• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PPI UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PPI UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ZULPITA 07C10432108

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

SKRIPSI

ZULPITA 07C10432108

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(3)

pasti ada kemudahan “

(QS’ Al Insyirah: 5 dan 6)

Bukanlah aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari ke gagalan itu (Ali Bin Abi Talib)

Alhamdulillah……… Kalimat pertama terucap

Disaat peluh, lelah dan tanggis t’lah terbalaskan Disaat asa yang dinanti t’lah kudapat

Dan gelar gelar sarjana t’lah kuraih

Ayahahanda……Ibunda……… Dengan do’amu aku melangkah

Dengan restumu aku perjuangkan amanatmu Do’amu adalah kekuatan bagiku

Ibunda……dengan letih jarimu Kau belai dan kau besarkan aku

Ayahanda …..dengan tetes keringatmu Kau buat aku menjadi orang yang berguna

Kasih ayah dan bunda

Kini keringatmu telah berhasil aku wujudkan Dalam untaian kata demi kata

Yang menjelma dalam sebuah karya tulis

Dengan segenap rasa tulus, cinta, kasih sayang, syukur dan hormat.

Ku persembahkan karya tulis ini untuk orang-orang yang kusayangi dan kucintai, Yang istimewa pada :

Ayahanda : Abdul Jalil Ibunda : Rasyiah

Abangku: 1. Anuar Saddan: Spesial buatnya : (Kaum Muslimin)

2. Sutarman Dan Spesial: Angkatan 2008, 2007 dan 2006 3. Epijal

Adikku: 4. Ragil Rahmad Syah Putra

Semoga amal ibadah dan kebaikan mereka diridhai oleh Allah SWT dengan berlipat ganda,amin.

Salam Penulis Zulpita, S.Pi pasti ada kemudahan “

(QS’ Al Insyirah: 5 dan 6)

Bukanlah aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari ke gagalan itu (Ali Bin Abi Talib)

Alhamdulillah……… Kalimat pertama terucap

Disaat peluh, lelah dan tanggis t’lah terbalaskan Disaat asa yang dinanti t’lah kudapat

Dan gelar gelar sarjana t’lah kuraih

Ayahahanda……Ibunda……… Dengan do’amu aku melangkah

Dengan restumu aku perjuangkan amanatmu Do’amu adalah kekuatan bagiku

Ibunda……dengan letih jarimu Kau belai dan kau besarkan aku

Ayahanda …..dengan tetes keringatmu Kau buat aku menjadi orang yang berguna

Kasih ayah dan bunda

Kini keringatmu telah berhasil aku wujudkan Dalam untaian kata demi kata

Yang menjelma dalam sebuah karya tulis

Dengan segenap rasa tulus, cinta, kasih sayang, syukur dan hormat.

Ku persembahkan karya tulis ini untuk orang-orang yang kusayangi dan kucintai, Yang istimewa pada :

Ayahanda : Abdul Jalil Ibunda : Rasyiah

Abangku: 1. Anuar Saddan: Spesial buatnya : (Kaum Muslimin)

2. Sutarman Dan Spesial: Angkatan 2008, 2007 dan 2006 3. Epijal

Adikku: 4. Ragil Rahmad Syah Putra

Semoga amal ibadah dan kebaikan mereka diridhai oleh Allah SWT dengan berlipat ganda,amin.

Salam Penulis Zulpita, S.Pi pasti ada kemudahan “

(QS’ Al Insyirah: 5 dan 6)

Bukanlah aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari ke gagalan itu (Ali Bin Abi Talib)

Alhamdulillah……… Kalimat pertama terucap

Disaat peluh, lelah dan tanggis t’lah terbalaskan Disaat asa yang dinanti t’lah kudapat

Dan gelar gelar sarjana t’lah kuraih

Ayahahanda……Ibunda……… Dengan do’amu aku melangkah

Dengan restumu aku perjuangkan amanatmu Do’amu adalah kekuatan bagiku

Ibunda……dengan letih jarimu Kau belai dan kau besarkan aku

Ayahanda …..dengan tetes keringatmu Kau buat aku menjadi orang yang berguna

Kasih ayah dan bunda

Kini keringatmu telah berhasil aku wujudkan Dalam untaian kata demi kata

Yang menjelma dalam sebuah karya tulis

Dengan segenap rasa tulus, cinta, kasih sayang, syukur dan hormat.

Ku persembahkan karya tulis ini untuk orang-orang yang kusayangi dan kucintai, Yang istimewa pada :

Ayahanda : Abdul Jalil Ibunda : Rasyiah

Abangku: 1. Anuar Saddan: Spesial buatnya : (Kaum Muslimin)

2. Sutarman Dan Spesial: Angkatan 2008, 2007 dan 2006 3. Epijal

Adikku: 4. Ragil Rahmad Syah Putra

Semoga amal ibadah dan kebaikan mereka diridhai oleh Allah SWT dengan berlipat ganda,amin.

(4)
(5)

Judul : Analisis Usaha Perikanan Pukat Cincin di PPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

Nama : Zulpita

NIM : 07C10432108

Prodi : Perikanan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Diketahui,

Tanggal Ujian Sarjana 23 Februari 2013 Tanggal Lulus: Ketua

Ir.Said Mahjali, MM

Anggota

Safrizal, SP., M.Sc

Ketua Program Studi Perikanan

Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si NIDN : 01-1101-8301

Dekan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

(6)

Skripsi/tugas akhir dengan judul:

ANALISIS USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PPI

UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

Yang disusun oleh :

Nama : Zulpita

Nim : 07C10432108

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi : Perikanan

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 23 Februari 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. Ir.Said Mahjali, MM

(Dosen Penguji I) ………

2. Safrizal, SP, M.Sc

(Dosen Penguji II) ………

3. Yuli Erina, S,Si., M.Si

(Dosen Penguji III) ………

4. Muhammad Rizal, S,Pi,.M,Si

(Dosen Penguji IV) ………

Alue Penyareng, 23 Februari 2013 Dekan Fakultas Perikanan

(7)

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada :

1. Bapak Ir. Said Mahjali, MM sebagai Dosen Pembimbing, I yang telah bersedia membantu penulis demi terselenggara Skripsi ini;

2. Bapak Safrizal, SP,. M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, serta memberi saran sehingga tersusunnya Skripsi ini;

3. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si., selaku dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah memberi ijin penelitian;

4. Bapak M. Rizal, S.Pi M,Si., selaku Ketua Jurusan Perikanan Universitas Teuku Umar;

5. Ibu Yuli Erina, S,Si,. M,Si dan Bapak Muhammad Rizal, S,Pi., M.Si., sebagai penguji pada sidang ujian akhir/skripsi yang telah memberikan masukan dan saran, sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih sempurna;

6. Seluruh Staf pengajar pada Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Teuku Umar yang telah membekali berbagai disiplin Ilmu Pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik;

7. Pimpinan dan Staf Dinas Perikanan Kelautan serta pihak-pihak yang telah mengizinkan untuk melaksanakan penelitian dan membantu memberikan data serta berbagai informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan Skripsi; 8. Ayahanda (Abdul Jalil) dan Ibunda (Rasyiah), Abangku Anuar Sakdan,

Sutarman, Epijal, adikku, Ragil Rahmat Syah Putradan keluarga tercinta lainnya yang telah mencurahkan kasih sayangnya dan senantiasa mengiringi do’a serta memberi dorongan moril dan materil yang tidak pernah putus-putus bagi penulis;

9. Saudara Saiful Rizal, S.Pi Ridha Syahputra, S.Pi, Dedek Karlina, Sp Dedi Safrizal, S.Pi, Radhi Fadillah, S.Pi, Safrizal, S,Pi dan Teguh Wahyudi, S,Pi yang telah membantu dan menemani dalam penelitian;

(8)

Penulis dilahirkan di Desa Menasah Dayah pada tanggal 12 April 1988, dari pasangan Abdul Jalil dan Rasyiah. Penulis merupakan putrakeempat dari kelima bersaudara.Pendidikan dasar diselesaikan oleh penulis di SD Negeri Dayah pada tahun 2001. Pendidikan menengah pertama diselesaikan SMP Negeri 1 Beutong tahun 2004,kemudianlulus dari

sekolah menengah atas pada tahun 2007 di SMA Negeri 1Beutong. Dan pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Universitas Teuku Umar (UTU) di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Perikanan.

(9)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Usaha Perikanan Pukat Cincin di PPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Alue Penyareng, 23 Februari 2013

(10)

KABUPATEN ACEH BARAT

Oleh

Zulpita1)Said Mahjali2)Safrizal2) ABSTRAK

Zulpita. Analisis Usaha Perikanan Pukat Cincin (Purse Saine) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Provinsi Aceh. Dibimbing olehIr. Said Mahjali, MM dan Safrizal, Sp.,M.sc

Usaha perikanan pukat cincin (Purse Saine) merupakan suatu kegiatan ekonomi untuk memanfaatkan secara optimal potensi sumber daya ikan yang ada di perairan sesuai daya dukungnya dengan mengharapkan keuntungan yang layak bagi para pelakunya baik itu nelayan, pemilik kapal, perusahaan, peminjam modal ataupun pemerintah dengan kepentingan dan pengorbanannya masing- masing. Namun pemanfaatan tersebut diharapkan tetap memperhatikan kelestarian dari sumber daya yang ada sehingga dapat tercipta kesinambungan usaha dari sekarang hingga mendatang. Usaha perikanan pukat cincin (Purse Saine) juga merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan melibatkan banyak faktor dengan tujuan yang ingin dicapai sehingga memerlukan kerangka pendekatan sistem dalam menghasilkan solusi yang terpadu untuk mencapai kondisi usaha yang berkelanjutan. penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha perikanan pukat cincin (Purse Saine) di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah nelayan, armada kapal, alat tangkap, daya tampung ikan, jumlah per trip/musim, alat penangkapan dan daerah fishing ground. Dilakukan pada bulan Novembel sampai Desembel 2012 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode analisis finansial, di mana untuk melihat kelayakan usaha perikanan pukat cincin (Purse Saine) penelitian di sajikan dalam

bentuk tabel dan gambar. Metode Pengumpullan data di lapangan menggunakan

(11)

armada kapal pukat cincin adalah 12-20 GT. Usaha perikanan pukat cincin di (PPI) Ujong Baroh Kacamatan Johan Pahlawan layak untuk di kembangkan dilihat dari hasil analisis kelayakan usaha yaitu BEP sebesar 90 trip, PP sebesar 0,37 NPV sebesar Rp. 2.326.192.400 dan Net B/C ratio sebesar 2.30 dan nilai IRR diperoleh sebesar 48,48 Persen. Pengembangan usaha perikanan pukat cincin di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat Provinsi Aceh. diarahkan pada peningkatan faktor–faktor baik secara biologi, teknis, sosial dan ekonomi yang dapat meningkatkan usaha agar dapat berkelanjutan. Peningkatan yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya yang ada, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan serta para pelaku yang terlibat dalam sistem usaha tersebut.

Kata kunci : Kelayakan pukat cincin (Purse Saine). Analisis PPI Ujong Baroh

1)

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar 2)

(12)

By

Zulpita1) Said Mahjali) Safrizal2) ABSTRACT

Zulpita. Analysis of Fishery trawl Ring (Purse Saine) Business On Fish Lading Base fish (PPI) Ujong Baroh Johan Pahlawa sub district West Aceh district in Aceh province. Guided by Ir. Said Mahjali, MM and Safrizal, Sp., M.sc

(13)

West Aceh district in Aceh province. aimed at improving both factors are biological, technical, social and economic order which can increase the business to be sustainable. The increase is expected to increase production while conserving existing resources, an increase in income and welfare of fishermen and the actors involved in the business system.

Keywords : Feasibility Studi Purse Saine. Ujong Baroh, Fish Landing Base (PPI) analysis, Bussiness

(14)

Zulpitadengan judul skripsi“Analisis Usaha Perikanan Pukat Cincin Di (PPI) Ujong Baroh Kecamatan Kabupaten Aceh Barat” di bawah Ir. Said Mahjali, M.M sebagai pembimbing utama dan Safrizal, SP, M,Sc sebagai pembimbing kedua.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha perikanan pukat cincin di PPI Ujong Baroh. secara teknis dan finansial. Adapun masalah dalam penelitian ini Apakah usaha penangkapan ikan dengan pukat cincin di wilayah Kabupaten Aceh Barat dapat menghasilkan keuntungan atau pendapatan yang layak secara teknis dan finansial. penelitian ini, maka diharapkan agar dapat disusun suatu arah kebijakan usaha penangkapan ikan dengan alat penangkapan pukat cincin yang optimal di wilayah Aceh Barat, yang akhirnya bermanfaat untuk usaha peningkatan kesejahtraan nelayan dan usaha lainnya.

Usaha penangkapan dengan purse seine merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan karena konsumsi ikan yang terus meningkat.Hasil perhitungan analisis finansial di peroleh nilai BEP sebesar 90 trip, nilai PP sebesar 0,37 nilai NPV sebesar Rp. 2.326.192.400 nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 2,30 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 48.46 persen. Berdasarkan ketiga kriteria kelayakan diatas, dimana NPV bernilai positif, Net B/C lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan sehingga dapat disimpulkan usaha perikanan pukat cincin layak untuk diusahakan.

(15)

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian skripsi yang berjudul “ANALISIS USAHA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PPI UJONG BAROH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT” dapat terselesaikan. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar Meulaboh. Penulis menyedari bahwa penalitian skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta serta kakak dan adik yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta do’a restu kepada penulis.

2. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si, M.Si selaku dekan perikanan.

3. Bapak Ir. Said Mahjali, MM selaku pembimbing I, yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Safrizal, SP,. M.Sc, selaku pembimbing II,

5. Bapak Muhammad Rizal, S.Pi, M.Si selaku ketua jurusan Fakultas Perikan dan Ilmu Kelautan.

(16)

kesempurnaan penulisan Skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita, Amin...

Meulaboh, Februari 2013

(17)

Halaman

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 TujuanPenelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkapan Pukat Cincin……….……... 4

2.2 Kapal Pukat Cincin... 6

2.3 Hasil Tangkapan... 7

2.4 Nelayan... 7

2.5 Potensi Pukat Cincin ... 9

2.6 Perbedaan Alat Tangkap ... 10

2.7 Pelabuhan Perikanan ... 11

2.7.1 Fungsi ... 11

2.7.2 Tipe Pelabuhan Perikanan ... 12

2.7.3 Operasional Pelabuhan ... 14

2.8 Kerangka Pemikiran... 15

III. METODELOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 17

3.3 Metode Penelitian... 17

3.4 Teknik Pegumpulan Data ... 18

3.4.1 Data Primer ... 18

3.4.2 Data Sekunder... 20

3.5 Analisi Data ... 20

3.5.1 Analisis Finansial... 21

(18)

4.4 Keadaan Perikanan Tangkap... 29

4.4.1 Armada Penangkapan... 29

4.4.2 Alat Tangkap ... 32

4.4.3 Metode Pengoperasianpurse seine... 34

4.4.4 Tenaga Kerja ... 37

4.5 Nelayan ... 37

4.6 Daerah Dan Musim Penangkapan Ikan... 39

4.7 Keadaan Adat Nelayan... 40

4.8 Hasil Tangkapan Alat Tangkap Pukat Cincin... 41

4.8.1 Perkembangan Produksi Perikanan ... 42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Aspek – Aspek Finansial Studi Kelayakan ... 44

5.2 Aspek Finansial ... 44

5.2.1 Analisis Biaya ... 44

5.2.2 Nilai Produksi... 47

5.2.3 AnalisisBreak Even Point/BEP ... 47

5.2.4 AnalisisPayback Period/PP... 48

5.2.5 AnalisisNet Present Value/NPV... 49

5.2.6Intenal Rate Of Raturn(IRR) ... 50

5.2.7Benefit Cost Ratio(B/C) ... 50

5.3 Harga ikan ... 51

5.3.1 Sistem Bagi Hasil Nelayan ... 52

5.3.2 Pendapatan Nelayan ABK ... 53

VI. KESIPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 55

(19)

Halaman

1. Pembedaan Antara Usaha Perikanan Tangkap dengan Industri ... 8

2. Pembedaan Alat Tangkap Perikanan ... 10

3. Pengelompokan Pelabuhan Perikanan di Indonesia... 14

4. Nama- nama Kecamatan, Jumlah Desa/Gampong... 26

5. Klasifikasi Pegembangan Jumlah Armada Tangkapan Ikan... 30

6. Dekripsi JaringPurse Sainedi Pangkalan Pendaratan Ikan ... 33

7. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap yang Dioperasikan ... 32

8. Jumlah dan Jenis GT, Material, dan mesin Armada Kapal... 34

9. PembagianTugas ABK (PPI) Ujong Baroh ... 37

10. Jumlah Nelayan Menurut Kecamatan Johan Pahlawan ... 38

11. Jumlah dan Jenis TangkapanPurse Saine... 41

12. Volume dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan... 43

13. Komponen Biaya Perawatan dalam 1/tahun di (PPI) Ujong Baroh ... 46

14. Nilai rata-rata Produksi Pukat Cincin ... 47

15.Nilai Perse Palue(NPV) dengan Tingkat Suku Bunga 12%... 49

16.Nilai Interna Rate Of Raturn(IRR) ... 50

(20)

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Analisis Usaha Perikanan Pukat Cincin ... 15

2. Kecendrungan Jumlah Kapal Penangkapan Ikan ... 30

3. Armada Pukat Cincin di (PPI) Ujong Baroh... 31

4. Jumlah Nelayan di Kecamatan Johan Pahlawan ... 39

5. Jumlah dan Jenis Hasil TangkapanPurse Saine... 42

(21)

Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 57

2. Gambar Kegiatan Penelitian di (PPI) ... 58

3. Perhitungan Biaya Investasi ... 59

4. Perhitungan Biaya Variabel ... 60

5. Perhitungan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Per Tahun ... 61

6. NilaiBenefit Cost Ratio(B/C) Tingkat Suku Bunga 12% ... 62

(22)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Aceh Barat teletak di bagian ujung pulau sumatera di pesisir

barat Provinsi Aceh dengan letak giografis 04º 06’ 36” Lintang Utara dan 95º 52’

43” 96º 16 45” Bujur Timur. Dengan luas wilayah Kabupaten Aceh Barat

mencapai 2.927.95 Km² atau luas 292.795 Ha, sedangkan panjang garis pantai

diperhitungkan 50,55 Km luas laut 233 Km². Secara giografis Kabupaten Aceh

Barat berbatasan, di sebelah utara dengan Kabupaten Aceh jaya dan Kabupaten

pidie, sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan

Raya, sebelah barat dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya.

Kabupaten Aceh Barat ini memiliki empat Kecamatan pesisir yang

berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia dan merupakan kecamatan

pesisir yaitu Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo, Samatiga dan Arongan

Lambalek. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat telah menbagun sarana dan

prasarana pendukung guna menbantu nelayan salah satunya adalah pangkalan

pendarata ikan PPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat sebagai salah satunya.

Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan memiliki keunggulan

komperatif dan peluang pemanfaatan yang besar dibandingkan dengan sektor

lainnya.Keunggulan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan memiliki

prospek menjanjikan untuk dikembangkan dengan terus meningkatkan pemintaan

(23)

Kabupaten yang memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat

potensial.

Pukat cincin merupakan alat tangkap yang sebagian besar digunakan oleh

nelayan Aceh Barat umumnya dan nelayan PPI Ujong Baroh khususnya.Pukat

cincin adalah purse seineyang merupakan jaring lingkar aktif untuk menangkap

ikan-ikan pelagis yang umumnya hidup dalam bentuk kawanan dalam kelompok

besar.Ikan-ikan pelagis yang biasa ditangkap dengan alat tangkap pukat cincin

adalah ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil (Sadhori, 1985). Alat tangkap

pukat cincin digolangkan juga sebagai jaring lingkar dalam (surrounding net)

karena dalam pengoperasiannya jaring akan menbentuk pagar yang memiliki

kawanan ikan yang di tangkap (Brand, 1984).

Kegiatan penangkapan dengan alat pukat cincin di Aceh Barat telah

cukup lama berkembang dengan baik.Namun dalam 5 tahun terakhir terdapat

penurunan produktivitas dari usaha pukat cincin ini.Penurunan produktivitas ini

di akibatkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berupa

ketesediaan sumberdaya ikan permaksalahan pada nelayan yaitu modal usaha,

sedangkan faktor internal merupakan salah satu yang disebabkan oleh nelayan itu

sendiri maupun iklim dan kesempatan berusaha yang kurang mendukung.Selain

itu bencana alam berupa gempa dan tsunami pada tahun 2004, yang

menghancurkan hampir seluruh sarana dan prasarana perikanan tangkap

termasuk PPI Ujong Baroh, telah berkotribusi dalam penurunan produktivitas

pukat cincin. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas penurunan

produktivitas pukat cincin di PPI Ujong Baroh. Sehingga sangat perlu di lakukan

(24)

cincin di PPI Ujong Baroh Kabupaten Aceh Barat. Sehingga dapat diketahui

apakah perikanan pukat cincin PPI Ujong Baroh dapat menghasilkan produktif

Keuntungan baik bagi nelayan sehingga olahan dapat di kembangkan secara

optimal.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas, dapat diambil perumusan masalah yaitu:

Apakah usaha penangkapan ikan dengan pukat cincin di wilayah Kabupaten Aceh

Barat dapat menghasilkan keuntungan atau pendapatan yang layak.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan usaha perikanan pukat

cincin di PPI Ujong Baroh.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan agar dapat disusun suatu

arah kebijakan usaha penangkapan ikan dengan alat penangkapan pukat cincin

yang optimal di wilayah Aceh Barat, yang akhirnya bermanfaat untuk usaha

(25)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Pukat Cincin

Pukat cincin adalahpurse seineyang merupakan jaring lingkar aktif untuk

menangkap ikan-ikan yang umumnya hidup dalam menbentuk kelompok

besar.Ikan-ikan pelagis yang biasa ditangkap dengan alat tangkap pukat cincin

adalah ikan pelagis besar dan kecil (Sadhori, 1985). Alat tangkap pukat cincin

digolongkan juga sebagai jaring lingkar dalam (surrounding net), karena dalam

pengoperasian jaring akan menbentuk pagar yang mengelilingi kawanan ikan

yang akan di tangkap (Brandt, 1984).

Purse seine dibuat dengan dinding jaring yang panjang, dengan panjang

jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari bagian atas. Bentuk konstruksi

jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse

seine.Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada

bagian bawah jaring. (Manitori, Y. 2006). Belakangan ini kapal pukat cincin

semakin banyak digunakan nelayan diduga didasarkan atas beberapa alasan di

antaranya:

1. Kapal pukat cincin diangap lebih santai dan menyenangkan karena jumlah

orangnya lebih banyak. Hal ini penting menggigat pekerjaan nelayan di waktu

malam yang sepi di tengah lautan yang demikian luas.

2. Kapal pukat cincin dapat menghemat tenaga karena mereka tidak perlu

mendayung seperti nelayan tradisional. Sebelum melakukan penangkapan

dilaut selama perjalanan waktu yang ada dapat disempatkan untuk tidur atau

(26)

3. Tidak seperti perahu-perahu kecil, jaring-jaring yang di gunakan jauh lebih

kuat keadaannya sehingga tidak memerlukan perawatan secara terus-menerus

setiap hari seperti jaring-jaring kecil.

Ayodhyoa (1981) mengumukakan bahwa tujuan dari penangkapan dengan

mengunakan alat tangkap pukat cincin adalah kawanan ikan, kawanan ikan

tersebut harus ada dekat pemukaan air, sangatlah diharapkan pula agar densitas

schooltinggi, yang berati jarak antara sesama ikan dalam kawanan harus sedekat

mungkin. Pukat cincin di bagi dalam dua tipe, yaitu bukat cincin tipe Jepang dan

pukat cincin tipe Amerika.Tipe Amerika tebentuk empat pesegi panjang dan

kentong teletak pada bagian tengah jaring. Bedasarkan cara pengoperasiannya

pukat cincin dapat dibagikan menjadi dua, yaitu tipe kapal tunggal dan tipe kapal

ganda.

Metode pengoperasian Pukat cincin (purse seine) dioperasikan dengan

cara melingkari segerombolan ikan yang sebelumnya telah dideteksi

keberadaanya. Penurunan (setting) dan penarikan (hauling) alat tangkap dilakukan

pada sisi lambung bagian kanan kapal.Posisi kapal diatur sedemikian rupa agar

jaring tidak terpintal pada baling-baling kapal.Setting berturut-turut dari salah

satu ujung, bagian pelampung dan badan serta bagian bawah jaring sampai

akhirnya pada bagian ujung sayap lainnya. Disela-sela penurunan jaring (setting)

tersebut beberapa ABK menyisipkan cincin dan tali kerut pada ris bawah jaring

(27)

2.2 Kapal Pukat Cincin

Perahu dan kapal penangkap adalah perahu dan kapal yang digunakan

pada operasi penangkapan ikan dan binatang air lainnya dan tanaman air secara

langsung.Kapal pengangkut yang digunadkan untuk mengangkut nelayan,

alat-alat menagkapan dan hasil tangkapan dimaksukan sebagai perahu dan kapal

tangkap (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003).

Armada penangkapan ikan terbagi dalam 3 katagori armada pertama

adalah, yaitu armada kapar motor yaitu kapal-kapal penangkapan ikan dengan

menggunakan motor sebagai alat penggerak yang ditempatkan secara pemanen di

ruang mesin, umumnya berkapasitas ≥ 40 GT. Kedua adalah armada penangkapan

kapal motor tempel, yaitu kapal atau perahu yang mengunakan motor sebagai

penggeraknya akan tetapi motor penggerak tidak ditempatkan secara pemanen

pada ruang tetentu atau dapat dipindahkan pada saat telah selesai aktifitas

penangkapan. Katagori ketiga yaitu armada penagkapan ikan yang mengunakan

tenaga manusia dalam mengerakkan kapal dan perahu dalam aktifitas

penangkapan ikan

Kapal atau perahu penangkapan merupakan sarana pendukung dalam

melakukan operasi penangkapan ikan, dimana berfungsi sebagai alat transpotrasi

di perairan. Khusus untuk kapal purse seine punya ciri rancang bangun berbeda

dengan kapal pengkapan lainnya. Kapalpurse seinedibuat dari kayu jati (Tektona

(28)

2.3 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan alat tangkap pukat cincin umumnya adalah ikan-ikan

pelagis. Di kabupaten Jembrana Bali, jenis ikan yang tetangkap antar lain lemuru

(Sardinella), tongkol (Ethynnus affini), layur (hair tail/cutlassfishes), layang

(Dekapterus russelli), cumi-cumi (commo squid) dan jenis ikan lainnya

(Zulbainarni, 2002). Sedangkan di wilayah perkalongan hasil tangkapan pukat

cincin juga merupakan jenis ikan pelagis seperti ikan bawal (Parastromateus

spp),layang (Dekapterus russelli), lemuru (Sardinella), selar (selar

crumenopthalmus), tongkol (Ethynnus affini), layur (hair tail/cutlassfishes),

cumi-cumi(commo squid) dan jenis ikan lainnya (subdiyo, 1998).

Adapun jenis ikan yang tertangkap di Kabupaten Aceh Barat antara lain

bawal (Parastromateus spp), layang (Dekapterus russelli), lemuru (Sardinella),

selar (selar crumenopthalmus), tongkol (Ethynnus affini), layur (hair

tail/cutlassfishes), dan jenis ikan lainnya.

2.4 Nelayan

Nelayan adalah orang secara aktif melakukan pekerjaan operasi

penangkapan ikan dan binatang air lainnya dan tanaman air. Penelitian ini nelayan

yang melakukan operasi penangkapan ikan dilaut dibatasi yaitu yang hanya

menggunakan kapal motor dengan pukat cincin saja (Hanafiah, 1989).

Nelayan dalam melakukan operasi penangkapan ikan dilaut sangat perlu

memperhatikan berapa lama ia melaut dalam jumlah trip penangkapan yang

dilakukannya dalam kurun waktu tertentu (apakah sebulan, triwulan ataupun satu

tahun). Di mana kedua hal diatas sangat erat kaitannya dengan hasil tangkapan

(29)

dengan harga pasar yang berlaku, ada yang melalui TPI (Tempat Pelelangan Ikan)

dan adapula yang menjualnya langsung kepada pedagang besar. Dari hasil

penjualan maka nelayan akan menerima sejumlah penerimaan (Sudaryanto, 2006).

Selama melakukan operasi penangkapan ikan di laut nelayan harus

mengeluarkan sejumlah biaya operasional (Susanto, K. 1991).Biaya ini terbagi

atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap antara lain: SIUP; SPI; pas biru;

biaya perawatan kapal, mesin dan alat tangkap dan alat bantu; biaya penyusutan.

Sementara biaya variabel itu sendiri antara lain: pemakaian oli, minyak solar

tanah, es, bekal melaut, retribusi pelelangan dan bagi hasil. Mendapatkan

pendapatan bersih diperoleh dengan cara mengurangi seluruh penerimaan harus

dikurangi dengan seluruh total biaya yang dikeluarkan selama operasi

penangkapan ikan.

Tabel 1. Pebedaan Antara Usaha Perikanan Tangkap dengan Industri NO Usaha penangkapan ikan Industri

1. Sifatnya berburu ada unsur spekulatif.

Rencana operasi dapat dipastikan.

2. Jumlah dan jenis ikan yang ditangkap tidak dapat ditentukan

Jenis dan besaran produksi dapat ditangkap.

3. Harga pokok satuan ikan tidak dapat ditetapkan sebelumnya sebab tergantung hasil tangkapan, sebaliknya biaya operasi kapal sudah tetap.

Harga pokok satuan industri dapat dihitung sesui dengan jenis kualitas, jumlah dan proses reproduksi.

4. Harga jual suatu ikan tidak dapat ditetapkan tergantung sama mekanisme pasar.

Harga jual suatu produksi dapat di tentukan sesuai dengan perkembangan pasar .

5 Biaya operasional penangkapan ikan dipikul bersama pemilik kapal dengan nelayan ABK.

Biaya reproduksi dipikul oleh pemilik usaha.

6. Hasill besal penjualan ikan dibagi kepada pemilik kapal 70% dan nelayan APBK 30%

Hasil penjualan adalah hak pemilik usaha. Kariawan digaji oleh perusahaan dengan sistem yang digunakan.

(30)

2.5 Potensi Pukat Cincin

Potensi sumberdaya ikan di laut nusantara baik di perairan toritorial

ataupun perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI), diperkirakan ada

sekitar 6,1 ton ikan yang dapat ditangkap secara lestari sepanjang tahun.

Pemanfaatan potensi ini sudah sekitar 60%. Persentase ini merupakan lampu

kuning kerena bedasal kan tangung jawab komitmen internasional megenai

perikanan yang di boat food and Agricuture rganisasion (FAO)dan code of

Conduct Resfosible Fisheries (CCRF), hanya Sekitar 80% Ikan yang boleh di

tangkap. Itu berati hanya tersisa ruang sekitar 20% penambahan produksi

penangkapan ikan sepanjang tahun. (Nikijuluw, 2002).

Populasi ikan adalah subjek yang sangat berfungsi dari tahun ketahun dan

hal ini mungkin timbul karena tekanan penangkapan terhadap stok ikan dewasa

sehinga kondisi lingkungan yang menpengaruhi kelangsungan hidup dari larva

dan benih- benih ikan.Selanjutnya dikatakan bahwa pengelolaan sumberdaya

perikanan yang baik dapai diekploitasi.Untuk itu perlu diketahui informasi

mengenai daerah penengkapan ikan sehinga nelayan dapat melakukan upaya

penangkapan yang efektif dan efesien.(Maclennan and Simmons, 1992 di acu

(31)

2.6 Perbedaan Alat Tangkap

Menurut Von Brandt (1984).Telah melakukan klasifikasi teknik

penangkapan ikan pada tahun 1964 menjadi 15 jenis, kemudian berdasarkan

saran-saran yang masuk dari berbagai ahli, maka pada tahun 1984 klasifikasinya

berubah menjadi 16 jenis. Yaitu antara lain:

Tabel 2. Perbedaan Jenis Alat Tangkap Perikanan

No Teknik Penangkapan Ikan Contoh 1 Penangkapan ikan dengan tidak menggunakan alat Menggunakan tangan 2 Penangkapan ikan dengan menjepi dan

menggunakan alat untuk melukai

Tombak

3 Penangkapan ikan dengan memabukkan Mekanik: pemboman;

Kimiawi: racun dan arus listrik

4 Penangkapan ikan dengan menggunakan pancing Semua jenis pancing 5 Penangkapan ikan dengan menggunakan perangkap Sero, bubu

6 Penangkapan ikan dengan menggunakan perangkap terapung

Menagkap ikan yang sedang melompat

7 Bagnets Scoop net

8 Penangkapan ikan dengan menarik alat tangkap Jenistrawl

9 Seine nets Pukat pantai, beach

seine

10 Surrounding nets (alat tangkap yang melingkari gerombolan ikan denga menutup pada bagian tepid an bagian bawah jaring)

Purse seine

11 Drive in nets Muroami

12 Lift nets

13 Falling gear, yaitu alat tangkap yang cara penangkapannya dilakukan dengan membuang alat dari atas ke bawah

Jala lempar

14 Gill net Jaring insang hanyut

15 Tangle nets, yaitu penangkapan dengan alat tangkap jariong dengan maksud agar ikan terbelit

Jaring klitik

16 Harvesting machines (yaitu semua jenis alat tangkap yang disebutkan di atas yang semua penanganannya dengan mesin

(32)

2.7 Pelabuhan Perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Per.16/Men/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, pelabuhan perikanan adalah

tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas

tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan sistem bisnis perikanan

yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau

bongkar-muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan

kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan

antarmoda transportasi.

2.7.1 Fungsi Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan menpunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan

guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi,

produksi, pengelola sampai dengan pemasaran. Fungsi pelabuhan perikanan dapat

berupa:

1. Pelayanan tambat dan labuh kapal nelayan;

2. pelayanan bongkar muat;

3. pelayanan pembinaan mutu dan pengelolaan hasil perikanan;;

4. pemasaran dan distribusi;

5. pengumpulan data tanngkapan kasil perikanan;

6. tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat perikanan;

7. pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;

8. tempat pelaksanaan pengawasa dan pengendalian sumberdaya ikan;

(33)

10. tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan;

11. publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal

penggawas kapal perikanan;

12. tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan;

13. pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari;

14. pengendalian lingkungan;

2.7.2 Tipe Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan Perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah

daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan

ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan

didistribusikan. Pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat pengembangan

ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik

berskala lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2000).

Bedasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Per.16/Men/2006 klasifikasi besar atau kecilnya sekala usaha Pelabuhan

perikanan memilki beberapa tipe yang berbeda terkait dalam sistem pendaratan

ikan dan memiliki masing-masing peranan yang berbeda antara lain sebagai

(34)

Tabel 3. Pengelompokan Pelabuhan Perikanan di Indonesia

Pelabuhan (Tipe) Kriterial

Samudera (A) 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas;

2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT;

3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekuran-kurangnya mnus 3 m; 4. Manpu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal

perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus;

5. Ikan yang di daratkan sebagian tujuan ekspor; 6. Terdapat industri perikanan.

Nusantara (B) 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut territorial dan Zona Ekslusif Indonesia;

2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT; 3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m,

dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3m;

4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; 5. Terdapat industry perikanan

Pantai (C) 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial;

2. Memilki fasilitas tambal labuh untuk kapal perikanan sekurang-kurangnya 10 GT;

3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m;

4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus.

Pangkalan

Pendaratan Ikan (D)

1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan;

2. Memilki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT;

3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal

(35)

2.7.3 Operasional Pelabuhan

Keberhasilan suatu pelabuhan perikanan tergantung pada kelancaran

aktivitas mulai dari proses hasil tangkapan, pengelelangan, pengolahan hingga

pemasaran hasil tangkapan yang optimal dan fasilitas untuk labuh kapal tidak

tehambat jika proses pengoperasiannya yang disesuikan dengan jumlah kapal,

sehingga tidak terpengaruh terhada pendaratan kapal di pelabuhan tentunya akan

meningkatkan hasil tangkapan.

Menurut Diretorat Jenderal Perikanan, (1985), salah satu ukuran untuk

menentukan pendayagunaan pelabuhan perikanan dewasa ini adalah tinjauan

teknis dan produktivitas serangkaian fasilitas-fasilitas berikut

1. Kapal atau perahu telah melakukan kunjungan kepelabuhan perikanan untuk

mendarat kan hasil tangkapan dan memperoleh pembekalan kelaut.

2. TPI telah dimanfaatkan minimal untuk menimbang dan mengepak ikan.

Sistem peleklangan diatur dengan peraturan daerah;

3. Telah melakukan pelayanan pembekalan es, solar, air, garam dan lain

sebagainya;

4. Telah memberikan jasa penyimpanan ikan, reparasi mesin dan mekanik

pemeliharaan kapal dan alat penangkapan.

Didalam suatu pengoperasian hal-hal pengorganisasian dan pengelolaan

sangatlah perlu diperhatikan. Keberhasilan suatu pengelolaan pelabuhan antara

lain banyak tergantung pada pelaku-pelaku yang ada dipelabuhan, misalnya

ketekaitan dan keharmonisan hubungan antara staf pengelola pelabuhan antara

lain kepal pelabuhan dan pegawainya, pedagang, nelayan, pengolah dan buruh

(36)

2.8 Kerangka pemikiran

Usaha perikanan pukat cincin dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya

sumberdaya ikan, harga ikan, biaya produksi, faktor-faktor produksi dan bagi

hasil. Dengan demikian, untuk mengembangkan usaha perikanan pukat cincin

harus menperhatikan dan menpertimbangkan faktor-faktor tesebut diatas.

Pengembangan usaha perikanan pukat cincin di Aceh Barat.Tepat dilakukan

perencanaan usaha yaitu menganalisis usaha tersebut dari berbagai aspek yaitu

dari aspek finansial dan aspek potensi ikan. Berikut adalah kerangka pemikiran

penelitian perikanan pukat cincin yaitu dari aspek potensi ikan dan aspek

finansial.

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis usaha perikanan pukat cincin

(Purse Saine )terbagi menjadi dua aspek.

Badasarkan dari dua aspek diatas bahwa aspek finansial, aspek ini melihat

dari segi kelayakan usaha penangkapan ikan pukat cincin (Purse Saine) dengan

menggunakan. Pehitungan BEP, PP, NVP, IRR danNet Benefit Cost Ratio. Serta Perikanan pukat

cincin

Aspek Potensi Ikan Aspek Finansial

BEP, PP, NPV, IRR

dan NET B/C Potensi Ikan Kondisi Perikanan

(37)

layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari hasil perhitungan rumus yang

disajikan pada analisis finansial. Sedangkan dari aspek potensi hanya melihat

produksi ikan hasil tangkapan dari unit penangkapanarmada pukat cincin. Kondisi

perikanan diperairan Aceh Barat, berkembang secara baik dan letak geografis

yang sangat strategiskemudian memiliki sumber ikan pelagis, akan tetapi usaha

perikanan pukat cincin (Purse Saine)di Pangkalan Pendaratan Ikan Ujong Baroh

Kabupaten Aceh Barat tahun ketahun selalu meninngkat.

Aspek perikanan diatas terbagi dua yaitu aspek finansial dan aspek

potensi dimana dua aspek ini menglihat kalayakan usaha perikanan pukat cincin

maka dapat disimpukan dari dua aspek tersebut menunjukan bahwa usaha

perikanan pukat cincin layak untuk diusahakan di Pangkalan Pendaratan Ikan

(38)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan November sampai Desember 2012 di

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat, supaya lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 1.

Berdasarkan Peta Daerah lokasi tempat penelitian di atas terlihat bahwa

letak tempat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh berada di antara desa

Rundeng dengan Padang Seurahet Kecamatan Johan Pahlawan KabupatenAceh

Barat. Jika diperhatikan PPI Ujong Baroh letaknya tidak jauh dari desa

pesisir yang mayoritas penduduknya adalah nelayan. Desa tersebut antara lain

Desa Padang Seurahet, Desa Panggung, Desa Kampung Belakang, Desa

Kampung Pasir dan Suak Indrapuri.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Objek penelitian ini adalah nelayan yang mengunakan alat tangkap pukat

cincin di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh. Bahan dan alat yang

digunakan dalam penelitian adalah alat dokumentasi berupa kamera, alat tulis dan

daftar kuisoner dan lain sebagainya.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu

pengamatan atau penyelidikan yang kritis atau mendapatkan keterangan yang baik

(39)

yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan, atau

hubungan antara peneliti dengan subjek (responden) peneliti untuk menperoleh

data yang diperlukan, baik lisan maupun tulisan (Moehar, 2002).

Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional yakni usaha untuk

mengembangkan atau mendeskripsikan secara sistematik megenai fakta-fakta

serta hubungan antara fenomena yang di teliti (Nasir, 1993).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan adalah teknik Random

Samplingadalah sesuatu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan

atau peluang yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Sampel

yang diambil dalam penelitian ini adalah 30% dari jumlah populasi yang ada di

PPI Ujong Baroh.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder.Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuisioner

kepada responden.Populasi dalam penelitian ini meliputi nelayan yang

menggunakan pukat cincin.

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap kegiatan

usaha serta wawancara terhadap responden berupa keadaan usaha penangkapan,

seperti penerimaan biaya, informasi mengenai harga-harga yang menjadi

pengeluaran nelayan purse seine dan lain sebagainya.Data primer ini berupa

(40)

bentuk catatan tentang situasi dan kejadian dan data-data mengenai informasi

(Umar, 1999).

a. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan

perasaan.Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran

realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu

mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran

terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut

(Bungin, 2007).

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.Tehnik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara

mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial

yang relatif lama ( Bungin, 2003).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai

responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,

kontak mata, dan kepekaan nonverbal.Dalam mencari informasi, peneliti

melakukan dua jenis wawancara, yaituautoanamnesa(wawancara yang dilakukan

(41)

responden). Beberapa tipe saat melakukan wawancara adalah mulai dengan

pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan

multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang

kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi

negatif (Bungin, 2003).

3.4.2 Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan

disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam

bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung

infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi

langsung kelapangan (Umar, 1999). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh

dari laporan-laporan pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari

lembaga pemerintah, pihak swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang

terkait dengan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pukat

cincin (purse seine).

3.5 Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah: Analisis finansial

untuk mengetahui kelayakan usaha dan pendapantan usaha perikana pukat cincin

(42)

3.5.1 Analisis Finanasial

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui apakah perikanan pukat

cincin layak di usahakan atau tidak. Analisis finansial yang dilakukan terdiri dari

analisis usaha finansial

Menurut kadaria, Lien Karlina, (1999) perlu dilakukan pengujian dengan

analisis finansial, yaitu analisis pendapatan usaha Return Cost Ratio(R/C)Break

Event Point (BEP),Pay – Back Period(PP),Net Prenset Value(NPV)Net Benefit

Cost Ratio ( Net B/C) DanIntenal Rate Retum (IRR). Break Event Point (BEP),

dimana untuk mengetahui hasil penjualan minimal atau hasil tangkapan minimal

dari sebuah kapal penangkapan ikan, dihitung mengunakan rumus:

1. Break Event Point (BEP), dimana untuk mengetahui hasil penjualan minimal

atau hasil tangkapan minimal dari sebuah kapal penangkapan ikan, dihitung

mengunakan rumus:

=

Keteranga:

Fc = Biaya Tetap

S = Hasil Penjualan

(43)

2. PerhitunganPay – Back Period(PP), mengunakan rumus

Karangan:

PP =Pay – Back Period

LB = laba bersih

I = jumlah investasi

3. Net Present Volue (NPV), dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keuntungan

yang di peroleh selama umur ekonomis proyek. Menurut Kandariah, Lien Karlina,

Clive Grey (1999), Net Present Volue (NPV), merupakan selisih nilai sekarang

dari penerimaan, (Benefit) dengan nilai sekarang dari pengeluaran (Cost) pada

tingkatan biaya tetentu(Interest Rate).

NPV dihitung dengan mengunakan rumus:

(1+i)

Karangan:

Bt= Pendapatan kotor unit usaha pada tahun t

Ct= Biaya kotor unit usaha pada tahun t

N= Umur ekonomis

I= Tingkat bunga

T= 123……n

NPV > 0 berati usaha layak untuk dikembangkan. Jika NPV < 0 berati usaha tidak

dapat dilanjutkan NPV= 0 berati usaha mendapat keuntungan dan kerugian(Break

Evant Point).

I

PP = x 1 Tahun LB

(44)

4. Net Benefit Cost Ration (Net B/C) dimaksudkan untuk mengetahui berapa

besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis

proyek. Net B/C merupakan pembandingan antara total nilai sekarang dari

penerimaan bersih yang bersifat positif (Bt-Ct > 0) dengan total nilai sekarang

dari penerimaan bersih yang bersifat negative (Bt-Ct < 0). Nilai Net B/C dicari

dengan mengunakan rumus:

( ) (Untuk Bt- Ct> 0)

( ) (Untuk Bt- Ct< 0)

Usaha dapat dikatakan memiliki keuntungan, apabila nilai Net B/C >1.Bila

Net B/C <1 berati usaha mengalami kerugian, oleh sebab itu usaha tidak

dilanjutkan (Kadariah, Lien Karlina, Clive Grey, 1999).

5. Internal Rate of retum (IRR) tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam

jangka waktu tetentu dalam menbauat NPV dari usaha sama dengan nol. IRR

dapat ditentukan dengan rumus:

NPV

= ’ + ( ” − )

’ − ’’

Karangan :

i’ = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i” = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

NPV’= NPV pada tingkat bunga i’

NPV”= NPV pada tingkat bunga i”

(45)

Jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, berati usaha

dapat dilanjutkan.Jika IRR kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku, berati

usaha tidak dapat dilanjutkan.

Penyajian Data dilakukan dengan Menyajikan data atau narasi data secara

sederhana dalam bentuk kata-kata, dapat dilakukan dengan membentuk tabel,

grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan

terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

dipahami. Verifikasi dan Simpulan (Verification and Conclussion).Dalam tahap

pengumpulan data sebelumnya, peneliti sudah membuat simpulan-simpulan

sementara.Pada tahap verifikasi ini, peneliti mengecek hasil simpulan-simpulan

(46)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu Kabupaten yang termasuk

dalam wilayah Pemerintahan Aceh yang terletak di wilayah Barat Selatan Aceh.

Secara geografis Kabupaten Aceh Barat terletak di posisi : 040 06’– 04 47’ LU

dan 950 52’– 96 30’ BT. Secara administrasi Kabupaten Aceh Barat berbatasan

dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie di sebelah utara, dengan Aceh Tengah

dan Nagan Raya di sebelah timur, dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten

Nagan Raya di sebelah Barat dan Selatan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah

daratan 2.927,95 km2 atau 292.795 ha, dengan panjang garis pantai diperkirakan

50,55 km dan dengan luas laut 233 km2 mempunyai wilayah yang sangat

potensial untuk salah satu daerah hasil laut yang produktif (DKP,211).

Menurut Badan Pusat Statistik (2011), Kabupaten Aceh Barat memiliki

321 desa dengan 12 (dua belas) Kecamatan, dan juga memiliki empat Kecamatan

yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia yaitu Kecamatan pesisir

meliputi Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo, Samatiga dan Kecamatan

Arongan Lambalek, serta delapan Kecamatan daratan yaitu Kaway XVI, Sungai

Mas, Pantee Ceureumen, Panton Ree, Bubon, Woyla, Woyla Barat dan Woyla

Timur. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa Kecamatan Kaway XVI merupakan

Kecamatan terluas di Kabupaten Aceh Barat dengan luas mencapai 510,18 km2

kemudian diikuti Kecamatan Pante Ceureumen dengan luas 490,25 km2, kedua

kecamatan ini adalah Kecamatan daratan yang tidak ada pesisir. Kecamatan

(47)

Kecamatan pemekaran pada tahun 2007, dan Kecamatan Johan Pahlawan dengan

Luas Wilayah 44,91 km2 atau 1,53% dari luas kabupaten kecamatan ibu Kota

Kabupaten Aceh Barat. Kecamatan ini merupakan tempat lokasi penelitian yaitu

di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh Desa Ujung Baroh, Kecamatan

Johan Pahlawan dengan luas area pelabuhan 1,5 hektar (BPS, 2011). Untuk lebih

jelas nama-nama Kecamatan di sajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nama-nama kecamatan, ibu kota kecamatan, jumlah desa/gampong dan luas wilayah kecamatan di Kabupaten Aceh Barat.

No Kecamatan Ibukota Kecamatan JumlahDesa LuasKm²

1 Johan Pahlawan Meulaboh 21 44.91

2 Samatiga Suak Timah 32 140.69

3 Bubon Banda Layung 17 129.58

4 Arongan L Drien Rampak 27 130.06

5 Woyla Kuala Bhee 43 249.04

6 Woyla Barat Pasi Mali 24 123.00

7 Woyla Timur Tangkeh 26 132.60

8 Kaway XVI Keudee Aron 43 510.18

9 Meureubo Meureubo 26 112.87

10 Pante Ceureumen Pante

Ceureumen

25 490.25

11 Panton Reu Meutulang 19 83.04

12 Sungai Mas Kajeung 18 781.73

Jumlah 321 2.927.95

Sumber : BPS, Kabupaten Aceh Barat dalam Angka 2011

4.2 Keadaan Umum PPI Meulaboh

4.2.1 Letak dan Sejarah PPI Meulaboh

PPI Meulaboh secara geografis terletak pada 04º 07º’LU dan 96 º 30 ‘ BT

di wilayah Kelurahan Ujung Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

(48)

Pendaratan Ikan (TPI) dan hancur total akibat gempa dan tsunami tahun 2004.

Pembangunan kembali lokasi PPI Meulaboh ini mendapat dukungan dari APBD

dan BRR Aceh-Nias dan statusnya resmi menjadi PPI Meulaboh. Pembangunan

kembali PPI ini dilaksanakan pada akhir 2005 dan saat ini telah berfungsi kembali

sebagai sentral ekonomi perikanan Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

4.2.2 Prasarana dan Sarana PPI Meulaboh

1. Transportasi

Akses transportasi umum yang ada di Kota Meulaboh sangat beragam

diantaranya adalah ada labi-labi, L300, becak, becak motor. Jenis transportasi ini

melayani penduduk tiap hari mulai jam 4.30 sampai 22.00 WIB. Namun khusus

jenis transportasi yang langsung menuju ke PPI Meulaboh adalah becak dan becak

motor, karena Dinas Perhubungan melarang mobil angkutan umum masuk ke

areal PPI.

PPI ini berada di pusat Kota Meulaboh dan sangat mudah dijangkau

dengan berbagai macam transportasi. Kira-kira jaraknya dengan jalan utama kota

hanya 300 meter dan lebar jalan menuju ke PPI Meulaboh berkisar 5-6 meter

sehingga angkutan yang keluar masuk PPI lancar setiap hari dan proses distribusi

hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Meulaboh berjalan baik. Oleh karena itu,

untuk menunjang agar perikanan tangkap dapat berkembang setiap tahun maka

dibutuhkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait (pemda dan masyarakat)

terhadap sarana dan prasarana transportasi yang baik dalam melayani semua

(49)

2. Pasar Umum

Pasaryang ada di sekitarpangkalan pendaratan ikan (PPI)Ujong Baroh

adalah pasar umum. Merupakan pasar induk Kota Meulaboh yang memulai

aktivitas dari jam 04.30-18.00 WIB. Pasar tersebut menyediakan berbagai macam

kebutuhan untuk masyarakat setiap hari.Lingkungan pasar umum ini terdapat

pasar ikan yang menjual berbagai jenis ikan /hasil tangkapan yang dibawa dengan

becak motor dari PPI Meulaboh.

3. Toko Sarana Penangkapan

Toko sarana penangkapan berada di sepanjang jalan menuju ke kompleks

(PPI) Meulaboh dan menyediakan berbagai macam kebutuhan perlengkapan

nelayan untuk melaut, seperti alat pancing, bahan jaring, lampu petromak, tali dan

umpan.dibuka setiap hari dari pukul 08.00-16.00 WIB. Toko sarana penangkapan

ini jumlahnya sekitar 15 unit yang diusahakan secara perseorangan oleh penduduk

yang umumnya berada di sekitar Pangkalan Pendaratan Ikan.Toko-toko ini dinilai

oleh nelayan sangat bermanfaat untuk persiapan perbekalan melaut dan harganya

juga masih bisa terjangkau oleh nelayan.

4. Pasar Bina Usaha

Akses transportasi yang baik ke Kabupaten Aceh Barat dari kabupaten

lain membuat para pengusaha menanamkan modalnya di Kota Meulaboh. Pasar

Bina Usaha ini merupakan pusat pasar terbesar di Kabupaten Aceh Barat yang

menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat seperti, pakaian, aksesoris,

elektronik dan perlengkapan rumah tangga, serta pelengkapan perikanan.Pasar

ikan ini termasuk pasar hiegienis yang mempunyai kualitas ikan tetap terjaga

(50)

4.3 Keadaan Perikanan Tangkap 4.3.1 Armada penangkapan

Kapal adalah salah satu sarana penunjang kegiatan produksi perikanan

yangharus ada dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Undang-undang No. 45

tahun 2009 tentang perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat

apung yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi

penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Armada penangkapan

ikan yang beroperasi di Kabupaten Aceh Barat, terdiri dari sampan atau jukung

(perahu tanpa motor), motor tempel (MT) dan Kapal motor (KM). Kapal motor

yang terdapat di PPI Meulaboh adalah yang berukuran <10-20 GT (Gross

Tonage). Jenis armada penangkapan yang paling banyak digunakan oleh nelayan

adalah jenis kapal motor dimana alat tangkap yang sering digunakan seperti pukat

cincin, jaring insang, payang (lampara), rawai hanyut, pancing tonda. Dari hasil

pengumpulan data di Kabupaten Aceh Barat dihasilkan selama tahun 2007-2011

klasifikasi jumlaharmada penangkapan ikan yang beroperasi di Kabupaten Aceh

Barat, terdiri dari sampan atau jukung (perahu tanpa motor), motor tempel (PM)

dan Kapal motoruntuk lebih jelas klasifikasi jumlah dapat dilihat tabel 5 dibawah

(51)

Tabel 5.Klasifikasi Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Ujong Baroh Kabupaten Aceh Barat periode tahun 2007-20011

Tahun Perahu Tanpa

Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2007-20011

Menurut keterangan pada tabel diatas menujukkan bahwa jumlah kapal di

Kecamatan Johan Pahlawan sejak tahun 2007-2011 dimana pada pendataan kapal

tahun 2008 yang besar dibandingkan dengan tahun-tahun lain khususnya pada

kapal motor. Jumlah armada kapal di Kecamatan Johan Pahlawan sejak tahun

2007-2011 dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Kecenderungan Perkembangan Jumlah KapalPenangkapan Ikan Kecamatan JohanPahlawan Periode Tahun 2007 – 2011

Perkembangan Jumlah Kapal Penangkapan Ikan secara keseluruhan pada

periode 2007-2011 cenderung mengalami penurunan walaupun tetap terjadi

peningkatan pada tahun tertentu (lihat Gambar 2). Pada tahun 2007 jumlah kapal

492 unit. Jumlah kapal pada tahun 2008 menjadi 519 unit, terjadi peningkatan

jumlah kapal disebabkan banyaknya bantuan, dan pada tahun 2009 kapal kembali

492

Tabel 5.Klasifikasi Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Ujong Baroh Kabupaten Aceh Barat periode tahun 2007-20011

Tahun Perahu Tanpa

Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2007-20011

Menurut keterangan pada tabel diatas menujukkan bahwa jumlah kapal di

Kecamatan Johan Pahlawan sejak tahun 2007-2011 dimana pada pendataan kapal

tahun 2008 yang besar dibandingkan dengan tahun-tahun lain khususnya pada

kapal motor. Jumlah armada kapal di Kecamatan Johan Pahlawan sejak tahun

2007-2011 dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Kecenderungan Perkembangan Jumlah KapalPenangkapan Ikan Kecamatan JohanPahlawan Periode Tahun 2007 – 2011

Perkembangan Jumlah Kapal Penangkapan Ikan secara keseluruhan pada

periode 2007-2011 cenderung mengalami penurunan walaupun tetap terjadi

peningkatan pada tahun tertentu (lihat Gambar 2). Pada tahun 2007 jumlah kapal

492 unit. Jumlah kapal pada tahun 2008 menjadi 519 unit, terjadi peningkatan

jumlah kapal disebabkan banyaknya bantuan, dan pada tahun 2009 kapal kembali

519

344 353

2008 2009 2010

Jumlah Armada kapal

Tabel 5.Klasifikasi Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Ujong Baroh Kabupaten Aceh Barat periode tahun 2007-20011

Tahun Perahu Tanpa

Sumber: DKP Kabupaten Aceh Barat 2007-20011

Menurut keterangan pada tabel diatas menujukkan bahwa jumlah kapal di

Kecamatan Johan Pahlawan sejak tahun 2007-2011 dimana pada pendataan kapal

tahun 2008 yang besar dibandingkan dengan tahun-tahun lain khususnya pada

kapal motor. Jumlah armada kapal di Kecamatan Johan Pahlawan sejak tahun

2007-2011 dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Kecenderungan Perkembangan Jumlah KapalPenangkapan Ikan Kecamatan JohanPahlawan Periode Tahun 2007 – 2011

Perkembangan Jumlah Kapal Penangkapan Ikan secara keseluruhan pada

periode 2007-2011 cenderung mengalami penurunan walaupun tetap terjadi

peningkatan pada tahun tertentu (lihat Gambar 2). Pada tahun 2007 jumlah kapal

492 unit. Jumlah kapal pada tahun 2008 menjadi 519 unit, terjadi peningkatan

jumlah kapal disebabkan banyaknya bantuan, dan pada tahun 2009 kapal kembali

345

(52)

mengalami penurunan menjadi 344 unit, dan pada tahun 2010 peningkatan jumlah

kapal menjadi 355 unit, dan pada tahun 2011 kapal kembali mengalami penurunan

menjadi 345 unit.

Menurut Panglima laot terjadinya penurunan jumlah kapal di Kecamatan

Johan Pahlawan 2007-2010 karena banyaknya peluang kerja yang dibuka dari

pihak NGO sedangkan armada penangkap ikan dibiarkan terlantar bahkan ada

yang dijual keluar daerah, tahun 2007 dan 2008 jumlah kapal terjadi peningkatan

karena sebagian nelayan sudah mengoperasikan kapal untuk kegiatan

penangkapan ikan.

DKP (2011) Menerangkan bahwa penurunan jumlah kapalPenangkapan

Ikan di Kecamatan Johan Pahlawan dikarenakan terjadinya gempa dan gelombang

Tsunami sehingga terjadi perubahan armada penangkapan ikan yang dimiliki oleh

para nelayan dari mulai dari mulai kualitas dan kuantitas yang bersumber bantuan

juga relatif menurun dan kualitasnya rendah.

Gambar 3.Armada Pukat Cincin di PPI Ujong Baroh

mengalami penurunan menjadi 344 unit, dan pada tahun 2010 peningkatan jumlah

kapal menjadi 355 unit, dan pada tahun 2011 kapal kembali mengalami penurunan

menjadi 345 unit.

Menurut Panglima laot terjadinya penurunan jumlah kapal di Kecamatan

Johan Pahlawan 2007-2010 karena banyaknya peluang kerja yang dibuka dari

pihak NGO sedangkan armada penangkap ikan dibiarkan terlantar bahkan ada

yang dijual keluar daerah, tahun 2007 dan 2008 jumlah kapal terjadi peningkatan

karena sebagian nelayan sudah mengoperasikan kapal untuk kegiatan

penangkapan ikan.

DKP (2011) Menerangkan bahwa penurunan jumlah kapalPenangkapan

Ikan di Kecamatan Johan Pahlawan dikarenakan terjadinya gempa dan gelombang

Tsunami sehingga terjadi perubahan armada penangkapan ikan yang dimiliki oleh

para nelayan dari mulai dari mulai kualitas dan kuantitas yang bersumber bantuan

juga relatif menurun dan kualitasnya rendah.

Gambar 3.Armada Pukat Cincin di PPI Ujong Baroh

mengalami penurunan menjadi 344 unit, dan pada tahun 2010 peningkatan jumlah

kapal menjadi 355 unit, dan pada tahun 2011 kapal kembali mengalami penurunan

menjadi 345 unit.

Menurut Panglima laot terjadinya penurunan jumlah kapal di Kecamatan

Johan Pahlawan 2007-2010 karena banyaknya peluang kerja yang dibuka dari

pihak NGO sedangkan armada penangkap ikan dibiarkan terlantar bahkan ada

yang dijual keluar daerah, tahun 2007 dan 2008 jumlah kapal terjadi peningkatan

karena sebagian nelayan sudah mengoperasikan kapal untuk kegiatan

penangkapan ikan.

DKP (2011) Menerangkan bahwa penurunan jumlah kapalPenangkapan

Ikan di Kecamatan Johan Pahlawan dikarenakan terjadinya gempa dan gelombang

Tsunami sehingga terjadi perubahan armada penangkapan ikan yang dimiliki oleh

para nelayan dari mulai dari mulai kualitas dan kuantitas yang bersumber bantuan

juga relatif menurun dan kualitasnya rendah.

(53)

4.3.2 Alat Tangkap

Bentuk umum jaring yang digunakan oleh nelayan purse seine di

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat mempunyai dimensi ukuran sebagai berikut :

 Panjang jaring berkisar 250-600 meter

 Kedalaman jaring berkisar 40-90 meter

Meterial atau bahan jaringpurse seineyang digunakan adalah sebagai berikut :

 Bagian sayap terbuat dari bahan PA 210 D/6 denganmesh size1 inci.

 Bagian jaring terbuat dari bahan PA 210 D/9 denganmesh size1 inci.

 Bagian kantong terbuat dari bahan PA 210 D/9- D/12 denganmesh size1 inci.

 Bagianselvedge terbuat dari bahan PE 380 D/12 dengan mesh size1-1,5 inci

(jumlah mata selvedge bagian atas dan bawah sama, sebanyak 25-50 mata

jaring).

Jaring (webbing) purse seine umumnya terbuat dari bahan polyamide (PA)

bernomor 6,9,dan 12 dengan ukuran mata jaring (mesh size) berkisar antara 1

sampai 1,5 inci. Sedangkan keseluruhan tali (ropes) yang digunakan pada alat

purse seineini terbuat dari bahanpolyethylene(PE).

 Tali ris atas berjumlah dua utas yaitu tali ris dan tali pelampung yang

berdiameter 8-10 mm sepanjang 250-270 meter dan pelampung terbuat dari

bahan polyvynilchloride (PVC) berdiameter 15-20 cm atau dari bahan

synthetic rubber (SR) jenis Y-50 dan Y-80 panjangnya 20 cm berdiameter

9,5-15 cm sebanyak 500-600 buah yang dipasang dengan jarak 50 cm.

 Tali ris bawah berjumlah dua utas yaiu tali ris dan tali pemberat yang

Gambar

Tabel 1. Pebedaan Antara Usaha Perikanan Tangkap dengan Industri
Tabel 2. Perbedaan Jenis Alat Tangkap Perikanan
Tabel 3. Pengelompokan Pelabuhan Perikanan di Indonesia
Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis usaha perikanan pukat cincin
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Dâima değiştiği ve hareket halinde olduğu için kalb ismi verilmiştir.) Bir şeyi geri döndürmek ve çevirmek. * Yüreğe vurmak veya dokunmak. * Bir şeyin içini dışına

informasi varian aktivitas keulamaan masyarakat di kota-kota pusat kerajaan tersebut akan bisa pula dijadikan indikasi perkembangan Islam dalam varian kelompok dari masa

(2), Pasal 52 ayat (2) dan (3), Pasal 54 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah guru dan dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan

c Pada layar Connection Type [Jenis Koneksi] , pastikan untuk memilih directly to this computer [langsung ke komputer ini].. Lanjutkan ke halaman

1. pasal 4 Undang undang nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik terkait dengan proses pelayanan publik yang cepat, murah dan transparan di Kantor

Komputasi model optimasi menghasilkan nilai optimal fungsi tujuan, pola penggunaan lahan optimal, pola pertanaman optimal, nilai-nilai sasaran-sasaran optimasi, serta

Eksisi 'rag&#34;en patahan tulang dan &#34;enggantinya dengan prostetis Pada prinsipnya pengo#atan pada 'raktur hu&#34;erus dapat dilakukan se8ara tertutup yaitu dengan 8ara

Dalam produksi 99 Mo dengan proses Cintichem yang dimodifikasi bahan sasaran foil LEU sangat menentukan.Telah dilakukan uji produksi 99 Mo hasil fisi dengan bahan sasaran foil