• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan sebagai proses yang panjang dan kompleks, merupakan sebuah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan sebagai proses yang panjang dan kompleks, merupakan sebuah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan sebagai proses yang panjang dan kompleks, merupakan sebuah proses yang susah untuk diketahui sebab akibatnya. Sebagian pakar berpendapat bahwa kemiskinan sebagai lingkaran setan. Pengalaman Indonesia dalam tiga rezim kekuasaan sampai detik ini belum mampu menuntaskan masalah kemiskinan secara efisien dan efektif jika dibandingkan antara pendanaan dan hasil yang dicapai masih belum signifikan (Safi’i, 2011).

Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) yang diluncurkan pemerintah tahun 2005 menyatakan perlunya kontribusi semua pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Daerah (Pemda), dalam upaya bersama untuk mengurangi kemiskinan. Peranan Pemda dalam penanggulangan kemiskinan menjadi makin penting setelah dimulainya pelaksanaan kebijakan otonomi daerah sejak 2001 karena kebanyakan pelayanan publik dan berbagai kebijakan yang secara langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat berada di tangan pemerintah kabupaten/kota. Karena pentingnya peranan pemerintah daerah ini, berbagai inisiatif telah diluncurkan dalam rangka meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menangani masalah kemiskinan di daerahnya masing-masing (SMERU, 2006).

(2)

Malinau merupakan salah satu kabupaten perbatasan di Kalimantan Utara, dimana kemiskinan menjadi salah satu isu besar dalam masalah pembangunannya. Bahkan pada tahun 2010 disaat Kabupaten Malinau masih tergaabung dalam Propinsi Kalimantan Timur, persentase kemiskinan Malinau merupakan tertinggi di Kalimantan Timur. Persentase kemiskinannya di atas rata-rata provinsi (7,66%), bahkan lebih tinggi dari rata-rata nasional (13,33%), yaitu berdasarkan data BPS pada tahun 2010 sebesar 15,31% (Anon. 2011). Persentase penduduk miskin Malinau lebih besar lagi bila berdasarkan hasil pendataan penduduk miskin tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Bappeda Malinau yaitu mencapai 26,48 persen.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Sebaran Penduduk Miskin per Kecamatan Kabupaten Malinau Tahun 2010

Kecamatan Jumlah Penduduk

Penduduk Miskin Sebaran

KK L P Jumlah % (%) Kayan Hulu 3.360 292 619 554 1173 34,80 5,79 Sungai Boh 2.362 264 566 461 1027 43,01 5,07 Kayan Selatan 2.265 207 497 485 982 42,86 4,85 Kayan Hilir 1.533 236 568 443 1011 64,52 4,99 Pujungan 1.934 193 413 364 777 37,83 3,84 Bahau Hulu 1.574 137 330 259 589 36,81 2,91 Malinau Kota 21.772 820 1773 1561 3334 13,81 16,46 Malinau Selatan 8.434 838 1688 1448 3136 35,76 15,49 Malinau Barat 9.626 619 1275 1132 2407 23,36 11,89 Malinau Utara 10.792 818 1614 1509 3123 27,10 15,42 Mentarang 5.992 516 1133 1039 2172 35,02 10,73 Mentarang Hulu 1.070 105 274 245 519 47,83 2,56 TOTAL KABUPATEN 70.712 5.045 10.750 9.500 20.250 26,48 100,00

Sumber: Bappeda Kabupaten Malinau, 2010dan hasil olahan

(3)

Dilihat per kecamatan, pada Tabel 1, nampak bahwa sebagian besar penduduk miskin terkonsentrasi pada kecamatan yang berada di sekitar ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Malinau Kota (16,46%), Kecamatan Malinau Selatan (15,49%), Kecamatan Malinau Utara (15,42%), Kecamatan Malinau Barat (11,89%), dan Kecamatan Mentarang (10,73%). Sedangkan di wilayah kecamatan yang ibukota kecamatannya jauh dari pusat pemerintahan kabupaten justru “hanya” berkisar antara 2,56%-5,79%.

Berbagai strategi dan program untuk pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun tingkat daerah. Seperti pemerintah pusat melalui strategi pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi penduduk miskin, perlindungan sosial dan belanja pemerintah yang bermanfaat bagi penduduk miskin. Sedangkan pemerintah daerah dengan semangat otonominya menerapkan berbagai kebijakan dan program yang diharapkan mampu menghadapi berbagai tantangan pembangunan di daerahnya. Namun demikian, pengentasan kemiskinan belum mencapai hasil seperti yang diharapkan. Jumlah orang miskin memang turun dari waktu ke waktu (Gambar 1), namun perentase penduduk miskin di Kabupaten Malinau pada akhir tahun 2010 masih besar.

1.2 Perumusan Masalah

Persistensi kemiskinan yang masih tinggi memberikan indikasi bahwa ada sesuatu yang perlu dicermati dan dikaji ulang atas strategi, kebijakan dan program pengentasan kemiskinan. Pemerintah memiliki perhatian yang serius dalam memerangi kemiskinan. Namun demikian, langkah-langkah konsolidasi program

(4)

penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan pemerintah dinilai belum tepat sasaran sehingga belum dapat mengurangi tingkat kemiskinan seperti yang diharapkan.

Tingkat kemiskinan yang masih tinggi, mengindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diprogramkan oleh pemerintah belum cukup efektif dalam mengentaskan kemiskinan. Terdapat beberapa kelemahan dari program-program penanggulangan kemiskinan karena tidak memberikan solusi yang tepat dan kurang memahami karakteristik kemiskinan yang ada. Solusi kebijakan yang diberikan oleh pemerintah bersifat homogen atau seragam bagi semua penduduk miskin, padahal seharusnya mempertimbangkan keragaman karakteristik kemiskinan. Selain itu, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam tanpa memperhatikan karakteristik keluarga miskin, akibatnya program yang dilaksanakan kurang sesuai dengan prioritas penanganan dan kebutuhan masyarakat miskin. Fenomena ini sangat ironis mengingat banyaknya anggaran yang sudah dikeluarkan pemerintah guna membiayai program penanggulangan kemiskinan tersebut (Theresia, 2012).

Kabupaten Malinau telah melaksanakan berbagai upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kesenjangan, salah satunya melalui program pemberdayaan masyarakat – seperti Program Gerakan Pembangunan Desa Mandiri (GERBANG DEMA).

Konsep Gerbang Dema ini mirip dengan konsep One Village One Product

(OVOP), yang pertama kali bermula di Oita salah satu desa di Jepang. Konsep ini menyebar dan di adaptasi oleh banyak negara di asia seperti Thailand dengan

(5)

istilah One Tambon One Product (OTOP), China, Malaysia dan Philipina. Di Indonesia sendiri, program pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dengan pendekatan OVOP baru dimulai sejak keluarnya Inpres Nomor 6 Tahun 2007, yang menugaskan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mengembangkan sektor ini melalui pendekatan OVOP.

Program Gerbang Dema secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat sehingga dapat terbangun gerakan kemandirian untuk menciptakan kegiatan ekonomi berdasarkan potensi daerah dan potensi masyarakatnya dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang dapat menghasilkan satu produk kelas global dan unik khas daerah. Atau dengan kata lain program ini merupakan salah satu pendekatan menuju klusterisasi produk-produk unggulan yang berskala mikro, kecil dan menengah agar dapat berkembang dan mengakses pasar secara lebih luas, baik lokal, domestik dan luar negeri.

Yang menarik dari Gerbang Dema adalah program ini telah dilaksanakan sejak terbentuknya Kabupaten Malinau dan dijadikan visi dan model pembangunan daerah selama dua periode, yang didasari oleh tingginya tingkat kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah. Diharapkan melalui program ini permasalahan pembangunan utama seperti kemiskinan dan disparitas antar wilayah dapat teratasi. Disepanjang periode pelaksanaan program tersebut, tingkat kemiskinan di Kabupaten Malinau menunjukkan penurunan, berdasarkan gambar pada Gambar 1, terlihat jumlah kepala keluarga miskin yang pada tahun 2006

(6)

berjumlah 9.355 turun menjadi 5214 kepala keluarga miskin pada tahun 2010. Namun seperti telah disebutkan di atas, angka kemiskinan ini masih tinggi bahkan lebih tinggi dari rata-rata nasional dan Propinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kesesuaian program Gerbang Dema dengan kemiskinan di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau, guna menemukenali ketepatan antara karakteristik keluarga miskin dengan program yang dilaksanakan, dalam hal ini program Gerbang Dema, sehingga memberi solusi terhadap kebijakan dan rancangan penanggulangan kemiskinan untuk program-program yang sejenis. Untuk itu, permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana karakteristik keluarga miskin di Kecamatan Malinau Kota? b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di

Kecamatan Malinau Kota?

c. Bagaimana kesesuaian program/kegiatan Gerbang Dema dengan karakteristik dan faktor kemiskinan di Kecamatan Malinau Kota?

Gambar 1.1. Perkembangan Jumlah KK dan Penduduk Miskin Kabupaten Malinau Tahun 2006, 2008, 2009, dan 2010

Sumber: Bappeda (2008;2009;2010) 9355 8316 6106 5045 38927 34787 24714 20250 0 10000 20000 30000 40000 50000 2006 2008 2009 2010

KK Miskin Penduduk Miskin

(7)

1.3 Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis kesesuaian Program Gerakan Pembangunan Desa Mandiri dengan kemiskinan di Kabupaten Malinau. Secara lebih rinci, penelitian ini betujuan:

a. Menggambarkan karakteristik keluarga miskin.

b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan.

c. Menganalisis kesesuaian program/kegiatan Gerbang Dema dengan karakteristik dan faktor kemiskinan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan gambaran kepada pembaca mengenai kondisi kemiskinan di Kabupaten Malinau. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan daerah terutama terkait dengan pemberdayaan masyarakat miskin. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya khusunya terkait dengan masalah pada penelitian ini.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai analisi program pemberdayaan dan analisis kemiskinan telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang terkait tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.

(8)

Tabel 1.2. Beberapa penelitian yang terkait dengan evaluasi dampak program dan analisis kemiskinan

No Judul Penelitian / Penulis /

Tahun / Institusi Tujuan Penelitian

Metode Penelitian 1 Kajian Pengentasan Kemiskinan dan

Indikator-indikator Keluarga Miskin yang Tergantung pada Hasil

Hutan: menuju Kesejahteraan Pemantauan

Kemiskinan di Malinau, Indonesia / Moira Moeliono, dkk / 2007 / CIFOR Pengembangan sistem pemantuan perubahan kemiskinan dan dampak program pemerintah terhadap kemiskinan dan masyarakat miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan Menggunakan kombinasi survei kuantitatif terhadap rumah tangga dan wawancara kualitatif mendalam terhadap informan kunci

2 Analisis Situasi Kondisi Kemiskinan di Kabupaten Magelang / Aswandi / 2008 / UGM - Mengetahui tingkat kemiskinan dan pola keruangannya di Kabupaten Magelang - Menemukenali faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Magelang Menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis indikator-indikato yang digunakan untuk mengukur kemiskinan. Analisis kuantitatif yang mendasarkan pada perhitungan statsitik digunakan untuk mengethui karakteristik kemiskinan serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan 3 Evaluasi Dampak Program Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan Tahap Dua (P2KP-2) di - Untuk mengetahui apakah pelaksanaan Menggunakann metode impact evaluation dengan 8

(9)

Jawa Barat Terhadap Tingkat Konsumsi Masyarakat / Radiana Mahaga / 2009 / UI P2KP2 di Jawa Barat dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga apabila dihitung berdasarkan konsumsi per kapita dari kemiskinan - Untuk mengetahui apakkah pelaksanaan P2KP2 dapat mengeluarkan rumah tangga miskin dari kemiskinan pendekatan kuantitatif menggunakan statistik deskriptif

4 Pengentasan Kemiskinan di Kecamatan Tinanggea dan

Kecamatan Basala Kbupaten Konawe Selatan

Provinsi Sulawesi Tenggara / Rony Sastal / 2010 / UGM

- Menentukan kondisi dan faktor penyebab perbedaan angka kemiskinan - Menjelaskan sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan - Menjelaskan peranserta / pastisipasi masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan Kualitatif

5 Analisis Kemiskinan Kronis dan Transien di Indonesia / Anita Theresa / 2012 / IPB

- Mengkaji dinamika kemiskinan di Indonesia - Menguraikan kemiskinan di Indonesia menjadi kemiskinan Analisis deskriptif, metode dekomposisi kemiskinan komponen pendekatan Jalan dan Ravallion, dan metode 9

(10)

kronis dan transien - Mengkaji karakteristik kemiskinan kronis dan transien di Indonesia - Mengidentifikasi dan menganalisis determinan kemiskinan kroni dan transien di Indonesia regresi kuantil tersensor

Kajian yang dilakukan oleh Moira Moeliono, dkk (2007/CIFOR) di Kabupaten Malinau fokus pada penyusunan indikator-indikator kemiskinan yang digunakan untuk memantau kemiskinan dan menilai dampak program pemerintah terhadap kemiskinan pada masyarakat yang berada di sekitar dan dalam kawasan hutan.

Analisis yang dilakukan Aswandi terhadap situasi dan kondisi kemiskinan di Kabupaten Magelang yaitu dengan membuat indikator baru yang sensitif untuk mengukur kemiskinan berdasarkan penggabungan atau kombinasi dari indikator kemiskinan berdasarkan indikator BKKBN, indikator PSE dan indikator lokal.

Penelitian kemiskinan di Kabupaten Konawe Selatan yang dilaksanakan Rony Sastal dengan mengamati faktor internal dan eksternal kemiskinan dan lalu mengaitkannya dengan program yang telah dilakukan dan mesti dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di kabupaten tersebut.

(11)

Penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bersifat eksploratif.

Penelitian yang dilakukan Anita Theresa mengenai kemiskinan kronis dan transien di Indonesia menggunakan data Susenas Panel dari tahun 2008 sampai dengan 2010 untuk seluruh wilayah Indonesia. Menggunakan analisis regresi kuantil tersensor. Metode ini merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk menganalisis data yang sebarannya berbentuk lonceng tak simetris meskipun sudah dilakukan usaha transpormasi data.

Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, meskipun tema atau fokus penelitian juga menyangkut analisi pengaruh program terhadap kemiskinan namun ada perbedaan fokus, lokasi maupun metode analisis yang digunakan.

1.6 Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Malinau, namun ruang lingkup penelitiannya hanya meliputi desa-desa yang ada di Kecamatan Malinau Kota. Kecamatan ini dipilih selain karena kemudahan aksesibilitas juga dikarenakan sebaran penduduk miskinnya pada tahun 2010 tertinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Malinau.

Ruang lingkup dalam penelitian meliputi tiga hal. Pertama, memberikan gambaran mengenai karakteristik keluarga miskin dengan analisis deskriptif dan spasial. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kecamatan Malinau Kota. Ketiga, menganalisis kesesuaian

(12)

program Gerbang Dema Desa dengan kemiskinan di Kecamatan Malinau Kota.

Untuk kebutuhan data analisis keluarga miskin menggunakan data base hasil pendataan penduduk miskin yang dilaksanakan dan dipublikasikan oleh Bappeda Malinau pada tahun 2010. Sedangkan untuk analisis kesesuaian program Gerbang Dema dengan kemiskinan mengggunakan Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK) Kecamatan Malinau Kota Tahun 2010.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Sebaran Penduduk  Miskin per Kecamatan  Kabupaten Malinau Tahun 2010
Tabel 1.2.  Beberapa penelitian yang terkait dengan evaluasi dampak program  dan analisis kemiskinan

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku responden untuk tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi mereka sampai umur 6 bulan disebabkan karena responden sering menonton

Penjabat Bupati Nias Selatan, Penjabat Bupati Pakpak Bharat dan Penjabat Bupati Humbang Hasundutan diusulkan oleh Gubernur Provinsi Sumatera Utara kepada Menteri Dalam Negeri

$erdasarkan pengamatan, diperoleh hasil baha paku dikategorikan men&adi in group, sedangkan baud sebagai out grup- n!a. Paku dilihat hubungan kekerabatann!a

Potensi Risiko Penularan Covid-19 Transportasi Udara Akses masuk Terminal Terminal (area steril) di dalam Moda di dalam Moda Terminal (area steril) Akses keluar Terminal

Untuk mewujudkan tujuan ini, negara- negara anggota diminta untuk memberikan akses ke sistem transportasi yang aman, terjangkau, dapat diakses, dan berkelanjutan untuk semua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk keparahan serangan WBC kategori ringan dari 15 petak contoh yang diamati, diketahui 7 petak diberi insektisida dengan

PSEKP selain merupakan institusi penelitian dan kebijakan di Indonesia yang sangat responsif dalam melakukan kajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dan telah banyak

Untuk merancang permainan game education berjudul Feed Living Beings diperlukan solusi rumus untuk membuat education itu dapat berjalan sesuai proses yang diinginkan agar goal