• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN CINTA DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI AKHIR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN CINTA DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI AKHIR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN CINTA DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI AKHIR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Nama : Jessica Karina Ririhatuela NIM : 069114072

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

(3)
(4)
(5)

v

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Desember 2011 Penulis

(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KECANDUAN CINTA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI AKHIR

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja putri akhir. Asumsinya yaitu jika kecanduan cinta tinggi maka perilaku seksual pranikah cenderung tinggi juga. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 18 -24 tahun yang belum menikah dan sudah pernah pacaran, sebanyak 117 orang. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik . Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dengan menyebar kuesioner. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri dari dua alat ukur yaitu: skala kecanduan cinta dan perilaku seksual pranikah. Berdasarkan uji validitas dan realiabilitas pada skala perilaku seksual diperoleh 50 item valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,986. Sedangkan untuk skala kecanduan cinta menggunakan skala dari Y. Heri Widodo, S.Psi., M. Psi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi . Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0,586 pada taraf signifikansi 0,000 dengan probabilitas 0,000 (p > 0,05). Hal tersebut menyatakan bahwa hipotesis penelitian ada hubungan positif antara kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah pada remaja putri diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel kecanduan cinta memberi sumbangan sebesar 42,2% terhadap perilaku seksual pranikah.

(8)

viii

RELATION BETWEEN LOVES ADDICTED WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR ON FEMALE IN LATE ADOLESCENCE

!"

# $

$

% &'

'() * +

, - . ( / ( + / 0

$ 1 2 '(& *

'(''' '(''' 1 3 '('&2

"!(!4

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Jessica Karina Ririhatuela Nomor Mahasiswa : 069114072

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Hubungan Antara Kecanduan Cinta Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Putri Akhir”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal : 13 Desember 2011

Yang Menyatakan

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa di surga karena atas berkatNya penulis dapat menylesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma

Peneliti menyadari keterbatasan yang dimiliki penulis, sehingga dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Titik Kristiyani M.Psi selaku Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Heri Widodo.,S.Psi.,M.Psi selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar membimbing penulis. Dimana bapak telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, pengetahuan dan saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Minta Istono S.Psi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

5. Semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis.

(11)

xi

7. Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Bu Nanik, dan Pak Gie yang sudah membantu penulis selama di Fakultas Psikologi.

8. Kedua orang tuaku Jimmy R Ririhatuela dan Eka Manoni Ririhatuela yang aku kasihi, terima kasih atas cinta kalian untukku sehingga aku dapat seperti sekarang ini. Besar keinginanku untuk memberi kebahagian pada kalian akan tetapi belum cukup besar untuk membalas kasih sayang dan pengorbanan kalian selama ini.

9. Kakakku Anna Karenina yang selalu menjadi panutanku. Aku mengasihimu 10. Mukti Sulaksono yang selalu ada menemaniku dan memberiku banyak

semangat serta dukungan. Terima kasih untuk selalu setia mendukungku dalam segala situasi. Atas dukunganmu aku dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Dena ponakanku yang selalu menyemarakkan suasana. Terima kasih untuk

kecerian yang kamu berikan.

12. Si Dem yang sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Terimakasih untuk perhatannya selama ini.

13. Made, Hermin, Ega, Listya dan Oki terima kasih atas persahabatan kita. Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.

14. Mr.Darryl and Ms. Tarra who had been so kind to help me in writing this abstract of thesis. Thank you for your kindness.

(12)

xii

16. Semua teman-teman RE B1-1 (Nadya, Jeny, Anton, Kristi, Syifa, Pita) makasih buat dukungannya. Senang mengenal kalian.

17. Yhupa yang sudah dengan suka rela membantu dalam mengkoreksi skripsi ini 18. Krisna teman penelitian payungku yang selalu bersemangat mengerjakan

penelitian bersama.

19. Teman-teman Psikologi angkatan 2006, senang berada diantara kalian saat aku berada di fakultas Psikologi. Senang mengenal kalian.

20. Teman-teman bimbingan lainnya yang selalu semangat dan saling mendukung. Terimakasih untuk kerja sama dan solidaritasnya.

21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungan, doa, dan kerjasamanya selama ini.

Penulis percaya bahwa kasih dan karunia Tuhan selalu menyertai dan memberkati semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari jika skripsi ini masih memiliki kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

Yogyakarta, 13 Desember 2011 Penulis

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

HALAMAN PENGESAHAN... . iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

(14)

xiv

1. Pengertian Dan Batasan... 12

2. Ciri-ciri Remaja Putri Akhir... 13

3. Tugas Perkembangan... 15

4. Tahap Perkembangan Seksualitas Pada Remaja PutriAkhir.... 17

5. Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Putri... 18

B. Perilaku Seksual Pranikah... 21

1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah... 21

2. Aspek-aspek Perilaku Seksual Pranikah... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah... 26

4. Dampak Perilaku Seksual Pranikah... 27

C. Kecanduan Cinta... 32

1. Pengertian Kecanduan Cinta... 32

2. Aspek-Aspek Kecanduan Cinta... 33

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Cinta... 34

4. Dampak Kecanduan Cinta... 35

5. Gejala Kecanduan Cinta... 37

D. Hubungan Antara Kecanduan Cinta Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri... 40

E. Hipotesis... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian... 45

(15)

xv

C. Definisi Operasional Penelitian... 46

1. Kecanduan Cinta... 46

2. Perilaku Seksual Pranikah... 46

D. Subjek Penelitian... 47

E. Metode Dan Alat Pengambilan Data... 47

1. Skala Kecanduan Cinta... 48

2. Skala Perilaku Seksual Pranikah... 48

F. Kredibilitas Alat Ukur... 49

1. Estimasi Validitas... 50

2. Seleksi Item... 50

3. Estimasi Reliabilitas..……...………...…... 51

G. Uji Asumsi Data... 52

1. Uji Normalitas... 52

2. Uji Linearitas... 53

H. Pengujian Hipotesis Penelitian..………... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54

A. Pelaksanaan Penelitian... 54

B. Data Demografi Subjek Penelitian... 54

C. Uji Asumsi... 55

1. Uji Normalitas... 54

2. Uji Linearitas... 56

D. Hasil Penelitian... 56

(16)

xvi

2. Deskripsi Data Penelitian... 57

E. Pembahasan... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Saran... 65

1. Bagi Penelitan Selanjutnya... 65

2. Bagi Remaja... 66

3. Bagi Orang Tua... 66

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor Item Perilaku Skala... 48

Tabel 2 : % / Skala Perilaku Seksual (sebelum uji coba)... 49

Tabel 3 : % / Skala Perilaku Seksual (setelah uji coba)... 51

Tabel 4 : Data Usia Subjek Penelitian... 55

Tabel 5 : Data Domisili Subjek Penelitian... 55

Tabel 6 : Data Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala Kecanduan Cinta dan Skala Perilaku Seksual Pranik... 58

Tabel 7 : Kriteria kategorisasi Kecanduan Cinta dan Perilaku Seksual Pranikah subjek... 59

(18)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan Hubungan Kecanduan Cinta dengan Perilaku Seksual Pranikah

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Uji Coba... 73

Lampiran 2 : Reliabilitas Skala... 82

Lampiran 3 : Angket Penelitian... 85

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa dimana manusia mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Usia remaja tersebut juga masih terbagi lagi dalam tiga fase yaitu masa remaja awal 11-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 10-24 tahun (Sarwono, 2003). Pada masa ini fungsi-fungsi seksual pada diri remaja mulai berkembang yang mencapai tahap kematangan pada usia akhir remaja. Pada saat remaja mengalami puncak kematangan seksual maka akan memunculkan dorongan seksual yang diimbangi dengan rasa tertarik pada lawan jenisnya. Oleh karena adanya dorongan seksual inilah remaja terpicu untuk memenuhi kebutuhan seksualitasnya (Santrock, 2002)

(21)

Lingkungan sosial yang dimiliki oleh para remaja putri ini pun mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini (Set, 2009).

Guna memenuhi hasrat keingintahuan akan hal-hal baru pada remaja yang cukup tinggi, maka dalam hal seksualitas remaja juga akan berusaha mencari informasi seputar seksualitas. Kemudahan penerimaan informasi dari berbagai media massa tersebut membuka peluang lebih besar bagi remaja untuk mendapatkan informasi tentang seksualitas. Hal tersebut semakin memperbesar kemungkinan bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang salah karena diambil dari media massa dan teman sebaya tanpa pengawasan dari pihak yang lebih memahami hal tersebut. Informasi yang keliru itu bukan tidak mungkin membuat remaja rentan melakukan perbuatan beresiko yang dapat membahayakan kesehatannya seperti halnya perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2003). Hal tersebut diperkuat juga dengan pernyataan dari Dr. Boyke Dian Nugraha, pakar seks dan spesialis Obstetri dan Ginekologi. Yaitu, penyebabnya maraknya perilaku seksual pranikah pada remaja dikarenakan peredaran gambar dan VCD porno di masyarakat, pemahaman akan nilai keagamaan kurang, pemaknaan cinta yang keliru, pengetahuan remaja akan seksualitas yang sangat sedikit dan belum adanya pendidikan seks secara reguler-formal di sekolah-sekolah (Creagh, 2004).

(22)

terbukanya banyak kesempatan yang dimiliki oleh mereka untuk bebas menunjukkan perasaan mereka terhadap lawan jenis, informasi berkaitan dengan seksualitas yang dapat mereka temui dengan sangat mudahnya, bebas untuk melakukan hubungan yang menuju ke arah yang lebih intim dengan lawan jenis dan lain sebagainya (Suryonoputro, Ford, Shaluhiyah, 2006).

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kaum remaja putri di Indonesia pada umumnya memiliki kesimpulan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja pada umumnya sedang mengalami proses perubahan. Remaja putri di Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002 menemukan bahwa 5%-10% wanita berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka (Suryonoputro, Ford, Shaluhiyah, 2006). Pernyataan tersebut didukung pula dengan adanya survei yang dilakukan BKKBN pada tahun 2008 yang mengemukakan bahwa 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra nikah. Dari hasil survei yang dilakukan Annisa Foundation tahun 2006 ditemukan 42,3% remaja SMP dan SMA di Cianjur, Jawa Barat, pernah berhubungan seks (“Makin Banyak Remaja Lakukan Seks Pranikah” 2010).

(23)

mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian berikut ini yang menunjukkan bahwa perilaku seks pranikah berdampak pada hilangnya harga diri seorang wanita yaitu penderitaan kehilangan keperawanan (82%), rasa bersalah (51%), merasa dirinya kotor (63%), tidak percaya diri (41%), dan rasa takut tidak diterima (59%) (Subandriyo, 1999).

Sebagai contoh dampak negatif yang paling sering kita dapati akibat perilaku seks pranikah ini bagi para remaja putri salah satu diantaranya adalah kehamilan dini. Kehamilan dini berakibat pada fisik dan psikis remaja yang mengalaminya. Masih banyak lagi dampak lain yang juga muncul dari perilaku seksual pranikah pada remaja putri, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, aborsi, terkena penyakit infeksi menular seksual, dan sebagainya. Meski makin marak namun baik di negara maju atau negara berkembang, seks pranikah tetap saja menyandang citra buruk. Apalagi ditambah dengan banyaknya faktor merugikan yang bakal ditanggung oleh seseorang wanita yang berhubungan seks di luar nikah (Sarwono, 2003).

(24)

seperti halnya adanya anggapan dari teman yang berpendapat bahwa keperawanan adalah sesuatu yang kuno, perkembangan informasi yang pesat, serta pengaruh budaya barat yang ditiru oleh remaja tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda sehingga hal-hal tersebut menjadi pemicu untuk melakukan seks pranikah. Pemicu juga dapat datang dari diri remaja putri itu sendiri. Remaja umumnya memiliki rasa keingintahuan yang besar dan senang mencoba hal-hal baru seperti halnya dalam seksualitas, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup mengenai seksualitas. Selain beberapa pendorong remaja melakukan aktivitas seksual seperti di atas, ada pula pendorong lain yang muncul yaitu berupa cinta (Sarwono, 2003).

(25)

Kecanduan cinta sendiri memiliki arti yaitu ketika seseorang merasa sangat tergantung pada orang lain. Ketergantungannya tersebut berupa keinginan untuk diperhatikan dan dicintai dari orang tersebut. Keinginan tersebut membuat seseorang yang kecanduan cinta menjadi lebih terikat dan juga mengikat pasangannya tersebut agar pasangannya tidak dapat lepas darinya dan selalu memberinya perhatian serta cinta. (Mellody, Miller, Miller, 1992).

(26)

Berdasar atas perkembangan hubungan seksualitas pada remaja putri seperti tersebut di atas maka dapat pula kita lihat bahwa alasan yang sering muncul dan mendorong remaja putri melakukan hubungan seks pranikah adalah karena cinta. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sarlito Sarwono (2003) bahwa dibanding dengan remaja pria (23%) dalam melakukan hubungan seks, remaja wanita (45%) lebih menghubungkan seks sebagai bukti cinta sebagai alasan mereka melakukan seks tersebut. Remaja putri beranggapan bahwa melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya maka mereka akan memiliki kekasih yang mencintainya (Santrock,2002). Melihat bahwa alasan cinta ini yang sering muncul ketika remaja putri melakukan hubungan seksual pranikah maka dapat ditinjau kembali mengenai cinta yang dimaksud oleh remaja putri tersebut. Jika dihubungkan dengan fenomena kecanduan cinta salah satu faktor yang mencirikan kecanduan cinta yaitu anggapan bahwa dengan seks berarti sama artinya ekspresi cinta tersebut. Oleh karenanya seks dianggap dapat dijadikan sebagai sebuah sarana sebagai pengungkap rasa cinta pada pasangannya (Arterburn, 2007). Melihat pola hubungan diatas maka dirasa penting untuk menghubungkan perilaku seksual remaja putri dengan kecanduan cinta.

(27)

pernah bertemu langsung. Selama Nova bersama temannya bernama Febriari tersebut ternyata mereka melakukan hubungan seksual (”Merangkul dan Mencintai Anak-Anak Kita”, 2010). Hal ini salah satu bukti bahwa remaja kita sekarang memiliki kebutuhan terhadap cinta yang cukup besar sehingga dapat kita golongkan sebagai kecanduan cinta. Pada kasus ini para remaja rela kehilangan salah satu hal terpenting dalam hidup, yaitu keluarga dan rela meninggalkannya demi mempertahankan hubungan dengan pasangannya.

(28)

keadaannya dan memberitahu bahwa ia sangat mencintainya. Menurutnya yang dipikirkan saat itu hanya pria itu dan ia tak mampu mengontrolnya. Amber merasa ingin mencintainya dan dicintai setiap saat. (Winfrey, 2009). Kasus tersebut merupakan salah satu bukti seseorang mengalami kecanduan cinta.

Dampak dari kecanduan cinta tersebut bisa dirasakan secara langsung oleh yang bersangkutan. Mereka tidak dapat menikmati hubungan yang terjalin sebab pikiran dan perasaannya selalu diliputi ketakutan. Tidak jarang ketakutan tersebut makin tidak rasional dan melahirkan tindakan yang tidak rasional pula, misalnya tidak memperbolehkan pasangannya pergi kerja karena takut direbut orang (Mellody, Miller, Miller, 1992).

Ciri lainnya dari seseorang yang mengalami kecanduan cinta adalah manipulatif. Sesorang yang mengalami kecanduan cinta akan berbuat sesuatu yang dapat membuat pasangannya mengikuti kehendaknya atau memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan seks untuk mengendalikan pasangannya tersebut. Bagi para pecandu cinta, seks adalah sarana yang paling ampuh untuk mengikat pasangan mereka agar mereka dapat selalu berada di dekat orang yang mereka inginkan (Mellody, Miller, Miller, 1992).

(29)

B. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah “ Apakah terdapat hubungan pada remaja putri yang mengalami kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah mereka? “

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kecanduan cinta pada remaja putri dengan perilaku seksual remaja serta tingkat perilaku seksual yang dimiliki oleh remaja putri yang mengalami kecanduan cinta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan terutama di bidang psikologi perkembangan dan psikologi klinis tentang kecanduan cinta yang berpengaruh dalam perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja putri.

2. Manfaat Praktis

(30)
(31)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja Akhir

1. Pengertian dan Batasan

Manusia melalui proses perkembangan dari bayi hingga dewasa. Pada rentang proses perkembangan ini, masa remaja merupakan masa yang paling penting karena masa ini bisa dikatakan sebagai masa pencarian identitas diri (Hurlock, 2004). Pada masa remaja tersebut terdapat beberapa tahapan. Remaja akhir merupakan puncak dari masa remaja dan peralihan memasuki masa dewasa. Masa remaja akhir ini sering disebut sebagai masa yang berasal dari bahasa latin

5 yang berarti menjadi dewasa atau perkembangan menjadi dewasa (Monks, 2006). Pada masa ini anak mulai merasa mantap dan stabil karena arah dan tujuan hidup mereka sudah mulai memiliki pola yang jelas. Hal tersebut disebabkan pada masa adolesensi anak mulai menemukan nilai-nilai hidup baru, sehingga semakin jelas pemahaman tentang diri sendiri (Kartono, 2006).

(32)

Menurut Elfi Yuliani Rochmah, M.Pd.I remaja akhir memiliki karakteristik seperti dibawah ini :

1. Kestabilan bertambah

2. Lebih matang dalam menghadapi masalah. 3. Campur tangan orang dewasa berkurang. 4. Ketenangan emosi bertambah.

5. Realistis bertambah.

6. Lebih banyak perhatian pada lambang-lambang kematangan.

2. Ciri-Ciri Remaja Putri Akhir a. Perkembangan Fisik

Perubahan fisik yang terjadi selama masa remaja pada remaja putri adalah payudara yang membesar pada awal masa remaja menjadi lebih penuh dan membulat di akhir masa remaja serta tumbuhnya rambut kemaluan dan rambut pada ketiak (Santrock, 2003). Selain itu, siklus menstruasi pada remaja putri akhir juga telah mengalami kestabilan, yaitu secara teratur setiap bulan sehingga penyakit yang dikarenakan menstruasi yang tidak teratur pada masa remaja awal tidak lagi dirasakan (Mappiare, 1982).

(33)

penyempurnaan pada bentuk fisik mencapai kesempurnaan bentuk tubuh orang dewasa. Seperti halnya wajah yang simetris, bentuk bahu yang berimbang dengan pinggul dan anggota badan lainnya (Mappiare, 1982).

b. Perkembangan Psikologis Remaja Putri

Sikap remaja akhir dapat dikatakan lebih stabil yang berarti lebih mengandalkan pemikirannya sendiri dalam memutuskan sesuatu. Walaupun terkadang masih sering goyah pendiriannya akan tetapi mereka sudah dapat menyimpulkan baik dan buruk serta benar dan salah pengaruh dari lingkungannya itu. Sama halnya ketika mereka menghadapi masalah, maka remaja akan menghadapinya dengan perasaan yang lebih teratur dan dibatasi oleh norma-norma orang dewasa (Mappiare, 1982).

(34)

Hal tersebut membuat sikap kritis semakin berkembang terhadap dunia sekitarnya. Remaja putri berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal itu menurunkan penilaian terhadap orang tua dan lebih menghormati pribadi lain yang dianggap lebih sesuai dengan dirinya.

c. Perkembangan Sosial Remaja Putri

Pada masa remaja banyak didapati perubahan dari segi sosial. Saat masa anak-anak mereka sangat tergantung pada orang tua dan ketika remaja mereka berusaha melepaskan diri mereka dari orang tuanya. Hal tersebut disebabkan karena keinginan remaja untuk mencapai otonomi diri dan mendapat pengakuan serta keinginan bersikap mandiri. Remaja melakukan gerakan ke arah kelompok teman sebaya untuk mencari rasa aman. Namun, pada masa ini remaja mulai memilih-milih dalam berteman. Mereka akan memilih teman yang sesuai dengan minat mereka dan mulai dapat membina hubungan yang baik dengan lawan jenisnya. Pada remaja putri lebih memilih kelompok pertemanan dengan jumlah yang lebih kecil dibanding remaja pria dan lebih memiliki kriteria yang lebih jelas dan pasti (Hurlock 2003).

3. Tugas Perkembangan

(35)

mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja adalah (Hurlock 2004):

a. Mampu menerima keadaan fisiknya.

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

d. Mencapai kemandirian emosional. e. Mencapai kemandirian ekonomi.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

(36)

4. Tahap Perkembangan Seksualitas Pada Remaja Putri Akhir

Pada remaja akhir kelenjar seks seseorang sudah berada pada taraf matang dan perilaku seksnya mengalami perkembangan yang dikarenakan dari matangnya kelenjar seks tersebut. Pematangan kelenjar seks ini bukan berarti menghentikan kerja ovaries. Hal tersebut dilihat pada tetapnya menstruasi setiap bulan yang sudah teratur sehingga mereka tidak lagi merasa sakit dan pusing karena menstruasi yang tidak teratur seperti saat remaja awal. Gonad yang tetap bekerja juga berpengaruh pada psikis, moral, dan sosial remaja (Mappiare, 1982).

(37)

Pada anak perempuan yang berada pada tahap remaja akhir, unsur-unsur # lebih lama dihayati dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan anatomis. Pada remaja putri tidak begitu paham bahwa alat kelamin mereka merupakan pelaksanaan dari hasrat cintanya. Namun, seringkali mereka menekan hasrat seksual mereka dan mengubahnya menjadi bentuk fantasi tapi hal tersebut tidak selamanya dapat meredam gejolak seksual tersebut. Pada akhirnya timbul kebingungan dan rasa takut dalam diri mereka untuk memenuhi dorongan tersebut dan terkadang mencari jalan keluar yang keliru terhadap permasalahan itu salah satunya adalah perilaku sekusal pranikah (Kartono, 2006).

5. Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Putri

Perbuatan seks di luar nikah, selamanya tidak dibenarkan dalam norma kehidupan, baik norma agama maupun norma sosial. Walau demikian, pada kenyataannya kasus hubungan seks pranikah makin meluas. Bahkan dari sekian banyak kasus yang ada, seks pranikah kebanyakan dilakukan oleh kalangan remaja. Awalnya remaja putri menyalurkan dorongan seksualnya hanya dalam bentuk fantasi seksual yang menyala-nyala dan tidak serius. Kemudian meningkat pada keinginan untuk perealisasian fantasi tersebut (Kartono, 2006).

(38)

dampak tingginya keinginan seks dikalangan remaja. Tingginya keinginan seks ini, merupakan dampak dari cepatnya perkembangan hormon dan organ reproduksi pada remaja sehingga mendorong perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2003). Remaja putri belajar untuk mengaitkan hubungan seks dengan cinta. Mereka sering merasionalisasi tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa mereka terhanyut akan cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa alasan utama remaja putri aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta dan banyak dari mereka berhubungan seks dengan orang yang dicintainya dengan harapan untuk dinikahi. Selain alasan cinta adapun karena didorong kekasih, yaitu berharap mendapatkan kekasih dari hubungan seksual tersebut (Santrock, 2003).

Beberapa faktor yang menyebabkan perilaku seksual pada remaja dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini :

a. Faktor Fisik Remaja Putri

(39)

b. Faktor Psikologis Remaja Putri

Remaja saat ini sedang mencari identitas diri. Artinya mereka sedang mencari siapa dirinya karena itu mereka akan berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh atau orang yang mereka kagumi. Untuk menemukan identitas dirinya itu, ia juga banyak bergaul dengan teman-teman sejenisnya. Pergaulan yang diperlukan adalah penerimaan dari teman-temannya. Kebutuhan untuk diterima diantara teman-temannya memungkinkan remaja jatuh ke kebiasaan untuk ikut-ikutan melakukan tindakan yang buruk atau mencoba-coba hal yang berbahaya bagi orang lain dan fatal bagi dirinya serta suatu tindakan yang tidak peduli lagi pada nilai-nilai moral (Santrock, 2002).

(40)

c. Faktor Sosial Remaja Putri

Teman sebaya berperan penting dalam perkembangan remaja sebab interaksi dengan teman sebaya memberi kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku sosial, mengembangkan ketrampilan dan minat yang sesuai dengan usia, dan berbagi masalah dan perasaan. Remaja juga lebih banyak tergantung pada teman sebaya daripada dengan orang tuanya sendiri. Namun, teman sebaya juga bisa menjadi hal negatif jika teman sebaya itu bermasalah seperti terlibat dalam pelacuran, sehingga dapat mempengaruhi remaja lain yang masih rentan dan belum berpengalaman. Remaja putri dapat jatuh dalam perilaku seks pranikah karena pengaruh teman sebaya yang sudah pernah melakukannya dan berusaha mendorongnya untuk melakukan hal tersebut (Kartono, 2006).

Kartini kartono (2006) juga mengatakan bahwa perilaku seksual pada remaja putri dapat dikarenakan mengejar kelimpahan materi. Hal tersebut membuat mereka jatuh pada pelacuran. Perilaku teman sebaya yang seperti itu dapat berdampak negatif pada perkembangan seksual remaja.

B. Perilaku Seksual Pranikah

1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

(41)

Tindakan tersebut dapat dilakukan seorang diri, dengan lawan jenis, maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah menurut hukum dan agama. Pengertian lain tentang seksual pranikah yang senada juga dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen (1999). Mereka berpendapat bahwa perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan di tempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).

Maka dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pranikah merupakan suatu aktivitas seksual yang melibatkan tubuh dalam ekspresi perasaan erotis. Hal tersebut disebabkan adanya hasrat dan dorongan seksual yang dilakukan oleh pria dan wanita. Namun, aktivitas seksual tersebut tidak didasari dengan ikatan perkawinan yang sah.

2. Aspek-Aspek Perilaku Seksual Pranikah

(42)

Berikut merupakan bentuk-bentuk dari perilaku seksual pada manusia (Rathus 1993) :

a. 6 (Berciuman)

Berciuman adalah saling menyentuh satu sama lain dengan bibir. Pasangan berciuman untuk kesenangan mereka sendiri atau sebagai tahap awal dari selingan sebelum berhubungan intim, dalam hal ini merupakan bagian dari . Dalam # (mencium sederhana), pasangan saling menjaga mulut mereka tertutup.

# mungkin berkembang menjadi sentuhan lembut pada bibir dengan lidah, atau dengan menggigit bibir bawah. Ada pula

# (ciuman dalam) yang juga disebut # . Pada tahap ciuman ini, pasangan saling memasukkan bagian bibir dan lidah mereka ke dalam mulut satu sama lain.

(43)

b. (Sentuhan)

Menyentuh atau membelai zona sensitif seksual dengan tangan atau bagian lain dari tubuh bisa sangat membangkitkan gairah. Bahkan tangan yang membelai lembut dapat secara seksual menggairahkan bagi pasangan yang tertarik secara seksual satu sama lain. Menyentuh adalah bagian umum dari dari . Namun pria lebih menyukai sentuhan pada organ intimnya sebelum berhubungan intim sedang pada wanita lebih suka mendapat sentuhan setelah berhubungan intim seperti saling mengenggam, pelukan dan pijatan pada bagian tubuh.

Selain pada bagian tubuh sentuhan juga dilakukan pada organ-organ intim. Seperti memegang lembut pada bagian organ-organ intim, seperti memegang penis pada pria untuk memberi kenikmatan, memainkan pada wanita, bahkan memasukkan tangan pada anus ( g). Semua itu dilakukan bertujuan untukmemberi kenikmatan pada pasangannya.

c. % (Rangsangan Pada Payudara)

(44)

Rangsangan itu bisa berupa sentuhan, remasan, dan ciuman. Seperti halnya saat seorang pria mulai mengulum payudara pasangannya untuk memberikan kenikmatan seksual. Ada pula wanita memainkan puting pasangannya agar dapat memberikan rangsangan seksual pada pasangannya tersebut.

d. 7 8 (Rangsangan Dengan Mulut Pada Organ Intim)

Biasanya berupa rangsangan pada organ intim pasangan dengan menggunakan mulut. Biasanya mereka memainkan lidah atau mengulum pada bagian organ intim pasangannya tersebut. 9

merupakan sebutan bagi aktifitas yang dilakukan saat rangsangan diberikan pada pria dan pada wanita disebut . Selain kedua teknik di atas, terdapat pula teknik 69. Dimana pasangan saling menghadap pada bagian organ intim pasangannya dan saling mengulum menggunakan mulut.

e. (Hubungan Intim)

Pada tahap ini pria muali memasukkan penis pada liang vagina. Tahap ini disebut sebagai tahap hubungan intim dan merupakan tahap terakhir dari dan mulai masuk pada persenggamaan. Pria akan mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina atau dapat pula memasukan penis ke dalam lubang anus atau dikenal dengan

(45)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Perilaku seksual tersebut tidak hanya terjadi begitu saja namun dikarenakan beberapa faktor yang mendukung perilaku seksual tersebut muncul. Pada umumnya perilaku seks bebas tersebut adalah perilaku menyimpang ( $ ) yang menurut Elfi Yuliani Rochmah, M.Pd.I dilatar belakangi oleh (Rochmah, 2005):

a. Kelalaian orang tua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai agama).

b. Perselisihan atau konflik orang tua ataupun antar anggota keluarga. c. Perceraian orang tua.

d. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.

e. Pergaulan negatif, yakni teman sepergaulannya kurang memperhatikan nilai-nilai moral.

f. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak. g. Kehidupan ekonomi yang fakir.

(46)

4. Dampak Perilaku Seksual Pranikah

Pengetahuan yang rendah mengenai dampak seks bebas memberi dampak bagi pelakunya, antara lain :

a. Segi Kesehatan

Sangat banyak sekali dampak negatif yang diakibatkan oleh seks bebas apalagi bersangkutan dengan kesehatan. Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual. Kontak ini tidak terbatas pada hubungan tapi di dalamnya termasuk kontak dan genital. Berikut adalah beberapa penyakit yang diakibatkan seks bebas dan resiko lainnnya dalam bidang kesehatan:

1. Sifilis ( ) atau Raja Singa

Gejala gejala pada Perempuan : Bintil-bintil berair seperti cair disertai timbulnya luka yang terasa nyeri di sekitar kelamin. Pada stadium lanjut akan nampak seperti koreng berwarna merah (luka terbuka). Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seksual. Setelah 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apap-apa, tetapi setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah, dan jantung (Santrock, 2003).

(47)

2. Gonorhea

Gejala pada perempuan : Pada awal perkembangan virus ini tidak menunjukkan gejala apapun, walaupun sering terdapat radang di bagian pinggul pada tahap awal tersebut. Bila tidak ditangani maka akan menyebabkan infeksi di bagian reproduksi dan pinggul dalam dua bulan (Santrock, 2003).

3. Herpes Genital

Gejala gejala pada Perempuan : Badan lemas, nyeri sendi pada daerah terinfeksi, demam. Tampak kelainan kulit yang berbenjol-benjol, bulat atau lonjong kecil. Pada perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding liang vagina dan kadang-kadang di sekitar anus. Kadang ada rasa seperti terbakar atau gatal pada kelamin, diikuti timbulnya bintil-bintil berisi air di atas kulit dengan warna kemerahan. Gejala pada serangan pertama umumnya lebih berat dibandingkan ketika kambuh. Sebelum lecet biasanya diawali keluhan pegal-pegal otot disertai demam, pembengkakan kelenjar lipatan paha, nyeri kadang gatal serta kemerahan pada tempat yang kena (Santrock, 2003).

4. HIV/AIDS

(48)

5. Kehamilan yang tidak dikehendaki

Kehamilan di luar nikah memberi dapat memberi efek yang cukup buruk bagi ibu dan calon anak. Segi kesehatan juga harus sangat diperhatikan, apalagi jika si wanitanya masih remaja belia. Kemungkinan besar bayi yang dilahirkan mempunyai penyakit tertentu atau dapat terjadi kecacatan (Sarwono, 2003). Akibat usia ibu yang masih sangat muda. Selain itu, dapat juga menyebabkan bayi lahir sebelum waktunya, serta berat badan bayi rendah (kurang dari 2,5 kg), dan proses kelahiran yang sulit (persalinan macet dan perdarahan) yang mengancam nyawa ibu dan bayinya.

6. Menggugurkan kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi

Aborsi merupakan suatu proses dimana seorang ibu memaksakan diri untuk mengeluarkan janin yang ada dikandungannya sebelum usia kandungannya cukup umur atau sering disebut menggugurkan kandungan. (Rathus, 1993). Remaja putri beresiko sangat besar terhadap praktek aborsi sebab usia yang sangat belia sehingga organ reproduksi seksual mereka belum berkembang sempurna dan dapat berakibat pada kesehatan mereka.

Akibat yang timbul pada remaja putri menurut “Facts of Life : Resiko Aborsi” (2009) dapat dilihat seperti yang dipaparkan di bawah ini: 1. Kematian karena terlalu banyak pendarahan. Pendarahan membuat

(49)

neurologis. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun anak atau keduanya.

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan. 4. Resiko terjadinya atau robeknya rahim lebih besar dan

menipisnya dinding rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi, resiko # sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya.

5. Kerusakan leher rahim (: ; ) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

7. Kanker indung telur (7 : ) 8. Kanker leher rahim (: : ) 9. Kanker hati (; : )

10. Kelainan pada plasenta/ari-ari (/ / ) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

11. Infeksi rongga panggul (/ < )

12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (=

/ )

(50)

14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari setelah menikah.

15. Terjadinya adalah suatu saluran atau hubungan antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.

b. Segi Psikologi

Berikut adalah dampak psikologis yang dapat terjadi pada remaja putri yang melakukan seks pranikah (Sarwono, 2003) :

1. Menciptakan kenangan buruk (trauma) berkepanjangan dan bisa saja mengakibatkan depresi.

2. Merasa bersalah sehingga membenci diri sendiri dan membenci orang yang terlibat.

3. Menjadi stress akibat takut akan hukuman dari Tuhan. 4. Merasa malu oleh keluarga dan masyarakat.

c. Segi Sosial

(51)

Tekanan yang bertubi-tubi dari pihak orang tua dan juga masyarakat, dapat membuat seseorang menjadi gelap mata dan melakukan kejahatan, seperti mulai aborsi, baik yang sukarela maupun yang paksa, sampai pembunuhan. Sementara itu pengguguran kandungan dapat menyebabkan terjadinya pendarahan hebat, bahkan resiko kematian (Rathus, 2008)

C. Kecanduan Cinta

1. Pengertian Kecanduan Cinta

Kecanduan cinta adalah merupakan bentuk dari ketergantungan dari seseorang terhadap pasangannya. Pecandu cinta merasa selalu haus akan perhatian dan cinta. Ketergantungan ini bersifat mengikat pasangannya tersebut (Mellody, Miller, Miller, 1992). Kecanduan cinta lebih dapat digolongkan sebagai masalah psikologis karena penyebabnya terdapat pada pengalaman masa lalu seseorang yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga terutama orang tuanya.

(52)

tersebut akan sulit untuk percaya pada orang lain. Perasaan terbebut muncul akibat hilangnya sosok pengasuh yang seharusnya selalu hadir dan mendukungnya. Ketika sosok tersebut tidak dimilikinya maka akan berdampak pada rasa kurang percaya pada orang lain yang akan terus berlanjut hingga usia dewasa (Holmes, 1993). Maka dalam membina hubungan ketidak percayaan tersebut juga akan ditujukan pada pasangannya dan hal itu membuatnya menjadi takut ditinggalkan oleh pasangan sehingga akan berusaha mempertahankan pasangannya dengan cara apapun.

Maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan cinta merupakan ketergantungan terhadap pasangan yang disebabkan ketakutan berlebihan akan ditinggalkan pasangannya. Hal tersebut dikarenakan pada masa kanak-kanak pecandu cinta pernah mengalami kehilangan sosok yang mengasuhnya.

2. Aspek-Aspek Kecanduan Cinta

Menurut Pia Mellody, A.W Miller dan J.K Miller (1992) dalam kecanduan cinta terdapat tiga aspek utama, yaitu :

(53)

b. Pecandu cinta memiliki harapan yang tidak realistis terhadap penerimaan tanpa syarat dari orang lain dalam suatu hubungan.

c. Pecandu cinta akan mengabaikan dirinya sendiri ketika mereka berada dalam suatu hubungan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecanduan Cinta

Kecanduan cinta berawal pada masa kanak-kanak seseorang. Pada masa itu para penderita kecanduan cinta tidak terpenuhi kebutuhan psikologisnya (seperti kasih sayang, perhatian, kehangatan dan penerimaan seutuhnya). Selain itu, pecandu cinta biasanya mengalami banyak kesakitan dan kesedihan mendalam serta rasa kehilangan akut selama masa kanak-kanak. Sebagian dari diri mereka mendapat penolakan untuk memiliki kesempatan tumbuh dengan baik penyebabnya karena pengasuh mereka gagal untuk merawat mereka (Mellody, Miller, Miller, 1992). Hal tersebut dapat menghambat proses kematangan identitas kepribadian dan kestabilan emosinya.

(54)

orang lain walaupun harus "mengorbankan" diri. Orang dengan kecanduan cinta begitu cemas dan takut jika kehilangan orang yang selama ini memilikinya; karena perasaan "dimiliki" ini identik dengan harga dirinya. Begitu juga sebaliknya ia akan kehilangan harga diri jika kehilangan pemilik (Mellody, Miller, Miller, 1992).

4. Dampak Kecanduan Cinta

Pengidap kecanduan cinta tidak mengenal istilah "puas" dalam setiap hubungan yang terjalin antara orang yang kecanduan cinta dengan pasangannya. Sama halnya seperti mengisi gelas bocor yang tidak pernah bisa penuh jika diisi karena begitu airnya dituang lantas langsung keluar lagi dan airnya tidak pernah penuh. Demikian juga orang kecanduan cinta, mereka tidak pernah mampu membagikan cinta secara tulus pada orang lain karena selalu merasa haus akan cinta. Oleh sebab itu, banyak di antara mereka yang sering berganti pasangan karena merasa harapan mereka tidak dapat dipenuhi sang kekasih. Padahal, meski puluhan kali mereka berganti pasangan, individu yang kecanduan cinta akan sulit membangun hubungan yang stabil dan abadi. Sayangnya, banyak dari mereka yang tidak sadar bahwa sumber masalah justru ada pada diri sendiri, mereka lebih sering menyalahkan pasangannya (Mellody, Miller, Miller, 1992).

(55)

ketakutan. Tidak jarang ketakutan tersebut makin tidak rasional dan melahirkan tindakan yang tidak rasional pula, misalnya tidak memperbolehkan pasangannya pergi kerja karena takut direbut orang.

Berikut ini adalah efek dari kecanduan cinta menurut Pia Mellody, A.W Miller dan J.K Miller (1992) :

a. Bagi Individu Bersangkutan

Akibat jangka panjang adalah individu yang bersangkutan akan berada dalam kondisi emosi yang labil dan menjadi terlalu sensitif. Individu tersebut mudah curiga pada teman, sahabat, kegiatan, pekerjaan, bahkan keluarga pasangannya. Selain itu ia menjadi mudah marah, cepat tersinggung dan bagi sebagian orang bahkan ada yang bertindak agresif dan kasar demi mengendalikan keinginan dan kehidupan pasangannya. Pasangannya tidak diijinkan untuk punya agenda tersendiri, pasangannya diharuskan mengikuti keinginannya dan memberikan semua memperhatikannya. Individu tersebut mempergunakan seluruh energinya untuk mengantisipasi ketakutan yang tidak beralasan. Maka kehidupan demikian membuat dirinya menjadi manusia tidak produktif. Sehari-hari yang dipikirkan dan diusahkan hanyalah bagaimana supaya "miliknya terjaga".

b. Bagi Pasangan

(56)

berjalan beberapa waktu. Bagi sebagian orang yang cukup sadar dan mempunyai kekuatan pribadi, ia akan berani mengambil sikap tegas dalam menentukan arahnya sendiri. Namun, banyak pula orang yang "memilih" untuk tetap dalam hubungan tersebut karena ternyata dirinya sendiri juga mengalami masalah dan kebutuhan yang sama. Jika demikian halnya, maka hubungan yang ada bukannya mengembangkan dan mendewasakan kedua belah pihak, namun malah semakin memperkuat ketergantungan cinta keduanya. Situasi inilah yang sering dikaburkan dengan hubungan yang romantis dan cinta buta.

5. Gejala Kecanduan Cinta

Seseorang yang mengalami kecanduan cinta dapat kita lihat dari beberapa gejala yang timbul (Mellody, Miller, Miller, 1992). yaitu : a. Pecandu cinta tertarik pada figur yang dianggap kuat

Pecandu cinta percaya bahwa mereka tidak mampu menjaga diri mereka sendiri sehingga mencari sosok lain yang mampu melakukan hal tersebut.

b. Pecandu cinta merasa berada pada puncak dari hidupnya seperti fantasi yang menjadi pemicu pada masa kanak-kanak.

(57)

tersebut berhubungan dengan seksual romantis maka bagi mereka seks merupakan sesuatu yang indah.

c. Para pecandu cinta merasa bebas dari rasa sakit

Pecandu cinta merasa bahwa ia telah menemukan pasangan yang tepat sesuai dengan fantasinya. Orang tersebut dianggap akan membawanya keluar dari perasaan kesepian dan kosong. Namun, kenyataanya orang yang menjadi harapan terwujudnya fantasi tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pecandu cinta.

d. Para pecandu cinta menunjukkan kebutuhan-kebutuhan yang lebih dan menyangkal realitas.

Semakin lama pecandu cinta akan mengembangkan kebutuhan-kebutuhan mereka sehingga mengakibatkan pasangan mereka menjadi menjauh. Walaupun begitu, para pecandu cinta tetap menolak realitas tersebut.

e. Para pecandu cinta mengembangkan kesadaran serta menyangkal terjadinya kehancuran.

(58)

f. Para pecandu cinta memasuki masa penarikan

Pecandu cinta akhirnya menerima bahwa pasangannya meninggalkannya. Ketika kesadaran tersebut menghampirinya maka terjadi dua macam luka pada dirinya. Pertama kesakitan yang dialaminya sekarang ketika ia ditinggalkan oleh pasangannya dan kedua kesakitan saat masa kanak-kanak saat ia merasa kosong.

g. Para pecandu cinta terobsesi tentang cara mendapatkan kembali pasangannya atau memperbaiki keadaan.

Pecandu cinta berpikir untuk terbebas dari perasaan sakitnya tersebut. Hal tersebut dapat mereka wujudkan dalam bentuk terobsesi mendapatkan kembali pada orang yang meninggalkannya tersebut atau mengalihkan kecanduannya pada kecanduan lain seperti membina hubungan baru dan menjadi kecanduan kembali pada orang tersebut, kecanduan makan, kecanduan seks, dan sebagainya.

(59)

D. Hubungan Antara Kecanduan Cinta Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Putri Akhir

Menurut Pia Mellody (1992) pecandu cinta termasuk di dalamnya remaja putri dipenuhi oleh perasaan kosong. Mereka merasa tidak memiliki orang yang dapat mencintai mereka sepenuhnya dan menerima keadaan dirinya. Perasaan tersebut disebabkan karena pengalaman masa lalu mereka. Pada waktu kanak-kanak pecandu cinta biasanya pernah ditinggalkan oleh orang tua atau orang yang mengasuh mereka. Perasaan kehilangan tesebutlah yang memicu perasaan kosong dan tidak dicintai. Akan tetapi, pada remaja putri dengan kecanduan cinta rendah tidak merasa kosong dan tidak tidak merasa bahwa dirinya tidak dicintai.

(60)

kehilangan pasangannya (Mellody, Miller, Miller, 1992). Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Louan Brizendine (2006) bahwa cinta romantis dapat dibangkitkan kembali dengan adanya ancaman kehilangan pasangan. Pada saat seseorang berada dalam situasi terancam akan kehilangan pasangannya, maka akan muncul keadaan waspada yang dipenuhi ketakutan kehilangan pasangan sehingga menimbulkan obsesi untuk mempertahankan hubungannya. Hal tersebut membuat pecandu cinta berusaha mengendalikan pasangannya agar kembali berfokus pada dirinya. Cara-cara yang dilakukan pecandu cinta untuk mengendalikan pasangannya ini sering kali tidak didasari oleh akal sehat. Salah satu cara pecandu cinta dalam mengendalikan pasangannya sering kali dengan memanipulasinya. Saat mencoba memanipulasi pasangannya pecandu cinta yang tinggi tidak peduli dengan keadaan dirinya sebab yang mereka tahu adalah bagaimana mempertahankan figur tersebut (Mellody, Miller, Miller, 1992). Sebaliknya, remaja putri yang tingkat kecanduan cintanya rendah tidak mencari figur yang dianggap kuat, tidak mempertahankan hubungan dengan cara apapun, serta tidak mengendalikan pasangan dengan manipulasi.

(61)

menawarkan diri untuk memfasilitasi minat pasangannya tersebut yaitu dengan menawarkan seks. Walaupun pada saat melakukannya pecandu cinta memiliki minat seks yang berbeda dengan pasangannya hal itu tidak diperdulikannya sebab mereka tidak mementingkan minat pribadinya dan lebih mementingkan minat pasangannya. Hal tersebut menyebabkan perilaku seksual pecandu cinta cenderung tinggi. Berbeda dengan remaja putri yang tingkat kecanduan cintanya rendah, mereka tidak memenuhi minat pasangannya dan tidak menawarkan seks.

(62)

Bagan Hubungan Kecanduan Cinta dengan Perilaku Seksual Pranikah pada

(63)

F. Hipotesis

(64)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Jenis penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang berbentuk hubungan antara dua variabel. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki apakah variasi satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Penelitian ini untuk mengetahui dua variabel yaitu kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah pada pada remaja putri akhir.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

(65)

C. Definisi Operasional Penelitian

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Kecanduan Cinta

Kecanduan cinta adalah ketergantungan terhadap pasangan karena terdapat perasaan haus akan perhatian dan cinta yang sifatnya mengikat pasangannya (Mellody, Miller, Miller, 1992).

Memiliki aspek-aspek sebagai berikut :

a. Ketidak seimbangan jumlah waktu, perhatian dan harga diri. b. Harapan yang tidak realistis terhadap penerimaan tanpa syarat. c. Mengabaikan dirinya sendiri.

Jika skor subjek dalam skala ini rendah, maka kecanduan cinta yang dialami juga rendah sedangkan jika skor subjek dalam skala ini tinggi, maka kecanduan cinta yang dialami juga tinggi.

2. Perilaku Seksual Pranikah

Perilaku seksual merupakan kegiatan yang melibatkan tubuh dalam ekspresi perasaan erotis atau kasih sayang (Rathus 1993).

Di bawah ini adalah aspek perilaku seksual menurut Spencer A. Rathus yaitu :

a. 6 (berciuman) b. (sentuhan)

% (rangsangan pada payudara)

(66)

(hubungan intim)

Skor yang tinggi pada skala menunjukkan bahwa subjek memiliki frekuensi perilaku seksual yang tinggi, sebaliknya skor rendah pada skala menunjukkan bahwa subjek memiliki frekuensi perilaku seksual yang rendah.

D. Subjek Penelitian

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Pada metode ini, pemilihan subjek didasarkan atas ciri atau karakteristik yang sudah diketahui sebelumnya.

Karakteristik sampel adalah sebagai berikut : a. Remaja akhir berusia 18-24 tahun b. Belum menikah

c. Berjenis kelamin perempuan.

E. Metode Dan Alat Pengambilan Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala kecanduan cinta dan Skala Perilaku Seksual Pranikah

(67)

1. Skala Kecanduan Cinta

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecanduan cinta dalam penelitian ini adalah Skala kecanduan cinta. Skala kecanduan cinta yang dipakai adalah skala yang telah diuji coba dalam penelitian yang dilakukan oleh Y. Heri Widodo M. S.Psi pada tahun 2009. Pengujian dilakukan pada 84 subjek remaja dengan memiliki reliabilitas = 0,918.

2. Skala Perilaku Seksual Pranikah

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode skala likert Item yang disajikan adalah 50 soal dan dalam penelitian ini penulis menggunakan skala perilaku seksual pranikah

Setiap 5 butir item memuat lima kategori piliha jawaban yaitu Tidak Pernah (TP), Pernah (P), Jarang (J), Sering (S), Sangat Sering (SS).

Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk Blue Print pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Skor Item Perilaku Skala

TP P J S SS

(68)

Skala perilaku seksual pranikah terdiri dari 5 aspek yang pada setiap aspek

Kategori/Tahap Item Jumlah Persentase

6 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46 10 20%

F. Kredibilitas Alat Ukur

(69)

1. Estimasi Validitas

Validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur, artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut

Jenis validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi ditunjukkan untuk melihat sejauh mana item-item dapat mewakili komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang ingin diukur dan sejauh mana item-item mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur. Validitas yang diukur dengan pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional atau oleh dosen pembimbing, yaitu dengan mengadakan evaluasi untuk memeriksa kualitas item sebagai dasar untuk seleksi (Azwar, 2007).

2. Seleksi Item

Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan untuk menyeleksi item-item mana yang baik dan berkuatilas untuk dipakai dalam penelitian selanjutnya. Sedangkan item yang kurang baik akan dibuang. Proses seleksi item dilakukan dengan cara melakukan uji coba alat ukur. Pengujian daya diskriminasi item menghasilkan koefisien #

(70)

(Azwar, 1999). Batasan yang dipakai dalam pemilihan item berdasarkan korelasi item-total adalah (rix) ≥ 0,300.

Seleksi item dilakukan dengan program SPSS 12.0 for windows. Hasil dari pengolahan data yaitu 50 dari 50 item yang diujicobakan dinyatakan lolos seleksi. Item lolos seleksi diambil dari kriteria korelasi item total dengan batasan skor > 0,3. korelasi item-total yang dipakai berkisar antara 0,374 sampai dengan 0,940.

Tabel 3

Skala Perilaku Seksual (Setelah Uji Coba)

Kategori/Tahap Item Jumlah Persentase

6 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46 10 20%

(71)

aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 - 1,00, yang mana koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya dan sebaliknya, mendekati angka 0 maka berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Penelitian ini menggunakan teknik koefisien reliabilitas alpha dilakukan dengan menggunakan tekhnik Formula > : dan dengan menggunakan program SPSS 12.0 for windows. Menurut Nunnaly (dalam Azwar, 2001) teknik alpha merupakan dasar dalam pendekatan konsistensi internal dan merupakan estimasi yang baik terhadap reliabilitas pada banyak situasi. Berdasarkan hasil perhitungan Skala Perilaku Seksual memiliki koefisien sebesar 0,986. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel.

G. Uji Asumsi Data

Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan metode korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

(72)

yang telah diolah. Sebaran variabel bebas dan variabel tergantung dikatakan normal jika probabilitas (P) lebih besar dari 0,05 (p > 0,05).

2. Uji linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan skor dari variabel bebas dan skor dari variabel tergantung tersebut merupakan garis lurus atau tidak. Garis lurus ini menandakan ada atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dikatakan linier atau garis lurus jika probalitas (P) lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).

H. Pengujian Hipotesis Penelitian

(73)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 20 Desember 2010 sampai 5 Januari 2011. Pengambilan data dilaksanakan di Yogyakarta Pengumpulan data penelitian ditujukan kepada remaja putri yang belum menikah. Peneliti mengambil rentang usia 18-24 tahun dengan pertimbangan pada masa ini seseorang sedang berada pada masa aktif secara seksual karena organ seksualnya sudah berfungsi sempurna (Sarwono, 1989). Penelitian dilaksanakan dengan cara meminta subjek memberikan jawaban pada kuisioner yang terdiri dari Skala Kecanduan Cinta dan Perilaku Seksual Pranikah. Kuisioner dibagikan kepada 120 subjek, namun hanya 117 yang kembali.

B. Data Demografi Subjek Penelitian

(74)

Berikut ini merupakan tabel data demografi subjek penelitian berdasarkan usia subjek :

Tabel 4

Data Usia Subjek Penelitian Usia Jumlah Persentase

18 21 17,95 %

Domisili Jumlah Persentase

Kos 97 82,9 %

Rumah 20 17,09 %

Jumlah 117 100 %

C. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan dengan One

6 dengan menggunakan program / ! '' 9

(75)

Hasil uji normalitas pada perilaku seksual pranikah adalah 0,001 (dapat dilihat pada Lampiran 1), sehingga p < 0,05 atau 0,001 < 0,05. Dengan demikian sebaran perilaku seksual pada remaja dinyatakan tidak normal. Nilai probabilitas pada kecanduan cinta remaja, nilai probabilitasnya adalah 0,013 sehingga p < 0,05 atau 0,013 < 0,05 dan dengan demikian sebaran kecanduan cinta pada remaja dinyatakan tidak normal.

2. Uji Linearitas

Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor variable perilaku seksual dengan skor variabel kecanduan cinta merupakan garis linear (lurus) atau tidak. Uji linearitas ini dilakukan dengan / ! '' 9 . Hasil dari uji linearitas ini menunjukkan hubungan linear antara kedua variable dengan taraf signifikansi p < 0,05 yaitu p = 0,00 (p < 0,05) dengan F = 106,679.

D. Hasil Penelitian 1. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah melakukan uji normalitas dan uji linieritas. Penghitungan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan

(76)

Dari tabel skor rata-rata remaja putri dapat dilihat bahwa hasil analisis dari variabel kecanduan cinta dan perilaku seksual pranikah menunjukkan skor korelasi r = 0,586 dengan probabilitas 0.000 (p < 0,05) . Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ada hubungan positif antara kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah dinyatakan diterima.

Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari hasil kuadrat koefisien korelasi adalah r = 0,424. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas penelitian ini yaitu kecanduan cinta memberikan sumbangan efektif sebesar 42,2% terhadap variabel tergantung yaitu perilaku seksual pranikah.

2. Deskripsi Data Penelitian

(77)

a. Data teoritis dan empiris Kecanduan Cinta Dan Skala Perilaku Seksual Pranikah

Tabel berikut ini menyajikan data teoritis dan empiris Kecanduan Cinta dan Skala Perilaku Seksual Pranikah

Tabel 6

Data Mean Teoritis Dan Mean Empiris Skala Kecanduan Cinta Dan Skala Perilaku Seksual Pranikah

b. Kategori Tingkat Kecanduan Cinta Dan Perilaku Seksual Pranikah Tingkat Kecanduan Cinta dan Perilaku Seksual Pranikah subjek akan dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan menggunakan norma sebagai berikut :

X < (µ - 1,0 σ) : rendah (µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) : sedang

(78)

Tabel 7

Kriteria Kategorisasi Kecanduan Cinta Dan Perilaku Seksual Pranikah subjek Kategori Kecanduan Cinta (rentang

skor)

Berdasarkan rentang skor tersebut, jumlah subjek pada setiap kategorisasi adalah sebagai berikut :

Tabel 8

(79)

Berdasarkan data ini dalam kelompok yang memiliki kecanduan cinta sebagian besar sedang.

E. Pembahasaan

Hipotesis pada penelitian terbukti, yaitu adanya hubungan positif yang signifikan antara tingkat kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah remaja putri. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecanduan cinta, maka perilaku seksual remaja putri juga semakin tinggi atau positif. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kecanduan cintanya maka semakin rendah atau negatif pula perilaku seksual prenikah remaja putri.

(80)

mereka merasa gelisah dan merasa tidak dimengerti oleh lingkungannya yang menyebabkan remaja merasa kesepian (Kartono, 2006). Kumpulan perasaan tersebut semakin membentuk rasa kosong dalam diri remaja dengan kecanduan cinta.

(81)

Ketika remaja dengan kecanduan cinta memulai suatu hubungan maka mereka akan menaruh harapan yang besar terhadap pasangannya untuk mewujudkan apa yang dikhayalkan selama ini (Mellody, Miller, Miller, 1992). Hal itu semakin didukung dengan persepsi remaja pada umumnya tentang cinta sering kali keliru sebab hanya berdasarkan pemikiran pribadi serta pengaruh teman sebaya (Mirron dan Mirron, 2006). Hal tersebut berdampak saat mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis, yaitu membuat remaja dengan kecanduan cinta akan merasa kecewa saat pemikiran tentang pasangannya tidak sesuai realita. Kekecewaan itu disebabkan fantasi yang bersifat egosentris karena pemikiran yang didasarkan oleh pemikirannya sendiri (kartono, 2006). Remaja akan menyalahkan dirinya sendiri saat hubungan dengan pasangannya memburuk. Mereka berpikir telah melakukan kesalahan dan berusaha memperbaikinya kembali (Miron dan Miron, 2006). Bagi remaja dengan kecanduan cinta, ketika diri mereka merasa terancam ditinggalkan pasangannya maka segala hal akan diupayakan untuk mencegah terjadinya hal tersebut (Mellody, Miller, Miller, 1992).

(82)

memperbaiki hubungan. Remaja putri dengan kecanduan cinta ini masih belum mengetahui tentang makna seksualitas dan fungsinya yang sesungguhnya. Pengetahuan mereka tentang seks tergolong rendah dan seringkali menerima informasi yang salah dari lingkungannya. Oleh karenanya remaja putri melakukan seks seringkali didasari dengan alasan cinta (Kartono, 2006).

(83)
(84)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis dan pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa kecanduan cinta berkorelasi positif dengan perilaku seksual pranikah pada remaja putri (r = 0,586). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecanduan cinta maka semakin tinggi pula perilaku seksual pranikahnya. Artinya, hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan positif antara kecanduan cinta dengan perilaku seksual pranikah dinyatakan diterima.

Dalam penelitian ini variabel bebas kecanduan cinta memberi sumbangan efektif sebesar 42,2% kepada variabel tergantung perilaku seksual pranikah. 57,8% merupakan faktor-faktor lain yang dapat dimungkinkan mempengaruhi perilaku seksual pranikah, antara lain : pengaruh lingkungan, dimana seorang remaja cenderung mengadaptasi perilaku sekitarnya terhadap dirinya (Hurlock, 2004).

B. Saran

1. Bagi Penelitian Selanjutnya:

Gambar

Tabel 1 : Skor Item Perilaku Skala..............................................................
Tabel  1 Skor Item Perilaku Skala
����������Tabel 2  Skala Perilaku Seksual
����������Tabel 3  Skala Perilaku Seksual
+4

Referensi

Dokumen terkait

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah

A adalah kondisi awal anak yang memiliki kesulitan dalam melakukan gerakan melompat sederhana yang diberikan dan tanpa perlakuan pada kemampuan akademiknya, B

Peserta yang telah melakukan pendaftaran akan dihubungi oleh pihak panitia pada tanggal 5 Oktober 2016 untuk konfirmasi.. Formulir pendaftaran dapat diambil di sekretariat