• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR - SUNARYATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR - SUNARYATI BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teoretis

1. Pembelajaran Tematik

Pengajaran atau pembelajaran adalah cara (perbuatan dsb) mengajar atau mengajarkan (Poerwadarminta, 2002: 22). Kartalinata, S & Permana, J., 1997; Raka Joni, 1983; Hasibuan & Mudjiono, 1995 dalam Suharjo (2006: 85) menyatakan bahwa pembelajaran dapat diartikan dari beberapa sudut pandang, seperti berikut:

a. Pembelajaran diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari guru kepada siswa.

b. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses penggunaan seperangkat keterampilan (teaching as a skill) secara terpadu.

c. Pembelajaran dipandang sebagai suatu seni, mengutamakan penampilan (kinerja) guru secara unik yang berasal dari sifat-sifat khas, dan perasaan serta naluri guru.

d. Pembelajaran dipandang sebagai penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pngetahuan (kepandaian, keterampilan). Contoh: belajar menulis.

(2)

2. Hakikat Pembelajaran

Hakikat pembelajaran menurut Adi Waluyo (2000: 4) adalah sebagai berikut:

a. Peristiwa pembelajaran, terjadi apabila subyek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh pendidik.

b. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi dan media pembelajaran yang tepat.

c. Program pembelajaran dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem.

d. Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

e. Materi pengajaran dan sistem penyampaiannya selalu berkembang.

Pada hakekatnya pembelajaran merupakan proses penciptaan stimulasi kepada kelompok siswa, baik secara individu atau kelompok sehingga terjadi proses belajar dalam diri siswa (Suharjo, 2006: 86). Pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan pesan dan materi pembelajaran kepada siswa, akan tetapi merupakan kreatifitas professional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu, serta menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Guru perlu menentukan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang menarik dan tepat sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

3. Karakteristik Pembelajaran

Karakteristik pembelajaran menurut Adi Waluyo (2000: 5) adalah seperti berikut:

a. merupakan suatu proses interaksi peserta dan pendidik, b. perubahan perilaku karena pengalaman,

(3)

Menurut (Suharjo, 2006: 74) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran dilandasi oleh prinsip-prinsip:

a. berpusat pada siswa,

b. mengembangkan kreatif pada siswa,

c. menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang ,

d. mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, e. menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan

f. belajar melalui berbuat.

Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup siswa.

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya kegiatan belajar dan mengajar Bahasa Indonesia. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi (Depdikbud, 1995: 34). Goodman menyatakan bahwa mengajar bahasa pada hakikatnya adalah menciptakan kondisi yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar bahasa di kalangan siswa (Imam Syafi’ie, 1995: 10).

(4)

Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah terjadinya proses atau kegiatan yang memiliki tujuan untuk menciptakan siswa mampu berkomunikasi secara jelas dan santun, menunjukkan kegemaran membaca dan menulis, dan menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Mulyasa, 2006: 92-93).

Depdikbud (1995) menyatakan bahwa terdapat sepuluh pendekatan yang dapat dipergunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar, diantaranya pendekatan komunikatif dan pendekatan tematik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU RI No. 20 tahun 2003: 6).

5. Hakikat PembelajaranTematik

(5)

tetapi mereka belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami.

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang dapat mencakup berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa (Depniknas, 2006: 5) Keterikatan beberapa mata pelajaran dengan tema dalam pembelajaran tematik sangat mempengaruhi sikap belajar siswa. Hal-hal yang bermanfaat dalam pembelajaran tematik, antara lain:

a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu

b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan menggunakan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak.

e. Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

(6)

g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Dalam pembelajaran tematik, perpindahan atau pergantian dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain diusahakan tidak kentara. Kepada siswa tidak perlu diberitahukan pelajaran apa yang sedang dipelajari pada saat itu. Namun bagi guru tidaklah demikian. Pada saat guru melaksanakan pembelajaran tematik dengan fokus mata pelajaran tertentu, guru harus sadar tentang kekhasan mata pelajaran tersebut. Setiap mata pelajaran pada hakekatnya mempunyai karakteristik sendiri – sendiri. Oleh sebab itu mengajarkan mata pelajaran yang satu tentunya berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Demikian juga dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, arah dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Namun dalam hal ini penulis membatasi pada satu keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menulis (Trianto, 2010 : 47 – 48).

(7)

atau pembatas materi yang berfungsi sebagai pintu masuk atau penuntun menuju ke materi.

Tema adalah suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik (Keraf Gorys, 1993: 108). Berdasarkan pengertian tema tersebut jelaslah bahwa sebuah tema atau subtema adalah sebagai penunjuk jalan bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pengikat materi antar mata pelajaran.

6. Model Jaring Laba – Laba (Web)

Model jaring laba-laba (Web) menurut Trianto (2010) pada hakekatnya adalah jaringan tema. Jaringan tema disebut juga pemetaan tema yaitu merupakan bagian integral dari model pembelajaran terpadu yang banyak digunakan selama ini. Guru memetakan tema jauh sebelum pembelajaran tematik dirancang. Model pembelajaran terpadu itu sendiri menjadi model pembelajaran yang dipilih oleh berbagai kalangan. Dalam pembelajaran terpadu, eksplorasi topik atau tema menjadi alat pemacu utama bagi pelaksanaannya. Dengan demikian pemilihan topik/tema serta menghubungkan antara satu tema dengan tema lainnya menjadi persoalan penting yang harus dikuasai oleh pendidik maupun peserta didik.

(8)

memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Pengembangan tema menjadi sub-sub tema serta membuat pola keterkaitannya inilah yang kemudian membentuk jaringan tema dan jika jaringan tersebut ditarik garis lurus maka terbentuklah gambar menyerupai jaring laba-laba.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jaringan tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi terkait. Dengan terbentuknya jaringan tema diharapkan peserta didik memahami satu tema tertentu dengan melakukan pendekatan interdisiplin berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Model pembelajaran merupakan konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tetentu. Dalam model pembelajaran mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik. Contoh model pembelajaran, seperti: model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, atau model pembelajaran langsung. Model mempunyai 4 ciri khusus, yaitu: rasional teoritik yang logis, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku belajar mengajar yang diperlukan untuk berhasilnya pelaksanaan model, dan lingkungan belajar yang mendukung. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran, seringkali siswa menggunakan berbagai macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah, dan berpikir kritis. (Suminarsih, 2007).

Ruseffendy (1980) dalam (Suminarsih, 2007) memberikan klarifikasi tentang strategi, pendekatan, metode dan teknik, sebagai berikut:

a. Strategi mengajar adalah seperangkat kebijakan yang dipilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut, yaitu: 1) Pemilihan materi pelajaran (guru atau murid).

(9)

3) Cara materi pelajaran disajikan (induktif atau deduktif, analisis atau sintesis,formal atau non formal).

4) Sasaran penerima materi pelajaran (perorangan, kelompok, heterogen atau homogeny).

b. Pendekatan adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi pelajaran tersebut disajikan. Misalnya memahami suatu prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif, atau mempelajari operasi perkalian dengan pendekatan kartesius, demikian juga bagaimana siswa memperoleh, mengorganisasi, dan mengkomunikasikan hasil belajarnya lewat pendekatan keterampilan proses. c. Metode mengajar adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan

pada semua pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing,dan sebagainya.

d. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran, serta kesiapan siswa.

Trianto (2011) dalam bukunya menyebutkan bahwa pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (Webbed) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang lain.. Dari sub-sub tema ini dikembangkan langkah-langkah dan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.

(10)

Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain:

a. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.

b. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.

c. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.

d. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.

e. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.

Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain:

a. Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.

b. Menghilangkan batas semu antarbagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.

c. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan sehingga siswa merasa didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar. d. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas. e. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga

meningkatkan apresiasi dan pemahaman. (Trianto, 2011 : 160-161)

7. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis termasuk keterampilan berbahasa produktif yaitu keterampilan mencipta dan menyajikan bahasa. Keterampilan produktif terdiri dari keterampilan berbicara dan keterampilan menulis (Alwasilah Chaedar, 2011).

(11)

semakin baik mutu tulisannya. Bagaimanakah guru dapat meningkatkan pengalaman siswa untuk membaca teks sampai berkali-kali jika guru hanya memberi perintah kepada siswa untuk membaca berkali-kali? Kegiatan menulis dapat dipadukan dengan kegiatan membaca. Beberapa contoh keterpaduan misalnya, melanjutkan isi teks yang belum selesai, merangkai sejumlah kalimat yang belum tertata secara urut dan runtut sehingga menjadi sebuah paragraf yang padu.

Menulis adalah kegiatan sekaligus keterampilan yang terintegrasi, bahkan menulis selalu ada dalam setiap pembelajaran, sama halnya dengan membaca. Seseorang yang memiliki kemampuan menulis tidak harus menjadi penulis, tetapi karena kita wajib terampil dalam berkomunikasi dengan bahasa lisan dan tulisan.

Banyak orang salah mengira, bahwa menulis itu bagi penulis saja. Jika seseorang tidak dapat menulis dengan baik, maka orang tersebut mungkin belum dididik dengan benar, karena ciri khas individu terdidik adalah memiliki kemampuan berkomunikasi dan berekspresi melalui media, salah satunya adalah media tulisan. Sejarawan mengatakan bahwa peradaban manusia ditemukan ketika ditemukan tulisan.

(12)

Arti kedua adalah bahwa sesungguhnya sebuah tulisan itu dinilai oleh pembaca, bukan hanya sekedar dibaca. Banyak orang sering menulis tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana tanggapan pembaca. Salah satu Standar Kompetensi pembelajaran menulis adalah mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh peserta didik.

Kemampuan menulis yang dimiliki peserta didik sangat bermanfaat dalam mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan dan pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas peserta didik dalam menulis. Kegiatan menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif. Menulis tidak bisa terlepas dari keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca.

(13)

tidak diperoleh secara serta merta. Seseorang yang ingin terampil menulis haruslah berusaha dan berlatih secara terus-menerus. Karena hakikat keterampilan menulis adalah (a) merupakan pemindahan pikiran dan perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa (b) kemampuan menggunakan tata bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan (c) mencakup berbagai kemampuan: menguasai gagasan yang dikemukakan, menggunakan unsur-unsur bahasa, menggunakan gaya, dan menggunakan ejaan dan tanda baca. Juga diungkapkan bahwa pembelajaran keterampilan menulis memerlukan usaha sadar dalam menuliskan kalimat, mempertimbangkan cara mengomunikasikan, dan mengatur (Byrne, 1988 dalam Diknas, 2005). Menulis juga meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dapat dimengerti orang lain (Lado, 1964 dalam Diknas, 2005).

(14)

yang sesuai kaidah atau aturan, memadukan kalimat, menyatukan paragraf yang baik kurang mendapat perhatian.

Keberhasilan pembelajaran bergantung pada faktor-faktor pendukung yang efisien. Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya pembelajaran berlangsung baik adalah kesempatan untuk belajar, pengetahuan awal peserta didik, refleksi, motivasi, dan suasana yang mendukung. Oleh karena itu, dalam pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, diharapkan dapat tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas secara optimal untuk mencapai tujuan utamanya dalam keterampilan menulis.

(15)

Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini alokasi waktu pembelajaran menulis dengan mencermati aturan ketatabahasaan di sekolah-sekolah relatif sedikit. Kenyataan yang ada bahwa keterampilan menulis peserta didik masih sangat memprihatinkan. Tulisan/karangan mereka banyak yang kurang sesuai dengan aturan penulisan, baik dari segi ekspresi maupun bahasa: ejaan, tata tulis, tata kalimat. Hal ini berdampak pada keterampilan menulis mereka belum maksimal sehingga setelah para peserta didik menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan belum mampu menggunakan keterampilan berbahasa secara baik dan benar.

8. Menulis Deskripsi

Tulisan deskriptif adalah tulisan yang bersifat menyebutkan karakteristik-karakteristik suatu obyek secara keseluruhan, jelas, dan sistematis. Tompkins dalam Zainurrahman (2011: 45) menyebutkan bahwa tulisan deskriptif adalah tulisan yang seolah-olah melukiskan sebuah gambar dengan menggunakan kata-kata. Tulisan deskriptif digunakan oleh penulis untuk menggambarkan sebuah kadaan atau situasi, karakter obyek secara komprehensif, dengan mengandalkan kosakata.

(16)

Kosakata deskripsi adalah kata-kata yang dapat digunakan oleh penulis untuk mendeskripsikan obyek. Penulis juga perlu menggunakan sensory detail dalam menggambarkan obyek. Sensory detail adalah detil-detil obyek yang dapat diindrai oleh penulis. Misalnya seorang siswa ingin menggambarkan sebuah jeruk. Kosakata deskripsinya secara sensori detail dapat dibagi lima, misalnya bentuknya bundar seperti bola, warnanya kuning kemerahan, (diindrai dengan mata, yaitu melihat bentuk dan warnanya), aromanya segar seperti sitrus (diindrai dengan hidung, yaitu mencium aroma), rasanya manis seperti jus (diindrai dengan lidah, yaitu mengecap rasa), kulitnya halus (diindrai dengan tangan meraba). Detail-detail seperti itu memberikan gambaran kepada pembaca untuk membayangkan jeruk tersebut. Saya pikir menulis deskripsi bagi siswa sekolah dasar akan menjadi sangat sulit jika tidak didukung oleh kemampuan penguasaan kosakata. Jadi dapat disimpulkan bahwa mendiskripsikan sebuah obyek bagi penulis harus kaya kosakata dan mampu menerjemahkan apa yang bisa diindrai dari obyek dalam kata-kata.

(17)

B. Kerangka Berpikir

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian yang bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Pembelajaran adalah proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya.

Tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah untuk meningkatkan keterampilan aspek berbahasa (mendengarkan atau menyimak, membaca, menulis, dan berbicara) siswanya serta keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi.

Penciptaan pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan di Sekolah Dasar bisa dijadikan sebagai langkah awal siswa untuk mampu menguasai keterampilan berbahasa dan keterampilan berkomunikasi. Banyak pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan bagi siswa.

(18)

pembelajaran tertentu yang terbaik, semua metode baik sepanjang guru pandai memilih dan penerapannya tepat sesuai dengan materi yang diajarkan, tujuan pembelajaran akan tercapai.

Belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi, oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan penguasaan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Istilah tema atau subtema dalam pembelajaran bahasa Indonesia sudah kita kenal sejak jaman dulu. Tema dijadikan penunjuk jalan bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Bahasa dalam pengertian sehari-hari adalah bahasa lisan sedangkan bahasa tulis merupakan pencerminan kembali dari bahasa lisan itu. Kita ketahui empat aspek keterampilan berbahasa yang hendak kita capai dalam pembelajaran bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Isi dan bahan pengajaran Bahasa Indonesia sesuai indikator pencapaian adalah mencakup tiga komponen yaitu kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Bahan pengajaran kebahasaan mencakup: lafal, ejaan dan tanda baca, kosakata, struktur, paragraf, dan wacana. Bahan pengajaran pemahaman mencakup : mendengarkan dan menyimak. Bahan pengajaran penggunaan meliputi : menulis dan berbicara.

(19)

Munculnya kendala dan keluhan para guru bahwa mereka merasa kesulitan dalam mengimplementasikan dan mengintegrasikan tiga komponen kebahasaan ke dalam empat aspek keterampilan berbahasa. Masalah yng harus segera diselesaikan adalah terbatasnya buku panduan bagi guru yang mestinya bisa menjadi pedoman mengajar dan kesulitan para siswa untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain atau menerima pesan dari pihak lain baik secara lisan maupun tulisan.

2. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu dan pemahaman terhadap materi lebih mendalam dan berkesan. Implikasi bagi guru, pembelajaran tematik dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus.

Pembelajaran tematik secara resmi untuk dijadikan model pembelajaran di kelas awal yaitu kelas I dan II adalah pada saat diberlakukannya kurikulum 2004, kemudian ketika diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diamanatkan bahwa kelas I, II, dan III atau kelas awal pembelajarannya menggunakan pendekatan tematik.

(20)

Gambar

gambar menyerupai jaring laba-laba.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

Faktor karakteristik balita dan perilaku keluarga terhadap kejadian ISPA

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah diterapkan levels of inquiry, literasi sains pada aspek mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah mengalami peningkatan

Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi

Berikut ini beberapa penelitian menggunakan model pembelajaran mastery learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa seperti Afriola dalam skripsinya yang berjudul:

Disamping memperoleh pendapatan dari pelanggan untuk jasa telepon dalam negeri, Telkom juga menerima pendapatan interkoneksi dari penyelenggaraan telekomunikasi lainnya, yakni