• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Sistem penyiraman tanaman otomatis berbasis mikrokontroler AT89S51 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR - Sistem penyiraman tanaman otomatis berbasis mikrokontroler AT89S51 - USD Repository"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh:

YOHANES DWI HARDIYANTO NIM: 035114012

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

MICROCONTROLLER

Presented as Partial Fullfilment of the Requirment to Obtain the Sarjana Teknik Degree

in Electrical Engineering Study Program

written by :

YOHANES DWI HARDIYANTO

Student Number: 035114012

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

(3)
(4)
(5)

v

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 april 2009

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yohanes Dwi Hardiyanto

Nomor Mahasiswa : 035114012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

SISTEM PENYIRAMAN TANAMAN OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 Mei 2009 Yang menyatakan

(Yohanes Dwi Hardiyanto)

(7)

vii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

(8)

viii

kondisi lingkungan. Dengan dasar tersebut dibuatlah sistem penyiraman yang memperhatikan lingkungan yang diterapkan pada penanaman bawang merah. Bawang merah harus mempunyai tata air dan tata udara dalam tanah yang baik.

Penyiraman dilakukan dengan pompa aquarium yang dikontrol oleh mikrokontroler berdasarkan suhu dan kelembaban tanah. Sensor suhu yang digunakan LM35. Sensor kelembaban tanah menggunakan dua pipa kuningan dengan prinsip elektroda. Unit antarmuka menggunakan beberapa rangkain pengondisi sinyal dan pengubah analog ke digital (ADC) yang diproses oleh mikrokontroler. Keluaran mikrokontroler ditampilkan ke LCD dan sebagai masukan transistor sebagai saklar. Transistor sebagai saklar digunakan untuk menghidupkan dan mematikan pompa.

Hasil pengujian dan analisa menunjukkan suhu udara yang dapat diukur 8 C - 50 C dengan tingkat kesalahan 1 C -2 C. Alat ini dapat mendeteksi keadaan tanah kering atau basah.

(9)

ix

ABSTRACT

In the natural condition or cultivated, plants suffered from stress as effect of environment condition. Based on this fact a watering system which concern the environment and apllied for onion planning was made. Onion had to have drainase system and airing system on the good soil.

The watering was made with an aquarium pump which was controled based on the temperature and soil humidity. The temperature sensor used was LM 35. The sensor of the oil humidity used two brass Pipes with an electrode principle. The interface unit used signal coditioning circuit and analog to digital (ADC) processed by microcontroller. The microcontroller output was displayed to LCD and switch transistor input. The switch transistor was used to turn off and turn on the pump.

The result of the measurement and analysis provided the air temperature which can be measured 6 C - 50 C with the error probability of 1 C - 2 C. This equiment could detect the condition of the soil whether is was dry or wet.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ungkapkan pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, karena hanya berkat dan bimbingan-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Dengan usaha yang keras dan diiringi doa yang tiada henti juga atas bantuan semua pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa mulai dari proses perancangan, realisasi sampai pengujian alat dan proses penyusunan skripsi ini tidak dapat lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terima kasih kepada :

1. Wiwien Widyastuti, S.T., M.T. selaku Dosen pembimbing I atas segala pemikiran dalam membimbing, ide, tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kesabaran dan sarana yang sangat penulis perlukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dari awal hingga selesai.

2. Kedua orang tua tercinta Petrus Suradi dan Anna Cristina Boniyem. Terima kasih atas segalanya, perhatiannya, dukungan untuk terus maju, cinta dan kesabaran dalam mendidik penulis.

3. Kakakku Susan Premiati serta adikku Windriyani dan Clara Endri Prasetyani yang selalu memberikan dukungan semangat dan kasih sayang kepadaku. 4. Teman teman semua yang membantu karya tulis ini : Sukur Widodo, Wisnu

(11)

xi

5. Supriyono yang telah membantu dalam pembuatan mekanis alat.

6. Temanku yang mengerjakan bersama di lab TA: Taufik (TE04), Eri (TE04) dan Wiwied (TE03).

7. Laboran Teknik Elektro: Antonius Suryo, Suryo Asih Subrota, Aris Sukardjito dan semua staf sekretariat Fakultas Teknik.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu dalam seluruh rangkaian proses pendidikan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, kelemahan dan jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis dengan kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan tugas akhir ini.

Yogyakarta, 2 april 2008 Penulis

(12)

xii

HALAMAN JUDUL....……….... i

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS.………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ...………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PERSEMBAHAN MOTTO...………... vi

INTISARI... vii

ABSTRACT ………... viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... .………... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... ………... 1

1.1 Judul …… ………... 1

1.2 Latar Belakang Masalah...……….... 1

1.3 Tujuan Dan Manfaat...………... 1

1.4 Batasan Masalah...………... 2

(13)

xiii

2.1 Tanaman Bawang Merah ... 5

2.2 Mikokontoler AT89S51...……….. 6

2.3 ADC 0804 ………... 10

2.4 Sensor Suhu ...………... 13

2.5 Sensor Kelembaban Tanah...……… 14

2.6 Komparator...………... 14

2.7 Pembagi Tegangan ...……….. 15

2.8 Penguat Non Inverting...……… 16

2.9 LCD……….………... 17

2.10 Transistor Sebagai Saklar...……….. 19

2.11 Relay...………... 20

BAB III. RANCANGAN PENELITIAN... 22

3.1 Prinsip Kerja...………... 22

3.2 Kontruksi Mekanis ……….. ……… 22

3.3 Sensor Suhu Dan Pengondisi Sinyal………... 23

3.4 Pembagi Tegangan Untuk Nilai Referensi ADC………... 25

3.5 ADC………... 26

3.6 Sensor Kelembaban Dan Pengondisi Sinyal ………... 28

3.7 Mikrokontroler………... 29

3.8 Transistor Sebagai Saklar... 31

(14)

xiv

3.9.3 Baca ADC…….……….... 35

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ……… ………... 38

4.1 Pengamtan Sensor Suhu Dan Pengondisi Sinyal………. ….. 38

4.2 Pengamtan ADC………..………... 40

4.3 Pengamatan Sensor Kelembaban Dan Pengondisi Sinyal ……… 41

4.4 Pengamatan Mikrokontroler……….………. 42

4.5 Pengamatan Transistor Sebagai Saklar………... 44

4.6 Pengamatan LCD…….……….... 46

4.7 Pengamatan Kerja Sistem………... ……… 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 48

5.1 Kesimpulan ……… 48

5.2 Saran ……… 48

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

Gambar 2.1 Konfigurasi pin AT89S51………... 9

Gambar 2.2 Rangkaian sinyal detak………... 10

Gambar 2.3 Konfigurasi tombol reset………... 10

Gambar 2.4 Konfigurasi ADC 0804………... 12

Gambar 2.5 Sensor suhu model TO………... 13

Gambar 2.6 Pipa kunigan sebagai sensor kelembaban ………... 14

Gambar 2.7(a) Komparator non inverting dengan bias positif………... 15

Gambar 2.7(b) Grafik keluaran komparator ………... 15

Gambar 2.8 (a) Komparator inverting dengan bias positif………... 15

Gamabar 2.8(b) Grafik keluaran komparator inverting………... 15

Gambar 2.9 Konfigurasi pembagi tegangan ………... 16

Gambar 2.10 Penguat non inverting ………... 16

Gambar 2.11 Diagram kotak LCD 2X16 karakter………... 17

Gambar 2.12 Susunan pin LCD 2X16 karakter………... 18

Gambar 2.13 Konfigurasi transistor sebagai saklar………... 20

Gambar 2.14 Relay SPDT………... 21

Gambar 3.1 Blok diagram penyiraman otomatis………... 22

Gambar 3.2 Kontruksi Mekanis dari sistem penyiraman otomatis………... 23

Gambar 3.3 Rangkaian penguat non inverting………... 25

Gambar 3.4 Konfigurasi tegangan referensi pembagi tegangan………….... 26

(16)

xvi

Gambar 3.8 Gambar diagram alir utama program………. 33

Gambar 3.9 Gambar digram alir untuk penampil LCD ...……… 35

Gambar 3.10 Gambar alir pembacaan ADC……… 36

Gambar 4.1 Kontruksi mekanis system penyiraman otomatis…………..…… 38

Gambar 4.2 Grafik kesalahan pengukuran tegangan sensor suhu terhadap suhu... 39

Gambar 4.3 Grafik kesslahan pengukuran penguatan terhadap suhu……….... 40

Gambar 4.4 Grafik kesalahan ADC terhadap suhu……… 41

Gambar 4.5 Keluaran tegangan pada kondisi basah pada VC... 42

Gambar 4.6 Kondisi port P2.6 saat logika 1………... 43

(17)

xvii

Tabel 2.1 Fungsi pin LCD 2X16 karakter………... 19

Tabel 3.1 Penskalaan tagangan………... ... 24

Tabel 3.2 Kondisi hidup mati pompa………... 33

Tabel 4.1 Perancangan sensor kelembaban dan pengondisi sinyal ………... 41

Tabel 4.2 Pengamatan sensor kelembaban dan pengondisi sinyal………... 42

Tabel 4.3 Pengamatan mikrokontroler ………... 43

Tabel 4.4 Perancangan transistor sebagai saklar………... 44

Tabel 4.5 Pengamatan transistor sebagai saklar………... 44

(18)

xviii

Listing program………... L2

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

JUDUL

Sistem Penyiraman Tanaman Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89S51

1.2

LATAR BELAKANG MASALAH

Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian

seringkali mengalami stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses). Stres

biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang berpengaruh

terhadap tanaman. Dalam kasus ini, stress terjadi karena kondisi lingkungan atau abiotic

stresses seperti suhu, kelembaban, salinitas, kekeringan, dan banjir [1].

Dengan dasar tersebut, penulis ingin membuat sistem penyiraman yang

memperhatikan lingkungan yang diterapkan dalam penanaman bawang merah. Bawang

merah harus mempunyai tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah yang

baik, tidak boleh ada genangan[2].

Pada penanaman bawang merah hanya memperhatikan kelembaban tanah yaitu

kering atau basah dan suhu sekitar.

1.3

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu replika sistem penyiraman otomatis

(20)

Manfaat dari sistem penyiraman tanaman otomatis ini dapat digunakan untuk

meringankan pekerjaan manusia pada umumnya dan petani pada khususnya yaitu

membantu penyiraman secara otomatis yang diatur berdasarkan kelembaban tanah dan

suhu. Hal ini dapat meminimalisasi kendali manual oleh manusia.

1.4

BATASAN MASALAH

Sistem penyiraman ini menggunakan pompa untuk mengatur penyiraman. Mati

hidup pompa diatur oleh mikrokontroler AT89S51 berdasarkan sensor kelembaban tanah

dan suhu.

Dengan demikian, batasan tugas akhir ini sebagai berikut:

1. Sistem penyiraman ini hanya merupakan replika dari sistem penyiraman

tanaman bawang merah yang sebenarnya.

2. Sistem penyiraman ini menggunakan sensor suhu ( lm 35 ).

3. Sistem penyiraman ini menggunakan sensor kelembaban tanah (dua pipa

kuningan dengan membandingkan resistansi).

4. Sistem penyiraman ini menggunakan pompa aquarium.

5. Sistem penyiraman ini menggunakan LCD 2×16 karakter untuk menampilkan

suhu.

6. Tampilan nilai suhu pada sistem penyiraman ini hanya merupakan bilangan

bulat yang hanya mengukur dari suhu 0 C - 50 C.

1.5

METODOLOGI

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merealisasikan

(21)

1. Studi literatur tentang permasalahan yang dihadapi melalui perpustakaan

maupun melalui sumber-sumber yang terkait.

2. Perencanaan dan pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak berdasar

teori penunjang.

3. Pengujian perangkat keras dan program secara keseluruhan serta analisis data.

4. Melakukan evaluasi dan presentasi hasil yaitu melakukan evaluasi cara kerja

dari sistem yang telah dibuat untuk mengetahui aspek-aspek yang

mempengaruhinya.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dibagi dalam lima bagian yaitu:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah yang

diteliti dan sistematika penulisan laporan.

BAB II. DASAR TEORI

Dasar teori berisi dasar teori dari konsep-konsep dan komponen-komponen yang

digunakan dalam melakukan penelitian.

BAB III. PERANCANGAN ALAT

Bab ini membahas tentang perancangan alat, konsep-konsep alat yang akan

dibuat, dan menjelaskan sistem masing-masing bagian.

BAB IV. PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN.

Bab ini berisi tentang hasil pengamatan dan pembahasan hasil dari pengamatan

oleh penulis.

BAB V. PENUTUP

(22)

berisi saran-saran yang memuat ide-ide untuk pengembangan sistem yang sudah

(23)

BAB II

DASAR TEORI

Bab ini berisi dasar-dasar teori tentang hal yang berhubungan dengan penanaman

tanaman bawang merah, konfigurasi sensor, rangkaian penguat, pengubah analog ke

digital, mikrokontroler, LCD, dan pompa air.

2.1

TANAMAN BAWANG MERAH

Tanaman bawang merah dalam tata nama tumbuhan, termasuk dalam klasifikasi

sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta, Sub division: Angiospermae, Kelas :

Monocotyledone, Ordo : Lilialaes (LiliafloraeFamili), Sub ordo : Liliales, Genus :

Allium, Spesies : Allium ascalonicum[2].

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah

sampai dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0 – 800 m) di atas permukaan laut. Produksi

terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim, meliputi:

a) Suhu udara antara 25 C – <=32 C dan iklim kering.

b) Tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70% karena bawang merah termasuk

tanaman yang memerlukan sinar matahari yang cukup panjang (long day plant).

c) Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju

fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi.

d) Drainase dan porositas tanah bagus namun dapat menjaga kelembaban tanah.

(24)

Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, dan banyak mengandung

bahan organik dengan dukungan syarat sebagai berikut:

a) Jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung berdebu.

b) Derajat keasaman tanah atau PHtanah untuk bawang merah antara 5,5 – 6,5.

c) Tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik dan tidak

boleh ada genangan.

2.2

MIKROKONTROLER AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 merupakan mikrokontroler yang diproduksi oleh

ATMEL. Mikrokontroler memiliki memori program internal yang disebut dengan

PEROM (Flash Programmable and Erasable Read Only Memory). Mikrokontroler

AT89S51 mempunyai intruksi timer yang dapat diprogram sebagai PWM (Pulse Width

Modulator). Sebagai suatu sistem kontrol, di dalam mikrokontroler AT89S51 sudah

terdapat RAM dan ROM. Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 40 kaki, 32 kaki untuk

keperluan input/output port, satu port I/O terdiri dari 8 kaki sehingga totalnya terdapat 4

buah port I/O yang masing-masing dikenal sebagai port 0, port 1, port 2, dan port 3 [3].

Secara umum, konfigurasi yang dimiliki mikrokontroler AT89S51 adalah :

• Kompatibel dengan produk MCS-51.

• 8 bit CPU (Central Processing Unit) dengan register A dan B.

• 16 bit PC (Program Counter) dan DPTR (Data Pointer).

• 8 bit PSW (Program Status Word).

• 8 bit SP (Stack Pointer).

• 8 Kbyte PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory).

(25)

• 32 pin Input/Output yang tersusun dari 4 port (masing-masing port 8 bit).

• 2 buah Timer/Counter 16 bit.

Register Control : TCON, TMOD, SCON, PCON, IP, dan IE.

• Rangkaian osilator dan clock.

• Data Transmitter/Receiver (SBUF).

• 2 buah eksternalinterrupt dan 3 buah internal interrupt.

Berikut fungsi masing-masing pin AT89S51 pada Gambar 2.1

1. Pin 1 sampai 8, P1.0 sampai P1.7. Port 1 ini dapat berfungsi sebagai I/O biasa

dan dapat berfungsi sebagai input dengan memberi logika “1”. Sebagai output,

port ini dapat memberikan sink output keempat buah input TTL. Sedangkan

sebagai fungsi yang lain, dalam hal ini untuk In-System Programming (ISP),

port 1 dapat berperan sebagai:

a. P1.5 atau MOSI, digunakan untuk serial data input.

b. P1.6 atau MISO, digunakan untuk serial data output.

c. P1.7 atau SCK, digunakan untuk serial clock input.

2. Pin 9, RST, sebagai masukan reset. Kondisi “1” selama 2 mc (machine cycle)

pada saat osilator bekerja akan me-reset mikrokontroler yang bersangkutan.

3. Pin 10 sampai 17, P3.0 sampai P3.7. Port 3 ini sebagai port I/O biasa dan

mempunyai sifat yang sama dengan port 1 maupun port 2. Sedangkan sebagai

fungsi khusus, port ini mempunyai keterangan sebagai berikut:

• Pin 10, P3.0 atau RXD, sebagai serial input port.

• Pin 11, P3.1 atau TXD, sebagai serial output port.

• Pin 12, P3.2 atau INT0, sebagai external interrupt 0 port.

(26)

• Pin 14, P3.4 atau T0, sebagai external timer 0 inputport.

• Pin 15, P3.5 atau T1, sebagai external timer 1 inputport.

• Pin 16, P3.6 atau WR, sebagai external data memory write strobe port.

• Pin 17, P3.7 atau RD, sebagai external data memory read strobe port.

4. Pin 18, XTAL1, sebagai oscillator input.

5. Pin 19, XTAL2, sebagai oscillator output.

6. Pin 20, GND, sebagai ground.

7. Pin 21 sampai 28, P2.0 sampai P2.7 atau A8 sampai A15. Port 2 ini berfungsi

sebagai I/O biasa. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai

input dengan memberi logika “1”. Sebagai output, port ini dapat memberikan

sink output ke empat buah input TTL.

8. Pin 29, PSEN (Program Store Enable), merupakan sinyal baca untuk memori

program eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle.

9. Pin 30, PROGatau ALE (Address Latch Enable), pin ini menghasilkan

pulsa-pulsa untuk mengunci byte rendah (low byte) alamat selama pengaksesan

memori eksternal. Pin ini juga berfungsi sebagai masukan pulsa program (the

pulse program input). Pada operasi normal, ALE akan mengeluarkan sinyal

clock sebesar 1/6 dari frekuensi kristal.

10. Pin 31, Vpp atau EA (External Access Enable), EA harus selalu dihubungkan

ke ground apabila mikrokontroler akan mengeksekusi program dari memori

eksternal 0000h sampai FFFFh. Selain dari itu, EA akan dihubungkan ke Vcc

agar mikrokontroler mengakses program secara internal.

11. Pin 32 sampai 39, P0.7 sampai P0.0 atau D7 sampai D0 dan A7 sampai A0.

(27)

dapat memberikan sink output ke delapan buah TTL input atau dapat diubah

sebagai input dengan memberikan logika “1” pada port tersebut.

12. Pin 40, VCC, sebagai penyedia tegangan.

Gambar 2.1 Konfigurasi pin AT89S51

Mikrokontroler ATMEL AT89S51 memiliki osilator yang tersedia pada kemasan

IC tersebut (on chip) sebagai sumber detak (clock). Kaki pin 18 dan 19 merupakan kaki

XTAL1 dan XTAL2 yang dihubungkan dengan kristal keramik dan kapasitor, selanjutnya

terhubung dengan ground. Gambar 2.2 menunjukkan cara menghubungkan kristal

sumber detak dengan Mikrokontroler AT89S51. Besar kapasitor yang terhubung dengan

sumber detak tergantung dari jenis sumber detak yang dipasangkan. Bila sumber detak

berupa kristal, maka besar kapasitor yang terpasang adalah 30 pF ± 10 pF dan bila jenis

keramik besar kapasitor yang terpasang adalah 40 pF ± 10 pF sesuai dengan yang

(28)

Gambar 2.2 Rangkaian pembangkit sinyal detak

Gambar 2.3 menunjukkan konfigurasi tombol reset. Reset akan aktif bila pin RST

diberikan logika tinggi selama 2 µs.

VCC

R

RST

C

0

SW1

1 2

Gambar 2.3 Konfigurasi tombol reset

Bila tombol reset tidak ditekan, maka pin RST akan mendapat input logika

rendah, sehingga mikrokontroler akan bekerja normal. Resistor dan kapasitor digunakan

untuk memperoleh waktu pengosongan kapasitor. Waktu pengosongan kapasitor dapat

dihitung sebagai berikut:

C R

T= × ………... (2.1)

2.3

ADC 0804

Konversi dari level tegangan ke dalam bentuk digital itu sangat penting di dalam

antarmuka antara digital dan dunia nyata. Pengonversi level tegangan analog ke digital,

telah tersedia dalam bentuk IC ADC 0804. Berisi delapan pin analog to digital converter,

yang dibutuhkan dalam antarmuka di dalam mikroprosesor[5].

Ketelitian ADC tergantung pada bit data digital yang diharapkan. ADC 8 bit dapat

(29)

dibangkitkan 2,55 Volt. ADC dapat mencacah tegangan dari 0 Volt sampai 2,55 Volt,

dengan kenaikan input 0,01 Volt. Setiap kenaikan 0,01 Volt keluaran ADC akan berubah

1 bit. Nilai cacahan 0 sampai 225 akan diubah menjadi digital dengan nilai 00H sampai

FFH. Waktu pengubahan pada ADC ditentukan dengan persamaan 2.2.

64 T

Tkonversi= clock ………. (2.2)

Tkonversi = Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah 1 data analog menjadi 1 data digital.

Tclock = Periode Clock

clock Clock

T 1

Frekuensi =

……… (2.3)

Sesuai dengan rumusan pada data sheet ADC 0804, frekuensi clock dengan konfigurasi typical pada data sheet seperti Gambar 2.4 adalah

C x R x 1,1 1 = clock f ………..(2.4)

Resolusi ADC dinyatakan dengan persamaan 2.5.

255 V -V

Resolusi= ref(+) ref(-) ………...(2.5)

Resolusi = Ketelitian ADC Vref(+) = Referensi tegangan atas

Vref(-) = Referensi tegangan bawah

mv 19,6

(30)

Perubahan ADC tiap bit dinyatakan dengan persamaan 2.6.

ADC Resolusi

konversi Tegangan

Level = ………..(2.6)

Tegangan konfersi = Level x Resousi ADC …………..…………(2.7)

Rev erensi 0 U5 ADC0804/SO 6 7 8 9 1 0 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 0 4 5 1 2 3 +IN -I N G N D VREF/2 G N D DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0 CLKR V C C /V R E F CLKIN INTR CS RD WR SOC Input 0 Mengaktif kan ADC

EOC

VCC = 5 v olt

Data Digital R 10K Baca ADC C 150pF

Gambar 2.4 Konfigurasi ADC 0804

Fungsi dari 20 pin DIP ADC 0804

1. Pin 1. Chip Select (CS), sinyal untuk mengaktifkan ADC. Jika pin CS rendah, maka ADC aktif.

2. Pin 2. Read (RD), merupakan sinyal baca. Jika RD rendah, maka ADC memulai membaca data analog.

3. Pin 3. Write (WR), merupakan pin mulai konversi. Jika WR rendah, mulai konversi.

4. Pin 4 (Clk In) dan 19 (Clk R), merupakan pin yang berfungsi sebagai sumber

(31)

5. Pin 5 (INTR), merupakan pin interupsi. Bila INTR bernilai tinggi, menandakan

ADC mulai konversi. Jika nilai rendah berarti selesai konversi.

6. Pin 6 (Vin +), merupakan pin tegangan input analog positif.

7. Pin 7 (Vin -), merupakan pin tegangan input analog negatif.

8. Pin 8 dan pin 10 (Agng dan Vdng), pin ini harus di tanahkan karena Agnd

merupakan acuan bagi decoder pada ADC dan Vdgn sebagai acuan bagi clock

generator.

9. Pin 9 (Vref/2), merupakan pin untuk input tegangan yang menentukan besarnya

tegangan yang dibutuhkan untuk tiap cacahan.

10.Pin 1-18 (D7-D0), merupakan pin untuk output digital.

11.Pin 20 (VCC), merupakan pin untuk catu tegangan sebesar 5 Volt.

2.4

SENSOR SUHU

Untuk sensor suhu secara khusus sudah tersedia dalam bentuk semikonduktor.

Sensor ini bentuk fisik seperti transistor mempunyai tiga buah kaki. Contohnya adalah IC

LM 35. IC LM 35 mempunyai karakteristik seperti berikut: Mempunyai perubahan pada

keluaran sebesar 10 mV setiap 1 C, akan menghasilkan suhu yang linear, dan

mempunyai jangkah pengukuran suhu sebesar -55 C−150 C[6]. Gambar 2.5 menunjukan sensor suhu LM 35

(32)

2.5

SENSOR KELEMBABAN TANAH

Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian

atau media non logam dari sebuah circuit, misalnya semikonduktor, elektrolit, atau

vacum[7].

Prinsip di atas digunakan untuk sensor kelembaban. Sensor kelembaban tanah

menggunakan dua pipa kuningan. Logam ini mempunyai sifat konduktor. Tanah

memiliki nilai resistansi tertentu yang dipengaruhi oleh kadar airnya.

Berdasarkan pengertian di atas, pada saat tanah kering maka arus yang ada di pipa

satu tidak mengalir ke pipa 2. Sebaliknya jika dalam keadaan basah arus pada pipa1 akan

mengalir ke pipa 2. Gambar 26 menunjukan sensor kelembaban.

Gambar.2.6 Pipa kuningan sebagai Sensor kelembaban tanah

2.6

KOMPARATOR

Rangkaian komparator merupakan rangkaian pembanding antara terminal input

inverting maupun non inverting. Bila input terminal inverting lebih tinggi dari input

terminal non inverting, maka output saturasi positif. Sebaliknya, bila input non inverting

lebih tinggi dari terminal inverting, maka output-nya saturasi negatif [8]. Komparator non

(33)

a) b)

Gambar 2.7 a) Komparator non inverting dengan bias positif b)Grafik keluran komparator

Dari gambar 2.7 terlihat bahwa saat VI < Vref maka VO = -Vsat, sedangkan

saatVI > Vrefmaka VO= Vsat. Comparator inverting dengan bias positif ditunjukkan oleh

gambar 2.8.

a) b)

Gambar 2.8 a) Komparator inverting dengan bias positif b)grafik keluran komparator inverting

2.7

PEMBAGI TEGANGAN

Rangkaian pembagi tegangan merupakan rangkaian yang terdiri dari resistor

yang dikonfigurasikan seperti pada gambar 2.9. Vout ditentukan dengan persamaan 2.8[9].

CC 2 1

2

out V

R R

V x

R

+

= ……….…(2.8)

Vsat

-Vsat Vref Vo

Vi -Vsat

Vsat

Vi Vo

(34)

VC C

R2

Vout

0 R1

Gambar 2.9 Konfigurasi pembagi tegangan

2.8

PENGUAT

NON INVERTING

Rangkaian penguat non inverting merupakan rangkaian penguat dengan OP-Amp

dengan konfigurasi seperti pada Gambar 2.10 0utput penguat non inverting tidak

membalik nilai amplitudo gelombang input [9].

VCC

+

-3 2

6

4

7

RB

RA

V o

V i

Gambar 2.10 Penguat non inverting

(35)

I O V

V V

A = ……….(2.9)

I B A

O V

R R

V 

  

 

+

= 1 ………..………(2.10)

2.9

LCD (

LIQUID CRISTAL DISPLAY

)

LCD merupakan salah satu penampil pada peralatan elektronik modern saat ini.

Beberapa peralatan elektronik menggunakan penampil LCD. LCD ini dibuat khusus

sehingga dapat menampilkan tanda-tanda tertentu seperti yang dipakai pada layar

handphone. Tampilan tersebut harus dibuat khusus pada saat LCD dibuat [10].

Pada LCD telah terdapat sebuah kontroler. Kontroler akan mempermudah

hubungan antarmuka antara LCD tersebut dengan mikrokontroler. Kontroler yang

ditanamkan ke dalam LCD umumnya kompatibel (berbasis kontroler Hitachi

HD44780U), walaupun berbeda pabrik pembuat LCD tersebut.

Kontroler HD44780 memerlukan 3 jalur kontrol dan 4 atau 8 jalur untuk data.

Dengan menggunakan jalur data 8 bit, maka diperlukan 11 jalur I/O. Sedangkan jika

menggunakan komunikasi 4 bit, maka pemrograman sedikit lebih rumit tetapi jalur I/O

yang diperlukan turun menjadi 7 jalur. Diagram dari LCD 2X16 karakter ditunjukkan

oleh gambar 2.11.

(36)

Gambar 2.12 Susunan Pin LCD 2X16 Karakter

Ketika dua jalur yang penampil karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS, dan

RW,

Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa sedang

dikirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD. Melalui program EN harus

dibuat logika “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW lain telah siap. Set

EN dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan data

sheet dari LCD tersebut) dan berikutnya set EN ke logika “0” lagi. Jalur RS adalah jalur

Register Select. Ketika RS berlogika “0”. Data akan dianggap sebagai sebuah perintah

atau instruksi khusus (seperti clear screen, posisi kursor). Ketika RS berlogika “1”, data

yang dikirim adalah data teks yang akan ditampilkan pada penampil LCD.

Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf “T” pada layar LCD. RS harus diset

logika “1”. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika RW berlogika “0”, maka

informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika ”1”, maka

program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum

pin RW selalu diberi logika ”0”. Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur

(37)

Tabel 2.1 Fungsi Pin LCD 2X16 Karakter

No Pin Simbol Fungsi

1 Vss Ground

2 Vcc Vcc +5V

3 VEE Pengatur Kontras

4 RS Register Select

5 R/W Read/Write

6 E Enable

7 DB0 Data Bit 0

8 DB1 Data Bit 1

9 DB2 Data Bit 2

10 DB3 Data Bit 3

11 DB4 Data Bit 4

12 DB5 Data Bit 5

13 DB6 Data Bit 6

14 DB7 Data Bit 7

15 BPL Back Plane Light

16 GND Ground

2.10 TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR

Untuk dapat menggunakan transistor sebagai saklar. Transistor harus

dikonfigurasi sedemikian rupa sehingga bekerja di daerah cut-off. Jika kemudian

(38)

C

I mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah

cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai

pada sistem digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat

direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON [11].

C CC B C

R V I

I =β = ... ( 2.11)

C c

I

R = VCC -VCE ……….. (2.12)

B B

I

R = VB-VBE ... (2.13)

RB

RC Vcc

Vin VB

Gambar 2.13 Konfigurasi transistor sebagai saklar

2.11

RELAY

Relay merupakan jenis kontak yang diaktifkan melalui elektromagnetik. Relay

terdiri dari koil dan kontak. Koil ini diaktifkan dengan memberikan arus elektrik. Koil

yang dialiri arus listrik akan menghasilkan medan magnet yang akan menarik kontak

(39)

K1

RELAY SPDT 3

5

4 1

2

Gambar 2.14 Relay SPDT

Cara kerja komponen ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik melalui koil.

Membuat medan magnet sekitarnya mengubah posisi saklar, sehingga menghasilkan arus

listrik yang lebih besar. Di sini keutamaan komponen sederhana ini yaitu dengan

(40)

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

3.1

PRINSIP KERJA

Alat penyiraman ini mempunyai tiga bagian utama yang dirancang yaitu : bagian

input, bagian pengendali, dan bagian output. Bagian input atau masukan merupakan

sensor kelembaban tanah, sensor suhu, pengondisi sinyal, dan ADC. Bagian pengendali

merupakan IC mikrokontroler. Bagian output atau keluaran adalah pompa dan LCD. Blok

diagram alat seperti gambar 3.1.

Gambar 3.1 Blok diagram penyiraman tanaman otomatis

3.2 KONSTRUKSI MEKANIS

Rancangan konstruksi mekanis sistem penyiraman tanaman ini terdiri dari sumber

(41)

Gambar 3.2 Konstruksi mekanis dari sistem penyiraman tanaman

3.3

SENSOR SUHU DAN PENGONDISI SINYAL

Untuk mengetahui suhu udara dibutuhkan sensor suhu yaitu menggunakan sensor

LM 35. LM 35 yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu harganya cukup murah,

mempunyai kalibrasi yang langsung dengan celcius, dan mempunyai skala 10 mV/ C.

Pada suhu 20 C, LM 35 mempunyai lineritas tegangan 200 mV. Jangkuan LM 35 adalah

antara 0 C sampai 150 C. Keluaran maksimal suhu sebesar 1,5 Volt. Penelitian ini

hanya memakai 0 sampai 0,5 Volt karena dipakai untuk mengukur sampai 50 C.

Bila ADC mempunyai resolusi 19,6 mV, nilai maksimal sama dengan ADC 5 V

maka besarnya tegangan yang dibutuhkan ADC untuk menghasilkan nilai suhu tertentu.

Jika Setiap 1 C diwakili nilai desiamal 5.1 maka saat 50 C diwakili nilai desimal 255

adalah sebagai berikut :

(42)

Untuk 1 C: Untuk 50 C :

Vin ADC = 5.1 x 19,6 mV Vin ADC = 255x 19,6 mV

Vin ADC = 0,099V Vin ADC = 4,998V

Hubungan tegangan antara masukan sensor yang harus disesuaikan dengan ADC adalah

seperti pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Penskalaan tegangan

Suhu ( C)

Tegangan

Sensor suhu

(V)

Tegangan

input ADC (V)

Bilangan

Heksadesimal

ADC

0 0 0 00H

1 0,01 0,099 05H

31 0,31 3,098 9EH

32 0,32 3,198 A3H

33 0,33 3,298 A8H

50 0,5 4.998 FFH

Untuk mencapai masukan yang diinginkan oleh ADC diperlukan rangkaian

penguat non inverting, seperti terlihat pada gambar 3.3. Penguatan dari penguat non

inverting dicari dengan persamaan 2.9

996 , 9 5 , 0 998 . 4 = = V A VCC_CIRCLE ADC

s ens or +

-U1A OP-11 3 2 1 4 1 1 RB RA

(43)

Penguatan nilai dari penguat non inverting sama dengan 9,996 Nilai RA dan RB

dapat diketahui dengan persamaan 2.10.

      + = B A R R 1 996 , 9 996 , 8 = B A R R

jika RB=10K maka nilai RA=89,96K. Nilai RA tidak ada di pasaran

sehingga digunakan resistor yang diseri yaitu 56K , 33K , 330 , dan 330 .

3.4 PEMBAGI TEGANGAN UNTUK NILAI REFERENSI ADC

Pembagi tegangan ini berfungsi untuk tegangan referensi ADC. Nilai tegangan

referensi sama dengan 2,5 Volt. Tegangan VCC sama dengan 5 Volt. Nilai resistornya

dapat dicari dengan persamaan 2.8.

5 5 , 2 4 3 4 × + = R R R 4 3 4 5 , 0 R R R + = 4 3 0,5

5 ,

0 R = R

4

3 R

R =

Bila nilai R3 dipilih sama dengan 10 K maka nilai R4 sama dengan 10 K.

(44)

VCC

R3

10K

R4

10K

Vref

Gambar 3.4 Konfigurasi tegangan referensi dengan pembagi tegangan

3.5 ADC

Untuk menghidupkan IC 0804, generator clock internal harus diaktifkan dengan

menghubungkan resistor eksternal antara pin CLK OUT dan CLK IN serta sebuah

kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital.

Perancangan ADC menggunakan waktu konversi 100µs sesuai dengan data sheet

ADC 0804. Mengacu persamaan 2.2, frekuensi clock yang digunakan sebesar:

4 6 6 10 64 T T 10 6400 64 T 10 100 − − − × = = × = × clock clock clock kHz fclock fclock Tclock fclock 640 10 64 1 1 4 = × = = −

dengan persamaan 2.4, maka nilai-nilai R dan C adalah :

(45)

1.1 640.000

1 C

R

× =

×

Bila R dipilih 10 K , maka:

pF C

C

150

100000 1

. 1 640000

1

= × ×

=

Input ADC berupa tegangan DC antara 0 Volt sampai dengan 5 Volt. Kontrol-kontrol ADC yang meliputi CS, RD, WR, dan INT masing-masing aktif bila diberikan logika rendah. Pin-pin kontrol dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S51 pada kaki P2.0, P2.1, P2.2, dan P2.3.

Output ADC yang berupa data digital dihubungkan dengan mikrokontroler pada

port 1. Kaki DB7 pada ADC 0804 dihubungkan pada kaki P1.7 sebagai MSB (Most Significant Bit) dan pada kaki DB0 sebagai LSB (Least Significant Bit) yang terhubung dengan kaki P1.0 pada mikrokontroler.

3.6 SENSOR KELEMBABAN DAN PENGONDISI SINYAL

Sensor ini menggunakan dua pipa kuningan. Pipa pertama tehubung ke catu daya dan pipa kedua terhubung ke rangkaian komparator. Hal ini dilakukan agar kedua sensor mampu mendeteksi keadaan kering maupun basah. Saat keadaaan basah arus akan mengalir dari pipa pertama ke pipa kedua. Sebaliknya, pada keadaan kering pipa tidak mampu mengalirkan arus karena terhalang oleh resistansi tanah.

Sensor ini dirangkaikan dengan komparator, pembagi tegangan, dan transistor sebagai saklar seperti gambar 3.5.

ref

(46)

menggunakan pembagi tegangan dengan nilai resistor sama yaitu 10 K sehingga dapat

diperkirakan nilai inputnya:

CC xV 4 3 4 in R R R V + = V V K K K V in in 5 , 2 5 10 10 10 = × + = R5 POT 1 3 2 VCC 5V R3 R R4 R Q1 3 2 1 R7 R vref + -U1A 3 2 1 8 4 R6 R pipa1 mikrokontroler P3.2 v cc 5V

vin

pipa2

vc

R1 R

Gambar. 3.5 Rangkaian sensor kelembaban tanah.

Untuk transistor sebagai saklar dapat diperoleh nilai-nilai sebagai berikut.

Dengan menentukan nilai resistansi RC sebesar 100 , β transistor 100, VB = 5 V

(keluaran dari komparator) maka dapat ditentukan nilai RB sebesar:

mA R V I C CC C 50 100 5 = = = A mA I I C

B

β

500

µ

100 50 = = = Ω = − = − = K A I V V R B BE B

B 8,6

(47)

Dari gambar 3.5, nilai Vc dapat diketahui. Saat kondisi kering, nilai Vin < V ref

maka VO = Vsat sehingga nilai pada port mikrokontroler VC = 0 V. Saat kondisi basah,

nilai Vin > Vref VO = -Vsat sehingga nilai pada port mikrokontroler dapat dicari dengan

persamaan:

C C

C I R

V = ×

mA VC =100×50

VC = 5 V

3.7

MIKROKONTROLER

Mikrokontroler AT89S51 adalah pengolah data dalam perancangan tugas akhir

ini. Data input yang berasal dari sensor akan diproses lebih lanjut dengan serangkaian

interupsi yang telah diprogramkan ke dalam mikrokontroler.

Untuk menjalankan mikrokontroler dibutuhkan rangkaian eksternal, yaitu resistor

pullup, rangkaian osilator, dan rangkaian reset, seperti ditunjukan pada gambar 3.6.

Mikrokontroler AT89S51 sudah memiliki rangkaian osilator internal (On Chip

Osilator) yang dapat digunakan sebagai sumber Clock bagi CPU. Untuk dapat

menggunakan rangkaian osilator dalam Chip, harus ditambahkan sebuah kristal dan dua

buah kapasitor pada pin XTAL 1 dan pin XTAL 2 (kaki 19 dan kaki 18 mikrokontroler).

Rangkaian osilator pada perancangan ini menggunakan kristal 12 MHz dan dua

(48)

VCC VCC_CIRCLE U2 AT89C51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 SW1 1 2 C5 10u Y 1 12Mhz C3 30p C4 30p R2 R adc lcd

RANGAKIAN PENGERAK POMPA SOC

MENGAKTIFKAN ADC E PADA LCD BACA ADC

sensor suhu EOC

RS pada lcd

Gambar 3.6 Rangkaian mikrokontroler

Rangkaian reset digunakan untuk mereset mikrokontroler pada saat catu daya

dihidupkan. Keadaan reset pada mikrokontroler terjadi apabila pin reset diberi logika

tinggi selama beberapa milidetik Waktu reset dapat dihitung menggunakan persamaan

2.1. Pada perancangan ini, waktu reset ditetapkan 100 ms. Nilai kapasitor sebesar 10 uF.

Nilai resistor yang diperlukan sama dengan:

R = 6

3 10 . 10 10 . 100 − −

= 10 K

Pin EA/VPP dihubungkan dengan sumber VCC +5 Volt agar mikrokontroler

mengakses program internal dari PEROM. Jika dihubungkan dengan ground,

mikrokontroler akan mengeksekusi program eksternal. PIN PSEN dan ALE/PROG tidak

(49)

Output mikrokontroler digunakan untuk menghidupkan pompa dengan rangkaian

transistor sebagai saklar dan relay.

3.8TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR

Untuk dapat menyalakan sebuah pompa diperlukkan rangkaian transistor sebagai

saklar dan relay dengan konfigurasi seperti gambar 3.7.

Untuk transistor sebagai saklar dapat diperoleh nilai-nilai sebagai berikut.

Dengan menentukan nilai resistansi RC sebesar 100 , β transistor 100, VB = 5 V

(keluaran dari mikrokontroler) maka dapat ditentukan nilai RB dengan persamaan 2.11,

2.12, dan 2.13.

mA R V I C CC C 50 100 5 = = = A mA I

IB C

µ

β

100 500 50 = = = VCC_CIRCLE Q1 BDB01A 3 2 1 R1 R D1 DIODE K1 RELAY SPDT 3 5 4 1 2 mikrokontroler sumbe ac

Gambar 3.7 Rangkaian transistor sebagai saklar untuk menggerakan pompa

Ω = − = − = K A I V V R B BE B

B 8,6

(50)

3.9 PEMROGRAMAN PADA MIKROKONTROLER

Pemrograman mikrokontroler digunakan untuk dapat menjalankan rangkaian

elektronis sesuai yang diharapkan. Komponen elektronis harus mengikuti aturan yang

telah diprogramkan dalam mikrokontroler yang sesuai dengan logika program seperti

yang tersusun dalam diagram alir gambar 3.8.

Pemrograman mikrokontroler digunakan untuk membaca data dari ADC dan

pengondisi sinyal. Data ini diolah kemudian digunakan untuk menggerakan pompa.

Hidup mati pompa diatur oleh sensor kelembaban tanah dan suhu. Kondisi hidup mati

pompa dapat dilihat dalam tabel 3.2. Pada tabel 3.2, kondisi hidup mati pompa pada

kenaikan suhu diberi histerisis 1 C untuk menghindari hidup mati pompa yang terlalu

cepat.

Program dikelompokkan menjadi inisialisasi program dan subroutine. Subroutine

adalah pembacaan data ADC dan tampilan suhu pada LCD.

Tabel 3.2 Kondisi hidup mati pompa

Kondisi suhu≤ 31 C ≥32 C

kering Hidup hidup

(51)
(52)

3.9.1

INISIALISASI PORT

Port pada mikrokontroler perlu diinisialisasi untuk dapat dijalankan:

1. P.3.2 untuk output rangkaian sensor kelembaban tanah.

2. P.1.0 sampai P.1.7 untuk output dari ADC dengan DB0 sebagai LSB

diinisialisasikan sebagai P.1.0 dan DB7 sebagai MSB diinisialisasikan

sebagai P.17.

3. P.2.0 untuk output AOC.

4. P.2.1 untuk output baca ADC.

5. P.2.2 untuk output SOC.

6. P.2.3. diinisialisasikan sebagai pengaktif ADC.

7. P.2.6 untuk input dari rangkaian rangkaian penggerak pompa.

8. P0.0 sampai P.0.7 untuk input dari LCD dengan P.0.0 diinisialisasikan

sebagai DB0 dan P.0.7 diinisialisasikan sebagai DB7.

9. P.2.4 untuk RS pada LCD dan P.2.5 untuk enable pada LCD.

3.9.2

RUTIN PENAMPIL LCD

Untuk dapat menampilkan data, LCD perlu mengikuti aturan yang telah

diprogramkan pada mikrokontroler sesuai logika program sesuai diagram alir pada

gambar 3.9. LCD mempunyai beberapa kontrol yaitu: enable, RS dan RW. Enable harus

dibuat logika “0”. Jalur ini digunakan untuk mengetahui bahwa LCD sedang menerima

data. Setelah ada sinyal pengiriman data, sinyal RS dikirim. Pada RW biasanya rangkaian

telah diset berlogika “0”. Simpan data ADC ke ACC. Ubah data ADC ditambah 30H

(53)

Gambar 3.9 Gambar diagram alir untuk penampil LCD

3.9.3

BACA ADC

Dalam melakukan konversi data analog menjadi digital, ADC 0804

(54)

1. Start of Convertion (SOC), ADC mulai konversi, bila pin SOC di berikan

logika rendah.

2. End of Convertion (EOC), pemberitahuan keluar ADC, bahwa ADC telah

selesai mengonversi. Tanda EOC merupakan logika rendah.

3. Read (RD), proses pengambilan data pada ADC.

Gambar 3.10 Diagram alir pembacaan ADC

Pertama, rutin baca ADC dimulai dengan mengirimkan sinyal SOC dengan

memberikan logika rendah pada pin SOC agar ADC mulai mengonversi. Proses kedua

yaitu menunggu sinyal balasan dari ADC yang berupa logika rendah pada pin EOC yang

berarti ADC selesai konversi. Proses ketiga yaitu dikirimkan sinyal RD agar data digital

(55)

Proses pembacaan ADC diteruskan dengan menyalin isi port 1 ke accumulator

yang nantinya akan diubah menjadi data serial. Gambar 3.10 merupakan gambar diagram

(56)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai hasil pengamatan dari alat penyiraman

otomatis berbasis mikrokontroler AT89S51. Pengujian dilakukan dengan cara simulasi

dengan menggunakan tanah dan air sebagai sampel.Tanah digunakan untuk mendeteksi

kering atau basah. Air digunakan untuk pengujian suhu udara. Hasil akhirnya adalah

perangkat keras. Pengamatan perangkat keras ini menggunakan multimeter digital,

osiloskop dan termometer air raksa. Hasil akhir dari alat penyiraman otomatis secara

mekanis tampak seperti gambar 4.1

Gambar 4.1 Kontruksi mekanis sistem penyiraman otomatis

4.1 PENGAMATAN SENSOR SUHU DAN PENGONDISI SINYAL

Sensor suhu dan penguat non inverting diamati pada bagian ini. Tegangan sensor

(57)

Pengujian sensor suhu menggunakan media air. Tegangan sensor suhu diukur

menggunakan multimeter. Suhu diukur menggunakan termometer air raksa. Suhu ruangan

terukur 28 C pada saat pengujian. Grafik kesalahan pengukuran tegangan sensor suhu

terhadap suhu dapat dilihat pada gambar 4.2

Grafik kesalahan pengukuran tegangan sensor suhu terhadap suhu

0% 5% 10% 15% 20% 25% 5 9 1 3 1 7 2 1 2 5 2 9 3 3 3 7 4 1 4 5 4 9 Suhu (C) k e s a la h a n %

Gambar 4.2 Grafik kesalahan pengukuran tegangan sensor suhu terhadap suhu

Penggunaan media air menyebabkan perubahan suhu yang cepat sehingga

tegangan mudah berubah-ubah. Kesalahan pengukuran tegangan sensor suhu juga

diakibatkan pengeleman sensor suhu. Pengeleman sensor suhu digunakan supaya tidak

kena air.

Penguatan non inverting digunakan untuk menguatkan tegangan sensor

suhu.Tegangan penguat non inverting digunakan sebagai masukan ADC. Penguat non

inverting dirancang menggunakan catu daya 5 V. Penguat non inverting dengan catu

daya 5V memiliki VO maksimal hanya 3,82 V. Akibat dari VO maksimal 3,82 V

mempengaruhi tampilan. Tampilan yang diperoleh maksimal hanya 39 C.Oleh karena

itu penguat non inverting pada catu daya diubah menjadi 9V. Pengubahan catu daya

(58)

suhu dapat dilihat pada gambar 4.3.

kesalahan penguatan tegangan terhadap suhu

0 0.05 0.1 0.15

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

Suhu (C)

k

e

s

a

la

h

a

n

%

Gambar 4.3 Grafik kesalahan pengukuran penguatan terhadap suhu.

Kesalahan hasil penguatan sensor suhu disebabkan penggunaan nilai resistor

menyesuaikan resistor di pasaran. Nilai resistor tidak sesuai dengan nilai resistor yang

dibutuhkan. Nilai resistor di pasarann juga mempunyai nilai toleransi.

4.2

PENGAMATAN ADC

ADC sensor suhu menggunakan resolusi 8 bit untuk setiap perubahan tegangan

19,6 mV. Pengamatan ADC yang difungsikan sebagai pengubah data tegangan menjadi

data digital dilakukan dengan menggunakan probe logika. Probe logika dapat

menunjukkan logika 1 dan logika 0 dengan mengamati nyala LED.

Hasil pengamatan ADC dapat dilihat pada tabel 3 lampiran. Hasil pengamatan

ADC menghasilkan pengubahan tegangan keluaran pengondisi sinyal menjadi digital

Pengubahan tegangan masukan ADC menjadi digital telah sesuai dengan resolusi

ADC, akan tetapi masukan tegangan ADC tidak sesuai. Masukan tegangan ADC tidak

(59)

Grafik kesalahan masukan ADC terhadap suhu

0 0.1 0.2 0.3

1 6 11 16 21 62 31 36 41 46

Suhu (c)

%

K

e

s

a

la

h

a

n

Gambar4.4 Grafik kesalahan masukan ADC terhadap suhu

4.3 PENGAMATAN SENSOR KELEMBABAN DAN PENGONDISI

SINYAL

Sensor kelembaban yang digunakan adalah dua pipa kuningan. Prinsip dari

pengunanan dua pipa kuningan adalah prinsip elektroda. Sensor ini dihubungkan dengan

komparator inverting. Kedua pipa kuningan diletakkan dengan jarak 2,5 cm. Data

perancangan dapat dilihat dari tabel 4.1

Tabel 4.1 Perancangan sensor kelembaban dan pengondisi sinyal

Kondisi Komparator Transistor

sebagai saklar

Vref(V) Vin(V) Vout(V) Vc(V)

kering <2,5 0 5 0

basah <2,5 2,5 0 5

Hasil dari pengamatan tegangan sensor kelembaban dan pengondisi sinyal dapat

dilihat pada tabel 4.2. Keluaran tegangan sensor kelembaban menunjukkan keluaran 5 V

(60)

(cm) sebagai saklar

Vref(V) Vin(V) Vout(V) Vc(V)

Kering 2,5 1,11 0 3,65 0

Basah 2,5 1,11 2,95 0 4.98

Kering 2,5 1,5 0 3,65 0

Basah 2,5 1,5 2,85 0 4.98

Kering 2,5 2;02 0 3,65 0

Basah 2,5 2,02 2,95 0 4.98

Kering 4 1,11 0 3,65 0

Basah 4 1,11 2,16 0 4.98

Kering 4 1,5 0 3,65 0

Basah 4 1,5 2,16 0 4.98

Kering 4 2,02 0 3,65 0

Basah 4 2,02 2,16 0 4.98

Kering 6 1,11 0 3,65 0

Basah 6 1,11 2,02 0 4.98

Kering 6 1,5 0 3,65 0

Basah 6 1,5 2,02 0 4.98

Kering 6 2,02 0 3,65 0

(61)

Sensor kelembaban perancangan dan hasil pengamatan menunjukkan hasil yang

sama. Pada keluaran komparator pada pengamatan Vsat menunjukkan nilai 3,65V. Nilai

Vsat pada Lm 358 dengan catu daya 5V adalah 3,65V. Dari data pengamatan tersebut

dapat dikatakan bahwa sensor kelembaban berjalan sesuai perancangan.

4.4

PENGAMATAN MIKROKONTROLER

Sub bab ini membahas mikrokontroler sebagai pengendali sistem penyiraman

otomatis. Mikrokontroler dibagi menjadi dua, perangkat keras dan perangkat lunak.

Perangkat lunak berisi program. Listing program dapat dilihat pada lampiran. Pengujian

perangkat lunak dapat dilihat pada tabel 4 lampiran.

Pengamatan perangkat keras dapat dilihat pada tabel 4.3. Pengamatan dilakukan

pada port P1 sebagai masukan ADC. Port P3.2 sebagai Masukan dari sensor

kelembaban. Port P2.6 sebagai keluaran mikrokontroler. Mikrokontroler saat logika 1

(62)

Tabel 4.3 Pengamatan mikrokontroler

Port P1 Tampilan

D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7

Port P3.2

(V)

Port p2.6

(V)

1 0 0 1 1 0 1 1 31 5V 0

1 0 1 0 1 1 1 0 33 5V 5

1 0 1 0 1 1 1 0 33 0V 5

1 0 0 1 1 0 1 1 31 0V 5

Dari hasil pengujian perangkat lunak atau perangkat keras menunjukkan hasil yang

sesuai.

4.5

PENGAMATAN TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR

Transistor sebagai saklar dirangkai dengan relay. Rancangan catu daya VCC

adalah 5 V. Perancangan transistor sebagai saklar dapat dilihat pada tabel 4.4. Hasil

(63)

(V)

Port P2.6

(V) CC

V dengan VC (V)

5 5 5

5 0 0

Tabel 4.5 Pengamatan transistor sebagai saklar

masukan keluaran

VCC (V)

Port P2.6

(V) CC

V dengan VC

(V)

5 5 2,11

5 0 0

9 5 4,14

9 0 0

Pengubahan nilai VCC menjadi 9V supaya dapat menggerakkan relay. Arus drop

terjadi diantara tegangan VCC dengan VC karena digunakan untuk menggerakkan relay.

Transistor sebagai saklar telah sesuai dengan perancangan tetapi terjadi perubahan

(64)

LCD digunakan untuk menampilkan suhu dan keadaan pompa seperti terlihat pada

gambar 4.6. Baris pertama menunjukkan pompa hidup atau mati. Baris kedua

menunjukkan suhu.

.

Gambar 4.6 Tampilan LCD

4.7

PENGAMATAN KERJA SISTEM

Pada perancangan alat dirancang untuk dapat menyiram tanaman berdasarkan

keadaan tanah dan keadaan suhu seperti terlihat pada tabel 4.6. Alat diuji pada beberapa

keadaan sesuai rancangan.

Tabel 4.6 Perancangan alat

Suhu

kelembaban

Suhu ≤ 31 C Suhu ≥32 C

Kering Hidup Hidup

Basah Mati Hidup

Hasil dari uji coba itu dapat dilihat pada tabel 4.7 dan hasil selengkapya pada

(65)

Tabel 4.7 Pengamtan kerja sistem

Kondisi tanah C

Kering 7 Hidup 8

Kering 8 Hidup 8

Kering 9 Hidup 9

Kering 31 Hidup 33

Kering 32 Hidup 34

Kering 33 Hidup 34

Kering 49 Hidup 50

Kering 50 Hidup 51

Basah 9 Mati 9

Basah 10 Mati 10

Basah 11 Mati 11

Basah 31 Mati 33

Basah 32 Hidup 34

Basah 33 Hidup 34

Basah 49 Hidup 50

(66)

47

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan perancangan dan pengujian alat sistem penyiraman otomatis berbasis

mikrokontroler AT89S51 dapat disimpulkan.

1. Hidup mati pompa dapat dikendalikan dengan baik oleh mikrokontroler

berdasarkan sensor kelembaban dan sensor suhu.

2. Alat penyiraman otomatis dapat digunakan untuk mengetahui suhu udara 6 C

-50 C dengan tingkat kesalahan 1 C sampai 2 C.

3. Alat penyiraman otomatis dapat mendeteksi keadaan tanah kering atau basah.

5.2 SARAN

Rancangan atau replika sistem penyiraman otomatis tidak menutup kemungkinan

untuk dapat diaplikasikan pada penggunaan sesungguhnya. Penggunaan pada bidang

(67)

[1] http://www.ppi-jepang.org [2] http://www.bwgm-biologi.com

[3] Rahmad Setiawan, 2006, “Mikrokontroler MCS-51”, Graha Ilmu, Yogyakarta. [4] www.atmel.com, 2005, “Data Sheet”, Atmel Corporation.

[5] http://www.elektroindonesia.com/elektro/tutor33/html September2007. [6] http://www.centralsemi.com , “Data Sheet”,Central Semikonduktor corp. [7] http://www.wikepidia.com

[8] William D. Stanley, 1994, “Operational Amplifiers with Linier Integrated Circuit”, Merrill an inprint of Macmillan Collage Publishing Company, New York.

[9] Texas Instruments, 2002, Op Amps for Everyone Design Guide (Rev. B), slod006b, slod006.

[10] http://www.mytutorialcafe.com/mikrokontroler, 2 September 2007 [11] http://www.electroniclab.com, 25 Oktober 2006.

(68)
(69)

L

2

<Doc> <Rev Code>

<Title>

A

1 1

Friday , May 02, 2008 Title

Size Document Number Rev

Date: Sheet of

VCC_CIRCLE 5V VCC VCC_CIRCLE VCC VCC 4,3V 5v R4 10k R1 10k C1 CAPACITOR SW1

SW KEY -Y M061

1 2 U3 ADC0804 6 7 8 9 1 0 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 0 4 5 1 2 3 +IN -I N G N D VREF/2 G N D DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0

CLKR VC

C /V R E F CLKIN INTR CS RD

WR Y 1

CRY STAL C3 30p C2 30p J1 RS RW E D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 VBL+ VBL-R2 R 10k 150p + -3 2 1 8 4 8,6k R + -U6A LM358 3 2 1 8 4 50k POT 1 3 2 100 R R8 10k R7 10k R6 10k Q2 BDB01A 3 2 1 U5 AT89C51 9 18 19 2 0 29 30 31 4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 G N D PSEN ALE/PROG EA/VPP V C C P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7 Q3 BDB01A 3 2 1 R12 R R11 R K1

RELAY SPDT

(70)

;*************************************************************************** ;PROGRAM SISTEM PENYIRAMAN TANAMAN BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 ;SEBAGAI TUGAS AKHIR MAHASISWA

; JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

;--- ;OLEH : YOHANES DWI HARDIYANTO

;NIM : 035114012

;---

;**********************************************************************************

datasettingsuhu equ 30h

dataadc equ 31h

ratusan equ 32h

puluhan equ 33h

satuan equ 34h

pompaport equ p2.6

kelembabanport equ p3

wr equ p2.2

org 0h

mov datasettingsuhu,#158; suhu referensi untuk 31C lcall init_lcd

start:

acall adc

acall controlsuhu&kelembaban acall bin2dec

acall display2lcd

sjmp start

;--- ; unuk menjalankan logika penyiraman

;--- controlsuhu&kelembaban:

mov a,datasettingsuhu ;suhu yang diset sebagai referensi mov b,dataadc

clr c subb a,b jnz onpompa1 ret

onpompa1:

(71)
(72)

;mengubah data konvesi dari nilai biner ke desimal dari 0C - 50 C ;---

bin2dec:

mov a,dataadc mov b,#5 div ab mov b,#100 div ab

mov ratusan,a mov a,b mov b,#10 div ab

mov puluhan,a mov satuan,b

ret

;--- ; menampilkan hasil data suhu

;--- display2lcd:

mov r1,#0c6h acall write_inst mov a,ratusan add a,#30h mov r1,a

acall write_data ;

mov r1,#0c7h acall write_inst mov a,puluhan add a,#30h mov r1,a

acall write_data ;

mov r1,#0c8h acall write_inst mov a,satuan add a,#30h mov r1,a

acall write_data

ret

;--- ;subrutin mengambil data adac ;---

adc:

(73)

nop nop mov a,p1 mov dataadc,a setb wr

ret

; --- ; inisialisasai lcd

;--- init_lcd:

mov r1,#00000001b ; display clr acall write_inst

mov r1,#00111000b ; fuctian set , data 8 bit, 2 line font 5x7 acall write_inst

mov r1,#00001100b ; display on, cursor off,cursor blik acall write_inst

mov r1,#00000110b ; entry mode, set incremant acall write_inst

ret

;--

write_inst:

clr p2.5

mov p0,r1

setb p2.4

acall delay;

clr p2.4

ret

;

write_data:

setb p2.5

mov p0,r1

setb p2.4

acall delay;

clr p2.4

ret

delay: mov r0,#0 delay1:mov r2,0fh djnz r2,$

djnz r0,delay1 ret

(74)

Tabel 1 Data Pegukuran Tegangan Sensor Suhu

Suhu (celcius )

Pengukuran(V) Perhitungan

(V)

Galat Persen galat

1 - 0,01 - -

2 - 0,02 - -

3 - 0,03 - -

4 - 0,04 - -

5 0,06 0,05 0,01 20%

6 0,07 0,06 0,01 16%

7 0,08 0,07 0,01 14,2%

8 0,09 0,08 0.01 12,5%

9 0,10 0,09 0,01 11,1%

10 0,11 0,10 0,01 10%

11 0.12 0,11 0,01 9,1%

12 0,13 0,12 0,01 8,3%

13 0,14 0,13 0,01 7,6%

14 0,16 0,14 0,02 14,2%

15 0,16 0,15 0,01 6,6%

16 0,16 0,16 0,02 12,5%

17 0,18 0,17 0,02 11,7%

18 0,19 0,18 0,01 5,5%

19 0,19 0,19 0 0%

20 0,20 0,20 0 0%

21 0.22 0,21 0,01 4,7%

22 0,23 0,22 0,01 4,5%

23 0,24 0,23 0,01 4,3%

24 0,25 0,24 0,01 4.1%

25 0,26 0,25 0,01 4%

26 0,27 0,26 0,01 3,8%

27 0,27 0,27 0 0%

28 0,28 0,28 0 0%

29 0,29 0,29 0 0%

30 0,30 0,30 0 0%

31 0,31 0,31 0 0%

32 0,32 0,32 0 0%

33 0,33 0,33 0 0%

34 0,34 0,34 0 0%

35 0,35 0,35 0 0%

36 0,36 0,36 0 0%

37 0,37 0,37 0 0%

38 0,38 0,38 0 0%

39 0,39 0,39 0 0%

40 0,40 0,40 0 0%

41 0,40 0,41 0,01 2,4%

(75)

Tabel 1Lanjutan Data Pegukuran Tegangan Sensor Suhu

Suhu (c) Pengukuran Perhitungan Galat Persen galat

43 0,43 0,43 0 0%

44 0,44 0,44 0 0%

45 0,45 0,45 0 0%

46 0,46 0,46 0 0%

47 0,48 0,47 0,01 2,1%

48 049 0,48 0,01 2,1%

49 0,50 0,49 0,01 2,0%

50 0,51 0,50 0,01 1,9%

0,28 195%

Mean 0.006 4,2%

(76)

Tabel 2 Data pengukuran penguatan non inverting

VI (V) Vo (V) AV

suhu

pengukuran perhitungan pengukuran perhitungan pengukuran perhitungan AV galat

% AV galat

1 - 0,01 - 1

2 - 0,02 - 0,20

3 - 0,03 - 0,30

4 - 0,04 - 0,40

5 0,06 0,05 0,55 0,50 9,16 9,99 0,83 8,30%

6 0,07 0,06 0,67 0,60 9,58 9,99 0,42 4,24%

7 0,08 0,07 0,77 0,70 9,63 9,99 0,37 3,71%

8 0,09 0,08 0,90 0,80 10,00 9,99 0,01 0,04%

9 0,10 0,09 1,01 0,90 10,10 9,99 0,10 1,04%

10 0,11 0,10 1,02 1,00 9,27 9,99 0,72 7,24%

11 0.12 0,11 1,32 1,10 11,00 9,99 1,00 10,0%

12 0,13 0,12 1,44 1,20 11,08 9,99 1,08 10,81%

13 0,14 0,13 1,45 1,30 10,36 9,99 0,36 3,61%

14 0,16 0,14 1,50 1,40 9,38 9,99 0,62 6,22%

15 0,16 0,15 1,61 1,50 10,06 9,99 0,07 0,66%

16 0,16 0,16 1,71 1,60 10,68

Gambar

Gambar 2.1 Konfigurasi pin AT89S51
Gambar 2.2 Rangkaian pembangkit sinyal detak
Gambar 2.4 Konfigurasi  ADC 0804
gambar 2.8.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh sensor asap AF 30 menjadi bilangan digital2. Output dari ADC dihubungkan ke miktokontroler,

Rangkaian sensor inframerah akan membaca kode bar kemudian membandingkannya dengan data yang terprogram pada IC Mikrokontroler AT89S51 dan mengaktifkan motor langkah

Kemudian rangkaian ini dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S51 dan data yang masuk akan diolah dan ditampilkan pada tujuh segmen.. Mikrokontroler sebagai pengendali utama

Pengatur Tampilan Empat Sisi Yang Berputar Berbasis Mikrokontroler AT89S51 adalah pengatur tampilan dalam hal menetapkan posisi suatu bidang benda empat sisi untuk berhenti

Tabel 4.9 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Hasil Perancangan Untuk Sensor Tegangan Referensi ...68.. Tabel 4.10 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan

Otomatisasi peralatan produksi sangat dibutuhkan pada masa sekarang. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada. Dengan latar belakang tersebut maka dibuatlah

Tegangan sebesar 5 V dan 0 V ini dihasilkan dari keluaran pengen- dali mikrokontroler yaitu pada port 0.0 sam- pai dengan port 0.5 yang telah diatur dengan program. Motor DC

Kemudian rangkaian ini dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S51 dan data yang masuk akan diolah dan ditampilkan pada tujuh segmen.. Mikrokontroler sebagai pengendali utama