikan terlebih dahulu, agar tidak timbul kekeliruan persepsi.

a. Variabel kekuatan adalah eksistensi perusahaan warnet D-Zen Net

Sidoarjo terhadap kewenangan yang dimiliki untuk menentukan

kebijaksanaan pelayanannya. Variabel ini dapat dioperasionalkan berupa

antara lain:

1).Dasar kukum yang dijadikan pijakan usaha warnet D-Zen Net Sidoarjo.

Artinya apakah warnet D-Zen Net Sidoarjo mempunyai izin usaha

sebagai perusahaan jasa atau tidak? Apakah para pengelola warnet

memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan pelayanan atau tidak

dan sebagainya.

2).Potensi objek kegiatan usaha. Kewenangan pengelola warnet D-Zen

Net Sidoarjo untuk mengelola hasil usaha.

3).Unsur intern perusahaan. Apakah struktur organisasi D-Zen Net

Sidoarjo sesuai dan didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang

memadai.

4).Sumber data. Suatu proses usaha akan berjalan dengan baik apabila

didukung dengan data yang mencakup semua kebutuhan yang sesuai

(54)

D-Zen Net Sidoarjo dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai

pelayan konsumen.

6).Produk hukum. Bagi perusahaan D-Zen Net Sidoarjo untuk menentukan

suatu kebijaksanaan yang dituangkan dalam suatu peraturan yang

mudah dimengerti oleh konsumen untuk kepentingan bersama.

b. Variabel kelemahan, adalah kekurangan atau keterbatasan serta kendala

yang dihadapi atau sebagai penghalau bagi warnet D-Zen Net Sidoarjo

untuk melakukan kegiatan pada bidang pelayanan jasa secara baik dan

memuaskan. Variabel ini dapat dioperasionalkan berupa antara lain:

1).Keterbatasan sumber daya manusia. Suatu perusahaan memerlukan

jumlah karyawan yang memadai baik kuantitatif maupun kualitatif.

2).Koordinasi kurang efektif. Wilayah kerja yang luas dan keterbatasan

sarana dan prasarana usaha mengakibatkan koordinasi antarkaryawan

kurang dapat dilakukan secara efektif.

c. Variabel peluang, adalah berbagai situasi lingkungan yang diperkirakan

akan berdampak positif atau menguntungkan bagi warnet D-Zen Net

Sidoarjo dalam meningkatkan pelayanan jasa terhadap konsumen.

Variabel ini dapat dioperasionalkan berupa antara lain:

1).Prospek pemasukan. Seiring dengan peningkatan aktivitas dan

kuantitas konsumen, maka penerimaan memiliki peluang yang besar

(55)

akan dapat terwujud dan berhasil dengan baik apabila ada kerja sama

antarkaryawan maupun antarperusahaan, baik sejenis maupun tidak

sejenis.

3).Peraturan perundang-undangan. Perubahan dalam peraturan

perundang-undangan yang membuka kesempatan baru untuk

meningkatkan pelayanan jasa internet.

d. Variabel ancaman, adalah faktor-faktor yang diperkirakan akan

berdampak negatif atau merugikan bagi upaya-upaya peningkatan

pelayanan jasa internet Variabel ini dapat dioperasionalkan berupa antara

lain persepsi masyarakat atua konsumen. Munculnya persepsi yang

negatif terhadap kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah maupun

kebijaksanaan perusahaan merupakan ancaman bagi usaha jasa internet.

3.5.3. Skala dan Pengukuran Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

data. Kuesioner terdiri atas item-item atau butir-butir. Pada tiap item

diberikan beberapa pernyataan. Responden diminta untuk memberikan

tanggapannya terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut,

dengan cara menyilangi (X) salah satu jawaban yang dipilih. Jawab-jawab

tersebut dikuantitasikan dan diukur dengan menggunakan skala Likert atas

(56)

2. Bobot 3, untuk jawaban penting atau baik.

3. Bobot 2, untuk jawaban kurang penting atau kurang baik.

4. Bobot 1, untuk jawaban tidak penting atau tidak baik.

3.6. Teknik Analisis Data

Perumusan strategi bisnis guna peningkatan pelayanan terhadap

para konsumen pada perusahaan warnet D-Zen Net Sidoarjo dilakukan

dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and

Threats). Sesuai kependekan dari SWOT, analisis pada kasus ini akan

dimulai dengan kajian terhadap lingkungan internal yang dimiliki oleh

warnet D-Zen Net Sidoarjo dalam kaitannya untuk mengetahui kunci sukses

utamanya. Artinya data internal yang diperoleh dikelompokkan atas (a)

kelemahan (weaknesses) dan (b) kekuatan (strengths) internal perusahaan

warnet D-Zen Net Sidoarjo. Selanjutnya dikaji faktor eksternal yang

diperkirakan berdampak terhadap pelayanan. Faktor ini dikelompokkan atas

(a) peluang (opportunities) dan (b) ancaman (threats) yang dihadapi oleh

warnet D-Zen Net Sidoarjo.

Dalam melakukan analisis SWOT digunakan metode EFE

(External Factors Evaluation) dan IFE (Internal Factors Evaluation)

dengan menggunakan Matrik Internal-Eksternal (Rangkuti, 1997:14-20),

(57)

organisasi perusahaan digunakan metode IFE (Internal Factors

Evaluation).

2. Sedangkan untuk analisis terhadap lingkungan eksternal yang berada

di luar organisasi perusahaan digunakan metode EFE (External

Factors Evaluation).

Penilaian lingkungan eksternal dan internal hanya mengevaluasi

setiap pelaksanaan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh warnet D-Zen

Net Sidoarjo berdasarkan data yang ada. Kemudian pelaksanaan kegiatan

yang telah dilakukan hingga saat ini yang juga merupakan strategi dalam

peningkatan pelayanan terhadap konsumen dievaluasi apakah sudah sesuai

dengan posisi dan arah untuk mencapai sasaran, apakah kekuatan eksternal

(58)

terlihat pada Gambar 3.1 di bawah.

Misi Penelitian

Tujuan dan sasaran

Analisis SWOT

Alternatif Strategi

Pembuatan Keputusan (Pemilihan atau Penentuan Strategi)

Implementasi Strategi

Gambar

Gambar Matriks BCG ( Boston Consulting Group ) dan Matriks Internal-
Tabel 2.1. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Tabel 2.2. Matrik Faktor Strategi Internal
Gambar 3.1. Alur Pikir Analisis SWOT.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persaingan di antara bisnis warnet di wilayah surakarta membuat para pengusaha warnet harus bersaing untuk memberikan kepuasan atas pelayanan yang diberikan sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya keterkaitan antara karakteristik konsumen yaitu uang saku, jenis kalamin, dan motif dengan karakteristik jasa warnet

menjadi permasalahan dalam penelitian ini ada “Bagaimana penerapan strategi bisnis usaha jasa konstruksi kapal yang diterapkan pada perusahaan CV. Marine Construction

(2) Mengetahui apakah ada pengaruh manfaat strategi diferensiasi produk jasa Warnet Blaze yang dirasakan konsumen terhadap tingkat pembelian jasa Warnet Blaze bagi konsumen member

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bauran pemasaran yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memakai jasa warnet adalah produk, tempat, promosi,

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi perusahaan mentukan strategi bisnis jasa transportasi CV.simpati taxi dalam membuat kebijakan

Pada dasarnya komputer dengan teknologi jaringan atau internet ini merupakan salah satu alat bantu untuk mempermudah dalam mencari informasi, baik informasi yang ada

Masyarakat Indonesia sangat mengikuti tren suatu produk di pasar saat ini, maka dari itu penulis berusaha menciptakan usaha warnet yang berbeda dari warnet yang lainnya yang sudah