• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN

(2)
(3)

i

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Upaya kesehatan masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai subyek. Selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh masyarakat khususnya di daerah bermasalah kesehatan. Permasalahan kesehatan saat ini memiliki beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan secara khusus dan terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat yang mudah diakses (accessible), terjangkau (affordable), serta berkualitas (quality).

Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, tenaga kesehatan bekerjasama dengan masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, untuk itu perlu disusun standar penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat.

(4)

ii

Saya menyambut baik terbitnya Standar penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan bagi Tenaga Kesehatan dan Masyarakat ini, karena standar ini menjadi acuan bagi institusi pendidikan dan pelatihan dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

Jakarta, Januari 2014 Kepala Badan PPSDM Kesehatan

dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia Nya sehingga kegiatan Penyusunan Standar

Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini telah diterbitkan.

Standar Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan penyelenggaraan pelatihan dalam mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan di bidang kesehatan yang bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat.

Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Standar ini dan kami mengharapkan masukan-masukan dari semua pihak pengguna standar ini agar di masa depan kualitas pendidikan dan latihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan ilmu

(6)

iv

pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat baik pada tingkat Nasional maupun Internasional.

Jakarta, Januari 2014

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

dr. Donald Pardede, MPPM

(7)
(8)
(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. i

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN ………. iii

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR HK.03.05/IV.3/3007/2013 TANGGAL 31 DESEMBER 2013 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN DAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN ……… DAFTAR ISI ……….. v vii BAB I PENDAHULUAN ………. 1 A. Latar Belakang ………. 1 B. Dasar Hukum ……… 4 C Tujuan ………. 6 D. Sasaran ……….. 6 E. Ruang Lingkup ……….. 6 F. Manfaat Standar ……… 7 G. Definisi Operasional ………. 7

(10)

viii

BAB II JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN ………… 9

A. Jenis Pelatihan ………. 9

B. Model Pendekatan Pelatihan ……… 12

BAB III STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN ………….. 14

A. Standar Kurikulum ……… 15

B. Standar Proses Pelatihan ……… 18

C Standar Lulusan ……… 33

D Standar Pelatih ……….. 33

E. Standar Sarana dan Prasarana ………. 35

F. Standar Pengelolaan ………..……… 37 G Standar Pembiayaan ..……… 38 H Standar Penilaian ………..……….. 39 BAB IV PENUTUP ……….……… 40 DAFTAR ISTILAH ……… 42 DAFTAR PUSTAKA ……… 52 LAMPIRAN ……….……… 54

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat, hal ini berdasarkan data statistik yang menunjukan peningkatan jumlah populasi penduduk dan aktifitas diberbagai sektor. Peningkatan tersebut berimbas pada status kesehatan dan pelayanan kesehatan dalam mencapai kesejahteraan di masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan juga meningkatkan akses serta mutu pelayanan kesehatan.

Pada saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai subyek. Selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh masyarakat khususnya di daerah bermasalah kesehatan. Permasalahan kesehatan saat ini memiliki beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan penyakit

(12)

2

degeneratif yang memerlukan penanganan secara khusus dan terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat yang mudah diakses (accessible), terjangkau (affordable), serta berkualitas (quality).

Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, tenaga kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya sehingga diperlukan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka :

1. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesi dan pengetahuan teknis keprofesian,

2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini bidang kesehatan,

3. Memenuhi kebutuhan masyarakat dan globalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya.

4. Menyebarkan informasi kesehatan yang up to date.

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal 19 Agusus 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan, maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (Pusdiklat Nakes)

(13)

3

memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan termasuk masyarakat. Adapun sasaran pendidikan dan pelatihan Pusdiklatnakes adalah tenaga pendidik/ kependidikan, tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat (TOMA, TOGA, OP, LSM, dll).

Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dan masyarakat yang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan tenaga kesehatan dan masyarakat kearah yang positif. Pelatihan dapat diselenggarakan oleh semua pihak yang berkepentingan.

Untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan maka disusun Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan, dengan harapan bisa dijadikan acuan oleh para penyelenggara pelatihan.

(14)

4

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700).

2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445).

(15)

5

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan.

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/160/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal 19 Agusus 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/ Menkes/SK/ VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.

9. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor

HK.00.06.1.1.13154.1 tentang Rencana Aksi Program Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Tahun 2010 – 2014.

(16)

6

C. Tujuan

Standar ini disusun dengan tujuan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat di bidang kesehatan.

D. Sasaran

Sasaran standar ini meliputi :

1. Penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat di bidang kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat.

2. Tim akreditasi pelatihan di tingkat Pusat dan Provinsi. 3. Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Standar Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini membahas tentang :

1. Jenis dan model pendekatan pelatihan. 2. Standar penyelenggaraan pelatihan.

(17)

7

F. Manfaat Standar

Manfaat standar yaitu :

1. Bagi penyelenggara pelatihan (pemerintah dan masyarakat) Sebagai acuan dalam menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat bidang kesehatan.

2. Bagi tim akreditasi pelatihan (Tingkat Pusat dan Provinsi)

Sebagai acuan dalam mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan di bidang kesehatan.

3. Bagi Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator

Sebagai acuan dalam memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan.

G. Definisi Operasional

1. Standar : Standar, adalah suatu pernyataan yang memuat ukuran atau performance tertentu yang telah diterima dan disepakati bersama yang merupakan suatu nilai ambang atau

treshold dari sesuatu baik barang, jasa ataupun proses yang dapat diamati, dicapai, diukur dan diingini yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai.

(18)

8

2. Pelatihan, adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan/atau menunjang pengembangan karir bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang dilaksanakan minimal 30 (tiga puluh) jam pembelajaran.

3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang memiliki pengetahuan, dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk jenis tertentu dan memerlukan kewenangan melakukan upaya kesehatan serta tidak berkedudukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

4. Masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di wilayah tertentu yang terikat oleh hukum dan budaya yang sama.

5. Pelatihan tenaga kesehatan di bidang kesehatan adalah pelatihan teknis kesehatan dengan sasaran peserta tenaga kesehatan yang tidak berkedudukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

6. Pelatihan masyarakat di bidang kesehatan adalah pelatihan yang diberikan kepada masyarakat terkait keterampilan tertentu yang dapat dilakukan oleh masyarakat di bidang kesehatan.

(19)

9

BAB II

JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN

A. Jenis Pelatihan

Jenis pelatihan yang diatur dalam standar ini adalah pelatihan yang diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan kompetensi sesuai bidang tugas tenaga kesehatan dan kedudukan/minat masyarakat. Adapun jenis pelatihan teknis yaitu :

1. Pelatihan Pra-tugas

Pelatihan Pra-tugas adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mempersiapkan tenaga kesehatan sebelum bekerja di bidang kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan. 2. Pelatihan Teknis

a. Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan

Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi

(20)

10

teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas profesi kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan.

b. Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan

Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas upaya kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat. c. PelatihanTeknis Manajemen Kesehatan

Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas manajemen kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat. d. Pelatihan Teknis Kependidikan

Pelatihan Teknis Kependidikan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk pelatihan mencapai pernyataan

(21)

11

kompetensi teknis kependidikan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas di bidang pendidikan kesehatan.

Sasaran : tenaga pendidik dan kependidikan di Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan.

3. Pelatihan Kesehatan Haji

Pelatihan Kesehatan Haji adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk memberikan pengalaman kepada masyarakat calon peserta haji mengenai rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan haji, pelayanan medis, imunisasi, surveilans, sistem kewaspadaan dini (SKD) dan respon kejadian luar biasa (KLB), penanggulangan KLB dan musibah massal, serta kesehatan lingkungan.

Sasaran : masyarakat.

4. Pelatihan Penunjang Kesehatan

Pelatihan Penunjang Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk menunjang program-program kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat.

(22)

12

B. Model Pendekatan Pelatihan

Pendekatan pelatihan terdiri dari 3 (tiga) model yaitu pelatihan dalam kelas (klasikal), pelatihan luar kelas (non klasikal), gabungan pelatihan dalam dan luar kelas (berlapis/sandwich).

1. Model Pelatihan Dalam Kelas (Klasikal)

Pelatihan klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di dalam kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur.

2. Model Pelatihan Luar Kelas (Non Klasikal)

Pelatihan non klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di luar kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur. Pendekatan pelatihan ini yaitu peserta diharapkan mampu memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan belajar mandiri dengan bimbingan pelatih sesuai kesempatan yang dimiliki dan kemampuan peserta. Jenis pelatihan non klasikal, diantaranya pelatihan jarak jauh dan kalakarya terstruktur. 3. Model Pelatihan Gabungan (sandwich)

Pelatihan gabungan adalah model pelatihan klasikal dan pelatihan non klasikal yang dikenal dengan nama pelatihan berlapis (sandwich). Pelatihan ini diawali dengan proses

(23)

13

pembelajaran di dalam kelas dalam kurun waktu yang ditetapkan, selanjutnya peserta kembali ke tempat kerja/kedudukannya masing-masing untuk mengerjakan penugasan dan kemudian kembali lagi ke dalam kelas untuk menyampaikan hasil dari penugasan yang telah dikerjakan atau sebaliknya. Seluruh rangkaian proses pembelajaran tersebut disampaikan dengan terstruktur.

(24)
(25)

14

BAB III

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Berdasarkan model standar peyelenggaraan pelatihan, terdapat 6 (enam) standar yang harus dibahas secara terpisah, yaitu standar kurikulum dan modul, standar pelatih, standar sarana dan prasarana, standar proses pelatihan, standar penilaian, standar lulusan. Sebagaimana pada bagan berikut ini.

Bagan I

Model Standar Penyelenggaraan Pelatihan

STANDAR PENGELOLAAN

STANDAR PELATIH

STANDAR SARANA DAN PRASARANA STANDAR PENILAIAN STANDAR PROSES PELATIHAN STANDAR KURIKULUM DAN MODUL STANDAR LULUSAN STANDAR PEMBIAYAAN

(26)

15

Sasaran dalam standar penyelenggaraan pelatihan adalah : 1. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kesehatan

2. Penyelenggaraan pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan Standar penyelenggaraan pelatihan yang dibahas pada standar ini meliputi : standar kurikulum dan proses pelatihan. Untuk lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :

A. STANDAR KURIKULUM

Didalam standar kurikulum, selain membahas kurikulum juga dibahas tentang peserta, standar pelatih, standar penilaian dan standar kelulusan. Untuk standar kelulusan, penulisannya diubah menjadi sertifikasi. Sehingga mekanisme penulisan kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat menjadi sebagai berikut:

JUDUL KURIKULUM PELATIHAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2. Filosofi Pelatihan

(27)

16

B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

1. Peran 2. Fungsi 3. Kompetensi C.TUJUAN PELATIHAN 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus

D.PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA

E. STRUKTUR PROGRAM

F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN

G.GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

/ RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP) H.EVALUASI

I. SERTIFIKAT

Penjelasan mekanisme penulisan dapat dilihat pada lampiran 3. Dalam setiap pelatihan kesehatan selain kurikulum yang menjadi acuan, perlu ada Master of Training (MOT) yang bertugas untuk merancang, mengendalikan, mengevaluasi dan mencatat proses

(28)

17

pebelajaran suatu pelatihan serta mengkondisikan proses pembelajaran agar dinamis melalui energizer.

Mekanisme penulisan kurikulum sama pada setiap pelatihan di bidang kesehatan, namun untuk isi dari masing-masing item ada yang spesifik membedakan antara isi kurikulum pelatihan klasikal, non klasikal dengan pelatihan berlapis/sandwich

(gabungan klasikal dan non klasikal). Dibawah ini dijelaskan perbedaan isi item pada masing-masing kurikulum:

1. Pelatihan Klasikal

Jenis-jenis pelatihan klasikal yang telah dijelaskan pada Bab II adalah:

a. Pelatihan bagi tenaga kesehatan 1) TOT Umum dan TOT Substansi 2) Pelatihan Teknis

b. Pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan 1) TOT Substansi

2) Pelatihan Teknis

Untuk lebih jelasnya perbedaan isi per item dalam kurikulum masing-masing jenis pelatihan klasikal dapat dilihat pada

(29)

18 2. Pelatihan Non Klasikal

Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan terdapat 2 (dua) model yaitu Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) dan kalakarya terstruktur. Untuk masyarakat model pelatihannya adalah kalakarya tidak terstruktur.

a. Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan (lampiran 6) b. Pelatihan non klasikal bagi masyarakat (lampiran 7)

3. Gabungan Pelatihan Klasikal dan Non Klasikal

Pelatihan gabungan antara klasikal dan non klasikal disebut dengan pelatihan berlapis (sandwich) yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan (lampiran 8).

B. STANDAR PROSES PELATIHAN

Untuk mencapai tujuan pelatihan yang tercantum dalam kurikulum, peserta latih diberikan materi seperti yang tercantum dalam struktur program. Pelaksanaan pelatihan merupakan penerapan kurikulum, yang prosesnya sesuai dengan diagram alir proses pembelajaran yang tercantum dalam masing-masing kurikulum.

(30)

19

Secara umum diagram alir proses pembelajaran untuk semua model pendekatan pelatihan klasikal adalah sama, yaitu sebagai berikut:

Bagan II

Proses Pembelajaran

Pre Test Pembukaan

Building Learning Commitment (BLC)

Wawasan

Materi Dasar Motode: ceramah tanya jawab

Pengetahuan dan Keterampilan

Materi Inti

Motode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus, demonstrasi, bermain peran

E V A L U A S I

Praktik Lapangan / Orientasi R T L

Post Test & Evaluasi Penyelenggaraan Penutupan

(31)

20 Penjelasan:

Pre test

Sebelum acara pembukaan dilakukan pre test terhadap peserta, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta.

Pembukaan

Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi yang dibuka dengan penyematan tanda peserta oleh pejabat atau penanggung jawab program yang diberi kewenangan.

Membangun Komitmen Belajar/Building Learning

Commitment (BLC)

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses latihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dlamproses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC dilaksanakan dengan alokasi waktu minimal 3

(32)

21

(tiga) jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu) orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 (tiga puluh) orang peserta.

Proses pembelajaran meliputi: 1.Forming.

Pada tahap ini setiap peserta pelatihan masih berhubungan secara formal, masing-masing masih saling observasi dan memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi.

2.Storming.

Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin memanas karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi.

3.Norming.

Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang

(33)

22

dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya. Dalam tahapan ini sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok.

4.Performing.

Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut serta akif dalam setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati.

Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran: 1. Harapan yang ingin dicapai

2. Kekhawatiran 3. Norma kelas 4. Komitmen

(34)

23

Pemberian wawasan

Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini.

Pembekalan pengetahuan dan keterampilan

Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunaan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, bermain peran dan praktik.

Praktik Lapangan/Observasi Lapangan

1. Praktik lapangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu Praktik Lapangan (PL) dan atau Observasi Lapangan (OL), penentuannya tergantung dari tujuan pelatihan.

2. Penulisan materi PL/OL dalam struktur program dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

a. Dicantumkan disetiap materi inti

(35)

24

dalam penulisan GBPP harus dicantumkan tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan, metode dan alat bantu yang digunakan dalam proses PL/OL tersebut. b. Dicantumkan dalam kelompok materi inti (materi

tersendiri dalam struktur program)

PL/OL yang merupakan materi tersendiri dalam struktur program, maka harus dibuat GBPP-nya tersendiri dan menggambarkan materi inti yang akan dipraktikkan.

3. Untuk memperlancar proses PL/OL, perlu ada lembar pendukung berupa panduan dan instrumen/daftar tilik.

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

RTL disampaikan dengan tujuan untuk mengaplikasikan materi yang diperoleh selama pelatihan di tempat kerja, dengan alokasi waktu minimal 3 (tiga) jpl.

Proses pembelajaran meliputi: 1. Penyampaian teori tentang RTL.

2. Penyusunan rencara langkah-langkah implementasi dari salah satu materi yang dipilih untuk mencapai tujuan. Penyusunan dilakukan oleh masing-masing peserta. Apabila pesertanya adalah tim, maka RTL disusun oleh tim.

(36)

25

3. Isi RTL terdiri dari: nama kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran, waktu pelaksanaan, tempat, biaya, dan pelaksana/penanggungjawab serta indikator pelatihan. 4. Presentasi hasil RTL. Peserta lain dan fasilitator

memberikan masukan untuk penyempurnaan RTL.

Evaluasi :

1. Evaluasi peserta (Post test/test komprehensi dll)

Evaluasi peserta diberikan setelah semua materi disampaikan dan sebelum penutupan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan dan kemajuan peserta dalam proses pembelajaran.

2. Evaluasi penyelenggaraan

Evaluasi penyelenggaraan untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan dari aspek administrasi dan teknis untuk digunakan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan berikutnya.

3. Evaluasi Fasilitator

Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran setiap hari dan terhadap fasilitator.

(37)

26

kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya.

 Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat fasilitator telah mengakhiri materi yang

disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan form evaluasi terhadap fasilitator

Penutupan

Acara penutupan adalah sesi pengakhiran dari semua rangkaian kegiatan dengan penyerahan sertifikat pelatihan dan penanggalan tanda peserta.

Walaupun secara umum diagram alir proses pembelajaran sama, tetapi ada hal-hal yang spesifik baik pada pelatihan klasikal, non klasikal maupun pada pelatihan berlapir/sandwich (gabungan klasikal dan non klasikal). Perbedaan yang spesifik tersebut adalah sebagai berikut:

(38)

27 1. Pelatihan Klasikal TOT TOT Umum TOT Substansi Peserta yang memiliki kompetensi substansi yang berbeda Peserta yang memiliki kompetensi substansi yang sama Sebelum microteaching diawali dengan pembekalan yang berhubungan dengan teknik melatih Proses penyampaian materi inti diawali dengan pembekalan yang berhubungan dengan substansi teknis, yang diberikan dalam bentuk proses pembelajaran sesuai dengan pencapaian tujuan khusus materi substansi tersebut. Dilanjutkan dengan microteaching.

Proses penyampaian materi inti diawali dengan teori materi teknik melatih, kemudian penyampaian substansi teknis dalam bentuk review atau bedah buku, setelah itu

microteaching terkait materi teknis yang tertulis dalam struktur program.

Proses microteaching:

 Perbandingan pelatih : peserta = 1:10

(39)

28

yang akan dijadikan acuan pada saat microteaching.

 Setiap peserta diberikan kesempatan untuk microteaching

dengan waktu minimal 30 menit, dengan rincian: - Presentasi = 15 menit.

- Feedback dari audience = 10 menit. - Feedback dari pelatih = 5 menit.

2. Pelatihan Non Klasikal

a. Pelatihan Jarak Jauh

Aktifitas dalam proses pembelajaran PJJ meliputi : 1) Registrasi dengan mengisi form pendaftaran secara

online (web-based)

2) Mencetak form pendaftaran dan menyerahkan atau mengirimkan form yang telah ditandatangani dan disetujui oleh atasan langsung.

3) Mengikuti aktifitas pembelajaran mandiri secara online

(unduh materi, mengerjakan tugas)

4) Melakukan aktifitas tutorial online (Chatting, Forum diskusi, Millist, Skype dll)

5) Melakukan Self -assesment online, ujian permateri di tempat yang telah ditentukan

(40)

29

7) Melakukan ujian komperehensip

Tutorial konvensional melalui tatap muka dilakukan secara reguler dan terbatas diwaktu-waktu tertentu. Fokus

tutorialkonvensional ini sebaiknya untuk problem solving

atau studi kasus untuk memperdalam penguasaan materi. Jika peserta telah mengikuti semua proses pembelajaran tersebut di atas, maka untuk menentukan kelulusan

dilaksanakan ujian komperehensip yang dilakukan di

tempat yang telah ditentukan. Setelah dinyatakan lulus dari pelatihan tahap I peserta PJJ berhak mendapatan sertifikat. b. Kalakarya Terstruktur

Kalakarya dilaksanakan melalui pembimbingan di tempat kerja oleh atasan atau pimpinan atau pelatih atau rekan sekerja yang berpengalaman.

Proses pembelajaran yaitu :

1) Pembekalan tentang proses pembelajaran

2) Penyampaian materi oleh fasilitator dengan metode membaca atau presentasi.

(41)

30

3) Proses pembelajaran mandiri dengan pendampingan fasilitator. Dalam pendampingan, fasilitator mengamati apa yang dikerjakan peserta dan kesulitan yang

dihadapi.

4) Diakhiri dengan evaluasi berdasarkan pengamatan dengan menggunakan check list dan wawancara.

3. Pelatihan Gabungan (Sandwich)

Beberapa model proses pembelajaran dalam pelatihan berlapis:

Model 1:

Penjelasan:

a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan penugasan-penugasan di kelas.

b. Peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing untuk mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas.

c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja

(42)

31

masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masing-masing.

Model 2:

Penjelasan:

a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan penugasan-penugasan di kelas.

b. Peserta mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas dan dilakukan di tempat kerja yang ditentukan.

c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masing-masing.

Model 3:

Kelas Kelas

Magang/praktik lapangan di tempat kerja yang

ditentukan

(43)

32 Penjelasan:

a. Kegiatan diawali dengan pembekalan proses pembelajaran yang akan diikuti selama pelatihan. Pembekalan diberikan dengan cara menggunakan media website atau dengan pengiriman panduan belajar dan modul. Masing-masing peserta mempelajari panduan belajar dan modul dengan waktu yang telah ditentukan. Dari hasil pembelajaran, peserta dapat menentukan masalah yang dihadapi di tempat kerjanya.

b. Proses pembelajaran di kelas untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh masing-masing peserta dengan difasilitasi oleh tutor. Dari hasil pembelajaran akan didapatkan langkah-langkah (rencana implementasi) yang harus dilakukan sebagai upaya dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

c. Peserta kembali ke tempat kerjasnya masing-masing untuk

mengimplementasikan langkah-langkah pemecahan

masalah yang telah disepakati pada saat proses pembelajaran di kelas.

(44)

33

d. Peserta kembali ke kelas untuk seminar hasil pelaksanaan dari kegiatan yang dilakukan dalam pemecahan masalah. Evaluasi dilihat dari mengikuti keseluruhan proses dan dari hasil implementasi kegiatan pemecahan masalah melalui presentasi.

C. STANDAR LULUSAN

Standar lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta pelatihan. Standar Lulusan berisi kualifikasi kemampuan peserta pelatihan yang setidaknya mencakup kompetensi dasar, kompetensi utama, dan kemampuan tambahan.

D. STANDAR PELATIH

Setiap pelatih wajib memenuhi standar pelatih yang berlaku secara nasional.

1. Kualifikasi Pelatih

Seorang pelatih harus memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-IV) yang diperoleh dari perguruan tinggi terakreditasi, sertifikat kompetensi keahlian

(45)

34

dalam bidang yang relevan, dan sertifikat pelatih. Sertifikat kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh perguruan tinggi penyelenggara program keahlian dan/atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Sertifikat pelatih diperoleh setelah calon pelatih mengikuti pelatihan untuk pelatih dan lulus ujian kompetensi pelatih yang diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.

Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari kalangan profesional dan/atau akademisi yang karena keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan.

2. Kompetensi Pelatih

Kompetensi seorang pelatih terdiri atas 4 (empat) kompetensi berikut, yang akan dijelaskan lebih terperinci pada lampiran 9 : a. Kompetensi pedagogik

b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi sosial

d. Kompetensi profesional 3. Tugas dan Fungsi Pelatih :

a. Melakukan konsolidasi, koordinasi, konfirmasi dengan penyelenggara pelatihan.

(46)

35

b. Memfasilitasi (menjadi pelatih/fasilitator) dalam pelatihan. c. Membuat laporan proses pembelajaran di kelas dan

lapangan.

d. Menyampaikan laporan kepada penyelenggara pelatihan. Khusus untuk pelatihan teknis rasio pelatih dengan peserta adalah 1:5

E. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan proses pelatihan yang mencakup bangunan, perabotan, peralatan (perangkat keras dan lunak), dan sistem pengamanan aset dan tempat pelatihan. Institusi penyelenggaran pelatihan harus mengembangkan suatu sistem pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendataan, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan, serta pemutahiran semua sarana dan prasarana. Sistem pengelolaan saran dan prasarana ini tertuang dalam suatu panduan khusus mengenai kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk sistem klasifikasi, inventarisasi dan informasi keberadaannya.

(47)

36

Sistem pengelolaan sarana dan prasarana mencakup sistem inventarisasi yang lengkap, pola pelaporan secara berkala dari institusi pelaksana pelatihan kepada pihak pusat serta dapat dipergunakan sebagai informasi bagi para pengguna (peserta pelatihan, pelatih, MOT, dll). Selain itu diperlukan suatu kebijakan, pedoman, panduan, dan peraturan yang jelas tentang keamanan dan keselamatan penggunaan sarana dan prasarana tersebut. Bukti pelaksanaan dari kebijakan tersebut harus dapat dilacak dari peraturan yang lebih rinci dan aplikatif serta laporan berkala di tingkat laboratorium/studio/perpustakaan dan tempat-tempat lain di mana kegiatan pelatihan dilaksanakan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI nomor 101 tahun 2000, yang dimaksud standar kelengkapan sarana dan prasarana pelatihan adalah persyaratan minimal yang menyangkut kualitas dan kuantitas fasilitas dan peralatan pelatihan sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam persyaratan akreditasi pelatihan, yaitu jenis dan jumlah peserta pelatihan

Kebutuhan prasarana dalam suatu pelatihan berupa ruang kelas adalah untuk maksimal 30 orang peserta dengan luas ± 40m2.

(48)

37

F. STANDAR PENGELOLAAN

Prinsip pengelolaan suatu pelatihan meliputi :

1. Perencanaan, merupakan proses penetapan kebijakan, regulasi, penyusunan program, dan anggaran, serta merumuskan bagaimana cara atau prosedur untuk melaksanakannya. Perencanaan meliputi penetapan kerangka waktu (time frame) dan tahapan pencapaian yang diharapkan. Termasuk dalam unsur perencanaan adalah bagaimana seluruh sumberdaya dilibatkan untuk melaksanakan kebijakan.

2. Pelaksanaan, merupakan proses realisasi dari perencanaan. Dalam tahap ini seluruh sumberdaya harus dilibatkan secara optimal untuk melaksanakan rencana.

3. Monitoring, merupakan upaya pengendalian terhadap pelaksanaan kebijakan, dan melakukan upaya langsung agar kebijakan dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai rencana. Diharapkan dari informasi yang diperoleh dari kegiatan monitoring bisa secepatnya dilakukan tindakan pencegahan jika terjadi penyimpangan dari rencana semula.

4. Evaluasi, merupakan kegiatan yang dilakukan institusi penyelenggara pelatihan untuk mengetahui perkembangan

(49)

38

pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik.

5. Pelaporan, merupakan suatu perwujudan dari tanggung jawab pelaksana pelatihan terhadap tugas yang dilimpahkan dalam bentuk pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban secara tertulis dalam suatu sistem administrasi.

G. STANDAR PEMBIAYAAN

Pembiayaan proses pelatihan bersumber dari : 1. Anggaran belanja rutin

2. Anggaran Belanja Pembangunan 3. Swadana

4. Hibah dan/atau Bantuan Luar Negeri

5. Sumber lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Penyusunan dan penggunaan pembiayaan suatu pelatihan dilakukan oleh institusi pelaksana pelatihan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan

(50)

39

memperhatikan prinsip efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan.

H. STANDAR PENILAIAN

Penilaian proses pelatihan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh institusi pelaksana pelatihan yang bersangkutan dan/atau institusi Pembina untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan pelatihan.

Penilaian proses pelatihan dilakukan terhadap antara lain : 1. Kurikulum

2. Peserta

3. Widyaiswara/pelatih 4. Pembiayaan pelatihan 5. Sarana dan prasarana 6. Penyelenggara

7. Bahan/materi pelatihan 8. Metode pelatihan

(51)

40

BAB IV PENUTUP

Pembahasan Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat ini lebih difokuskan pada Standar Kurikulum dan Standar Proses Pelatihan (Penerapan Kurikulum). Hal ini disebabkan karena standar kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat sudah mencakup standar pelatih, standar proses pelatihan (penerapan kurikulum) yang dikenal dengan istilah alir proses pembelajaran, standar penilaian, standar lulusan, yang dikenal dengan istilah sertifikasi. Di dalam kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat selain mencantumkan standar-standar tersebut juga mencantumkan kriteria dan jumlah peserta latih. Sehingga isi kurikulum memenuhi komponen-komponen yang dipersyaratkan dalam akreditasi pelatihan.

Dengan disusunnya Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat maka dapat dijadikan acuan bagi para penyelenggara pelatihan untuk tenaga kesehatan dan masyarakat agar pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Terstandarnya kurikulum dan proses pelatihan

(52)

41

merupakan langkah untuk menuju keberhasilan suatu pelatihan yang bermutu.

Apabila dalam penerapan standar ini ada hal yang kurang sesuai, Pusdiklatnakes menerima masukan-masukan agar Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini lebih sempurna lagi

(53)

42

DAFTAR ISTILAH

1. Evaluasi, adalah proses penilaian sebagai proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan, data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai bahan analisis situasi program berikutnya. 2. Institusi Pelatihan, adalah balai pelatihan kesehatan dan unit

pelatihan kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsi menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat. 3. Jam Pembelajaran (JPL), adalah satuan waktu yang digunakan

dalam proses pembelajaran suatu pelatihan, dimana 1 (satu) jpl adalah 45 (empat puluh lima) menit. Sedangkan untuk proses pembelajaran di luar kelas yang kegiatannya berupa magang, maka 1 (satu) jpl adalah 60 (enam puluh) menit, dalam waktu 4 (empat) jpl selama sehari.

4. Kalakarya, merupakan salah satu model pendekata pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan dan memelihra kemampuan setiap individu dan tim kerja yang ada didalam organisasi yang dilakukan oleh, di dan untuk organisasi itu sendiri, tanpa mengganggu aktivitas pekerjaannya. Kalakarya terdiri dari

(54)

43

kalakarya terstruktur dan kalakarya yang tidak terstruktur. Kalakarya yang terstruktur adalah kalakarya yang memiliki kurikulum dengan jumlah jam pelatihan minimal 30 (tiga puluh) jpl.

5. Kompetensi, adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan berupa wawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.

6. Kurikulum, adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

7. Lembaga pelatihan, adalah balai pelatihan dan unit pelatihan kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pelatihan bagi tenaga kesehatan, seperti Diklat dibawah rumah sakit, organisasi profesi.

8. LSM adalah buah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya

(55)

44

9. Magang, adalah kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat di dalam kelas dalam kasus nyata di tempat kerja mengikuti jam kerja yang sesungguhnya dengan waktu yang dibatasi.

10.Membangun Komitmen Belajar (Building Learning

Commitment/BLC), adalah suatu proses mempersiapkan peserta pelatihan untuk mengikuti proses belajar, baik secara individual, kelompok maupun menyeluruh dan mengubah diri kearah yang positif sehingga terbangun tekad belajar baik fisik, intelektual maupun emosional.

11.Microteaching, adalah suatu proses pembelajaran dimana peserta memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan kemampuan dalam menggunakan teknik-teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

12.Observasi Lapangan, adalah kegiatan mencocokkan antara teori yang diperoleh di kelas, pengalaman peserta pelatihan di tempat tugas masing-masing dan kenyataan yang diamati di tempat observasi lapangan (implementasi nyata).

(56)

45

13.Organisasi Profesi (OP) tenaga kesehatan, adalah himpunan orang–orang yang memiliki profesi sejenis dengan latar belakang pendidikan kesehatan formal, baik pada aspek teknis profesi maupun manajerial dan praktik, jenjang kualifikasi, prosedur kerja masing–masing bidangnya.

14.Pelaporan, adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.

15.Pelatih/fasilitator, adalah seseorang yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahlian berdasarkan latar belakang pendidikan termasuk pelatihan tambahan dan pengalaman dalam bidang tugasnya.

16.Pelatihan Teknis Kesehatan, adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai pernyataan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas di bidang kesehatan.

17.Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan, adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas profesi kesehatan. 18.Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan, adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas upaya kesehatan.

(57)

46

19.Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan, adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas manajemen kesehatan. 20.Pelatihan Klasikal, adalah proses pembelajaran yang terstruktur

dan dilakukan di dalam kelas.

21.Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Umum, adalah pelatihan yang diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memiliki kompetensi dalam melatih, dimana peserta belum semuanya mempunyai kompetensi substansi teknis.

22.Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Substansi, adalah pelatihan yang diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memiliki kompetensi dalam melatih, dimana peserta sudah mempunyai kompetensi substansi teknis. Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Substansi terdiri dari 2 (dua) yaitu: Pelatihan Bagi Pelatih/TOT yang pesertanya sudah kompeten dalam substansi teknis, dan Pelatihan Bagi Pelatih/TOT yang pesertanya sudah berpengalaman dalam mentransfer substansi teknis.

23.Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) , adalah pelatihan dalam jabatan (in service training) yang diikuti oleh peserta yang menjadi sasaran pelatihan dan didasari motifasi yang kuat serta kemandirian yang

(58)

47

tinggi. PJJ merupakan suatu upaya untuk meningkatkan dan memelihara pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta, dimana peserta aktif dan mandiri sesuai dengan kompetensi. Proses PJJ diawali dengan pertemuan peserta dan tutor dalam kelas untuk memberikan pembekalan tentang proses pembelajaran yang akan diikuti.

24.Pelatihan Berlapis (Sandwich) , adalah pelatihan yang pesertanya mendapatkan materi dalam bentuk teori, penugasan dan praktik (dalam kelas atau mandiri). Proses peltihan dilaksanakan di kelas untuk pendalaman materi kemudian mengimplementasikan hasil belajar dalam pekerjaannya. Setelah itu kembali lagi ke kelas untuk melakukan seminar hasil belajar dan penambahan pendalaman materi. Pelatihan berlapis (sandwich) yang diakreditasi adalah pelatihan yang proses pembelajaranya jelas dan tercantum dalam kurikulum.

25.Pengawasan, adalah upaya pengendalian terhadap pelaksanaan pelatihan, dan melakukan upaya langsung agar pelatihan dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai rencana. Diharapkan dari informasi yang diperoleh dari kegiatan monitoring bisa

(59)

48

secepatnya dilakukan tindakan pencegahan jika terjadi penyimpangan dari rencana semula.

26.Penyelenggara Pelatihan, adalah suatu lembaga (pemerintah dan swasta) yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan pelatihan, baik berupa organisasi kepanitiaan dan atau yayasan maupun institusi pelatihan.

27.Perencanaan pelatihan, adalah proses penetapan kebijakan, regulasi, penyusunan program, dan anggaran, serta merumuskan bagaimana cara atau prosedur untuk melaksanakannya. Perencanaan meliputi penetapan kerangka waktu dan tahapan pencapaian yang diharapkan.

28.Peserta, adalah seseorang yang ditunjuk atau yang berminat untuk mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang profesinya.

29.Praktik Lapangan, adalah kegiatan yang memungkinkan peserta berhadapan langsung pada situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan, sehingga peserta pelatihan dapat membandingkan antara teori yang telah didapat di kelas dan kenyataan yang terjadi di lapangan dengan mempraktikan/menerapkan materi yang didapatkan.

(60)

49

30.Profesi, adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu.

31.Rencana Tindak Lanjut (RTL), adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematik kegiatan-kegiatan yang akan didahulukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. RTL meliputi perhitungan dan penentun dari apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu objektif tertentu, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana caranya.

32.Sarana prasarana, adalah seperangkat alat yang digunakan dalam proses pelatihan baik alat tersebut merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

33.Satuan Acara Pembelajaran (SAP), adalah pedoman/panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada peserta pelatihan, dalam kurun waktu tertentu dengan metode, media dan alat bantu yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

34.Sertifikasi, adalah pengaturan pemberian sertifikat kepada orang yang telah mengikuti suatu pelatihan atau kepada

(61)

50

lembaga/institusi pelatihan yang telah memenuhi persyaratan akreditasi institusi.

35.Standar, adalah suatu pernyataan yang memuat ukuran atau

performance tertentu yang telah diterima dan disepakati bersama yang merupakan suatu nilai ambang atau treshold dari sesuatu baik barang, jasa ataupun proses yang dapat diamati, dicapai, diukur dan diingini yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai.

36.Standarisasi, adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak yang terkait.

37.Tenaga kesehatan (non aparatur), adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan, dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan upaya kesehatan.

38.Tutor, adalah seseorang yang bertugas mambantu peserta PJJ dalam mengatasi kesulitan dan hambatan selama proses pembelajaran. Dalam hal ini tutor berperan sebagai fasilitator, narasumber, konsultan atau paling tidak sebagai penghubung

(62)

51

peserta dengan pihak-pihak lain selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan waktu yang disepakati

39.TOMA (Tokoh masyarakat) adalah orang yang mempunyai pengaruh, dihormati dan dijadikan panutan masyarakat dalam menjalankan kehidupannya sebagai bagian dari lingkungan masyarakat.

40.TOGA (Tokoh agama) adalah pemuka agama dan dianggap sebagai orang yang memiliki kharisma dan dapat mempengaruhi umat karena petuah dan nasihat-nasihatnya sesuai dengan ajaran agama sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuatnya dalam menyikapi masalah horizontal dengan sesama manusia termasuk masalah yang berkaitan dengan perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakat, sering menjadi acuan atau tolak ukur umat dalam melakukan tindakan.

(63)

52

DAFTAR PUSTAKA

Donabedian, A, 1982, The Criteria and Standars of Quality, Health Administration Press, Ann Arbor, Michigan.

Departemen Kesehatan RI, 1994, Jurnal Bina Diklat edisi No.9 Desember 1994, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Pegawai, 1999, Pedoman Diklat Kalakarya, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2002, Kumpulan Instrumen Diklat (Pegangan Fasilitator), Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2003, Modul Strategic Leadership Throuh Learning Organization Approach, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2004, Pedoman Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan Berorientasi Pembelajaran, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2004, Pola Pelatihan SDM Kesehatan, Jakarta.

(64)

53

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2006, Pemilihan Metode Pembelajaran (versi cetak), Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2007, Pedoman Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, Pusdiklat Aparatur Badan PPSDM Kesehatan, 2012, Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan, Jakarta

(65)

54

(66)

55

Lampiran 1.

Contoh cara penulisan Peran, Fungsi, Kompetensi, Tujuan Pelatihan, pada kurikulum TOT Umum (TPPK)

Peran

Sebagai tenaga pelatih program kesehatan.

Fungsi

Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam mentransfer substansi sesuai dengan programnya, dengan cara:

1. Merancang proses pembelajaran, antara lain menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan benar.

3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran.

Kompetensi

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam: 1. Merancang proses pembelajaran:

a. Mempersiapkan proses pembelajaran.

b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan benar:

(67)

56

b. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang dipilih.

c. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

d. Menerapkan teknik presentasi interaktif dalam proses pembelajaran. 3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran,

a. Menyusun instrumen hasil belajar. b. Melaksanakan evaluasi hasil belajar.

Tujuan pelatihan 1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjadi pelatih program kesehatan sesuai kaidah-kaidah kediklatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu: a. Mempersiapkan proses pembelajaran.

b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

c. Menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. d. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang

dipilih.

e. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

f. Menerapkan teknik presetasi interaktif dalam proses pembelajaran. g. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran.

(68)

57

Lampiran 2.

Contoh cara penulisan Peran, Fungsi, Kompetensi, Tujuan Pelatihan, pada kurikulum TOT Substansi

Peran

Sebagai pelatih pada pelatihan pengendalian Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Fungsi

Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam: 1. Menjelaskan faktor risiko PPOK.

2. Menjelaskan program pengendalian PPOK. 3. Menjelaskan program berhenti merokok. 4. Menjelaskan diagnosis PPOK.

5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan. 6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.

7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Kompetensi

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam: 1. Menjelaskan faktor risiko PPOK.

2. Menjelaskan program pengendalian PPOK. 3. Menjelaskan program berhenti merokok. 4. Menjelaskan diagnosis PPOK.

(69)

58

5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan. 6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.

7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Tujuan Pelatihan 1. Tujuan umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melatih pada pelatihan pengendalian Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

2. Tujuan khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu: a. Menjelaskan faktor risiko PPOK.

b. Menjelaskan program pengendalian PPOK. c. Menjelaskan program berhenti merokok. d. Menjelaskan diagnosis PPOK.

e. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan. f. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.

g. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

(70)

59

Lampiran 3.

Mekanisme Penulisan Kurikulum Pelatihan

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Latar belakang merupakan uraian tentang pentingnya mengapa pelatihan tersebut dilaksanakan.

Untuk pelatihan tenaga kesehatan latar belakang mengacu pada kebijakan– kebijakan atau peraturan-peraturan untuk peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Sedangkan untuk pelatihan masyarakat mengacu pada dukungan program kesehatan.

2. Filosofi Pelatihan

Filosofi pelatihan merupakan suatu nilai tentang bagaimana pelatihan tersebut dilaksanakan sehingga semua peserta pelatihan dapat menerima dan menjalankan nilai tersebut.

B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

1. Peran

Peran dari peserta yang dilatih setelah mendapat pelatihan. 2. Fungsi

Fungsi adalah jabaran fungsi-fungsi yang akan dilakukan peserta dalam melaksanakan perannya setelah mengikuti pelatihan.

3. Kompetensi

Kompetensi adalah jabaran dari kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki peserta setelah mengikuti pelatihan.

C. TUJUAN PELATIHAN

1. Tujuan umum

Tujuan umum merupakan kompetensi (kemampuan) yang akan dicapai pada akhir pelatihan.

(71)

60 2. Tujuan khusus

Tujuan khusus merupakan jabaran kompetensi (kemampuan) untuk dapat mencapai kompetensi (kemampuan) yang dirumuskan pada tujuan umum.

D. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA

1. Peserta

Ada2 (dua) hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan peserta, yaitu: a. Kriteria peserta

Kriteria peserta merupakan persayaratan peserta yang disesuaikan dengan jenis pelatihan, berdasarkan latar belakang pendidikan, tugas pokok, pengalaman kerja dan kriteria lain yang perlu dan spesifik untuk masing-masing pelatihan sesuai dengan jenis pelatihannya.

b. Efektivitas peserta pelatihan

Efektivitas peserta pelatihan adalah jumlah peserta yang ditentukan dalam suatu pelatihan berdasarkan jenis pelatihan dan tujuan pelatihan. 2. Pelatih

Didalam menentukan pelatih, perlu diperhatikan kemampuan kediklatan dan kesesuaian keahlian pelatih dengan materi yang akan disampaikan sesuai jenis kediklatannya baik TOT atau tekhnis subtansi.

Untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan, kriteria pelatih sebagai berikut : a. Pernah mengikuti TOT

b. Menguasai subtansi materi

Untuk pelatihan bagi masyarakat, kriteria pelatih menguasai subtansi pelatihan.

3. Penyelenggara

Merupakan penyelenggara pelatihan yang ditetapkan berdasarkan SK penyelenggara.

Untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan, insitusi penyelenggara sudah terakreditasi.

Untuk pelatihan bagi masyarakat dapat dilakukan oleh institusi penyelenggara terakreditasi, program atau LSM yang bergerak di bidang

(72)

61 kesehatan

E. STRUKTUR PROGRAM

Struktur program merupakan jabaran dari materi-materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dijabarkan didalam tujuan khusus pelatihan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun struktur program: 1. Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu:

a. Materi dasar: merupakan materi yang menjadi dasar dalam pencapaian kompetensi yang akan dicapai, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan jpl.

b. Materi inti: merupakan materi yang harus dikuasai dalam pencapaian kompetensiyang dijabarkan dalam tujuan khusus pelatihan, dengan persentase 60-70% dari keseluruhan jpl.

c. Materi penunjang: merupakan materi yang menunjang keberlangsungan proses pembelajaran yaitu BLC dan RTL, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan jpl.

2. Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan keterampilan teknis profesi maka persentase materi bisa berubah dari ketentuan tersebut, sebagai berikut:

a. Materi dasar: 5-10% dari keseluruhan jpl. b. Materi inti: 80-90% dari keseluruhan jpl. c. Materi penunjang: 5-10% dari keseluruhan jpl.

Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam Teori (T), Penugasan (P), dan Praktik Lapangan (PL). Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan keterampilan seharusnya ada alokasi waktu untuk PL sesuai dengan tujuan pelatihan.

Perbandingan proporsi alokasi waktu dalam pelatihan antara teori dengan penugasan dan praktik lapangan yaitu 40% : 60% atau 30% : 70%.

Dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan disarankan menggunakan pola nomor 2, agar bobot pelatihan lebih fokus pada peningkatan ketrampilan teknisnya. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat disesuaikan dengan

(73)

62 tujuan pelatihan.

F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN

Merupakan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran yang dimulai dari pembukaan, penyampaian materi, praktek kerja lapangan, evaluasi dan penutupan. Dengan adanya diagram alir proses pembelajaran akan lebih terstruktur atau tertata. Langkah-langkah diagram alir disesuaikan dengan tujuan pelatihan. Setiap hari diawal proses pembelajaran dilakukan refleksi dengan tujuan untuk meninjau kembali proses kegiatan/pembelajaran yang telah dilaksanakan sehari sebelumnya.

G. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)/RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP)

Merupakan kisi-kisi sebagai acuan bagi fasilitator dalam menyampaikan materi. Istilah GBPP digunakan untuk pelatihan berbasis pembelajar, sedangkan RBPP digunakan untuk pelatihan berbasis kompetensi.

Isi GBPP terdiri dari judul materi, alokasi waktu, tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK), pokok dan sub pokok bahasan disampaiakan, metode, alat bantu dan referensi.

Isi RBPP terdiri dari judul materi, tujuan disampaikannya materi, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, indikator unjuk kerja, topik/pokok bahasan, metoda, media dan alat bantu pembelajaran, waktu per indikator, referensi.

H. EVALUASI

Evaluasi dalam pelatihan merupakan proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektivitas program pelatihan, bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta, pelatih dan penyelenggara.

Evaluasi untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri dari pre test, post test, dan atau ujian kompetensi.

Evaluasi untuk pelatihan bagi masyarakat terdiri dari pre test dan post test

(74)

63

Setiap peserta pelatihan yang mengikuti proses pembelajaran sesuai ketentuan akan dinyatakan lulus apabila sesuai dengan standar penilaian dan standar kelulusan.

Untuk pelatihan tenaga kesehatan peserta dinyatakan lulus akan mendapatkan sertifikat dengan angka kredit sesuai dengan ketentuan dan SKP dari organisasi profesi yang bersangkutan. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat peserta yang dinyatakan lulus mendapatkan sertifikat tanpa nilai angka kredit. Bagi peserta yang tidak lulus, diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan.

(75)

64

Lampiran 4.

TOT Umum dan TOT Substansi Nama & jenis

Pelatihan Bagian dari Kurikulum Model TOT TOT Umum TOT Substansi Peserta memiliki kompetensi substansi yang berbeda Peserta memiliki kompetensi substansi yang sama 1 Peran, fungsi dan kompetensi Didasarkan pada

kompetensi melatih Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih

Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih 2 Tujuan

pelatihan Didasarkan pada kompetensi melatih Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih

Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih 3 Peserta Kriteria peserta tidak

perlu spesifik dan bukan widyaiswara

Kriteria peserta memiliki latar belakang

kompetensi teknis yang berbeda

Kriteria peserta memiliki latar

belakang kompetensi teknis yang sama 4 Struktur

program Materi inti hanya materi Teknik Melatih, yang terdiri dari: 1. Pembelajaran Orang Dewasa (POD) 2. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) 3. Metode pembelajaran

4. Media dan alat bantu pembelajaran 5. Penciptaan iklim pembelajaran 6. Teknik presentasi efektif 7. Evaluasi

Materi inti terdiri dari materi substansi teknis dan materi Teknik Melatih.

Materi Teknik Melatih terdiri dari: 1. POD

2. SAP

3. Metode, media dan alat bantu 4. Teknik presentasi efektif Proporsi materi:

Materi substansi teknis lebih besar dari materi teknik melatih.

Proporsi materi: Materi substansi teknis lebih kecil dari materi teknik melatih. Jumlah jpl untuk Teknik

Melatih minimal 12 jpl, dengan rincian:  Teori = 3 jpl  Penugasan untuk Jumlah jpl untuk Teknik Melatih minimal 18 jpl, dengan rincian:  Teori = 5 jpl

(76)

65

Nama & jenis Pelatihan Bagian dari Kurikulum Model TOT TOT Umum TOT Substansi Peserta memiliki kompetensi substansi yang berbeda Peserta memiliki kompetensi substansi yang sama

pembelajaran menyusun SAP = 2 jpl

 Microteaching = 7 jpl

 Penugasan = 6 jpl

 Microteaching = 7 jpl

5 Evaluasi Selain pre dan post test, microteaching dievaluasi dengan menggunakan check list

Selain pre dan post test, microteaching dievaluasi dengan menggunakan check list

Catatan :

Contoh cara penulisan tujuan umum dan tujuan khusus pada kurikulum:

 TOT umum.

 TOT substansi dengan peserta memiliki kompetensi substansi yang berbeda.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun desain pembelajaran untuk Program Pelatihan Jarak Jauh Supervisor Teknologi Informasi dan Komunikasi DJKN Tingkat Dasar Tahun Anggaran 2021 telah dibahas pada Rapat

Adapun desain pembelajaran untuk Program untuk E-Learning Pengenalan International Professional Practices Framework (IPPF) dan Pelatihan Jarak Jauh Quality Assurance and

Penyesuaian tersebut meliputi perubahan metode pembelajaran menjadi pelatihan jarak jauh (PJJ) dan perubahan persyaratan peserta, yang telah dibahas pada Rapat

Desain pembelajaran pada pelatihan ini mencakup penjelasan prinsip- prinsip pasar modal syariah, kondisi terkini pasar keuangan syariah, konsep dasar sukuk, jenis sukuk

Materi pembelajaran pada pelatihan ini mencakup konsep manajemen stratejik pada sektor publik; konsep perencanaan pada sektor publik; dan konsep monitoring dan evaluasi untuk

Selama pelatihan, peserta akan mengikuti aktivitas pembelajaran yang meliputi pengayaan materi, penerapan teknik data analytics dalam kerangka berpikir, data preprocessing,

Selama proses pembelajaran peserta akan mengikuti aktivitas pembelajaran, dan memperoleh pengayaan materi sehingga peserta dapat memperluas wawasannya terkait dengan

Adapun desain pembelajaran untuk Program E-Learning Audit untuk Non Pejabat Fungsional Auditor Tahun Anggaran 2021 telah dibahas pada Rapat Penyusunan Desain Pembelajaran