• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

Tepat waktu dikaitkan dengan isi laporan adalah keterlambatan penerbitan laporan keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) dan berita buruk (bad news). Menurut Ang (1997) informasi yang tepat waktu berarti jangan sampai informasi yang disampaikan sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum.Baridwan (1997) mengungkapkan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Baridwan, 1997).

Tepat waktu juga di defenisikan sebagai suatu pemanfaatan informasi oleh pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas atau kemampuannya untuk mengambil keputusan. Informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Chariri dan Ghozali, 2001).

(2)

Hilmi dan Ali (2008) mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara yaitu :

1. ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan

2. ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan.

Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah ketepatan waktu. Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan (McGee ,2007).

Dyer dan Hugh (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan dalam melihat ketepatan waktu penelitiannya: (1) preliminary lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa. (2) auditor’s report lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.(3) total lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan keuangan dipublikasikan oleh bursa.

Berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Ke empat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan

(3)

informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala salah satunya adalah kendala ketepatan waktu.

Hendrikson dan Van Breda (2000) menyatakan bahwa informasi tidak dapat relevan jika tidak tepat waktu, yaitu hal itu harus tersedia bagi pengambil keputusan sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansinya, tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan. Akumulasi, peringkasan dan penyajian selanjutnya informasi akuntansi harus dilakukan secepat mungkin untuk menjamin tersedianya informasi di tangan pemakai. Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan harus disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang pada gilirannya mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.

Ketepatan waktu menunjukan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Apabila informasi tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai di dalam mempengaruhi kualitas keputusan (Ifada,2009).

Respati (2004) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1999 dengan sampel sebanyak 266 perusahaan go publik yang mempunyai data perusahaan yang lengkap dan telah di daftarkan dalam Indonesian Capital Market Directory 2000. Beliau meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan di

(4)

Bursa Efek Jakarta yaitu debt to equity, Ukuran perusahaan, profitabilitas, konsentrasi pemilikan luar, konsentrasi pemilikan dalam. Dan hasilnya adalah profitabilitas dan konsentrasi pemilikan dari pihak luar secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.

Ifada (2009) meneliti tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, populasi dalam penelitian nya adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta termuat dalam Capital Market Directory Indonesian dan yang mengeluarkan atau menerbitkan laporan keuangan tahunan periode Desember 2003 sampai Desember 2005 dan hasil penelitiannya Variabel Ukuran perusahaan (TA) dan Insider Ownership (INSIDER) secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur. Sedangkan DER, ROA, Outsider, dan AGE secara signifikan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur. Hal ini mungkin disebabkan pada kenyataan yang secara emplisit terjadi di pasar modal bahwa keempat variabel tersebut tidak cukup menjadi pembenaran atau ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu, mengingat tersedianya informasi akuntansi merupakan batasan penting dalam pengambilan keputusan bagi para pemakainya.

Dyer dan McHugh (1975) meneliti 120 perusahaan di Australia yang terdaftar di Sydney Stock Exchange (SSE) yang dipilih secara random. Faktor-faktor yang ditelitinya adalah Faktor-faktor-Faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik perusahaan, meliputi ukuran perusahaan, tanggal penutupan akhir tahun buku dan profitabilitas. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan

(5)

waktu penutupan akhir tahun buku secara statistik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, tetapi profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Almalia dan Setiady (2006) meneliti 131 perusahaan yang terdaftar di BEJ dari tahun 2002 sampai 2004 dan masih terdaftar. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan adalah ukuran perusahaan dan umur perusahaan, dan faktor-faktor lain seperti rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas dan item tambahan biasa tidak mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharli dan Rachpriliani (2006) menyatakan bahwa faktor likuiditas, profitabilitas dan kantor akuntan besar secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan sedangkan kepemilikan publik tidak signifikan ataupun tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan .

2.1.2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan prinsipal sebagai pihak pemilik, keduanya terikat dalam sebuah kontrak. Pemilik atau prinsipal adalah pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi dan agen adalah sebagai pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil keputusan (Jensen dan Meckling,1976). Teori keagenan juga mengimplikasikan terdapat asimetri informasi antara manajer sebagai pihak agen dan pemilik sebagai prinsipal.

(6)

Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang dibandingkan dengan informasi yang diperoleh prinsipal, sehingga dalam kaitannya dengan hal tersebut, Kadir (2008) menyatakan bahwa laporan keuangan yang disampaikan dengan segera atau tepat waktu akan dapat mengurangi asimetri informasi tersebut

2.1.3. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas yang memberikan informasi mengenai pengelolaan sumberdaya perusahaan bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK No. 1, Revisi 2009).

Laporan keuangan adalah sebuah informasi yang akan dicerna oleh investor untuk mengambil keputusan atas investasinya. Namun informasi Baru akan bermanfaat apabila informasi tersebut tepat waktu. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan dan mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan (Hendrikson, 1992).

(7)

Kieso dan Weygandt (2002) menyatakan bahwa pelaporan keuangan berisi laporan keuangan yang merupakan komponen utama pelaporan keuangan dan laporan-laporan tambahan seperti pelaporan inflasi, diskusi dan analisis manajemen dalam laporan tahunan, dan surat-surat kepada pemegang saham.

Menurut Baridwan (1997) laporan keuangan merupakan ringkasan dari proses pencatatan, yang merupakan ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh pihak manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan.

Laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: (1) Neraca; (2) laporan laba rugi; (3) laporan perubahan ekuitas; (4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan laporan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian (IAI, 2007).

Accounting Principles Board Statement No. 4 dalam Belkaoui (2006) mengklasifikasi tujuan laporan keuangan menjadi tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif, serta menempatkan mereka di bawah suatu kumpulan pembahasan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

1 Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan-perubahan lainnya dalam posisi keuangan.

(8)

a. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai sumber daya ekonomi dan kewajiban dari perusahaan bisnis agar dapat:

1. Mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya 2. Menunjukkan pendanaan dan investasinya

3. Mengevaluasi kemampuan dalam memenuhi komitmen-komitmennya 4. Menunjukkan berbagai dasar sumber daya bagi pertumbuhannya b. Untuk memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai perubahan

dalam sumber daya bersih dari aktivitas perusahaan bisnis yang diarahkan untuk memperoleh laba agar dapat.

1. Menyajikan ekspektasi pengembangan dividen kepada para investor 2. Menunjukkan kemampuan operasi perusahaan dalam membayar

kreditor dan pemasok, memberikan pekerjaan bagi karyawan karyawannya, membayar pajak, dan menghasilkan dana untuk perluasan usaha.

3. Memberikan informasi untuk perencanaan dan pengendalian kepada manajemen.

4. Menyajikan profitabilitas jangka panjang.

c. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi penghasilan bagi perusahaan.

d. Untuk memberikan informasi lain yang dibutuhkan mengenai perubahan dalam sumber daya ekonomi dan kewajiban.

e. Untuk mengungkapkan informasi lain yang relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan.

(9)

1. Tujuan kualitatif dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Relevansi, yang artinya pemilihan informasi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk memberikan bantuan kepada para pengguna dalam keputusan ekonomi mereka.

b. Dapat dimengerti, yang artinya tidak hanya informasi tersebut jelas, tetap para pengguna juga harus dapat memahaminya.

Menurut Kieso (2003) Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan (1) informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan ekonomis, (2) informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan (3) informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim tehadap sumber daya tersebut dan perubahan yang terjadi didalamnya. Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan mengandalkan laporan keuangan yang bertujuan umum dengan maksud agar menyediakan informasi yang paling bermanfaat dengan biaya yang minimal kepada berbagai kelompok pemakai.

2.2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan.

Keuangan

2.2.1 Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio juga dikenal sebagai rasio financial leverage, menurut Waston dan Copeland (1995) rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang dibiayai oleh penggunaan hutang. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai aktivanya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai leverage yang rendah lebih

(10)

banyak membiayai investasinya dengan modal sendiri. Dengan demikian semakin tinggi leverage berarti semakin tinggi risiko karena ada kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban hutangnya baik pokok maupun bunganya.

Debt to equity ratio menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri (ekuitas). Total hutang merupakan total liabilities (kewajiban), baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Total modal sendiri atau yang biasa disebut juga dengan total shareholders equity merupakan total modal disetor dengan laba ditahan yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997).

DER menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Makin tinggi DER maka akan menunjukkan semakin besarnya modal pinjaman yang digunakan untuk pembiayaan aktiva perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Jika DER perusahaan semakin tinggi, maka semakin besar financial leverage, dan semakin besar pula proporsi dana kreditur yang digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi DER, maka semakin berisiko bagi perusahaan (kemungkinan perusahaan tidak dapat

(11)

membayar semua hutangnya). DER sekaligus menunjukkan struktur modal yang digunakan oleh perusahaan (Husnan, 2004).

Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal pinjaman, maka perusahaan itu sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap utang ataupun debt to equity ratio (Samsul, 2006).

2.2.2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Perusahaan besar cenderung lebih tepat waktu menyajikan laporan keuangan dari pada perusahaan kecil (Saleh, 2004).

Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya. Pihak manajemen harus mengolah informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengolah informasi tersebut dengan baik, maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Bahkan bisa saja laporan keuangan tersebut akan terlihat dibuat secara sembarangan (asal jadi). Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan yang menggunakan lapran keuangan akan memandang bahwa kinerja perusahaan tersebut buruk. Jika hal itu terjadi, maka eksistensi perusahaan tidak akan bisa bertahan lama (Almalia dan Setiady, 2006).

(12)

Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati, 2006).

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan kecil akan cenderung menggunakan biaya modal sendiri dan hutang jangka pendek dari pada hutang jangka panjang, karena biayanya lebih rendah. Sedangkan perusahaan besar lebih cenderung memiliki sumber pendananaan yang kuat. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap Ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Talberg (2008), di mana Ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma natural dari total aset.

Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula Ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan Ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak

(13)

penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur Ukuran perusahaan.

2.2.3 Return on Asset (ROA)

Menurut Harahap (2008) profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua sumberdaya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, dan jumlah karyawan.

Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Sehingga EBT perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan perusahaan meningkat. Pencapaian laba merupakan indikator yang dominan karena hasil akhir kinerja operasi usaha selalu mengarah pada EBT. Karena EBT merupakan nilai rupiah dan masing-masing perusahaan berbeda dalam jumlah modal maka besar EBT tidak bisa menunjukkan kinerja laba sehingga perlu dipakai indikator lain, dalam penelitian ini digunakan Return on Asset (ROA). .

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan.Dengan rasio ini kita bisa mengetahui apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

(14)

Dyer dan Mchuge (1975) berpendapat bahwa ada kecendrungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu dan sebaliknya perusahaan yang mengalami kerugian akan melaporkan terlambat. Begitu juga menurut Givoly dan Palmon (1982) bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik (good news) maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan begitu juga sebaliknya.

Menurut Ang (1997) rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Santoso (1995) menyatakan bahwa profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Dasar pemikiran bahwa tingat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentunya berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan.

Menurut Van Horne (2005) Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.

2.2.4 Kepemilikan Pihak Luar

Ukago (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemilik perusahaan dari pihak luar dianggap berbeda dengan pemilik dari pihak dalam ,kecil

(15)

kemungkinan pihak luar untuk terlibat dalam urusan bisnis sehari hari dalam penelitian Respati (2001) menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan berpengaruh terhadap Outsider Ownership. Menurut Mello dan Pearson Kepemilikan Pihak Luar (Outsider Ownership) adalah persentase kepemilikan pihak luar (non manajemen) atas saham perusahaan.

2.2.5 Kepemilikan Pihak Dalam

Kepemilikan pihak dalam yang dilakukan oleh menejer merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh menejer akan mempengaruhi kinerja manajemen. Manajer dengan kinerja yang baik akan mampu menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu Ukago (2004). Kepemilikan Pihak Dalam (Insider Ownership Concentration) adalah persentase kepemilikan dewan direksi dan dewan komisaris atas saham perusahaan.

Menurut Sartono (2004) dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Kepemilikan Pihak Dalam (Insider Ownership) didefinisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan direksi suatu perusahaan. Secara matematik nilai Insider Ownership (IO) diperoleh dari persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh direksi dan komisaris.

2.2.6 Umur Perusahaan (Age)

Umur perusahaan adalah tanggal sejak berdirinya perusahaan sampai perusahaan tersebut masih mampu menjalankan operasinya.

(16)

Owusu dan Ansah (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengurangan waktu pelaporan akan terjadi ketika jumlah laporan tahunan yang dihasilkan ditingkatkan. Perusahaan mapan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk menjadi lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena pengalaman belajar.

2.2.7 Curent Ratio (CR)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat waktu. Rasio likuiditas khususnya current ratio hanya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat likuid, yakni aktiva lancar di luar persediaan. Current ratio merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (curent assets) dengan hutang/ kewajiban lancar (current liability). Current ratio yan tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya.

Likuiditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan sehingga semakin kuat posisi likuiditas perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana di waktu mendatang, maka semakin tinggi dividen tunai yang dibayarkan. Berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan, maka kemampuannya untuk membayar dividen akan semakin besar pula Riyanto (2001). Ada beberapa rasio yang termasuk dalam rasio likuiditas antara lain current ratio, quick ratio, net working capital to sales dan cash ratio.

(17)

Current Ratio (Rasio lancar) kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut. Current ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban lancarnya dengan menggunakan seluruh aktiva lancarnya. Quick ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari quick assets dengan tujuan untuk melihat kualitas dari aktiva lancar.

Net working capital to sales mengukur peranan sumber jangka panjang yang terikat pada aktiva lancar sehubungan dengan pelaksanaan penjualan. Sedangkan cash ratio yaitu rasio yang menggunakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan. Penelitian ini menggunakan cash ratio karena kas adalah bentuk yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial, sedangkan hutang lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat biasanya kurang dari satu tahun.

2.2.8 Kompleksitas Operasi

Kompleksitas operasi adalah untuk mengetahui ada atau tidak nya anak perusahaan. Kompleksitas operasi dalam penelitian ini ditentukan dengan ada tidaknya anak perusahaan. Pengukurannya menggunakan variabel dummy. Di mana kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki anak perusahaan dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan.

Tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan yang bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya,

(18)

lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Sehingga hal tersebut juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik.

Hubungan tersebut juga didukung oleh penelitian Ashton (1987) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara kompleksitas operasi perusahaan dengan audit delay. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Owusu-Ansah (2000) menemukan bukti empiris bahwa tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan memiliki hubungan positif sehingga akan mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan kepada publik.

2.2.9 Reputasi Kantor Akuntan Pubik

Laporan keuangan suatu perusahaan hendaknya disajikan dengan akurat dan terpecaya. Perusahan biasanya menggunakan jasa auditor atau kantor akuntan publik untuk melakukan audit terhadap laporan keuangannya. Perusahaan biasanya lebih memilih kantor akuntan publik yang memiliki reputasi dan nama baik. Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan harus dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya. Oleh karena itu, perusahaan kemudian menggunakan jasa kantor akuntan publik (KAP) untuk melaksanakan pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan.

Dalam meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4).

(19)

Menurut Loeb (1971) kantor akuntan publik besar memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal daripada akuntan di kantor akuntan publik kecil. Dengan demikian, kantor akuntan besar lebih memiliki reputasi yang baik dalam melakukan pekerjaan audit dan memberikan opini publik. DeAngelo (1981) dalam Oktorina dan Suharli (2005) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai jasa kantor akuntan publik (KAP) besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

Dalam hal peningkatan mutu dan kredibilitas dari laporan leuangan perusahaan, biasanya perusahaan akan menggunakan auditor yang berasal dari kantor akuntan publik yang besar serta memililki reputasi atau nama baik. Kantor akuntan publik memiliki kriteria seperti ini terdiri dari KAP yang berafilisasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Four. Di Indonesia kategori KAP The Big Four terdiri dari :

1. KAP Deloitte Touche Thomotsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman, Ramli, Satrio dan rekan.

2. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

3. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto sehari dan rekan.

4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler, yang bekerjasama dengan KAP Siddhartha dan Widjaja.

(20)

2.3 Review Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian melakukan penelitian ini sebagai berikut:

Ukago (2004) yang menemukan bahwa variabel Debt to Equity Ratio ,Profitability, Operation of Complexcity untuk tahun 2000. Firm Size dan operation Complexity untuk tahun 2001, Debt to Equity Ratio, Kepemilikan Pihak Luar Concentration dan Operation of Complexcity untuk tahun 2002 secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu waktu pelaporan keuangan perusahaan sedangkan variabel Size, Insider Ownership Concentration dan Outsider Ownership Concentration untuk tahun 2000 Debt To Equity Ratio,Profitability, Insider Ownership Concentration dan Outsider Ownership Concentration untuk tahun 2001 serta Firm Size, Profitability dan Insider Ownership Concentration untuk tahun 2002 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.

Ifada (2009) meneliti dengan judul Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan studi kasus perusahaan manufaktur di BEJ. Dengan Variabel Dependen Ketepatan Waktu. Variabel Independen Ukuran perusahaan,Insider Ownership,OutsiderOwnership,DER, ROA, AGE. Tehnik analisis yang digunakan adalah Regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran perusahaan dan insider ownership berpengaruh signifikan.sedangkan DER, ROA,Outsider ownership dan AGE tidak berpengaruh.

Saleh (2004) meneliti dengan judul Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dengan

(21)

Variabel Dependen ketepatan waktu pelaporan keuangan dan variabel Independennya adalah Item luar biasa (Extra), Gearing (Gear), Profit, Ukuran perusahaan,AGE,dan Ownership. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel EXTRA berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu laporan keuangan. Sementara Variabel Gearing, Profitabilitas, Ukuran perusahaan,Age dan Ownership tidak berpengaruh signifikan.

Kadir (2008) meneliti dengan judul Faktor–Faktor Yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Dengan Variabel dependen ketepatan waktu pelaporan keuangan dan Variabel independen Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Rasio Gearing, Pos Luar Biasa, Umur Perusahaan, Kepemilikan Manajerial. Hasil Hipotesis penelitian ini, bahwa dari 7 hipotesis ada dua yang diterima yaitu adanya pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Al-Ghanem (2011) meneliti dengan judul An Ampirical Analysis of Audit Delays And Timeliness of Corporate financial Reporting In Kuwait. Dependen Variabel : Audit Delays Variabel Independen Pelaporan keuangan, Ukuran perusahaan, likuiditas, dan earning per share. Hasil penelitian ini adalah variabel industri, leverage, persentase perubahan laba per saham, jenis auditor, dan likuiditas tidak menunjukkan signifikan korelasi dengan penundaan audit untuk perusahaan yang terdaftar di Kuwait.

Hilmi dan Ali (2008) meneliti dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEJ Periode 2004-2006). Dengan Variabel

(22)

Dependen: ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Variabel Independen:profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), kepemilikan publik (KP), dan reputasi kantor akuntan publik (KAP). Hasil Penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk periode waktu 2004-2006 adalah profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP. Sedangkan variabel leverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) No. Nama Peneliti Judul Variabel/Teknik Analisis Hasil Penelitian 1. Ukago (2004) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan dengan bukti empiris emiten di Bursa Efek Jakarta

Variabel Timeliness, Financial

Reporting, Debt to Equity Ratio, Firm Ukuran perusahaan, Profitability,Outsid er Ownership Concentration, Insider Ownership Concentration,Oper ation Complexcity. Teknik Analisis : Regresi Logistik

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Variabel Debt To Equity Ratio ,Profitability dan Operation of Complexcity untuk tahun 2000. Firm Ukuran perusahaan dan operation Complexity untuk tahun 2001. Debt To Equity Ratio, Outsider Ownership Concentration dan Operation of Complexcity untuk tahun 2002 secara significant berpengaruh terhadap ketepatan waktu waktu pelaporan keuangan perusahaan sedangkan variable Firm Ukuran perusahaan ,Insider Ownership Concentration dan Outsider Ownership Concentration untuk tahun 2000 Debt To Equity Ratio,Profitability ,Insider Ownership Concentration dan

Outsider Ownership Concentration untuk tahun 2001

serta Firm Ukuran perusahaan ,Profitability dan Insider

(23)

Ownership Concentration untuk tahun 2002 tidak berpengaruh secara significant terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. 2. Ifada (2009) Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan studi kasus perusahaan manufaktur di BEJ. Variabel Dependen: Ketepatan Waktu Independen: Ukuran perusahaan,insider ownership,outsider Ownership,DER, ROA,AGE Teknik Analisis : Regresi Logistik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran perusahaan dan insider ownership berpengaruh signifikan.sedangkan DER, ROA,Outsider ownership dan AGE tidak berpengaruh.

3. Saleh (2004) Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan perusahaan manufaktur di bursa efek jakarta

Item luar biasa (Extra), Gearing(Gear), Profit, Ukuran perusahaan,AGE,d an Ownership Teknik Analisis : Regresi Logistik

Hasil Penelitian ini menyatakan bahwa variabel EXTRA berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu laporan keuangan. Sementara Variabel Gearing, Profitabilitas, Ukuran perusahaan,Age dan Ownership tidak berpengaruh signifikan. 4. Kadir (2008) Faktor–Faktor Yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan Variabel Dependen:Ketepat an Waktu Pelaporan Keuangan Variabel Independen: Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Rasio Gearing, Pos Luar Biasa, Umur Perusahaan,

Kepemilikan Manajerial

Teknik Analisis Regresi Logistik

Hasil Hipotesis penelitian ini Bahwa dari 7 hipotesis ada dua yang diterima yaitu adanya

pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

(24)

5. Al-Ghanem (2011) An Ampirical Analysis of Audit Delays And Timeliness of Corporate financial Reporting In Kuwait Dependen : Audit Delays Variabel Independen Audit delay, Financial reporting, company Ukuran perusahaan, liquidity, and earning per share

Teknik Analisis : Regresi Logistik.

Hasil :Variabel industri, leverage,Persentase perubahan laba per saham, jenis auditor, dan likuiditas tidak menunjukkan signifikan korelasi dengan penundaan audit untuk perusahaan yang terdaftar di Kuwait. likuiditas, Leverage. 6 Hilmi dan Ali (2008) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEJ Periode 2004-2006). Variabel Dependen: ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Variabel Independen:profita bilitas (ROA), likuiditas (CR), kepemilikan publik (KP), dan reputasi kantor akuntan publik (KAP)

Hasil Penelitian ini adalah:

faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk periode waktu 2004-2006 adalah profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP. Sedangkan variabel leverage keuangan, ukuran perusahaan dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bentuk lain pelaksanaan prinsip transparansi dan etika bisnis, kami juga berkomitmen untuk menghormati dan menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan kami,

Subsidi yang diterima oleh pelanggan Industri I-2

(1) Subbagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di lingkungan

Apabila setelah 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya Peringatan Tertulis Ketiga, Pegawai yang bersangkutan masih melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

Tahap pembuatan rangka adalah perencanaan perhitungan, pemilihan material yang tepat untuk meminimalkan biaya, dan pembuatan rangka.Proses penyambungan rangka mesin

Hasil analisis ragam yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa level pemberian vermikompos memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap berat segar batang dan daun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai motivasi kerjadan disiplin kerja serta prestasi kerja Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat.. Penelitian

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan PENGA DA A N PERA LATA N PRA KTEK DA N PERA GA SISWA SD pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Bima Tahun