Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 1
BAB 3
ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
3.1
ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN
ARAHAN PENATAAN RUANG
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan
berlandaskan
pada
berbagai
peraturanperundangan
dan
amanat
perencanaan
pembangunan. Untukmewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten Karawang perlu memahami arahan kebijakan tersebut,
sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaanpembangunan Bidang Cipta
Karya.
3.1.1
Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada
beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi
birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta
green economy
.
Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing
daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta
Karya sangat diperlukan.
3.1.1.1
RPJP Nasional 2005
–
2025 (UU No. 17 Tahun 2007)
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 2
penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan
bidang Cipta Karya, yaitu:
a.
Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan
penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti
industri,perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui
pendekatan tanggap kebutuhan (
demand responsive approach
) dan pendekatan
terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,
serta kesehatan.
b.
Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (
asset management
)
dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air
minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air
minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4)penyediaan
sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c.
Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada
perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta
dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk
proyek-proyek yang bersifat komersial.
d.
Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan
RPJMN, yaitu :
RPJMN ke 2 (2010-2014)
: Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui
percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama
antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 3
perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu
semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024)
: terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa
permukiman kumuh.
3.1.1.2
RPJM Nasional 2010
–
2014 (Perpres No. 05 Tahun 2010)
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong
partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan
lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi
penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan
dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air
limbah,persampahan dan drainase.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman
pada periode 2010-2014, yaitu:
a.
Tersedianya akses
air minum
bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan
perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan
terlindungi 38 %.
b.
Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun
2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap
sistem pengelolaan air
limbah terpusat (
off-site
)
bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan
air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah
terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas
sistem pengelolaan air limbah setempat (
on-site
)
yang layak bagi 90 % total
penduduk.
c.
Tersedianya akses terhadap
pengelolaan sampah
bagi 80 % rumah tangga di daerah
perkotaan.
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 4
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang
memadai, melalui:
a.
Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b.
Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c.
Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,
d.
Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,penanganan air limbah,
dan pengelolaan persampahan,
e.
Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,
f.
Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g.
Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS),
h.
Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur
i.
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j.
Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
3.1.1.3
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia)
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 5
3.1.1.4
MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan
Indonesia)
Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).
Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim
di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi
rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan
pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas
pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan
swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola,
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan
kemiskinan eksisting
Klaster I
, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di
Klaster II
adalah pemberdayaan masyarakat,
Klaster III
tentang Koperasi, Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan
Klaster IV
adalah program
prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga,
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 6
Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun
2014;
Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan yang berjalan selama i
ni, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG
-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA
PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
Sustainable livelihood
sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk
membangun keterkaitan dengan MP3EI;
Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
TAHAP 2 (Periode 2015
–
2019)
Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal
coverage;
Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
Penguatan
sustainable livelihood
.
TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 7
3.1.1.5
KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
UU No. 39 Tahun 2009
menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung
dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat
mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang
kegiatan ekonomi di KEK.
3.1.1.6
Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 8
dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan
permukiman kumuh.
3.1.2
Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur
ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang
yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam
penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber
daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.1.2.1
RTRW NASIONAL
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk
mewujudkan:
1.
Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2.
Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3.
Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
4.
Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 9
6.
Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7.
Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;
8.
Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan
9.
Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional
RTRWN menjadi pedoman untuk :
1.
Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional
2.
Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3.
Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional
4.
Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi, serta keserasian antarsektor
5.
Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6.
Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
7.
Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
A.
Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan
struktur ruang meliputi:
a.
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhierarki; dan
b.
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah nasional.
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah meliputi:
a.
Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
b.
Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan;
c.
Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 10
e.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
meliputi:
f.
Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat,laut, dan udara;
g.
Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan
terisolasi
h.
Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik
i.
Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumber daya air;dan
j.
Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta
mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
a.
kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
b.
kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan
c.
kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.
B.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:
1.
Sistem perkotaan nasional;
2.
Sistem jaringan transportasi nasional
3.
Sistem jaringan energi nasional
4.
Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan
5.
Sistem jaringan sumber daya air.
1.
Sistem Perkotaan Nasional
Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW
tercantum dalam Lampiran II yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini.PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang
RencanaTata
Ruang
Wilayah
Provinsi
berdasarkan
usulan
pemerintahkabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW,
dan PKL dapat berupa:
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 11
c.
Kawasan perkotaan besar;
d.
Kawasan perkotaan sedang; atau
e.
Kawasan perkotaan kecil.
Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi PKN PKW PKL
Daerah Khusus Ibukota Jakarta - Jawa Barat - Banten
Kawasan Perkotaan
Jabodetabek - -
Jawa Barat
Kawasan Perkotaan
Bandung Raya Sukabumi -
Cirebon Cikampek -
Cikopo Palabuhan ratu
Indramayu
Kadipaten
Tasikmalaya
Pangandaran
Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
2.
Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas:
a.
Sistem jaringan transportasi darat;
b.
Sistem jaringan transportasi laut; dan
c.
Sistem jaringan transportasi udara.
3.
Sistem Jaringan Energi Nasional
Sistem jaringan energi nasional terdiri atas:
a.
jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b.
pembangkit tenaga listrik; dan
c.
jaringan transmisi tenaga listrik.
4.
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud merupakan sistem sumber
daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
C.
Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas:
a.
Kawasan lindung nasional; dan
b.
Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional
1.
Kawasan Lindung
Kawasan lindung nasional terdiri atas:
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 12
b.
Kawasan perlindungan setempat;
c.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
d.
Kawasan rawan bencana alam;
e.
Kawasan lindung geologi; dan
f.
Kawasan lindung lainnya.
Tabel 3.2 Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi
Jawa Barat
Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi Suaka Margasatwa Gunung Sawal Kabupaten Ciamis Cagar Alam Gunung Tangkuban Perahu Kabupaten Bandung Barat Cagar Alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut
Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung Cagar Alam Gunung Papandayan Kabupaten Garut
Cagar Alam Gunung Burangrang Kabupaten Subang dan Purwakarta Cagar Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung
Cagar Alam Gunung Simpang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Taman Nasional Gunung Gede – Pangrango
Kabupaten Ciajur, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor
Taman Nasional Halimun – Salak Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi
Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Taman Wisata Alam Gunung
Tampomas Kabupaten Sumedang Taman Wisata Alam Laut Cijulang Kabupaten Pangandaran
Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
2.
Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis
Kawasan budi daya terdiri atas:
a.
Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas:
1.
Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas;
2.
Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan
3.
Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.
b.
Kawasan peruntukan hutan rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang
dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.
c.
Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 13
2.
Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
3.
Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
4.
Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
5.
Kawasan peruntukan perikanan;
d.
Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria:
1.
Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya,
dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau
2.
Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
e.
Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri
atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan panas bumi, serta air tanah.
f.
Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:
1.
Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
2.
Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
3.
Tidak mengubah lahan produktif.
g.
Kawasan peruntukan pariwisata;
Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:
1.
Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau
2.
Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
h.
Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
1.
Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;
2.
Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau
3.
Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
i.
Kawasan peruntukan lainnya
Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai
kawasan andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk
memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta
mendorong pemerataan perkembangan wilayah.
Tabel 3.3 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat
Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan
Jawa Barat Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur dan Sekitarnya)
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 14
Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan
Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya perikanan, pertanian, pariwisata dan perkebunan
Kawasan Purwakarta, Subang, Karawang (Purwasuka)
pertanian, industri, pariwisata dan perikanan
Kawasan Cekungan Bandung industri, pertanian, pariwisata dan perkebunan
Kawasan Cirebon-Indramayu- Majalengka-Kuningan (Ciayumaja Kuning) dan Sekitarnya
pertanian, industri, perikanan dan pertambangan
Kawasan Priangan Timur-Pangandaran pertanian, industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
D.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkankepentingan:
1.
Pertahanan dan keamanan;
2.
Pertumbuhan ekonomi;
3.
Sosial dan budaya;
4.
Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;dan/atau
5.
Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Tabel 3.4 Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat Provinsi Kawasan Strategis Nasional Lokasi
Jawa Barat
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang Kawasan Fasilitas Uji Terbang
Roket Pamengpeuk Kabupaten Garut Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Pamengpeuk Kabupaten Garut Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Tanjung Sari Kabupaten Sumedang Kawasan Stasiun Telecomand Provinsi Jawa Barat Kawasan Stasiun Bumi
Penerima Satelit Mikro Provinsi Jawa Barat Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional
3.1.2.2
RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1.
Pertahanan dan keamanan
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
ditetapkan dengan kriteria:
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 15
berdasarkan geostrategi nasional;
b.
diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem
persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau
c.
merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
2.
Pertumbuhan ekonomi
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan
dengan kriteria:
a.
memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b.
memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
c.
memiliki potensi ekspor;
d.
didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e.
memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f.
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;
g.
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
h.
ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
3.
Sosial dan budaya
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan
dengan kriteria:
a.
merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional;
b.
merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri
bangsa;
c.
merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan;
d.
merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;
e.
memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau
f.
memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
4.
Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 16
dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria:
a.
diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa,
serta tenaga atom dan nuklir;
b.
memiliki sumber daya alam strategis nasional;
c.
berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
d.
berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
e.
berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
5.
Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
a.
merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b.
merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c.
memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d.
memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e.
menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f.
rawan bencana alam nasional; atau
g.
sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut :
a.
Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
b.
Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
c.
Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;
d.
Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,
Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 17
f.
Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan
Karimun.
3.1.2.3
RTRW PULAU
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rincidan operasionalisasi dari
RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan
RPIJM Kabupaten/Kota adalah:
a.
Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruangantara lain mencakup arahan
pengembangan kawasanlindung dan budidaya, serta arahan pengembangan polaruang
terkait bidang Cipta Karya seperti pengembanganRTH.
b.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yangmemberikan arahan batasan wilayah
mana yang dapatdikembangkan dan yang harus dikendalikan.
c.
Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.
Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
a.
Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;
b.
Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;
c.
Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;
d.
Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.
3.1.2.4
RTRW PROVINSI JAWA BARAT
RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah,
dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang
berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Daerah.
Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam :
a.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana
sektoral lainnya;
b.
Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c.
Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 18
e.
Penataan ruang KSP; dan
f.
Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota
A.
Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi :
a.
Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang;
b.
Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang; dan
c.
Kebijakan dan strategi pengendalian pemanfaatan ruang
1.
Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang
Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi :
a.
Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui
pendekatan partisipatif;
b.
Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci;
c.
Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP.
Strategi perencanaan tata ruang meliputi :
a.
Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan
tata ruang;
b.
Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan RTRWP;
c.
Menjadikan RTRWP sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah;
d.
Penyusunan kesepakatan RTRWP dengan rtrw provinsi yang berbatasan;
e.
Penyusunan rencana tata ruang KSP
2.
Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang
Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang meliputi :
a.
Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah;
Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6 (enam)
WP serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan.
Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan
pembangunan. Penetapan WP merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis
Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional. Pembagian WP terdiri
atas :
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 19
Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan
wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi,
Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur;
b.
WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka,
meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten
Karawang;
c.
WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan
Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan
wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian
wilayah di Kabupaten Sumedang;
d.
WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan
Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran
kawasan di KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan)
yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan,
meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya,
Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar;
e.
WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan
Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian
wilayah di Kabupaten Cianjur; dan
f.
WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten
Sumedang.
Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP,
meliputi:
a.
Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP
Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung
dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan
perkembangannya;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 20
c.
Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP
KK Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan
Timur-Pangandaran,
ditetapkan
menjadi
kawasan
yang
dibatasi
perkembangannya;
d.
Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP
Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan
sekitarnya,
ditetapkan
menjadi
kawasan
yang
ditingkatkan
perkembangannya.
Strategi pengembangan wilayah untuk kawasan dilakukan dengan :
a.
Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi :
1.
Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang berdayasaing dan
ramah lingkungan;
2.
Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan
potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah;
3.
Menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang
menarik arus migrasi masuk tinggi;
4.
Mengembangkan sistem transportasi massal;
5.
Meningkatkan
koordinasi
dan
kerjasama
antarprovinsi
dalam
mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan
6.
Mengembangkan mekanisme pembagian peran (
role sharing)
terutama
dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung
berbasis das dan pemanfaatan sumberdaya alam.
b.
Mendorong pengembangan wilayah, meliputi:
1.
Memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai
dengan arahan RTRWP;
2.
Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan
perikanan, pariwisata, industri dan perdagangan/jasa;
3.
Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah;
4.
Menjamin ketersediaan serta kualitas sarana dan prasarana permukiman
yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan
5.
Meningkatkan
koordinasi
dan
kerjasama
antarprovinsi
dalam
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 21
1.
Mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah
ditetapkan;
2.
Meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal
dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan;
3.
Meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan;
4.
Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah
perbatasan;
5.
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam
mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan
6.
Mengembangkan mekanisme pembagian peran (
role sharing)
terutama
dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung
berbasis das.
d.
Meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi:
1.
Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan
perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa;
2.
Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah;
3.
Mengembangkan sistem transportasi massal;
4.
Menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman
yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan
5.
Meningkatkan koordinasi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan
fungsi di wilayah perbatasan.
3.
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
a.
Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu
PKN, pknp, PKW, pkwp, dan PKL;
b.
Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan
dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya;
c.
Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah
yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang
berkelanjutan;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 22
e.
Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan
wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Daerah;
f.
Mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan
pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk.
Strategi pemantapan peran kawasan perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah
ditetapkan meliputi :
a.
Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan distribusi skala
internasional, nasional atau beberapa provinsi;
b.
Mengembangkan kegiatan ekonomi di bagian timur dengan orientasi pergerakan
ke arah Cirebon;
c.
Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian selatan menjadi PKNp yang
mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau
beberapa provinsi;
d.
Meningkatkan peran PKW sebagai penghubung pergerakan dari PKL ke PKN
terdekat melalui pengembangan prasarana dan permukiman yang dapat
memfasilitasi kegiatan ekonomi di wilayah sekitarnya;
e.
Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian timur dan selatan menjadi
PKWp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau
beberapa kabupaten/kota;
f.
Meningkatkan peran PKL perkotaan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan
g.
Meningkatkan peran PKL perdesaan sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal
yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan
Strategi pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung
lingkungan serta fungsi kegiatan dominannya meliputi:
a.
Mengendalikan mobilitas dan migrasi masuk terutama ke wilayah pusat
pertumbuhan;
b.
Mengendalikan pertumbuhan permukiman skala besar dan mendorong
pengembangan permukiman vertikal di kawasan padat penduduk, antara lain di
kawasan perkotaan Bodebek dan kawasan perkotaan Bandung Raya;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 23
d.
Mengendalikan perkembangan kegiatan industri manufaktur dan kawasan
permukiman skala besar di koridor Bodebek-Cikampek-Bandung.
Strategi pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara dan
wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan
yang berkelanjutan meliputi :
a.
Menetapkan WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, dan
WP KK Cekungan Bandung ;
b.
Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi wilayah
belakangnya (
hinterland
); dan
c.
Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster
perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan
kualitas sesuai standar pelayanan minimal.
Strategi pengendalian dan pengembangan sistem kota di wilayah selatan sesuai
dengan dayadukungnya meliputi :
a.
Menetapkan WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan
Timur-Pangandaran;
b.
Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi; dan
c.
Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster
perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan
kualitas sesuai standar pelayanan minimal.
Strategi penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah
untuk terwujudnya sistem kota di Daerah meliputi :
a.
Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana wilayah
untuk mendukung pergerakan di sepanjang koridor kawasan perkotaan Bandung
Raya-Cirebon, dan kawasan perkotaan Pangandaran ke arah Cirebon;
b.
Mengembangkan sistem angkutan umum massal di Kawasan Perkotaan
Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung Raya dan Cirebon untuk mengurangi
masalah transportasi perkotaan;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 24
d.
Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas
pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP;
e.
Mengembangkan sistem energi dan kelistrikan yang dapat memantapkan fungsi
PKW, PKWp, PKL perkotaan, dan PKL perdesaan;
f.
Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS
untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian;
g.
Mengembangkan sistem Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
(TPPAS)
regional
sesuai
dengan
proyeksi
pertumbuhan
penduduk,
perkembangan kegiatan perkotaan dan ekonomi;
h.
Mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk menunjang
kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKL perkotaan, PKL perdesaan, PKW,
dan PKWp; dan
i.
Meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya, terutama
di PKL perkotaan dan PKL perdesaan, untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi ke pusat kegiatan di PKN dan
PKW.
Strategi pendorong terlaksananya peran WP dan KSP dalam mewujudkan
pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk meliputi :
a.
Menentukan fungsi setiap WP agar terjadi sinergitas pembangunan;
b.
Menentukan arah pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap
WP;
c.
Optimalisasi fungsi PKW dan PKL dalam setiap WP; dan
d.
Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung mobilitas
dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam WP.
4.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang.
Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi :
a.
Pengembangan kawasan lindung; dan
b.
Pengembangan kawasan budidaya.
5.
Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi :
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 25
b.
Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian
pemanfaatan ruang;
c.
Pemberian
izin
pemanfaatan
ruang
yang
merupakan
kewenangan
kabupaten/kota, berpedoman pada rtrwp;
d.
Pemberian izin pemanfaatan ruang oleh kabupaten/kota yang berdampak besar
dan/atau menyangkut kepentingan nasional dan/atau provinsi, dikoordinasikan
dengan gubernur.
B.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Rencana tata ruang wilayah provinsi terdiri dari :
1.
Rencana struktur ruang wilayah provinsi, meliputi :
Rencana pengembangan sistem perkotaan meliputi :
1.
Sistem perkotaan di Daerah terdiri atas :
a.
Penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung
Raya, dan Cirebon sebagai PKN, dengan peran menjadi pusat koleksi dan
distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi;
b.
Penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai pknp, yang mempunyai
fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau
beberapa provinsi;
c.
Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek-Cikopo, Indramayu,
Kadipaten, Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai PKW, dengan peran
menjadi pusat koleksi dan distribusi skala nasional;
d.
Penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai pkwp, yang mempunyai
fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa
kabupaten/kota;
e.
Penetapan kawasan Cikarang, Cibinong, Cimanggis, Cibadak, Cianjur,
Sindangbarang, Purwakarta, Karawang, Soreang, Padalarang, Sumedang,
Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka,
Kuningan, Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari
sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan
beberapa kecamatan;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 26
Ngamprah, Cisarua, Lembang, Tanjungsari, Wado, Tomo, Conggeang,
Ciasem, Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel, Kandanghaur,
Patrol, Gantar, Arjawinangun, Palimanan, Lemahabang, Ciledug,
Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus, Ciawigebang,
Luragung, Kadugede, Cikajang, Bungbulang, Karangnunggal, Kawali,
Cijeungjing, Cikoneng, Rancah, Panjalu, Pamarican dan Cijulang sebagai
PKL Perdesaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa
kecamatan.
Tabel 3.5 Sistem Perkotaan Provinsi
NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PKL
Sukabumi Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak
Jampang kulon Sagaranten Jampang tengah 8
Kab Cianjur Cianjur
Sindangbarang Sukanagara 9 Kab
Karawang Karawang
Rengasdengklok
Sumedang Sumedang
Wado
Indramayu Indramayu Jatibarang
Karangampel
Majalengka Kadipaten Majalengka
Kertajati
Kuningan Kuningan
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 27
Tasikmalaya Tasikmalaya
24 Kab
Tasikmalaya Singaparna Karangnunggal
25
Kab Ciamis Pangandaran Pangandaran
Ciamis
Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat
Tabel 3.6 Sistem Perkotaan PKN (Kawasan Perkotaan BODEBEK)
PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III
Kawasan Kota Depok Cimanggis
Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat
Tabel 3.7 Sistem Perkotaan (Kawasan Perkotaan Bandung Raya)
PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III
Kawasan Perkotaan Bandung Raya
Kota Bandung
Kabupaten Bandung Soreang
Ciwidey
Kabupaten Sumedang Tanjungsari Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat
Tabel 3.8 Sistem Perkotaan (PKN Cirebon)
PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 28
PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III
Kabupaten Cirebon Sumber
Arjawinangun Palimanan Lemahabang Ciledug Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat
Rencana pengembangan infrastruktur wilayah.
Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di Daerah, meliputi :
a.
Pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan terdiri atas :
Pengembangan jaringan jalan primer yang melayani distribusi barang
dan jasa yang menghubungkan PKN, pknp, PKW, pkwp dan PKL;
Pengembangan jaringan jalan tol dalam kota maupun antarkota sebagai
penghubung antarpusat kegiatan utama;
Pengembangan jaringan kereta api yang berfungsi sebagai penghubung
antar PKN serta antara PKN dengan pknp dan pkwp;
Pengembangan bandara dan pelabuhan nasional maupun internasional
serta terminal guna memenuhi kebutuhan pergerakan barang dan jasa
dari dan ke Daerah dalam skala regional, nasional, maupun internasional;
dan
Pengembangan sistem angkutan umum massal dalam rangka mendukung
pengembangan pusat kegiatan utama.
b.
Pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi berbasis DAS terdiri
atas :
WS Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum;
WS Cimanuk-Cisanggarung;
WS Citanduy;
WS Ciwulan-Cilaki; dan
WS Cisadea-Cibareno.
c.
Pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan terdiri atas :
Pengembangan
instalasi
dan
jaringan
distribusi
listrik
untuk
meningkatkan pasokan listrik ke seluruh wilayah;
Pengembangan energi terbarukan meliputi panas bumi, energi potensial
air, energi surya, energi angin dan bioenergi; dan
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 29
d.
Pengembangan infrastruktur telekomunikasi terdiri atas :
Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum terjangkau sinyal
telepon;
Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum dilalui jaringan
terestrial telekomunikasi; dan
Pengembangan
Cyber Province
.
e.
pengembangan infrastruktur permukiman, terdiri atas :
Pengembangan hunian vertikal di perkotaan;
Pengembangan kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun di
perkotaan;
Peningkatan pelayanan sistem air minum;
Pengelolaan air limbah dan drainase;
Pengelolaan persampahan;
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh;
Pembangunan kawasan dan sarana olahraga;
Pembangunan pusat kebudayaan;
Pembangunan rumah sakit;
Pembangunan pasar induk regional;
Pengembangan/pembangunan
homeindustry
;
Peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan;
Peningkatan dan pembangunan pusat kegiatan belajar; dan
Pembangunan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) pembantu.
2.
Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi
Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri atas:
a.
Kawasan Lindung Provinsi
Rencana pola ruang kawasan lindung provinsi meliputi :
a.
Menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45% dari luas seluruh wilayah
Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasanhutan dan kawasan
lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018;
b.
Mempertahankan kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai
(DAS);
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 30
d.
Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar
kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.
Kawasan lindungterdiri dari:
a.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
meliputi :
1.
Kawasan hutan lindung;
2.
Kawasan resapan air;
b.
Kawasan perlindungan setempat, meliputi :
1.
Sempadan pantai;
2.
Sempadan sungai;
3.
Kawasan sekitar waduk dan danau/situ;
4.
Kawasan sekitar mata air;
5.
RTH di kawasan perkotaan;
c.
Kawasan suaka alam, meliputi :
1.
Kawasan cagar alam;
2.
Kawasan suaka margasatwa;
3.
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya;
4.
Kawasan mangrove;
d.
Kawasan pelestarian alam, meliputi :
1.
Taman nasional;
2.
Taman hutan raya;
3.
Taman wisata alam;
e.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
f.
Kawasan rawan bencana alam, meliputi :
1.
Kawasan rawan tanah longsor;
2.
Kawasan rawan gelombang pasang;
3.
Kawasan rawan banjir;
g.
Kawasan lindung geologi, meliputi :
1.
Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars;
2.
Kawasan rawan bencana alam geologi;
3.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;
h.
Taman buru;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 31
k.
Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi; dan
l.
Kawasan yang sesuai untuk hutan lindung.
Tabel 3.9 Kawasan Lindung Provinsi Jawa Barat
Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi
Fisik Lokasi (Kode)
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya
1.1 Kawasan Hutan
berfungsi lindung Hutan Lindung Hutan
Tereletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH): Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Kawasan Bandung Utara, Kawasan Bandung Selatan, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Kuningan. 1.2 Kawasan
resapan air Non Hutan Tersebar di Jawa Barat 2. Kawasan Perlindungan Setempat
2.1 Sempadan pantai Non Hutan
Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Subang, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Cirebon
2.2 Sempadan sungai Non Hutan Terletak di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.3 Kawasan sekitar waduk dan danau/situ
Non Hutan
Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten Purwakarta;
Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta – Cianjur - Bandung Barat;
Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung;
Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak di Kabupaten Bandung Barat;
Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido, Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor; Waduk Darma, Waduk Wulukut, Waduk Dadap
Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan; Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di Kabupaten
Cirebon;
Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten Indramayu;
Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan, Situ Rancabeureum, terletak di Kabupaten Majalengka; Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang; Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Bekasi; Situ Kamojing, terletak di Kabupaten Karawang; Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut; Situ Gede, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok.
2.4 Kawasan sekitar
mata air Non Hutan Tersebar di Jawa Barat 2.5 Ruang Terbuka
Hijau Kota
Hutan dan
Non Hutan Tersebar di Jawa Barat 3. Kawasan Suaka Alam
3.1 Kawasan Cagar Alam
Hutan
Konservasi Hutan
Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, terletak di Kabupaten Bogor; Cagar Alam Talaga Warna, terletak di Kabupaten Bogor –
Cianjur;
Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas Malang, dan Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, terletak di Kabupaten Cianjur; Cagar Alam Gunung Simpang, terletak di Kabupaten
Bandung - Cianjur;
Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar, Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II, Cagar Alam Yung Hun, dan Cagar Alam Gunung Tilu, terletak di Kabupaten Bandung;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 32
Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi
Fisik Lokasi (Kode)
Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung - Subang;
Cagar Alam Talaga Bodas dan Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut;
Cagar Alam Sukawayana, Cagar Alam Cibanteng, Cagar Alam Tangkuban Parahu (Palabuhanratu), terletak di Kabupaten Sukabumi;
Cagar Alam Burangrang, terletak di Kabupaten Purwakarta;
Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Kabupaten Sumedang;
Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Kabupaten Ciamis.
3.2. Kawasan suaka margasatwa
Hutan
Konservasi Hutan
Suaka Margasatwa Cikepuh terletak di Kabupaten Sukabumi Suaka Margasatwa Gunung Sawal terletak di Kabupaten
Ciamis
Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di Kabupaten Tasikmalaya
Suaka Alam Laut Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut
Suaka Alam Laut Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis
3.4 Kawasan pantai berhutan bakau/ payau
Hutan
Konservasi Hutan
Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi
Muara Bobos dan Blanakan, terletak di Kabupaten Subang Tanjung Sedari, terletak di Kabupaten. Karawang
Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon
4. Kawasan Pelestarian Alam
4.1. Taman Nasional Hutan
Konservasi Hutan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kabupaten Sukabumi, Bogor
Taman Nasional Gunung Halimun terletak di Kabupaten Sukabumi dan Bogor
Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka
4.2. Taman Hutan Raya Hutan Konservasi
Hutan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda terletak Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak di Kota Depok Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci di
Kabupaten Sumedang
4.3. Taman Wisata Alam
Hutan
Konservasi Hutan
Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, terletak di Kabupaten Bogor;
Taman Wisata Alam Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi;
Taman Wisata Alam Jember, terletak di Kabupaten Cianjur; Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata
Alam Cimanggu, terletak di Kabupaten Bandung;
Taman Wisata Alam Curug Dago, terletak di Kota Bandung; Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu, terletak di
Kabupaten Bandung Barat - Subang;
Taman Wisata Alam Curug Santri, terletak di Kabupaten Karawang;
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang terletak di Kabupaten Bandung - Garut;
Taman Wisata Alam Papandayan, Taman Wisata Alam Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas, terletak di Kabupaten Garut;
Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, terletak di Kabupaten Sumedang;
Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan;
Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis;
Bab 3 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya | 33
Fungsi Jenis/Tipe Klasifikasi
Fisik Lokasi (Kode)
Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Wilayah I terletak di Kota Bogor;
Istana Cipanas, Megalitikum Gunung Padang, dan Kawasan Makam Rd. Aria di Cikundul, terletak di Kabupaten Cianjur; Kawasan Gedung Sate, terletak di Kota Bandung;
Candi Bojong Menje dan Kawasan Makam Syech Mahmud di Kabupaten Bandung
Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat;
Makam Sunan Gunungjati, terletak di Kabupaten Cirebon; Gua Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman,
Keraton Kacirebonan, dan Gedung Negara BKPP Wilayah III terletak di Kota Cirebon;
Museum Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan; Kampung Naga dan Kawasan Makam Syech Sunan Rohmat
Pamijahan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; Gunung Kunci, Komplek Museum Prabu Geusan Ulun,
Komplek Makam Dayeuh Luhur, terletak di Kabupaten Sumedang;
Candi Cangkuang, Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin, dan Gedung Negara BKPP Wilayah IV, terletak di Kabupaten Garut;
Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak di Kabupaten Bogor;
Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong Panjalu, dan Kampung Kuta, terletak di Kabupaten Ciamis; Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; Kampung Ciptagelar, terletak di Kabupaten Sukabumi; Kawasan Makam Syech Tb. Ahmad Bakri, dan Gedung
Negara BKPP Wilayah II, terletak di Kabupaten Purwakarta; Kawasan Situs Candi Jiwa dan Makam Syech Quro, terletak
di Kabupaten Karawang; dan
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota.
6. Kawasan Rawan Bencana Alam
6.1 Kawasan Rawan
Tanah Longsor Non Hutan
Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Purwakarta, Kab. Sumedang, Kab.Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan & Kab. Cirebon 6.2 Kawasan
Gelombang Pasang Non Hutan
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi
6.3 Kawasan Rawan
Banjir Non Hutan
Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi
7. Kawasan Lindung Geologi
7.1 Kawasan Konservasi Lingkungan Geologi
Non Hutan
1. Kawasan Cagar Alam Geologi, meliputi :
Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat;
Kawasan Geologi Ciletuh, terletak di Kabupaten Sukabumi;
Kawasan Geologi Rancah, terletak di Kabupaten Ciamis; dan
Kawasan Geologi Pasirgintung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya.
2. Kawasan Kars, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis.
7.2 Kawasan Rawan
Bencana Geologi Non Hutan
1.Kawasan rawan bencana gunung api, meliputi :
Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi;