BAB.11-1
Bab 11
Aspek Pembiayaan
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,
diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk
meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman
di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu
mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana
yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai
pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan
pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan
Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh
karena itu, alternative pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk
mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya
pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan
investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.
11.1.
ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
BAB.11-2
dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada prinsip keadilan, kepatutan dan
manfaat sebagai konsekuensi hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam
rangka mendukung terwujudnya good and clean goverment, pengelolaan keuangan Kabupaten
Malang
Bedasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007, sumber – sumber pendapatan daerah terdiri dari :
1.Pendapatan asli daerah meliputi :
• Pajak daerah ;
• Retribusi Daerah;
• Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
• Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2.Dana Perimbangan meliputi :
• Dana bagi hasil pajak / bukan pajak;
• Dana Alokasi Umum;
• Dana Alokasi Khusus;
3.Lain – lain pendapatan daerah yang sah, meliputi :
• Hibah;
• Dana Darurat;
• Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya;
• Dana penyesuaian dan otonomi khusus;
• Bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya.
Dalam pengelolaan pendapatan daerah upaya yang dilakukan untuk peningkatan
penerimaan pendapatan asli daerah dapat ditempuh melalui :
➢ Penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi
daerah;
➢ Low inforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan retribusi daerah;
➢ Peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah
BAB.11-3
Tabel 11. 1
Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHK Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 (dalam persen)
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata
Primer 34,03 33,54 33,16 33,08 32,8 33,45
1. Pertanian 31,40 30,87 30,47 30,34 30 30,77
2. Pertambangan &
Penggalian 2,63 2,67 2,69 2,74 2,8 2,68
Sekunder 20,45 21,05 21,60 21,88 22,1 21,24
3. Industri Pengolahan 17,34 17,91 18,37 18,57 18,7 18,04 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,57 1,54 1,55 1,54 1,6 1,55
5. Bangunan 1,54 1,60 1,68 1,77 1,9 1,65
Tersier 45,52 45,41 45,24 45,04 45,2 45,30
6. Perdag, Hotel & Restoran 23,71 23,93 23,97 23,85 24,0 23,87 7. Pengangkutan &
Komunikasi 4,48 4,45 4,38 4,32 4,4 4,41
8. Keu, Persewaan & Jasa
Persh. 3,89 3,85 3,85 3,86 3,9 3,86
9. Jasa-jasa 13,44 13,19 13,04 13,00 13,0 13,17 Sumber: APBD KAB.
Tabel 11.2
Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 (dalam persen)
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rerata Primer 31,97 31,50 31,1 31,00 30,58 31,39
1. Pertanian 29,75 29,26 28,88 28,74 28.26 29,15
2. Pertambangan &
Penggalian 2,22 2,24 2,22 2,26 2,32 2,23
Sekunder 22,36 23,24 23,73 23,96 24,56 23,32
3. Industri
Pengolahan 18,86 19,65 20,09 20,26 20.62 19,71
4. Listrik, Gas dan
Air Bersih 1,96 1,91 1,8 1,79 1.87 1,86
5. Bangunan 1,54 1,68 1,84 1,91 2.07 1,74
Tersier 45,67 45,24 45,17 45,04 44,86 45,28
6. Perdag, Hotel &
Restoran 23,86 23,74 23,93 23,78 23.65 23,82
7. Pengangkutan &
Komunikasi 5,35 5,08 4,95 4,92 4.47 5,07
8. Keu, Persewaan
& Jasa Persh. 3,66 3,72 3,73 3,74 3.90 3,71
BAB.11-4
Tabel 9. 3
Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2008-2012
U R A I A N TAHUN (Rp. 000)
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 105,939,477 206,802,663 138,732,503 101,965,693 156,082,933
SILPA 105,939,477 206,493,331 134,643,071 101,965,693 139,228,944
Pencairan dana cadangan 0 0 0 0 15,000,000
Hasil penjualan kekayaan derah yang dipisahkan 0 0 0 0 0
Penerimaan pinjaman daerah 0 0 0 0 0
Penerimaan kembali pemberian pinjaman 0 0 4,089,432 0 1,853,989
Penerimaan piutang daerah 0 309 0 0 0
Prosentase kenaikan Pertahun
Rata-rata kenaikan
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 11,930,989 62,636,414 6,672,599 2,173,599 2,391,914
Pembentukan dana cadangan 5,000,000 5,000,000 5,000,000 0 0
Penyertaan modal (investasi) daerah 5,000,000 1,999,606 1,500,000 2,001,000 1,853,989
Pembayaran pokok utang 1,930,989 55,636,808 173 173 538
Pemberian pinjaman daerah 0 0 0 0 0
Prosentase kenaikan Pertahun
Rata-rata kenaikan
Pembiayaan Netto 94,008,487 144,166,248 132,059,904 99,792,094 153,691,019
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun
BAB.11-5
11.2.
PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.
9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun
Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut
Tabel 9. 4
APBN Cipta Karya Kabupaten Malang dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012)
Sektor Alokasi Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan
Total
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah
pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan
BAB.11-6
Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan
sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 9. 5
Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya Kabupaten Malang dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012)
Jenis DAK Alokasi Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
DAK Air Minum DAK Sanitasi
Sumber:
9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD
dalam 5 Tahun
Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada. Perkembangan alokasi APBD untuk pembangunan bidang cipta karya kabupaten Malang dalam 5 tahun terakhir bisa dilihat pada tabel 9.6 dibawah ini.
Tabel 9. 6
Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Malang dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012)
Sektor
TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
BAB.11-7
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten Malang DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 9.7.
Tabel 9. 7
Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012)
Sektor Alokasi Tahun (dalam x 1000)
2008 2009 2010 2011 2012
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PPLP
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Total
9.3.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
Swasta
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility
(CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema
BAB.11-8
Tabel 9. 8
Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir (Tahun 2008-2012)
Kegiatan Tahun Komponen
KPS Satuan Volume Nilai (Rp)
Skema Pembiayaan
Pengembangan Air
Minum
Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman - RTLH
Penataan Bangunan dan Lingkungan - Penataan mareci
barat aloon-aloon - Penataan PK 5 Timur
aloon-aloon
11.3.
PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
11.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun Ke DepanProyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir
menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan
belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam Tabel 9.10.
A. Net Public Saving (NPS)
BAB.11-9
Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)
• Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja Pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
• Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
Tabel 9. 9
Realisasi Pendapatan APBD Tahun 2010-2012
Komponen APBD Realisasi
2010 2011 2012
Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen APBD Proyeksi
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Tabel 9.11
Perhitungan Net Public Saving Kabupaten Malang Tahun 2012
Penerimaan Daerah Belanja Wajib
BAB.11-10
daerah yang Sah
Jumlah
Net Public Saving 236,856,810,157
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah
juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan
BAB.11-11
Tabel 9.12
Perhitungan DSCR Kabupaten Malang Tahun 2012
PAD Pokok Pinjaman
DAU Bunga
DBH Biaya Lain
DBHDR
Jumlah
Belanja Wajib
Selisi Jumlah
DSCR
Sumber : Hasil Analisa, 2013
11.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah 5 tahun ke depan
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana
dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan
untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.
11.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya 5 tahun ke depan
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut.
11.4.
ANALISIS TINGKAT KETERSEDIAAN DANA DAN STRATEGI
PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA
BAB.11-12
9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend
historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian proyeksi dana
dari pemerintah pusat (APBN) untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Malang
dapat dilihat pada Tabel 9.13.berikut.
Tabel 9.13
Ringkasan Proyeksi Dana APBN untuk Kegiatan Cipta Karya Kabupaten Malang Tahun 2012
Tahun Proyeksi Dana APBN (Rp.x1000)
2015 2016 2017 2018 2019
Sumber : Hasil Analisa, 2013
b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan pada bagian 9.4.1 Secara ringkas proyeksi dana dari pemerintah kota (APBD)
untuk kegiatan Cipta Karya Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 9.14
berikut
Tabel 9.14
Ringkasan Proyeksi Kemampuan Dana APBD Kabupaten Malang Untuk Kegiatan Cipta Karya
3 Penerimaan Pembiayaan
Total Penerimaan
Dikurangi:
4
Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Kapasitas riil kemampuan keuangan
BAB.11-13
selanjutnya perlu ditetapkan kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan keuangan daerah tersebut kedalam berbagai Kelompok Prioritas. Kelompok Prioritas I mendapatkan prioritas utama sebelum Kelompok Prioritas II. Kelompok Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah Kelompok Prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya.
Adapun ketentuan prioritas anggaran sebagai berikut:
Prioritas I, dialokasikan untuk mendanai Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama.
Prioritas II, dialokasikan untuk pendanaan:
a. Program prioritas dalam rangka pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil
Bupati periode 2011-2016, yang merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan (dedicated) Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh persen) dan bidang kesehatan 10% (sepuluh persen). Program tersebut harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas II juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Program prioritas dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah
yang paling berdampak luas pada pelayanan masyarakat yang sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD.
Prioritas III, merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti: belanja hibah, belanja bantuan sosial serta belanja tidak terduga.
Berikut disajikan rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan:
Tabel 9.15
Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Malang Tahun 2015 s/d 2019
(Rp. 000)
NO URAIAN REALISASI PAPBD PROYEKSI PROYEKSI 2015 2016 2017 2018 2019
A KAPASITAS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
A.1 PENDAPATAN
A.2 Penerimaan Pembiayaan
B BELANJA DAERAH
B.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
BAB.11-14
NO URAIAN REALISASI PAPBD PROYEKSI PROYEKSI 2015 2016 2017 2018 2019
B.1.1.1
Belanja Gaji Dan Tunjangan Tambahan Penghasilan PNS, Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan Dan Anggota DPRD Serta KDH/WKDH
B.1.1.2 Belanja Bagi Hasil kpd Pemb. Prov
/Kab/Kota dan Desa
B.1.2 PRIORITAS III
B.1.2.1 Belanja Hibah
B.1.2.2 Belanja Bantuan Sosial
B.1.2.3
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov. Kab/Kota dan Pemerintah desa
B.1.2.4 Belanja Tidak Terduga
B.2 BELANJA LANGSUNG
B.2.1 PRIORITAS I
B.2.1.1 Belanja Administrasi Perkantoran
B.2.2 PRIORITAS II
B.2.2.1 PROGRAM PRIORITAS
PENCAPAIAN VISI DAN MISI
D PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
D.1 SILPA
D.2 Penerimaan Piutang Daerah
C PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
C.1
Penyertaan Modal (Investasi) Pemda Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
C.2 Pemberian Pinjaman Daerah
Surplus/Defisit
Lebih jelasnya alokasi penggunaan dana untuk masing-masing prioritas per tahun dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9.16
Pendanaan Prioritas Kabupaten Malang Tahun 2011 s/d 2016
(Rp.000)
BAB.11-15
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Malang dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Malang perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM Kabupaten Malang merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:
1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam p embiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;