• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai. Hurlock, 2002) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai. Hurlock, 2002) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Tinjauan Teori

1. Remaja

a. Pengertian remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 2002). Borring E.G. (dalam Hurlock, 2002) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk (dalam Hurlock, 2002) menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.

Usia seorang anak dapat dikatakan remaja masih terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Buku-buku Pediatri pada umumnya mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk

(2)

anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki, WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut Undang-undang No. 4179 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

Menurut UU Perburuan anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Menurut UU Perkawinan No.1, 1974 anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah.

(3)

Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang mencolok (Narendra, 2005) b. Tahapan usia remaja

Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-masing ditandai dengan isu-isu biologic, psikologik dan social, yaitu (Narendra, 2005):

1) Masa Remaja Awal (10-14 tahun)

Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian besar energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Selain itu penerimaan kelompok sebaya sangatlah penting. Dapat berjalan bersama dan tidak dipandang

(4)

beda adalah motif yang mendominasi banyak perilaku sosial remaja awal ini.

2) Menengah (15-16 tahun)

Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dam keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.

3) Akhir (17 - 20 tahun)

Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi. Selanjutnya bab ini akan membahas ketiga tahapan masa remaja ini dari berbagai aspek. Aspek biologik akan dibahas mengenai neuroendokrinologi, pertumbuhan dan perkembangan somatik. Aspek lainnya adalah aspek psikologis, kognitif dan aspek medis/pelayanan kesehatan remaja.

c. Pertumbuhan dan Perkembangan Somatik Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai dengan beberapa ciri khas yaitu (Narendra, 2005):

1) Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas. Perubahan hormonal secara kualitatif dan kuantitatif terjadi antara masa per-pubertas dan dewasa. Akibatnya terjadi pertumbuhan

(5)

yang cepat dari berat dan panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan timbulnya cirri-ciri seks primer dan sekunder, yang menghasilkan perkembangan “boy into a man” dan “girl into a woman”.

2) Perubahan somatic sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya, kecepatannya dan sifatnya, tergantung dari masing-masing individu. Karena itu umur yang normal saat tercapainy suatu perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat ditentukan dengan pasti melainkan hanya dapat dikatakan pada umur rata-rata anak.

3) Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya perubahan-perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti urutan-urutan yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan somatiknya.

4) Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatic dari aktivitas gonad yang dipakai oleh Tanner untuk menentukan Sex Maturity Rating (SMR) atau Stadium Maturitas Seks (SMS) dan dikenal sebagai “Stadium Tanner” : SMS 1 sampai dengan 5. Penilaian SMS ini mencakup pemeriksaan perkembangan payudara dan rambut pubis pada anak perempuan dan testes, penis dan rambut pubis pada anak laki-laki.

5) Perubahan yang telah terjadi selama abad terakhir ini mengenai ukuran dan umur individu-individu yang mengalami masa

(6)

pubertas. Umumnya karena perbaikan dalam gizi dn upaya-upaya kesehatan masyarakat maka “seular trend” yang mengarah kepada pertumbuhan yang lebih besar dan dini ini telah terjadi di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Menyatakan bahwa terdapat pengaruh etnik dan lingkungan terhadap umur terjadinya pubertas (seperti penambahan massa tulang, otot dan lemak, pertambahan berat.

d. Tugas Perkembangan Remaja

Hurlock (2002) menyatakan bahwa terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut adalah sebagai berikut:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya.

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

4) Mencapai kemandirian emosional. 5) Mencapai kemandirian ekonomi.

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat 7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

(7)

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

2. Perubahan Fisik pada Remaja

Menurut Sarwono (2005) perubahan fisik pada remaja terdiri dari : a. Tanda seks primer

Tanda seks primer merupakan tanda yang menunjukkan alat kelamin. Pada wanita Alat kelamin wanita bagian luar terdiri dari:

1) Bibir luar (labia mayora) 2) Labia minor (labia minora)

3) Klitoris, yaitu bagian penuh dengan ujung-ujung syaraf sehinngga sangat peka terhadap rangsangan/sentuhan. Sentuhan-sentuhan pada klitoris dapat menyebabkan terjadinya orgasme (puncak kenikmatan seksual) pada wanita.

4) Uretra (liang saluran seni)

5) Liang senggama (vagina) berfungsi sebagai jalan keluar haid, jalan masuk penis dalam senggama, dan jalan keluar bayi waktu melahirkan.

Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri dari: 1) Hymen (selaput dara)

(8)

3) Rahim (uterus), yaitu jaringan sebesar telur ayam, tetapi punya kemampuan melar yang sangat besar sekali dalam mengandung bayi.

4) Saluran telur (tuba palopii) disebelah kanan dan kiri rahim

5) Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormone-hormon estrogen, progesterone dan sel telur.

Remaja Laki-laki terjadi perubahan pada alat kelamin terdiri dari: 1) Testis menghasilkan hormon-hormon testosterone dan androgen

dan spermatozoa diproduksi dalam jumlah ratusan juta.

2) Saluran deferens (vas deferens), yaitu yang menghubungkan testis dengan kelenjar prostat.

3) Kelenjar prostat yaitu tempat penyimpanan spermatozoa untuk sementara.

4) Saluran kencing (uretra), yaitu tempat keluarnya air mani dalam keadaan penis berereksi (Sarwono, 2005)

b. Tanda seks sekunder

Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, dan tumbuh bulu-bulu ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan

(9)

pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu didada (Sarwono, 2010).

3. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan dan keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang dikaitkan dengan pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya (Suliswati, 2005). Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, citra subjektif dari diri dan percampuran yang komplek dari perasaan, sikap dan persepsi (Perry & Potter, 2005).

Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri ini dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya (Suliswati, 2005).

(10)

2. Komponen Konsep Diri a. Citra tubuh

Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi da pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. (Suliswati, 2005).

Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik serta persepsi dari pandangan orang lain (Perry & Potter, 2005). Konsep diri yang baik tentang citra tubuh adalah kemampuan seseorang menerima bentuk tubuh yang dimiliki dengan senang hati dan penuh rasa syukur serta selalu berusaha untuk merawat tubuh dengan baik.

Faktor predisposisi gangguan citra tubuh meliputi kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi), perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan serta penyakit), proses patologik penyakit dan

(11)

dampaknya terhadap struktur maupun fungsinya, prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transplantasi (Suliswati, 2005).

b. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau sejumlah inspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Seseorang yang memiliki konsep diri yang baik tentang ideal diri apabila dirinya mampu bertindak dan berperilaku sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya dan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dasar dari ideal diri (Suliswati, 2005).

c. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan

(12)

orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau diterima lingkungan. Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya tantangan baru sehubungan dengan pensiun, ketidakmampuan fisik, brepisah dari anak, kehilangan pasangan dan sebagainya (Suliswati, dkk, 2005). Seseorang memiliki konsep diri yang baik berkaitan dengan harga diri apabila mampu menunjukkan keberadaannya dibutuhkan oleh banyak orang, dan menjadi bagian yang dihormati oleh lingkungan sekitar.

Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Manusia cenderung bersikap negatif, walaupun ia cinta dan mengenali kemampuan orang lain namun ia jarang mengekspresikannya. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan dari orang lain serta mengalami ketidakmampuan pada dirinya dan juga sebaliknya (Perry & Potter, 2005).

Faktor predisposisi gangguan harga diri meliputi penolakan dari orang lain, kurang penghargaan, pola asuh yang salah, terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten, persaingan antar saudara, kesalahan dan kegagalan yang berulang, dan tidak mampu mencapai standar yang ditentukan (Suliswati, 2005).

(13)

d. Peran

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti (Suliswati, dkk, 2005). Individu dikatakan mempunyai konsep diri yang baik berkaitan dengan peran adalah adanya kemampuan untuk berperan aktif dalam lingkungan, sekaligus menunjukkan bahwa keberadaannya sangat diperlukan oleh lingkungan.

Faktor predisposisi gangguan peran meliputi tiga kategori transisi peran yaitu perkembangan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi peran diri. Kedua adalah transisi situasi, yaitu transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan bertambah/berkurang orang yang berarti melalui kematian/kelahiran. Misalnya status sendiri menjadi berdua/menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran. Ketiga adalah transisi sehat sakit, yaitu stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan konsep diri, termasuk didalamnya

(14)

gambaran diri, identitas diri, harga diri dan peran diri (Perry & Potter, 2005).

e. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut atau jabatan serta peran. Seseorang yang memiliki perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga, kemampuan dan penguasaan diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri (Suliswati, 2005).

Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualits adalah bagian dari identitas seseorang. Identitas seksual adalah gambaran seseorang tentang diri sebagai pria atau wanita dan makna dari citra tubuh (Perry & Potter, 2005). Faktor predisposisi gangguan identitas diri meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman dan perubahan struktur sosial. Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah

(15)

situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan fisik, seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan (Suliswati, 2005).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Stuart (2006) menyatakan bahwa berbagai faktor penunjang perubahan dalam konsep diri seseoarang adalah sebagai berikut :

a) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. b) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran

gender, tuntutan peran kerja dan harapan peran budaya.

c) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) tentang hubungan antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan citra diri remaja pada siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Playen Gunungkidul, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas

(16)

dengan citra diri remaja pada siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Playen Gunungkidul.

4. Pengukuran konsep diri

Pengukuran konsep diri dilakukan dengan menggunakan angket (kuesioner) yang berisi pernyataan tentang komponen konsep diri yang terdiri dari citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas diri. Kategori konsep diri digolongkan menurut total skor hasil jawaban responden.

4. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan respon mental seseorang dalam hubunganya objek tertentu yang disadari ada atau terjadi. Pengetahuan dapat salah atau keliru, karena bila suatu pengetahuan ternyata salah atau keliru tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil tahu dari manusia), ilmu dan filsafat. Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode, atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis maka terbentuklah ilmu atau lebih sering disebut ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

(17)

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2007), tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat antara lain :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). 4) Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

(18)

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyelesaikan dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan dikelompokan menjadi dua antara lain:

1) Cara tradisional atau non ilmiah yaitu tanpa melakukan penelitian ilmiah. Terbagi menjadi :

a) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

(19)

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik secara tradisi, otoritas, pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli pengetahuan atau ilmuwan. d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

e) Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pengetahuan berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya menuruti nasihat orang-tuanya atau agar anak disiplin menggunakan hukuman fisik pada anaknya saat berbuat salah. f) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuahan melalui para Nabi. Kebenaran ini

(20)

harus diterima dan diyakini oleh para pengikutnya. Terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara Intuitif

Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau bisikan hati saja.

h) Melalui Jalan Pikiran

Kebenaran pengetahuan manusia diperoleh dengan menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Karena proses berfikir induksi itu

(21)

beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembutan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. Disini terlihat proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang khusus

2) Cara modern atau cara ilmiah, yaitu melalui proses penelitian. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodelogi penelitian (research methodelogi).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri faktor internal dan eksternal diantaranya :

1) Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir,yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang

(22)

mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

2) Pendidikan

Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan formal dann on-formal. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu. Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan.

3) Pengalaman

Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO, menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut, dimana

(23)

seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.

4) Informasi

Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yangmemiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilaitertentu. Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,dan film serta papan (billboard).

5) Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apayang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apayang dapat diharapkan dari objek tertentu.

(24)

Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matangdalam berpikir dan menerima informasi.

7) Sosial budaya

Sosial termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

8) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonominya baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.

e. Pengukuran pengetahuan

Cara mengukur pengetahuan seseorang dapat menggunakan alat bantu kuesioner, cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar, cukup bila 60-75% pertanyaan di jawab benar, dan kurang bila pertanyaan dijawab benar < 60% (Arikunto, 2006). Pengukuran pengetahuan dapat pula dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ketahui

(25)

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut. (Notoatmodjo, 2010).

(26)

B. Kerangka teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Stuart (2006), Suliswati (2005) dan Pertiwi (2010)

Konsep diri tentang perubahan fisik masa

pubertas Harga diri :

• Penolakan orang tua

• Harapan orang tua yang tidak realistis

• Kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal

• Ketergantungan pada orang lain

• Ideal diri yang tidak realistis

Performa peran

• Stereotip peran gender,

• Tuntutan peran kerja

• Harapan peran budaya

Identitas pribadi

• Ketidakpercayaan orang tua

• Tekanan dari kelompok sebaya

• Perubahan struktur sosial

Pengetahuan Citra tubuh

• Kerusakan tubuh

• Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh

• Proses patologik penyakit

• Prosedur pengobata (radiasi, kemoterapi, transplantasi

Ideal diri

• Inspirasi,

• Tujuan,

(27)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan dengan konsep diri remaja tentang perubahan fisik pada masa pubertas di MTS Negeri Ketanggungan Brebes.

Pengetahuan Konsep diri pada

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

K-Means merupakan salah satu atau lebih clustering non hirarki yang berusaha mempartisi data kedalam cluster atau kelompok sehingga data yang memiliki karakteristik

angka kredit dalam satu tahun Pengajuan penetapan angka kredit Dokumen Penetapan Angka Kredit Jumlah Obyek Pekerjaan 15 Rata-rata jumlah pegawai fungsional

Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan cara membandingkan dengan data atau informasi yang didapat dari sumber lain, pada berbagai fase lapangan dengan menggunakan metode

3.11.4. Siswa mengaitkan simpangan, kecepatan, percepatan getaran harmonik dalam kehidupan sehari-hari.. Siswa memecahkan masalah yang terkait dengan simpangan, kecepatan, dan

Hasil penelitian diperoleh bahwa perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Lalang terjadi penurunan penduduk lokal yang bekerja di bidang pertanian (petani dan

Artinya, penyelesaian persoalan pelanggaran HAM berat masa lalu tidak melalui jalur yudisial (persidangan) sebagaimana yang diatur UU 26/2000 yang mengamanatkan kepada DPR

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biopori terhadap infiltrasi dan limpasan pada tanah pasir berlanau dengan peubah intensitas hujan, jumlah

Sebagai Pengendali Hayati Terhadap Kapang Patogen Tular Tanah Rhizoctonia solani Secara In Vitro (Dimanfaatkan sebagai Sumber Belajar Biologi). Malang: Program Studi