1
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS DITINJAU DARI MOTIVASI
BERPRESTASI PADA SISWA KELAS VI SD
I Dewa Ayu Made Murni, Nyoman Dantes, I Wayan Lasmawan Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja, Indonesia
e-mail: made.murni@pasca.undiksha.ac.id, nyoman.dantes@pasca.undiksha.ac.id, wayan.lasmawan@pasca.undiksha.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar IPS ditinjau dari motivasi berprestasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD yang berada di gugus 3 kecamatan Kuta yang berjumlah 578 siswa. Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode random sampling sehingga diperoleh 136 siswa yang tersebar di dua kelas kontrol dan dua kelas eksperimen. Penelitian ini merupakan eksperimen kuasi dengan rancangan two factorial design. Data hasil belajar diperoleh melalui tes hasil belajar, sedangkan data motivasi berprestasi diperoleh melalui kuisioner motivasi berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran metode mind mapping dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, (2) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS. (3) terdapat perbedaan yang signifikan pada Hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran metode Mind Mapping dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi (4) terdapat perbedaan yang signifikan pada Hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran metode Mind Mapping dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.
Kata Kunci : Metode Pembelajaran Mind Mapping, Motivasi berprestasi, Hasil Belajar IPS
ABSTRACT
This study is intended to investigate the effect of mind mapping learning method toward social study’s learning achievement viewed from achievement motivation. Population in this study was all 578 students of grade VI in cluster III Kuta district. Sample of this study was obtained by using random sampling and got 136 students spreaded in two control classes and two experiment classes. This study was a quasi experimental with two factorial design. Learning achievement data was obtained through test, while achievement motivation data was gained through questionnaire.The result of this study indicated that: (1) there is a significant difference between learning achievement of students who attend mind mapping learning method to students who attend conventional learning method, (2) there is interaction between learning method and achievement motivation toward social study’s learning achievement, (3) there is a significant difference between learning achievement of students who attend mind mapping learning method to students who attend conventional learning method for students who have high achievement motivation, (4) there is a significant difference between learning achievement of students who attend mind mapping learning method to students who attend conventional learning method for students who have low achievement motivation.
2
PENDAHULUAN
Pendidikan dewasa ini dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan kekinian ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika jumlah informasi yang harus ditransfer dalam proses pendidikan semakin berlimpah sehingga informasi informasi ini mau tak mau harus dijejalkan dalam kurikulum. Hal ini bukan hanya berdampak pada semakin banyaknya beban kurikulum tetapi juga pada semakin mudanya usia dimana peserta didik memperoleh beban kurikulum ini.
Pada pelajaran hafalan seperti PKn misalnya, materi-materi yang kini harus dipelajari oleh anak kelas IV yakni pengenalan sistem pemerintahan pusat dan daerah (Permendiknas, 2006) merupakan materi yang dulunya diperuntukkan bagi peserta didik di jenjang yang lebih tinggi. Dampaknya, materi pelajaran akan dibebani dengan begitu banyak informasi yang mungkin kurang mereka pahami atau bahkan belum mereka tahu sama sekali. Jika pelajaran hafalan seperti ini hanya diajarkan dalam bentuk ceramah atupun pencatatan informasi saja, maka dapat dipastikan bahwa tingkat kesulitan siswa untuk memunculkan kembali memori akan pelajaran yang telah diberikan akan sangat tinggi.
Mata pelajaran IPS yang juga tergolong dalam kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan akhlak mulia
bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, moral dan seperangkat keterampilan hidup dalam rangka mempersiapkan warga negara yang baik dan mampu bermasyarakat (Hilda, 2006:18) oleh karena itu seyogyanya pendidikan IPS di SD lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada siswa. Sehingga kelak mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi Lasmawan (2010:126). Namun tidak bisa ditampik bahwa luasnya areal yang dipelajari dalam ilmu ini membuat terkadang materinya
overload sehingga seringkali mata pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran hafalan semata yang hanya berisikan fakta, nama serta peristiwa masa lalu, tidak menarik, sulit, dan tidak terlalu penting. Hal
ini diperparah dengan ketidakhirauan penyangga pendidikan yang lain yakni orangtua dalam mengubah pandangan ini.
Para orangtua tidak akan begitu
memperdulikan jika nilai IPS anaknya kurang bagus, tetapi akan sangat kalang kabut jika nilai matematikanya yang jelek. Ketidakseimbangan penekanan ini semakin
membuat pelajaran IPS semakin
terpinggirkan.
Bukan hanya itu, sering kali pembelajaran IPS yang diberikan oleh guru disekolah hanya bersumberkan pada buku teks dan LKS saja. Guru masih merancang kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh metode pembelajaran konvensional yang menekankan pemberian ceramah dalam penyampaian materi pelajaran. Metode konvensional yang berpusat pada guru cenderung tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa yang dianggap pintar adalah siswa yang mampu menjawab setiap pertanyaan dengan benar dengan kata lain, siswa yang paling kuat menghafal akan dianggap sebagai siswa terpintar, dampaknya hasil belajar siswa kurang optimal.
Selain itu, proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered orientation) yang telah disosialisasikan dalam berbagai pelatihan dan seminar disalah artikan sebagai sebuah kegiatan dimana siswa tanpa bantuan dan tanpa pengarahan aktif melakukan kegiatan belajar baik secara individu maupun bersama sama dengan temannya. Kegiatan yang dimaksud adalah meminta siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dalam waktu tertentu, membahas jawaban sesuai dengan kunci jawaban yang dimiliki guru, dan kemudian memperbaiki dengan segera kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa. Jamak terjadi dimana saat siswa mengerjakan LKS, guru meninggalkan kelas
ataupun mengerjakan sesuatu yang
dianggap lebih penting seperti pengerjaan administrasi kelas, pemeriksaan hasil evaluasi siswa, atau bahkan sibuk dengan gadget terbaru mereka.
Sebaliknya, seorang siswa akan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan mencapai hasil belajar yang optimal, apabila didukung oleh kondisi lingkungan belajar yang memadai dan pemilihan pendekatan yang sesuai dengan
3 karakteristik siswa. Sehingga di dalam proses pembelajaran siswa sendirilah yang
aktif secara mental membangun
pengetahuannya. Hal tersebut sejalan
dengan paradigma pendidikan
kontruktivisme dewasa ini, yang cenderung berpusat pada siswa dan membiarkan mereka mengkontruksi berbagai informasi dan mengubahnya menjadi pengetahuan yang berstruktur.
Oleh sebab itu, maka diperlukan seorang guru profesional yang menguasai metode pengajaran yang beragam dan mampu mempergunakannya dengan efektif. Kita menyadari bahwa tidak ada satupun metode yang bisa dikatakani sebagai metode terbaik. Ini dikarenakan oleh berbagai variabel seperti; keberagaman siswa, kedalaman materi, tujuan yang ingin dicapai, dan lain lain. Oleh karena itu, seorang guru harus jeli dalam memilah dan
mempergunakan sebuah metode
pengajaran agar metode mampu
mengefektifkan proses transfer pengetahuan dan transfer nilai bukan sebaliknya malah membatasi pembelajaran.
Model pembelajaran yang efektif tidak saja akan mempermudah pencapaian
tujuan, namun juga berperan dalam
meningkatkan antusiasme dan lebih
memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kolaborasi dari model pembelajaran dan motivasi siswa akan
berdaya guna dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi
dilapangan, kondisi pembelajaran IPS di sekolah dasar masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan oleh guru yang masih mengajar dengan dominasi penggunaan metode ceramah, tentu kondisi pembelajaran demikian tidak akan dapat mendorong pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran. Sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang kurang optimal. Pencapaian hasil belajar IPS yang masih kurang optimal
dikarenakan selama ini guru hanya
membiasakan siswa dengan konsep materi yang bersifat hafalan, kemudian dalam melakukan evaluasi hasil belajar, guru hanya mengevaluasi materi yang telah diberikan Lasmawan, (2010:128)
Salah satu jalan keluar untuk
permasalahan ini adalah penggunaan
metode ataupun model pembelajaran yang cocok dengan kondisi siswa sehingga siswa terpicu untuk berpikir kritis, logis, serta mampu memecahkan masalah dengan
sikap kreatif dan inovatif. Model
pembelajaran inovatif kini sudah dianggap sesuatu yang wajib dilakukan untuk mengatasi persoalan persoalan yang ada. Salah satu model pembelajaran inovatif adalah Mind Mapping. Model ini merupakan gabungan antara creative thinking dan
active thinking (Olivia, 2008:13). Mind mapping adalah salah satu bentuk
visualisasi yang bertujuan untuk
memudahkan otak menyimpan informasi Visualisasi ini menggambarkan suatu ide dalam bentuk rangkaian gambar yang berkaitan satu sama lain (Buzan, 2007).
Menurutnya, Mind Mapping merupakan
alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier yang menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut. Ia merupakan sebuah jalan pintas yang bisa membantu siapa saja mengefektifkan waktu dalam menyelesaikan tugas. Metode ini telah dicobakan pada berbagai jenjang pendidikan dan juga dipergunakan sebagai metode dalam beberapa mata pelajaran. Metode ini relevan bukan saja bagi anak-anak usia dini tetapi juga bagi orang dewasa. Oleh karena itu, metode ini dirasa akan mampu mengatasi permasalahan kurang optimalnya hasil belajar IPS siswa.
Model pembelajaran ini termasuk strategi kognitif bertipe pengaturan dimana siswa menyusun materi yang dipelajari kedalam suatu kerangka yang teratur sehingga kumpulan kata kata yang tersusun sedemikian rupa mudah diingat oleh siswa karena ia sendiri yang mengatur dan
mengubahnya menjadi kategori yang
bermakna (Trianto, 2009). Keutamaan
model pembelajaran inilah yang
membuatnya sesuai untuk diimplemetasikan pada mata pelajaran yang menuntut siswa agar dapat memunculkan kembali memori berupa data berbentuk fakta, nama, dan peristiwa.
Selain dengan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, motivasi siswa juga memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Motivasi merupakan tenaga
4 yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang (Dimiyati dan Mudjiono, 2006). Motivasi ini bisa bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, maupun eksternal, yakni datang dari orang orang disekitarnya. Semakin tinggi motivasi yang
dimiliki oleh seorang siswa maka
kecenderungan siswa untuk menggerakkan dirinya agar menjadi siswa berprestasi semakin tinggi.
Salah satu motivasi yang bersifat internal adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menurut Wijaya
(2012:62) adalah daya dorong atau
rangsangan yang ada dalam diri siswa untuk belajar dan berupaya memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Dorongan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan tentu saja akan mendorong mereka untuk memanfaatkan seluruh sumberdaya yang mereka miliki sehingga mereka memiliki daya saing untuk berkompetesi dengan baik. Senada dengan hal ini, Sukiyat (dalam Ibrahim, 2010) menyatakan bahwa motivasi
berprestasi adalah suatu kebutuhan
berprestasi yang merupakan pendorong bagi seseorang untuk bertindak atau berkompetisi dengan suatu standar yang paling baik, bukan dengan intensi agar memperoleh pujian atau hadiah namun keinginan untuk memperoleh kepuasan jika
mampu berkompetisi dengan keadaan
dirinya ataupun lingkungannya,
Perpaduan antara metode
pembelajaran yang aktif dan daya juang siswa untuk mencapai prestasi sesuai dengan yang diharapkan akan menimbulkan
sinergi yang diyakini mampu untuk
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti Mind Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional,
b. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh interaksi antara metode Mind Mapping dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS kelas VI SDN di gugus III Kuta,
c. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti metode Mind Mapping dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran
konvensional, pada siswa yang
bermotivasi berprestasi tinggi.
d. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti metode Mind Mapping dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran
konvensional, pada siswa yang
bermotivasi berprestasi rendah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar IPS dan motivasi siswa kelas VI sekolah dasar melalui
penerapan metode Mind Mapping.
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimen untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain. Pada penelitian ini, jenis penelitian eksperimen yang dipergunakan adalah eksperimen semu atau eksperimen kuasi dengan rancangan “two factorial design”
Populasi yang merupakan wilayah generalisasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD yang berada di gugus 3 kecamatan Kuta yang terdiri dari 6 sekolah dan 17 kelas dengan 578 siswa yakni SD no 1 Tuban kelas VI a, dan b, SD no 2 Tuban kelas VI a, b, dan c, SD no 4 Tuban kelas VI a, b, dan c, SD no 6 Tuban kelas VI a, b, dan c, SDK Soverdi Tuban kelas VI a, b, dan c, dan MI Alhazar Tuban Kelas VI a, b, dan c. Sedangkan sampel yang merupakan wakil dari populasi yang diteliti diambil dengan menggunakan metode random sampling (kelas yang diacak) yaitu setiap kelas mempunyai peluang untuk menjadi sampel pada penelitian ini. Dua kelas akan dipakai sebagai kelompok
eksperimen dan dua kelas sebagai
kelompok kontrol. Pada kelompok
eksperimen diterapkan metode
pembelajaran Mind Mapping sedangkan di kelas kontrol berlangsung pembelajaran dengan metode konvensional.
Hasilnya, dua sekolah yang diperoleh sebagai sampel dari penelitian ini adalah SD No 2 Tuban dan SD No 4 Tuban. Dari 6 kelas yang dimiliki oleh kedua sekolah tersebut terpilih 4 kelas yang akan dipergunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun kelas yang dijadikan sebagai kelas kontrol adalah kelas VI A dengan 32 siswa dan VI B dengan 36 siswa yang keduanya ada di SD No 2 Tuban, sedangkan yang menjadi kelas eksperimen
5 berasal dari SD No 4 Tuban yaitu kelas VI A dengan 32 siswa dan VI B dengan 36 siswa sehingga total sampel dalam penelitian ini berjumlah 136 siswa.
Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar IPS dan kuesioner motivasi berprestasi. Data dikumpulkan setelah kelas eksperimen memperoleh perlakuan yaitu metode pembelajaran mind mapping. Instrumen berupa tes hasil belajar dalam bentuk soal pilihan ganda dibuat sesuai dengan kisi-kisi soal untuk mengukur ranah kognitif, dirinci menurut standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator. Berikutnya, instrumen motivasi berprestasi disusun berdasarkan dimensi dari motivasi berprestasi dan juga indikator yang menjabarkan masing masing dimensi.
Setelah kedua instrumen ini diperiksa oleh judges untuk dilihat validitas isinya, instrumen ini kemudian diuji cobakan dilapangan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh data sebagai berikut:
1. Untuk instrumen tes hasil belajar IPS, dari 65 soal yang diperiksa oleh
judges dua soal dinyatakan tidak relevan. Sedangkan berdasarkan pengujian validitas butir soal, 6 soal dinyatakan gugur atau tidak valid dan 57 soal valid dengan nilai reliabilitas 0,71 dengan kategori tinggi.
2. Untuk instrumen kuesioner motivasi berprestasi, dari 40 pertanyaan, yang keseluruhnya dinyatakan valid oleh para judges, 2 pertanyaan tidak valid berdasarkan validitas butir soal. Nilai reliabilitas untuk kuesioner ini mencapai 0,74 yang tergolong tinggi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data
Data yang dicari dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS ditinjau dari Motivasi Berprestasi siswa. Data yang didapatkan dalam penelitian terlebih dahulu dianalisis secara deskriptif. Adapun hasil dari analisis deskriptif yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
Tabel 1Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil belajar IPS
A1 A2 B1 B2 A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 Rerata 30.09 28.27 174.1 8 145.3 6 32.91 27.27 27.18 29.36 Median 30 28 174 146 33 27 27 29.5 Modus 29 25 162 158 31 25 25 26.00 a Std. Deviasi 4.19 3.24 7.39 8.81 3.22 2.98 3.05 3.13 Besaran 17.53 10.53 54.57 77.54 10.37 8.87 9.30 9.77 Rentangan 17 13 24 28 11 12 11 12 Skor Terendah 21 22 162 131 27 21 22 23 Skor Tertinggi 38 35 186 159 38 33 33 35 Total 1324 1244 7664 6396 724 600 598 646 Keterangan:
A1 = Kelompok siswa yang diajar dengan metode Mind Mapping
A2 = Kelompok siswa yang diajar dengan mengikuti model pembelajaran
konvensional
B1 = Kelompok siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
B2 = Kelompok siswa yang mempunyai Motivasi Berprestasi rendah
A1B1=Kelompok siswa yang diajar dengan
metode Mind Mapping dan
mempunyai motivasi berprestasi
tinggi.
A2B1=Kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional
dan mempunyai motivasi berprestasi tinggi.
Data Hasil belajar IPS siswa yang mengikuti metode Mind Mapping memiliki skor minimum 21, skor maksimum 38, dengan rata-rata 30,09. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, rerata hasil belajar IPS siswa yang mengikuti metode
Mind Mapping berada pada interval > 30, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang mengikuti metode
Mind Mapping tergolong sangat baik.
Data Hasil belajar IPS siswa yang
mengikuti model pembelajaran
Konvensional memiliki skor minimum 22, skor maksimum 35, dan rata-rata 28,27. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, rerata hasil belajar IPS siswa yang
mengikuti model pembelajaran
6 < 30, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensionaltergolong baik.
Kelompok siswa yang mempunyai Motivasi Berprestasi tinggi memiliki skor minimum 162, skor maksimum 186, dan rata-rata 174,18. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, rerata Motivasi Berprestasi siswa yang mempunyai Motivasi Berprestasi tinggi berada pada interval 148 < , sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata Motivasi Berprestasi siswa yang mempunyai Motivasi Berprestasi tinggi tergolong sangat baik.
Data Kelompok siswa yang
mempunyai Motivasi Berprestasi rendah memiliki skor minimum 131, skor maksimum 159, dan rata-rata 145,36. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, rerata Motivasi Berprestasi siswa yang mempunyai Motivasi Berprestasi rendah berada pada interval 123,33 < X < 148, sehingga dapat
disimpulkan bahwa rerata Motivasi
Berprestasi siswa yang mempunyai Motivasi Berprestasi rendah tergolong baik.
Data Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi yang mengikuti metode Mind Mapping memiliki skor minimum 27, skor maksimum 38, dan rata-rata 32,91. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, rerata Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi
Tinggi yang Mengikuti Metode Mind
Mapping berada pada interval > 30, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi yang Mengikuti Metode Mind Mapping tergolong sangat baik.
Data Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi yang
mengikuti model pembelajaran
Konvensional memiliki skor minimum 22, skor maksimum 33, dan rata-rata 27,18. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi yang
Mengikuti Model Pembelajaran
Konvensional berada pada interval 23,33 < < 30, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi yang Mengikuti
Model Pembelajaran Konvensional
tergolong baik.
Data Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah yang mengikuti metode Mind Mapping memiliki skor minimum 21, skor maksimum 33, dan rata-rata 27,27. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah
yang Mengikuti Metode Mind Mapping
berada pada interval 23,33 < < 30, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah yang Mengikuti Metode Mind Mapping tergolong baik.
Data Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah yang
mengikuti model pembelajaran
Konvensional memiliki skor minimum 23, skor maksimum 35, dan rata-rata 29,36. Berdasarkan tabel kategori yang telah dibuat, Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah yang
Mengikuti Model Pembelajaran
Konvensional berada pada interval 23,33 < < 30, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata Hasil belajar IPS Siswa yang Memiliki Motivasi Berprestasi Rendah yang Mengikuti
Model Pembelajaran Konvensional
tergolong baik.
2. UJI PRASYARAT ANALISIS
a. Uji normalitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis uji normalitas sebaran data. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi =0,05 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Uji normalitas sebaran data
Kelompok Sampel Kolmogorov -Smirnov Keteranga n Stat istic df Sig. Siswa yang dibelajarakan dengan
metode Mind Mapping
0.0 87 22 0.20 0 Distribusi normal Siswa yang dibelajarakan dengan
Model Konvensional
0.1 26
22 0.20
0 Distribusi normal Siswa yang memiliki Motivasi
Berprestasi tinggi
0.1 19
22 0.20
0 Distribusi normal Siswa yang memiliki Motivasi 0.1
54 22 0.19
3
Distribusi normal
7
Berprestasi rendah
Siswa yang dibelajarakan dengan metode Mind Mapping yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi 0.0 87 22 0.20 0 Distribusi normal
Siswa yang dibelajarakan dengan model konvensional yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi
0.0 95
22 0.20
0 Distribusi normal Siswa yang dibelajarakan dengan
metode Mind Mapping Yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah 0.1 26 22 0.20 0 Distribusi normal
Siswa yang dibelajarakan dengan model konvensional yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah
0.0 86 22 0.20 0 Distribusi normal
Berdasarkan tabel 2 di atas, terlihat bahwa untuk semua variabel, p > 0,05. Ini berarti semua kelompok sampel berdistribusi normal.
b. Uji homogenitas varians
Uji yang digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Pengujian terhadap homogenitas data hasil
penelitian dapat dilakukan dengan
menggunakan statistik yang didasarkan pada rata-rata (Based of Mean). Jika nilai yang diperoleh (p) > 0,05, maka varians setiap sampel sama (homogen), akan tetapi jika nilai yang diperoleh (p) < 0,05, maka varians setiap sampel tidak sama (tidak homogen). Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan hasil seperti pada tabel 3
Tabel 3 Uji homogenitas
F df1 df2 Sig.
0,088 3 84 0,966
Berdasarkan hasil pengujian homogenitas varians, didapatkan nilai signifikan di atas 0,05 (P > 0,05). Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa seluruh kelompok
homogen.
3. UJI HIPOTESIS
Berdasarkan hasil ANAVA dua jalur antar kolom (A) model pembelajaran, diperoleh harga Fhitung= 6,853 sedangkan harga ftabel pada dka= 1 dan dk dalam = 84
untuk taraf signifikansi 0,05 = 4,00 hal ini berarti Fhitung lebih besar Ftabel (Fh= 6,853 > Ft = 4,00).
Berdasarkan hasil di atas, maka hipotesis nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan Hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran metode Mind Mapping dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran Konvensional ditolak. Selanjutnya dilihat dari nilai rerata hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran metode
mind mapping sebesar 30,69 lebih tinggi dari pada nilai rerata rerata hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional sebesar 28,27, maka dengan
demikian terdapat pengaruh model
pembelajaran dengan hasil belajar IPS
antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran, dimana pembelajaran metode
mind mapping memiliki pengaruh yang lebih
baik dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil uji ANAVA dua jalur diperoleh nilai Fabhitung = 35,10 dan nilai Ftabel = 4,00. Hal ini menunjukan bahwa Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa terdapat
pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dengan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil belajar IPS pada Siswa Kelas VI SD Gugus III Kecamatan Kuta.
Adanya pengaruh interaksi antara
model pembelajaran dengan motivasi
berprestasi terhadap hasil belajar IPS dapat dilihat pada gambar 1
8 Rata–rata skor Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi
yang mengikuti metode Mind Mapping
adalah sebesar 32,91. Sedangkan rata-rata skor Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi tinggi yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional adalah sebesar 27,18. Sedangkan rata-rata jumlah kuadrat dalam adalah sebesar 9,578. Dengan menggunakan uji Tukey sebagai berikut, Q = YA1B1 - YA2B1 √ RJKd/N Q = 32,91 - 27,18 √9,578/88 Q = 5,73 0,330 Q = 17,36
diperoleh nilai Q hitung sebesar 17,36, sedangkan nilai Q hitung lebih besar daripada Q tabel pada taraf signifikan 5 % sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti untuk kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, terdapat perbedaan yang signifikan pada Hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan
pembelajaran metode Mind Mapping dengan
kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya pada uji Tukey mengindikasikan bahwa kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan pembelajaran metode Mind Mapping
hasil belajarnya lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional.
Rata–rata skor Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi
rendah yang mengikuti metode Mind
Mapping adalah sebesar 27,27. Sedangkan rata-rata skor Hasil belajar IPS siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah yang mengikuti pembelajaran dengan model
konvensional adalah sebesar 29,36.
Sedangkan rata-rata jumlah kuadrat dalam adalah sebesar 9,578.
Dengan menggunakan uji Tukey sebagai berikut, Q = YA1B2 - YA2B2 √ RJKd/N Q = 27,27 - 29,36 √9,578/88 Q = 2.09 0,330 Q = 6,33
diperoleh nilai Q hitung sebesar 6,33, sedangkan nilai Q hitung lebih besar daripada Q tabel pada taraf signifikan 5 % sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti untuk kelompok siswa yang memiliki
motivasi berhasil rendah, terdapat
perbedaan yang signifikan pada Hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan
pembelajaran metode Mind Mapping dengan
kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya pada uji Tukey mengindikasikan bahwa kelompok siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah dengan pembelajaran metode Mind Mapping
hasil belajarnya lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pertama, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran metode Mind Mapping
memiliki pengaruh yang lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional. Perbedaaan yang signifikan ini salah satunya disebabkan oleh manfaat nyata dari metode pembelajaran mind mapping. Pada metode pembelajaran mind mapping, siswa ikut berpikir dan aktif terlibat
dalam mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri, sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan kritis, dan disamping itu proses pembelajaran yang mereka alami menjadi
lebih bermakna dibandingkan dengan
konstruksi pengetahuan yang ditanamkan dengan metode ceramah. Dengan aktif
mengkonstruksi pengetahuan mereka
sendiri diiringi dengan bentuk dan warna cerah yang menjadi ciri khas mind mapping, siswa lebih mudah dalam memunculkan kembali informasi informasi yang berkaitan dengan topik pembelajaran. Oleh sebab itu, maka kemampuan mengingat, meresapi dan memahami topik pembahasan menjadi semakin baik.
9 Hasil ini tidak jauh berbeda dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmayoga (2013), dan Maria (2010). Kedua peneliti ini juga telah menyimpulkan bahwa penggunaan metode mind mapping mampu meningkatkan prestasi belajar
peserta didik yang menjadi sampel
penelitian mereka. Artinya mind mapping terbukti memiliki peranan sebagai alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang mampu mengembangkan kegiatan berpikir kreatif ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut, dan
merupakan cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.
Dengan melihat hasil pengujian
terhadap hipotesis kedua, dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran mind mapping menghasilkan hasil belajar yang lebih baik untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, dan sebaliknya, metode pembelajaran konvensional menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik untuk mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, dimana individu tersebut cenderung memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, mempunyai program kerja dan tujuan yang realistis, dan berusaha
mencapai tujuan yang telah mereka
tetapkan tersinergikan dengan metode pembelajaran mind mapping yang memang membutuhkan pribadi kreatif yang punya
kesadaran untuk secara mandiri
mengkonstruksi pengetahuan mereka
sendiri. Sebaliknya, mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung pasif dan reseptif yang cenderung membiarkan orang lain untuk melakukan berbagai hal untuk diri mereka, sehingga daya kreatifitas mereka dalam metode mind mapping tidak
berkembang. Tugas membuat garis
melengkung berwarna warni dalam mind mapping sedikit dirasa unsecure sehingga mereka cenderung hanya menirukan apa yang dicontohkan saja ataupun melihat pekerjaan temannya sebagai referensi. Proses pembelajaran yang terjadi pada mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah dengan metode pembelajaran mind mapping tentu saja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Uji hipotesis ketiga mengindikasikan bahwa kelompok siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi dengan
pembelajaran metode Mind Mapping hasil belajarnya lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional. Hasil ini
menunjukkan bahwa selain
pengimplementasian metode pembelajaran, hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi siswa. Faktor internal berupa motivasi berprestasi dan faktor eksternal berupa metode
pembelajaran mind mapping sangat
memengaruhi hasil belajar siswa. Hanafiah dan Suhana (2009) menyatakan bahwa motivasi berprestasi berperan dalam mendorong prilaku belajar, memberikan arahan untuk mencapai tujuan, membangun sistem pembelajaran yang bermakna, dan berperan sebagai alat untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Siswa yang bermotivasi berprestasi tinggi cenderung
bersaing dengan standar keunggulan
berupa kesempurnaan tugas (Prantiya, 2008).
Hipotesis terakhir menunjukkan bahwa kelompok siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah dengan
pembelajaran konvensional hasil belajarnya lebih baik daripada kelompok siswa dengan model pembelajaran Mind Mapping.
Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung pasif, kurang kreatif, dan kurang suka bersaing. Mereka hanya sebatas mengikuti instruksi guru tanpa berniat untuk memunculkan kreatifitas mereka ataupun mengembangkan apa yang sebelumnya telah diberikan oleh guru di sekolah. Mereka memiliki kecenderungan hanya bergerak jika diberi perintah. Akibatnya, hasil yang diperoleh cenderung pas-pasan dan kurang maksimal. Kondisi ini membuat mereka lebih menyukai format jadi atau materi dan bahan ajar yang sudah hanya tinggal mencontoh saja. Sehingga metode pembelajaran Mind Mapping yang memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengembangkan daya nalar serta melatih kemampuan mereka dalam mengambil resiko akan
memberikan pengalaman belajar yang
kurang “aman” sehingga mereka takut berbuat salah.
Dengan demikian, maka siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang
10 memperoleh pembelajaran menggunakan model konvensional hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang sama namun mengikuti pembelajaran dengan metode Mind Mapping.
PENUTUP
Mata pelajaran IPS sering dianggap sebagai mata pelajaran hafalan semata yang hanya berisikan fakta, nama, serta peristiwa masa lalu yang tidak menarik, sulit, dan tidak terlalu penting. Pembelajaran IPS sering kali juga hanya bersumberkan pada buku teks dan LKS saja dimana guru masih merancang kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh metode pembelajaran konvensional yang menekankan pemberian
ceramah dalam penyampaian materi
pelajaran. Metode konvensional yang berpusat pada guru cenderung tidak
melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan kehilangan kreatifitas, sehingga tidaklah mengherankan apabila hasil belajar siswa belum memuaskan.
Salah satu jalan keluar untuk
permasalahan ini adalah penggunaan
metode ataupun model pembelajaran yang cocok dengan kondisi siswa sehingga siswa terpicu untuk berpikir kritis, logis, serta mampu memecahkan masalah dengan
sikap kreatif dan inovatif. Model
pembelajaran inovatif kini sudah dianggap sesuatu yang wajib dilakukan untuk mengatasi persoalan persoalan yang ada. Salah satu model pembelajaran inovatif adalah Mind Mapping. Model ini merupakan gabungan antara creative thinking dan
active thinking (Olivia, 2008:13). Metode ini telah dicobakan pada berbagai jenjang pendidikan dan juga dipergunakan sebagai metode dalam beberapa mata pelajaran. Metode ini relevan bukan saja bagi anak-anak usia dini tetapi juga bagi orang dewasa. Oleh karena itu, metode ini dirasa akan mampu mengatasi permasalahan kurang optimalnya hasil belajar IPS siswa.
Model pembelajaran ini termasuk strategi kognitif bertipe pengaturan dimana siswa menyusun materi yang dipelajari kedalam suatu kerangka yang teratur sehingga kumpulan kata kata yang tersusun sedemikian rupa mudah diingat oleh siswa karena ia sendiri yang mengatur dan
mengubahnya menjadi kategori yang
bermakna (Trianto, 2009). Keutamaan
model pembelajaran inilah yang
membuatnya sesuai untuk diimplemetasikan pada mata pelajaran yang menuntut siswa agar dapat memunculkan kembali memori berupa data berbentuk fakta, nama, dan peristiwa.
Selain dengan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, motivasi siswa juga memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Motivasi merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang (Dimiyati dan Mudjiono, 2006). Motivasi ini bisa bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, maupun eksternal, yakni datang dari orang orang disekitarnya. Semakin tinggi motivasi yang
dimiliki oleh seorang siswa maka
kecenderungan siswa untuk menggerakkan dirinya agar menjadi siswa berprestasi semakin tinggi.
Salah satu motivasi yang bersifat internal adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menurut Wijaya
(2012:62) adalah daya dorong atau
rangsangan yang ada dalam diri siswa untuk belajar dan berupaya memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Dorongan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan tentu saja akan mendorong mereka untuk memanfaatkan seluruh sumberdaya yang mereka miliki sehingga mereka memiliki daya saing untuk berkompetesi dengan baik. Senada dengan hal ini, Sukiyat (dalam Ibrahim, 2010) menyatakan bahwa motivasi
berprestasi adalah suatu kebutuhan
berprestasi yang merupakan pendorong bagi seseorang untuk bertindak atau berkompetisi dengan suatu standar yang paling baik, bukan dengan intensi agar memperoleh pujian atau hadiah namun keinginan untuk memperoleh kepuasan jika
mampu berkompetisi dengan keadaan
dirinya ataupun lingkungannya.
Perpaduan antara metode
pembelajaran yang aktif dan daya juang siswa untuk mencapai prestasi sesuai dengan yang diharapkan akan menimbulkan
sinergi yang diyakini mampu untuk
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
11 1. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar antara siswa yang mengikuti metode Mind Mapping dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
2. Terdapat pengaruh interaksi antara metode Mind Mapping dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN di gugus III Kuta. 3. Terdapat perbedaan signifikan hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti metode
Mind Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi.
4. Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti metode
Mind Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa dengan motivasi berprestasi rendah.
Dengan mempertimbangkan segala kelebihan dari metode pembelajaran mind mapping dan kontribusi motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS siswa maka
terdapat beberapa saran yang
direkomendasikan untuk dilakukan yaitu: 1) Kepada Siswa
a) Siswa diharapkan meningkatkan motivasi berprestasi mereka agar hasil belajar lebih optimal.
b) Siswa hendaknya aktif dalam
mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri, sehingga siswa terbiasa untuk berkomunikasi, belajar mandiri, dan memunculkan sisi kreatif agar pembelajaran lebih bermakna. 2) Kepada Guru
a) Metode pembelajaran Mind Mapping
perlu diperkenalkan dan
dikembangkan lebih lanjut oleh para guru sebagai salah satu alternatif
pembelajaran mengingat
keberagaman gaya belajar yang dimiliki oleh masing masing siswa. b) Guru disarankan untuk mengadakan
penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pembelajaran Mind Mapping
dengan melibatkan sampel yang
lebih luas ataupun dengan
mengkombinasikannya dengan
moderator variabel yang lain.
3) Kepada Sekolah
a) Sekolah hendaknya memberikan
fasilitas penunjang yang
memadai bagi guru sehingga mereka dapat memberikan dan
mengembangkan metode
pembelajaran yang kreatif,
inovatif dan kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Darmayoga, I Wayan. 2012. Pengaruh
Implementasi Metode Mind Mapping
Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau Dari Minat Siswa Kelas IV SD Sathya Sai. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja. Program Pascasarjana Undiksha.
Dimyati dan Mudjiono. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rineka Cipta.
Hanafiah, Nanang, Suhana, Cucu. 2009.
Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung. Refika Aditama.
Hilda, Karli, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Generasi Info Media.
Lasmawan. 2010. Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual-Empiris. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.
Maria, Ana. 2010. Penerapan model
pembelajaran Mind Mapping untuk meningkatkan prestasi belajar menulis karangan narasi pada siswa kelas V
SD Tunas Daud). Tesis (tidak
diterbitkan). Singaraja: Pasca Sarjana, Undiksha.
Olivia F. 2008. Gembira Belajar Dengan Mind Mapping Bantu Anak Menguasai “Senjata Rahasia” Para Jenius Untuk Melejit Di Prestasi Sekolah. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Prantiya. 2008. Kontribusi Fasilitas Belajar dan Motivasi Berprestasi Terhadap
12
Hasil Belajar Kimia pada Siswa SMA Negeri 1 Karangnongko Kabupaten Klaten. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Trianto, 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif.
Konsep, landasan, dan implemetasinya
pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Jakarta. Kencana.
Wijaya Wardiana. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperativ Tipe STAD dan Motivasi Berprestasi Terhadap
Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kela VII SMP Negeri 3 Negara Kabupaten Jembrana. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja. Program Pascasarjana.