• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

PENELITIAN KORELASIONAL

Oleh:

Zahrotul Fitria Suryawan 131411131076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

PENELITIAN KORELASIONAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

Oleh:

Zahrotul Fitria Suryawan 131411131076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai

jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

Surabaya, 7 September 2018 Yang Menyatakan

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Airlangga, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zahrotul Fitria Suryawan

NIM : 131411131076

Program Studi : Pendidikan Ners Fakultas : Keperawatan Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Airlangga Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul:

“Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Remaja"

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Airlangga berhak menyimpan, alihmedia/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 7 September 2018 Yang menyatakan

(5)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

Oleh:

Zahrotul Fitria Suryawan NIM. 131411131076

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 7 SEPTEMBER 2018

Oleh: Pembimbing Ketua

Eka Mishbahatul Mar‟ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 198509112012122001

Pembimbing

Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep NIP. 198610262015042003

Mengetahui a.n Dekan Wakil Dekan I

(6)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

Oleh:

Zahrotul Fitria Suryawan NIM. 131411131076

Telah diuji

Pada tanggal, 12 September 2018

PANITIA PENGUJI

Ketua : Dr. Abu Bakar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB ( ) NIP. 198004272009121002

Anggota : 1. Eka Mishbahatul Mar‟ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep ( ) NIP. 198509112012122001

2. Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep ( ) NIP. 198610262015042003

Mengetahui a.n Dekan Wakil Dekan I

(7)

MOTTO

Bismillahirrahmanirrahim

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang”

(8)

Baik-UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Remaja”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. Penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu bersama dengan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan izin untuk melakukan dan menyelesaikan pendidikan program studi Pendidikan Ners

2. Bapak Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

3. Ibu Eka Mishbahatul Mar‟ah Has, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan kesempatan waktu dan ilmu kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan penelitian ini serta bimbingan mengenai bagaimana saya melakukan penelitian yang baik

4. Ibu Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar dalam membimbing saya dan selalu memberikan motivasi dan hal positif untuk selalu mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini 5. Bapak Dr. Abu Bakar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB dan bapak Deni

Yasmara, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penguji atas saran, perbaikan, dan bimbingannya demi perbaikan penelitian ini

6. Responden penelitian yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Tanpa keberadaan dan kesediaan rseponden tentunya penelitian ini tidak akan terlaksana

7. Ibu Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes selaku dosen wali yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangatnya sehingga saya selalu optimis dan yakin

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan fasilitas, mendidik, serta memberikan ilmu selama masa perkuliahan

9. Bapak Pipin Riyanto M.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Kurikulum dan guru-guru serta tenaga pendidik SMA Negeri 19 Surabaya yang telah mengizinkan dan memberikan bantuan selama penelitian ini berlangsung 10.Kedua orangtua yang saya sayangi (bapak Kuswanto dan ibu Nanik Soerjati),

mbak Anis, dek Ana, dan Lek semua dari keluarga

(9)

12.Teman-teman grup hamba Allah (Dini, Mai, Bella, Aras, Azhar, Hasbi, Ubai, Sita), dan orang-orang disekitar saya yang selalu menyemangati dan mendoakan agar terselesaikannya skripsi ini

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depannya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi profesi bidang ilmu keperawatan. Aamiin yaa robbal alamiin

Surabaya, 7 September 2018

(10)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA REMAJA

Penelitian Korelasional

Oleh: Zahrotul Fitria Suryawan

Pendahuluan: Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang berkontribusi untuk setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung, dan 51% dari kematian akibat stroke. Remaja dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko tinggi menjadi hipertensi saat dewasa. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja. Metode: Desain penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah responden adalah 125 orang yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Variabel independen penelitian ini yaitu jenis kelamin, riwayat keluarga, IMT (Indeks Massa Tubuh), konsumsi natrium, merokok, stres, ekonomi orangtua, dan aktivitas fisik. Variabel dependen penelitian ini yaitu hipertensi. Data penelitian diambil melalui penyebaran kuesioner, pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan. Data penelitian dianalisis dengan uji Korelasi Spearman dan uji Chi-Square dengan α <0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 16 tahun (76,8%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada korelasi antara IMT (p=0,000; r= 0,355), dan aktivitas fisik (p=0,047; r= -0,178) dengan hipertensi pada remaja. Sedangkan jenis kelamin (p=0,281), riwayat keluarga (p=0,792), konsumsi natrium (p=0,152), merokok (p=0,698), stres psikogenik (p=0,345), dan ekonomi orangtua (p=0,945) tidak berhubungan dengan hipertensi pada remaja. Diskusi: Penelitian ini menunjukkan mayoritas hipertensi pada remaja masuk dalam kategori normal, dan faktor yang paling berhubungan adalah IMT. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian faktor lain dan atau dengan desain penelitian yang lain yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja.

(11)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FACTORS RELATED TO HYPERTENSION OF ADOLESCENT

Correlational Research

By: Zahrotul Fitria Suryawan

Introduction: Hypertension is the cardiovascular disease that contribute to at least 45% of deaths from heart disease, and 51% of deaths from stroke. Adolescents with high blood pressure have a high risk of becoming hypertensive during adulthood. This study was aimed to investigate factors correlating with hypertension in adolescent. Methods: This study design was correlational with cross-sectional approach. The number of respondents was 125 people selected by simple random sampling technique. The independent variable of this research is gender, family history, BMI (Body Mass Index), sodium intake, smoking, psychogenic stress, parental income, and physical activity. The dependent variable of this research is hypertension. Data were taken through questionnaires, measurement of blood pressure, weight, and height and data analyzed using Spearman Correlation and Chi-Square test with α<0,05. Results: The results showed a majority of respondents aged 16 (76,8%). The results of statistical tests indicate that there are correlation between BMI (p=0,000; r= 0,355), and physical activity (p=0,047; r= -0,178 ) with hypertension in adolescent. Gender (p=0,281), family history (p=0,792), sodium intake (p=0,152), smoking (p=0,698), psychogenic stress (p=0,345), and parental income (p=0,945) not related to hypertension in adolescent. Discussion: This research shows the majority of hypertension in adolescent into category normal, and the factors most associated is BMI. Further studies are expected to conduct research or to other factors and other research designs associated with hypertension in adolescent

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PANITIA PENGUJI ... Error! Bookmark not defined. MOTTO ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

1.4.1 Manfaat teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat praktis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Definisi Remaja ... 8

2.1.1 Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama remaja ... 8

2.2 Hipertensi pada remaja... 10

2.2.1 Definisi ... 10

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi pada Remaja ... 11

2.2.3 Gejala Hipertensi ... 11

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi ... 11

2.2.5 Faktor – faktor yang berhubungan dengan Hipertensi ... 15

2.3 Keaslian Penelitian ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 28

3.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.2 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Desain Penelitian ... 30

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Sampling ... 31

4.2.1 Populasi ... 31

(13)

4.2.3 Sampling ... 31

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32

4.3.1 Variabel Independen ... 32

4.3.2 Variabel Dependen ... 32

4.4 Instrumen Penelitian ... 37

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 39

4.7 Cara Analisis Data ... 41

4.8 Kerangka Operasional/ Kerja ... 43

4.9 Masalah Etik (Ethical Clearance) ... 44

4.10 Keterbatasan Penelitian ... 46

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

5.2 Hasil Penelitian ... 48

5.2.1 Data umum karakteristik responden ... 48

5.2.2 Data khusus karakteristik responden ... 49

5.2.3 Variabel yang diukur ... 52

5.3 Pembahasan ... 59

5.3.1 Hubungan jenis kelamin dengan Hipertensi pada Remaja ... 60

5.3.2 Hubungan riwayat keluarga dengan Hipertensi pada Remaja ... 62

5.3.3 Hubungan IMT dengan Hipertensi pada Remaja ... 63

5.3.4 Hubungan konsumsi natrium dengan Hipertensi pada Remaja ... 66

5.3.5 Hubungan merokok dengan Hipertensi pada Remaja ... 68

5.3.6 Hubungan stres psikogenik dengan Hipertensi pada Remaja ... 69

5.3.7 Hubungan ekonomi dengan Hipertensi pada Remaja ... 70

5.3.8 Hubungan aktivitas fisik dengan Hipertensi pada Remaja ... 71

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Hipertensi ... 12

Gambar 3.1 Kerangka konseptual ……… ... 28

Gambar 4.1 Rancangan penelitian cross sectional ... 30

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan yang Terjadi Selama Remaja .. 8

Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi anak-anak dan remaja ... 11

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI 2010 untuk Usia 5-18 Tahun………...……….……….…..17

Tabel 2.4 Bahan Penyedap ... 18

Tabel 2.5 Makanan Siap Saji ... 19

Tabel 2.6 Keaslian Penelitian ... 23

Tabel 4.1 Definisi operasional analisis faktor hipertensi pada remaja ... 33

Tabel 5.1 Data umum karakteristik responden di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 49

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan riwayat keluarga di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 49

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan IMT di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 50

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan konsumsi natrium di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 50

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan merokok di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 50

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan stres psikogenik di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 51

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan ekonomi orangtua di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 51

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 51

Tabel 5.9 Distribusi responden berdasarkan hipertensi di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 52

Tabel 5.10 Tabulasi silang jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 52

Tabel 5.11 Tabulasi silang riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 53

Tabel 5.12 Tabulasi silang IMT dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018... 54

Tabel 5.13 Tabulasi silang konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 55

(16)

Tabel 5.15 Tabulasi silang stres psikogenik dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 57 Tabel 5.16 Tabulasi silang ekonomi dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 ... 58 Tabel 5.17 Tabulasi silang aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan data awal penelitian ... 83

Lampiran 2 Surat pengambilan data penelitian ... 84

Lampiran 3 Etik penelitian ... 85

Lampiran 4 Tabulasi data penelitian ... 86

Lampiran 5 Tabulasi Kuesioner Stres ... 92

Lampiran 6 Output Uji Statistik ... 97

Lampiran 7 Penjelasan penelitian bagi responden ... 102

Lampiran 8 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian ... 106

Lampiran 9 SOP pengukuran tekanan darah ... 107

(18)

DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana DASS : Depression Anxiety Stress Scale

Depkes : Departemen Kesehatan Dinkes : Dinas Kesehatan

IMT/U : Indeks Massa Tubuh/Umur

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kg : Kilogram

KMS/KIA : Kartu menuju Sehat/ Kesehatan Ibu Anak

MA : Madrasah Aliyah

MET : Metabolic Equivalent Task Menkes : Menteri Kesehatan

m2 : Meter pangkat dua

SD : Standar Deviasi

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMAN : Sekolah Menengah Atas Negeri

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SPSS : Statistical Package for Social Science

SSP : Sistem Saraf Pusat

TB : Tinggi Badan

TDD : Tekanan Darah Diastolik TDS : Tekanan Darah Sistolik WHO : World Health Organization

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prevalensi penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Angka morbiditas pada penyakit tidak menular juga semakin tinggi. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang berkontribusi untuk setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung, dan 51% dari kematian akibat stroke (Day, 2013). Remaja dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko tinggi menjadi hipertensi saat dewasa (Essouma et al., 2015).

(20)

nasional hipertensi usia 15-17 tahun didapatkan 5,3% (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%) (Riskesdas, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan Santoso (2013) di kota Surabaya, dari 156 sampel usia 15-19 tahun terdapat 10 (6,4%) yang masuk kategori hipertensi (Santoso, 2013). Sedangkan pada pengukuran faktor resiko hipertensi pada kegiatan Posbindu tahun 2016 didapatkan dari 39.931 orang terdapat 9.972 yang terkena resiko (Dinkes, 2017).

Studi pendahuluan yang dilakukan Peneliti pada tanggal 28 Mei 2018 di SMAN 19 Surabaya dan SMA Wachid Hasyim Surabaya dengan cara pengukuran tekanan darah dan wawancara kepada 20 remaja diketahui bahwa sekolah bekerjasama dengan puskesmas di wilayahnya. Hasil pemeriksaan tekanan darah di SMAN 19 Surabaya dari 20 remaja usia 15-16 tahun dengan kriteria pre-hipertensi sebanyak 35%, hipertensi tingkat 1 sebanyak 5%, dan tidak hipertensi sebanyak 60%. Di SMA Wachid Hasyim Surabaya dari 20 remaja usia 15-17 tahun dengan kriteria pre-hipertensi sebanyak 15%, pre-hipertensi tingkat 1 sebanyak 5%, pre-hipertensi tingkat 2 sebanyak 5%, dan tidak hipertensi sebanyak 75%. Beberapa pemicu hipertensi dapat dicegah sedini mungkin dengan mengetahui faktor-faktor risikonya.

(21)

remaja dapat merupakan lanjutan dari masa kanak-kanak dan berlanjut ke masa dewasa (Saing, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusrizal dkk., hipertensi pada remaja berhubungan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh). Kelebihan berat badan akan meningkatkan kejadian lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan berat badan normal (Yusrizal et al., 2016). Peach dkk. (2015) menemukan bahwa kuantitas tidur dan kantuk di siang hari merupakan indikator ketidakcukupan kualitas tidur yang berdampak sebagai faktor risiko langsung untuk peningkatan IMT (Peach et al., 2015). Selain itu, remaja putra memiliki tekanan darah lebih tinggi dari perempuan sebesar 5.77 mmHg. Pada penelitian yang lain didapatkan tekanan darah sistolik dan tekanan diastolik remaja dengan orangtua hipertensi lebih tinggi dibandingkan remaja dengan orangtua normotensi, walaupun secara statistik perbedaannya tidak signifikan (Fitriany et al., 2015). Saing (2005) meringkas dalam jurnalnya bahwa etiologi hipertensi esensial yaitu obesitas, riwayat keluarga, faktor lingkungan (konsumsi garam yang tinggi, konsumsi alkohol, merokok, stres psikogenik, sosial ekonomi), dan faktor predisposisi (ras dan jenis kelamin).

(22)

SMA/SMK. Jumlah sarana kesehatan pendidikan SMA/MA yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 205 sekolah (82,99%), dan yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 42 sekolah (17,01%) (Dinkes, 2017).

Proses peningkatan status kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari Kementrian Kesehatan, melainkan juga membutuhkan peran dan dukungan integrasi berbagai kementrian/institusi dan masyarakat itu sendiri (Pradono et al., 2013). Sampai saat ini fenomena hipertensi pada remaja di Surabaya belum dapat dijelaskan, sehingga peneliti akan menganalisis hal tersebut. Selain itu, dengan adanya penelitian ini akan membantu perawat komunitas dan puskesmas untuk mengenali remaja-remaja yang beresiko tinggi hipertensi dan cepat dalam mengambil langkah untuk pencegahan dan pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada remaja?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja di SMAN 19 Surabaya.

1.3.2 Tujuan khusus

(23)

3. Menganalisis hubungan IMT dengan hipertensi pada remaja.

4. Menganalisis hubungan konsumsi natrium yang tinggi dengan hipertensi pada remaja.

5. Menganalisis hubungan merokok dengan hipertensi pada remaja.

6. Menganalisis hubungan stres psikogenik dengan hipertensi pada remaja. 7. Menganalisis hubungan tingkat ekonomi orangtua dengan hipertensi pada

remaja.

8. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada remaja.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Keperawatan Komunitas terkait dengan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja.

1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi remaja

Hasil penelitian ini memberikan informasi apa itu hipertensi, penyebab, jenis, dampak, pencegahan dari hipertensi, dan apa yang harus dilakukan remaja apabila mereka mengalami hipertensi.

2. Bagi sekolah

(24)

kerjasama dengan keluarga maupun pelayanan kesehatan apabila menemukan siswa yang masuk kategori hipertensi ketika dilakukan pemeriksaan rutin agar segera mendapatkan treatment.

3. Bagi puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk pertimbangan program promosi kesehatan pada kelompok remaja.

4. Perawat komunitas

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial (Kemenkes RI, 2015).

(26)

2.1.1 Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama remaja

Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama remaja menurut Wong (2004) dan Sarwono (2006) tampak seperti pada tabel 2.1 (Sucianti, 2016).

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan yang Terjadi Selama Remaja Remaja Awal

(usia 11 – 14 tahun) (usia 14 – 17 tahun) Remaja Tengah (usia 17 –20 tahun) Remaja Akhir Pertumbuhan

1. Pertumbuhan meningkat cepat 2. Mencapai puncak

kecepatan

3. Tampak karakeristik sekunder

1. Matang secara fisik 2. Struktur dan 2. Mencari-cari nilai dan

energi baru

2. Menikmati kekuatan intelektual, idealistis 3. Prihatin dengan

filosofis, politis, dan masalah sosial

1. Mencapai pikiran abstrak

2. Dapat menerima dan bertindak pada pelaksanaan jangka panjang

3. Mampu memandang masalah secara komprehensif

4. Identitas intelektual dan fungsional

2. Mencoba berbagi peran

1. Mengubah citra diri 2. Sangat berfokus pada

diri sendiri, narsisme meningkat

3. Kecenderungan kea-rah pengalaman di dalam dan penemuan diri

4. Mempunyai banyak fantasi kehidupan 5. Idealistis

1. Definisi citra tubuh dan peran gender hampir menetap 2. Identitas seksual

matang

3. Fase konsolidasi tentang identitas 4. Stabilisasi harga diri 5. Nyaman dengan

(27)

Remaja Awal 4. Menegaskan norma

kelompok

6. Mampu menerima implikasi masa depan tentang perilaku dan keputusan baru,

4. Pelepasan emosional akhir dan ireversibel dari orang tua, berkabung

1. Perpisahan emosional dan fisik dari orang tua terselesaikan 2. Bebas dari orang tua

dengan sedikit konflik 3. Emansipasi hampir

terjamin

makian secara verbal, dan memanggil nama

1. Kecenderungan ke arah pengalaman dalam diri, lebih introspektif

2. Kecenderungan untuk menarik diri jika marah atau perasaan sakit hati

3. Vascillation emosi dalam rentang dan waktu

4. Perasaan tidak adekuat yang umum, kesulitan meminta bantuan

1. Emosi lebih konstan 2. Marah lebih tepat

untuk disembunyikan

(28)

2.2 Hipertensi pada remaja

2.2.1 Definisi

Hipertensi pada remaja adalah masalah kesehatan yang sangat penting dalam peningkatan prevalensi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas (Fitriany et al., 2015). Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi didefinisikan sebagai tingkat tekanan darah rata-rata sistolik atau diastolik pada presentil ke-95 atau lebih tinggi berdasarkan tiga kali pembacaan terpisah (Riley & Bluhm, 2012).

(29)

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi pada Remaja

AHA (2017) mengklasifikasikian hipertensi pada anak-anak dan remaja sebagai berikut (Whelton et al., 2017).

Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi anak-anak dan remaja

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik atau Diastolik

Normal < presentil 90

Pre-hipertensi Presentil 90 – 95

Hipertensi tingkat 1 Presentil 95 – >99 Hipertensi tingkat 2 > presentil 99 Sumber: Whelton, et al. (2017)

2.2.3 Gejala Hipertensi

Hipertensi esensial lebih sering terjadi pada remaja daripada anak-anak. Remaja dengan hipertensi esensial kebanyakan tanpa gejala (asimtomatik) dan sering terdeteksi hanya pada saat pemeriksaan rutin (Saing, 2005).

Kebanyakan kasus hipertensi tidak memiliki gejala dan dapat hilang tanpa diketahui selama bertahun-tahun. Beberapa pasien mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, telinga berdenging, pusing, gugup dan kelelahan. Gejala biasanya muncul ketika tekanan darah tinggi kronis telah menyebabkan kerusakan pada tubuh (Mena, 2018).

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi

(30)

maka hipertensi ini menyebabkan tekanan sistolik akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan diastolik. Apabila peningkatan tekanan itu disebabkan oleh kenaikan tahanan perifer total maka hipertensi yang terjadi menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik yang bersamaan, atau lebih sering tekanan diastolik meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan sistolik. Kejadian hipertensi resistensi dimana tekanan diastolik peningkatannya lebih besar dibanding dengan tekanan sistolik dapat terjadi jika peningkatan tahanan perifer total sudah memperlambat fungsi ejeksi daripada cardiac output (Kadir, 2015).

Gambar 2.1 Skema Hipertensi. Dua parameter penting yang menyebabkan perubahan tekanan darah yaitu tahanan perifer total (TPR) dan curah jantung/ cardiac output (CO)

(31)

karena kerusakan atau malfungsi pada beberapa atau semua sistem ini. Baroreseptor dan kemoreseptor arteri bekerja secara refleks untuk mengontrol tekanan darah. Baroreseptor, reseptor peregangan utama, ditemukan di sinus karotis, aorta, dan dinding bilik jantung kiri. Mereka memonitor tingkat tekanan arteri dan mengatasi peningkatan melalui vasodilatasi dan memperlambat denyut jantung melalui saraf vagus. Kemoreseptor, berada di medula dan tubuh karotis aorta, sensitif terhadap perubahan dalam konsentrasi oksigen, karbondioksida, dan ion hidrogen (pH) dalam darah. Penurunan konsentrasi oksigen arteri atau pH menyebabkan kenaikan refleksif pada tekanan, sementara kenaikan konsentrasi karbondioksida menyebabkan penurunan tekanan darah. Perubahan-perubahan pada volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Dengan demikian kelainan dalam transport natrium dalam tubulus ginjal mungkin menyebabkan hipertensi esensial. Ketika kadar natrium dan air berlebih, volume total darah meningkat, dengan demikian meningkatkan tekanan darah. Perubahan-perubahan patologis yang mengubah ambang tekanan dimana ginjal mengekskresikan garam dan air mengubah tekanan darah sistemik. Selain itu, produksi hormon penahan natrium yang berlebihan menyebabkan hipertensi.

(32)

menghasilkan naiknya tekanan darah. Sekresi renin yang bertambah telah diteliti sebagai penyebab meningkatnya resistensi vaskular periferal pada hipertensi primer. Sel endotel vaskular terbukti penting dalam hipertensi. Sel endotel memproduksi nitrat oksida yang mendilatasi arteriol dan endotelium yang mengonstriksikannya. Disfungsi endotelium telah berimplikasi pada hipertensi esensial manusia.

Hipertensi sekunder banyak disebabkan oleh kelainan-kelainan seperti masalah ginjal, vaskular, neurologis, obat dan makanan yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh negatif terhadap ginjal dan dapat mengakibatkan gangguan serius pada organ-organ ini yang mengganggu ekskresi natrium, perfusi renal, atau mekanisme renin-angiotensin-aldosteron, yang mengakibatkan naiknya tekanan darah dari waktu ke waktu. Glomerulonefritis dan stenosis arteri renal kronis adalah penyebab yang paling umum dari hipertensi sekunder. Juga, kelenjar adrenal dapat mengakibatkan hipertensi sekunder jika ia memproduksi aldosteron, kortisol, dan katekolamin berlebih. Kelebihan aldosteron mengakibatkan renal menyimpan natrium dan air, memperbanyak volume darah, dan menaikkan tekanan darah. Feokromositoma, tumor kecil di medula adrenal, dapat mengkibatkan hipertensi

(33)

2.2.5 Faktor – faktor yang berhubungan dengan Hipertensi 1) Jenis Kelamin

Menurut Kemenkes tahun 2013 dalam penelitian Yusrizal (2016) laki-laki memiliki risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan perempuan.

Perkiraan prevalensi hipertensi nasional di AS pada periode 2011-2012 angka tertinggi pada remaja laki-laki yaitu (4%) tingkat 1 dan (7%) tingkat 2 dan terendah ada pada kalangan remaja perempuan yaitu (2%) tingkat 1 dan (0,86%) tingkat 2 (Agyekum, 2016).

2) Riwayat Keluarga

Pada penelitian yang dilakukan Sulastri dan Sidhi (2011) hipertensi pada siswa yang ada riwayat hipertensi sebanyak 20,7%, lebih tinggi dibanding pada siswa yang tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 9,4%.

Pada penelitian yang lain juga didapatkan bahwa hipertensi lebih banyak ditemukan pada anak dengan riwayat hipertensi positif (8,7%) dibandingkan dengan anak dengan riwayat hipertensi negatif (2,5%) sehingga dianjurkan bagi orang tua anak untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah pada anak secara rutin minimal satu tahun sekali untuk mendeteksi adanya kenaikan tekanan darah yang abnormal (Kalangi et al., 2015).

Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu lebih rentan terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan natrium intraseluler (Black & Hawks, 2014).

(34)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwawardana (2017) semakin remaja memiliki indeks massa tubuh yang tinggi maka akan semakin tinggi tekanan darahnya dan remaja yang memiliki tekanan darah yang tinggi maka akan semakin tinggi risiko untuk terkena hipertensi (Purwawardana, 2017).

(35)

menimbulkan vasodilatasi, peningkatan sensitivitas garam, dan peningkatan volume plasma (K. & Sulchan, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan Sulastri dan Sidhi (2011) kejadian hipertensi pada siswa yang obese sebanyak 66,7%, jauh lebih tinggi dari pada siswa yang tidak obese yaitu sebanyak 12,1%. Pada penurunan berat badan obesitas akan memberikan efek penurunan volume darah, penurunan cardiac output, penurunan resistensi vaskuler perifer, penurunan resistensi insulin, penurunan aktivitas simpatis/ sistem renin angiotensin yang berakibat pada penurunan tekanan darah. Tekanan darah dan IMT pada anak secara konsisten tampaknya merupakan dua prediktor yang paling kuat untuk nilai tekanan darah pada usia dewasa.

Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan indeks Z-skor. Klasifikasi IMT/Uusia 5-18 tahun menurut Kementrian kesehatan RI tahun 2010 disajikan pada tabel 2.3 (Kemenkes RI, 2010).

Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI 2010 untuk Usia 5-18 Tahun

Klasifikasi Z-Skor

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

Sumber: Kemenkes RI. (2010)

Secara teoritis, Z-skor dapat dihitung dengan cara berikut: IMT = BB (kg/m2)

(36)

Z-skor = Nilai IMT yang diukur – Median Nilai IMT Standar Deviasi dari standar

4) Konsumsi Natrium Tinggi

Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab pencetus hipertensi pada individu ini. Diet tinggi garam mungkin menyebabkan pelepasan hormon natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi mekanisme vasopresor di dalam sistem saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi (Black & Hawks, 2014).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 disebutkan bahwa konsumsi natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) per orang per hari hari akan meningkatkan risiko hipertensi (Menkes RI, 2014). Daftar makanan tinggi natrium adalah sebagai berikut.

Tabel 2.4 Bahan Penyedap

Nama Makanan Ukuran Rumah Tangga (URT)

Kandungan Natrium

Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg

Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg

Acar Bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg

MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg

Kecap 1 Sendok Teh 343 mg

Meat Tenderizer (Pelunak Daging)

1 Sendok Teh 1750 mg

(37)

Tabel 2.5 Makanan Siap Saji

Nama Makanan Berat dalam Gram Kandungan Natrium Chicken Breast Sandwich 210 1340 mg Double Beef Whopper and

Cheese

374 1535 mg

Ham and Cheese 230 1534 mg

Hot Dog 100 830 mg

Roasted Beef 247 1288 mg

Super Hot Dog with Cheese

196 1605 mg

Sumber: Menkes RI (2014)

Garam merupakan senyawa yang terdiri dari natrium dan klorida. Meningkatnya tekanan darah ketika mengkonsumsi makanan yang asin sebenarnya dipengaruhi oleh natrium yang terkandung dalam makanan tersebut. Natrium ini tidak hanya terkandung dalam garam saja, namun juga pada penyedap makanan (MSG), dan pengawet makanan (natrium benzoate) (Dinkes, 2015).

5) Merokok

Pada penelitian yang dilakukan oleh Moskos dan Henson (2014) usia, jenis kelamin, lingkar pinggang dan saliva cotinine berkontribusi 35% dari varians dalam tekanan darah sistolik dan 18% pada tekanan darah diastolik. Seperempat (25%) dari remaja laki-laki dan 11% dari remaja perempuan memiliki peningkatan tekanan darah sistolik. Sekitar seperlima dari sampel (22%) memiliki peningkatan kadar cotinine ludah indikasi dari penggunaan tembakau dan paparan asap rokok (Moskos et al., 2014).

(38)

gagah. Dorongan tambahan dapat berasal dari orang tua dan media massa. Kebanyakan dari mereka menyadari bahaya dari merokok.

Merokok sigaret merupakan faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung; namun bagaimanapun juga, kebiasaan memakai zat ini telah turut meningkatkan kejadian hipertensi dari waktu ke waktu (Black & Hawks, 2014).

Penggolongan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap terbagi menjadi tiga yaitu: perokok ringan (< 10 batang/ hari), perokok sedang (10-19 batang/ hari), dan perokok berat (≥20 batang/ hari). Pada beberapa jurnal jelas disebutkan seseorang

yang merokok lebih dari 15 batang perhari memiliki kejadian hipertensi yang tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok dapat menyebabkan terjadinya hipertensi (Susilo & Wulandari, 2011).

6) Stres Psikogenik

(39)

laporan dari Lembaga Stres Amerika (American Institute of Stress) memperkirakan 60% sampai 90% dari seluruh kunjungan perawatan primer meliputi keluhan yang berhubungan dengan stres. Oleh karena stres adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stresor dan respons stres (Black & Hawks, 2014).

7) Tingkat Ekonomi

Penelitian yang dilakukan Pradono, Suparmi, dan Sihombing (2013) menurut pengeluaran perkapita, responden yang tergolong miskin berpeluang lebih besar menderita hipertensi dibandingkan dengan yang kaya. Karena responden minskin memiliki kendala untuk berobat karena transportasi yang dirasa mahal, sekalipun berobat ke fasilitas mendapat “gratis”, sehingga responden tidak berobat, kecuali

dirasakan penyakit menjadi berat. Tingkat ekonomi turut berkontibusi dalam meningkatkan tekanan darah.Ketidakmampuan masih merupakan penghalang untuk responden melakukan kontrol kesehatan maupun pengobatan (Pradono et al., 2013).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) remaja dengan tingkat pengeluaran yang rendah lebih banyak mengalami hipertensi daripada remaja dengan tingkat pengeluaran lebih tinggi.

8) Aktivitas Fisik

Pada penelitian yang dilakukan oleh Martha (2017) ditemukan bahwa pre-hipertensi pada remaja putri dipengaruhi oleh aktivitas sedang (Martha, 2017).

(40)

menyebabkan obesitas, dimana obesitas dapat menyebabkan hipertensi, yang dikenal dengan sindrom metabolik hipertensi obesitas (K. & Sulchan, 2012).

Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Dikumpulkan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir untuk penduduk umur ≥10 tahun. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang secara terus menerus melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang pohon, mencangkul, dll) selama minimal tiga hari dalam satu minggu dan total waktu beraktivitas ≥1500 MET minute. MET minute aktivitas berat adalah lamanya waktu

(menit) melakukan aktivitas dalam satu minggu dikalikan bobot sebesar 8 kalori. Aktivitas fisik sedang apabila melakukan aktivitas fisik sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau lebih dengan total lamanya beraktivitas 150 menit dalam satu minggu. Selain dari dua kondisi tersebut termasuk dalam aktivitas fisik ringan (WHO GPAQ, 2012; WHO STEPS, 2012). Kriteria aktivitas fisik “aktif” adalah individu yang melakukan aktivitas fisik berat atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria “kurang aktif” adalah individu yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang

ataupun berat (Riskesdas, 2013).

2.3 Keaslian Penelitian

(41)

hypertension in adolescent‟ dengan database Research Gate, Neliti, Springer Link,

SAGE.

Tabel 2.6 Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

1. Risk of Hypertension

4) Instrumen : Kuesioner & Tensimeter Mass Index, and Risk for Hypertension in Young Adolescent (Peach et al., 2015)

1) Desain : Studi analisis 2) Sampel : Siswa kelas

enam

3) Variabel :

Karakteristik tidur, indeks massa tubuh & resiko hipertensi remaja muda

4) Instrumen : Kuesioner

Karakter tidur (Fitriany et al., 2015)

1) Desain : Cross sectional

2) Sampel : 68 remaja usia 15-18 tahun 3) Variabel : Tekanan

(42)

No. Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian SMU usia 15-18 tahun 3) Variabel : Faktor badan dan microtoise dengan ketelitian 0.01 mm

(43)

No. Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Fisik Pada Remaja Di

Kota Bitung (Batara tekanan darah remaja, aktivitas fisik

4) Instrumen :

Kuesioner, tensimeter, meteran

tekanan darah dan aktivitas fisik pada remaja di kota pada 18 laki-laki dan 13 perempuan. Usia (Syafni & Wijayanti,

(44)

No. Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

2015) 3) Variabel : remaja,

hipertensi, western fast food

4) Instrumen :kuesioner food frequency semi-quantitative,

sphygmomanometer, timbangan digital dan microtoise. dipilih dengan teknik purpose sampling logistik, obesitas dan asupan natrium 4) Instrumen : kuesioner,

(45)

No. Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian sekunder dari survey kesehatan nasional dan pemeriksaan nutrisi penduduk sipil AS

4 dari 10 (46%) remaja AS yang mengalami

(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

Diukur Tidak diukur

Gambar 3.1 Kerangka konseptual analisis faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja berdasarkan modifikasi teori Black & Hawks (2014) dan Saing (2005)

Faktor Resiko hipertensi: 1. Jenis kelamin

2. Riwayat keluarga 3. IMT

4. Konsumsi natrium yang tinggi

5. Merokok

6. Stres psikogenik 7. Tingkat ekonomi 8. Aktivitas fisik

Remaja

Hipertensi 9. Penggunaan esterogen

Volume darah meningkat Gangguan pada organ

Gangguan kinerja ekskresi natrium, perfusi renal atau mekanisme renin-angiotensin-aldosteron

Tekanan Darah meningkat

Tidak Hipertensi

Hipertensi Tingkat 2 Hipertensi

(47)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan mekanisme hubungan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada remaja. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis kelamin, riwayat keluarga, IMT, konsumsi natrium yang tinggi, merokok, stres psikogenik, tingkat ekonomi, dan aktivitas fisik. Faktor tersebut menyebabkan gangguan organ yang mana akan mengganggu kinerja dalam ekskresi natrium, perfusi renal atau mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Sehingga volume darah akan meningkat dan tekanan darah pun akan meningkat. Hal tersebut akan bermuara pada kejadian hipertensi atau tidak hipertensi. Pada kejadian hipertensi akan digolongkan menjadi 3 tingkatan yaitu pre-hipertensi, hipertensi tingkat 1, dan hipertensi tingkat 2.

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : 1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada remaja 2. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada

remaja

3. Ada hubungan antara IMT dengan kejadian hipertensi pada remaja

4. Ada hubungan antara konsumsi natrium yang tinggi dengan kejadian hipertensi pada remaja

5. Ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi pada remaja 6. Ada hubungan antara stres psikogenik dengan kejadian hipertensi pada

remaja

7. Ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kejadian hipertensi pada remaja

(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Penelitian cross sectional adalah penelitian dimana peneliti mengukur data variabel independen dan dependen hanya sekali pada satu waktu (Nursalam, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor resiko hipertensi pada remaja. Data yang terhimpun kemudian diinterpretasikan dan dianalisis untuk membuktikan hipotesis diterima atau ditolak.

Gambar 4.1 Rancangan penelitian cross sectional Sumantri (2015) POPULASI

(SAMPEL)

FAKTOR RESIKO (+)

FAKTOR RESIKO (-)

EFEK (+)

EFEK (+) EFEK

(-)

(49)

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, danSampling

4.2.1 Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh remaja usia 15-17 tahun kelas XI di SMAN 19 Surabaya yang aktif berjumlah 414.

4.2.2 Besar sampel

Rumus ukuran sampel dengan populasi lebih dari 100 dapat menggunakan rumus besar sampel dari Arikunto (2002) sebagai berikut:

n = 25% x N n = 25 x 414

n = 103,5

n = 104

Keterangan :

n = jumlah atau besar sampel minimal N = besar populasi

Besar sampel pada penelitian ini minimal 104 orang

4.2.3 Sampling

Metode sampling yang digunakan oleh peneliti adalah probability sampling yaitu simple random sampling dengan cara memilih sampel secara acak diantara populasi.

(50)

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini berasal dari faktor resiko hipertensi yang meliputi jenis kelamin, riwayat keluarga, IMT, konsumsi natrium yang tinggi, merokok, stres psikogenik, tingkat ekonomi, dan aktivitas fisik.

4.3.2 Variabel Dependen

(51)

4.1.1 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional analisis faktor hipertensi pada remaja Variabel Definisi

Gender responden yang dibawa sejak lahir

(52)

Variabel Definisi

(53)

Variabel Definisi Operasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor

Ekonomi Rerata penghasilan orangtua untuk frekuensi dalam satuan minggu

Dikategorikan

berdasarkan durasi x frekuensi x skor

Hipertensi Rerata tekanan darah sistolik dan

(54)

Variabel Definisi Operasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor

(55)

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan SOP (Standar Operasional Prosedur) pengukaran darah yang digunakan oleh Hakim (2016) yang diadopsi dari JNC 8 (2014) dan Perry dan Poter (2005) dalam penelitian Analisis Hubungan Faktor Pengendalian Hipertensi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Tinggal Di UPTD Griya Werdha Surabaya (Hakim, 2016). Pada pengukuran IMT, instrument yang digunakan yaitu timbangan berat badan injak dan microtoise. Peneliti juga menggunakan instrumen berbentuk kuesioner. Kuesioner tersebut meliputi:

1. Kuesioner jenis kelamin

Pengisian jenis kelamin partisipan di lingkari pada lembar identitas pada kolom yang disediakan. Dikategorikan menjadi 2, yaitu 1=laki-laki dan 2=perempuan. 2. Kuesioner riwayat keluarga

Data riwayat hipertensi dalam keluarga diperoleh dari kuesioner. Dikategorikan menjadi 2, yaitu 1=tidak ada dan 2=ada.

3. Kuesioner makan dan minum

(56)

mg) dan 2= Tinggi (jika asupan natrium sehari >2000 mg). Pengkategorian tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (2014) (Menkes RI, 2014).

4. Kuesioner merokok

Kuesioner merokok digunakan untuk menilai jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap dan lama/ durasi merokok partisipan. Item yang digunakan telah dimodifikasi dari kuesioner Artiyaningrum (2015) dalam penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali pada Penderita yang Melakukan Pemeriksaan Rutin di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014 (Artiyaningrum, 2015). Kuesioner merokok terdiri dari 4 skala yaitu 1= tidak merokok, 2= perokok ringan (< 10 batang/ hari), 3= perokok sedang (10-19 batang/ hari), 4= perokok berat (≥20 batang/ hari).

5. Kuesioner stres psikogenik

(57)

6. Kuesioner tingkat ekonomi

Peneliti menggunakan UMR kota Surabaya sebagai acuan penilaian tingkat ekonomi. Kuesioner tingkat ekonomi terdiri dari 2 skala yaitu 1= < Rp 3.583.000 per Bulan, 2= ≥ Rp 3.583.000 per Bulan. Responden memilh dengan memberi tanda

silang (X) pada kolom yang disediakan. 7. Kuesioner aktivitas fisik

Penilaian aktivitas fisik menggunakan kuesioner APARQ (Adolescent Physical Activity Recall Questionairs) yang digunakan dalam penelitian Hubungan Pola

Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Pelajar Putri SMA Kelas 1 Di Denpasar Utara oleh Zuhdy (2015). Partisipan akan mengisi jenis kegiatan, durasi, dan frekuensi dalam satuan minggu. Kemudian akan dikategorikan berdasarkan perkalian durasi, frekuensi, dan skor METs jenis kegiatan. Penilaian aktivitas fisik dikategorikan menjadi 3 yaitu 1= ringan (<1202,01), 2= sedang (1202,02-2406,64), dan 3= berat (>2406,65) (Zuhdy, 2015).

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 19 Surabaya pada bulan Agustus 2018 minggu ke-1 dan 2.

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

(58)

1. Tahap administratif

Peneliti mengajukan surat permohonan pengumpulan data awal pada bagian akademik Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dengan tujuan kepada kepala sekolah SMAN 19 Surabaya untuk melakukan pengambilan data penelitian. Peneliti menyerahkan persyaratan yang diperlukan kepada kepala sekolah SMAN 19 Surabaya untuk mendapatkan data awal.

2. Tahap penentuan responden

Peneliti menentukan jumlah sampel berdasarkan populasi 414 orang menggunakan rumus dari Arikunto (2002) yang menghasilkan 104 orang

3. Tahap etik penelitian

Peneliti mengajukan uji etik penelitian di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga untuk mengetahui apakah penelitian yang dilakukan oleh peneliti laik untuk dilakukan atau tidak. Uji etik dilakukan untuk mengusahakan manfaat sebesar-besarnya, memperkecil kerugian atau resiko bagi subjek dan memperkecil kesalahan penelitian

4. Tahap informed consent

(59)

5. Tahap pengumpulan data

Pada tahap pengambilan data, peneliti menghubungi kepala sekolah untuk menentukan jadwal pengambilan data. Proses pengambilan data dilakukan bersamaan dengan jadwal masuk sekolah. Peneliti mendampingi responden saat pengisian kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner, responden diberikan penjelasan terkait tujuan, manfaat penelitian, dan dipersilahkan mundur jika tidak bersedia menjadi responden penelitian ini, setelah itu responden diberikan waktu untuk bertanya jika ada yang belum paham terkait dengan poin-poin pada kuesioner. Data yang terkumpul dicatat dalam lembar pengumpulan data.

4.7 Cara Analisis Data

Data yang terkumpul melalui kuesioner akan diolah menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

2. Tahap tabulasi, yang termasuk dalam tahap ini antara lain:

1) Coding, yaitu pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kelompok (klasifikasi data). Kegunaan dari coding yaitu untuk mempermudah entry data.

3. Scoring, yaitu pemberian skor dalam setiap option jawaban pada setiap item pertanyaan di dalam kuesioner.

4. Tahap analisis statistik

(60)

peneliti dari kuesioner responden. Data-data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows. Analisis statistik dilakukan dengan cara analisis sebaran

berdasarkan kategori. Uji yang digunakan yaitu Spearman dan Chi-Square, skala data untuk kedua variabel yang akan dikorelasikan dapat berasal dari skala yang berbeda (skala data ordinal dikorelasikan dengan skala data numerik) atau sama (skala data ordinal dikorelasikan dengan skala data ordinal). Data yang akan dikorelasikan pada uji Spearman dan Chi-Square ini tidak harus membentuk distribusi normal. Derajat kepercayaan (confidance interval) sebesar 95% dengan alpha (α) = 5% atau 0,05. Jika hasil uji statistik (p value) kurang dari sama dengan α (p≤ 0,05) maka hipotesis diterima atau ada hubungan antara variabel x dan variabel y. Untuk mengetahui kedekatan hubungan antara variabel yang dikorelasikan tersebut, dapat digunakan nilai koofisien korelasi dengan kategori sebagai berikut :

(1) Antara 0,0 sampai dengan 0,1999 berarti sangat rendah (2) Antara 0,2 sampai dengan 0,399 berarti rendah

(3) Antara 0,4 sampai dengan 0,599 berarti cukup kuat (4) Antara 0,6 sampai dengan 0,799 berarti kuat (5) Antara 0,8 sampai dengan 1,00 berarti sangat kuat

(61)

4.8 Kerangka Operasional/ Kerja

Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian analisis faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja

Menentukan populasi target remaja SMAN 19 Surabaya berjumlah 414 orang

Menentukan sampel berdasarkan rumus besar sampel berjumlah 104 orang simple random sampling

Variabel Independen:

jenis kelamin, riwayat keluarga, IMT, konsumsi natrium tinggi, merokok, stres psikogenik,

ekonomi, dan aktivitas fisik

Mengukur tekanan darah sesuai dengan SOP; Mengukur IMT dengan menggunakan timbangan badan injak dan microtoise; jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi natrium

tinggi, merokok, stres psikogenik, sosial ekonomi, aktivitas fisik menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh partisipan

Menganalisis data hasil dari pengukuran tekanan darah, IMT, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi natrium tinggi, merokok, stres psikogenik, sosial ekonomi, aktivitas fisik menggunakan uji spearman dan uji chi-square untuk

mengetahui hasil signifikasi dari pengujian (p ≤ 0,05)

Mengetahui hasil analisis faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja di SMAN 19 Surabaya

Merekomendasikan hasil penelitian kepada perawat komunitas atau Puskesmas

(62)

4.9 Masalah Etik (Ethical Clearance)

Penelitian ini telah dilakukan uji etik dan dinyatakan lolos yang dilakukan oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dengan nomor keterangan lolos kaji etik yaitu 1036-KEPK.

4.9.1 Sikap Menghormati Orang (Respect to Human)

1. Informed consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden, tujuannya adalah subjek mengetahui tujuan dan dampak yang diteliti selama mengumpulkan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar penelitian, jika menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Autonomy

Prinsip autonomy adalah peneliti memberikan kebebasan bagi partisipan menentukan keputusan sendiri apakah bersedia atau tidak bersedia atau tidak ikut dalam penelitian, tanpa adanya paksaan dan pengaruh dari peneliti.

3. Anonimity

Bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden penelitian tidak akan mencantumkan nama responden pada kuesioner yang diisi oleh responden, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

4. Confidentialy

(63)

dipandu oleh peneliti tanpa melibatkan orang luar penelitian, pengisian diawasi langsung oleh peneliti.

5. Freedom

Perilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain, berarti responden bebas menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik. Responden mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang diberikan.

4.9.2 Berbuat Baik dan Tidak Merugikan (Beneficience and Non Maleficience)

1. Nonmaleficience

Perbuatan ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cidera fisik dan psikologis pada partisipan

2. Beneficience

Berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan sesuatu pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan partisipan.

3. Keadilan (Justice)

(64)

4.10 Keterbatasan Penelitian

1. Pengukuran tekanan darah dilakukan di waktu yang tidak sama, dan setelah siswa melakukan aktivitas ringan seperti berjalan dari gerbang ke kelas atau aktivitas sedang seperti bersepeda, serta bukan hasil tensi basal karena tidak semua murid dilakukan sebelum jam setengah delapan.

(65)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya yang dilakukan pada tanggal 3 – 9 Agustus 2017. Penyajian data meliputi gambaran umum lokasi penelitian di SMA Negeri 19 Surabaya, gambaran karakteristik responden, dan variabel yang diukur berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada remaja meliputi jenis kelamin, riwayat keluarga, IMT, konsumsi natrium, merokok, stres psikogenik, ekonomi orangtua, dan aktivitas fisik. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui signifikasi atau hubungan antar variabel yaitu uji spearman dan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0,05.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 19 Surabaya yang berlokasi di jalan Kedung Cowek No. 390, Tanah Kali Kedinding, Kenjeran, Kota Surabaya, Jawa Timur. Sekolah ini telah berdiri sejak tahun 1981 dan saat ini mendapat akreditasi A.

(66)

dan 46 perempuan) serta tenaga pendidik yang berjumlah 12 orang (5 laki-laki dan 7 perempuan). Jumlah siswa kelas XI di SMA Negeri 19 Surabaya berjumlah 414 (158 laki-laki dan 256 perempuan). Sekolah ini menyediakan banyak pilihan ekstrakulikuler untuk siswa-siswinya seperti PMR (Palang Merah Remaja), perisai diri, voli, teater, marching band, futsal, basket, cheerleader, modern dance, PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera), dan masih banyak lagi. Sekolah ini beroperasi 5 hari dalam satu minggu untuk kegiatan intrakurikuler, hari senin-selasa pukul 06.30-15.10 dan jum‟at pukul 06.30-14.45. UKS di SMA Negeri 19 Surabaya ini telah bekerjasama dengan puskesmas Tanah Kali Kedinding, Puskesmas mempunyai program terkait pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi dini hipertensi pada siswa yang dilakukan secara insidental.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data umum karakteristik responden

(67)

Tabel 5.1 Data umum karakteristik responden di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

No Karakteristik Responden Indikator f(x) %

1 Usia 15 tahun 22 17,6%

16 tahun 96 76,8%

17 tahun 7 5,6%

Total 125 100%

2 Jenis kelamin Laki-laki 49 39,2%

Perempuan 76 60,8%

Total 125 100%

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan data umum responden bahwa sebagian besar dari responden berusia 16 tahun yaitu 96 orang (76,8%). Jenis kelamin sebagian besar dari responden adalah perempuan yaitu 76 orang (60,8%).

5.2.2 Data khusus karakteristik responden

Data khusus responden ini menguraikan hasil penelitian mengenai riwayat keluarga, IMT, konsumsi natrium, merokok, stres psikogenik, ekonomi, aktivitas fisik, dan hipertensi.

1. Riwayat Keluarga

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan riwayat keluarga di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Riwayat Keluarga f(x) Prosentase(%) Tidak Ada Riwayat Keluarga

Ada Riwayat Keluarga Total

76 49 125

60,8% 39,2% 100%

(68)

2. IMT

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan IMT di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

IMT f(x) Prosentase(%)

Tabel 5.3 menunjukkan sebagian besar dari responden penelitian ini memiliki IMT normal yaitu sebanyak 91 responden (72,8%).

3. Konsumsi Natrium

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan konsumsi natrium di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Konsumsi Natrium f(x) Prosentase(%) Normal

Tabel 5.4 menunjukkan sebagian besar dari responden penelitian ini memiliki konsumsi natrium normal yaitu sebanyak 79 responden (63,2%).

4. Merokok

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan merokok di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Merokok f(x) Prosentase(%)

Tidak Merokok

(69)

kebiasaan tidak tidak merokok yaitu sebanyak 120 responden (96%). 5. Stres Psikogenik

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan stres psikogenik di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Stres Psikogenik f(x) Prosentase(%) Normal

Tabel 5.6 menunjukkan sebagian besar dari responden penelitian ini mengalami stres psikogenik normal yaitu sebanyak 77 responden (61,6%).

6. Ekonomi

Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan ekonomi orangtua di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Ekonomi f(x) Prosentase(%)

Kurang

Tabel 5.7 menunjukkan sebagian besar dari responden penelitian ini memiliki tingkat ekonomi kurang yaitu sebanyak 70 responden (56%).

7. Aktivitas Fisik

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Aktivitas Fisik f(x) Prosentase(%) Ringan

(70)

aktivitas fisik ringan yaitu sebanyak 66 responden (52,8%). 8. Hipertensi

Tabel 5.9 Distribusi responden berdasarkan hipertensi di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Hipertensi f(x) Prosentase(%)

Normal

Tabel 5.9 menunjukkan sebagian besar dari responden penelitian ini memiliki tingkat hipertensi normal yaitu sebanyak 67 responden (53,6%).

5.2.3 Variabel yang diukur

Variabel yang diukur ini menguraikan hasil penelitian berupa hubungan hasil tabulasi silang faktor resiko hipertensi yang meliputi jenis kelamin, riwayat keluarga, IMT, konsumsi natrium yang tinggi, merokok, stres psikogenik, tingkat ekonomi, dan aktivitas fisik dengan hipertensi.

1. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.10 Tabulasi silang jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

(71)

Tabel 5.10 menunjukkan hipertensi normal mayoritas dari jenis kelamin perempuan (40 orang), pre hipertensi didominasi oleh perempuan pula (32 orang), hipertensi tingkat 1 didominasi oleh laki-laki (6 orang), dan tak seorangpun masuk kategori hipertensi 2. Uji statistik Chi-Square Test diperoleh nilai signifikan p= 0,281 berarti p>0,05 yang berarti hipotesis ditolak artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi.

2. Hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.11Tabulasi silang riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 Riwayat Uji Spearman Rank Test p= 0.792

(72)

3. Hubungan IMT dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.12 Tabulasi silang IMT dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

IMT Hipertensi Total

Normal Pre Uji Spearman Rank Test p= 0,000

r= 0,355

(73)

4. Hubungan konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.13 Tabulasi silang konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 Konsumsi Uji Spearman Rank Test p= 0,152

(74)

5. Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.14 Tabulasi silang merokok dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018

Merokok Hipertensi Total

Normal Pre

Hipertensi

Hipertensi Tingkat1

Hipertensi Tingkat 2

f(x) % f(x) % f(x) % f(x) % f(x) %

Tidak

Merokok 65 52% 45 36% 10 8% 0 0% 120 96%

Ringan

2 1,6% 3 2,4% 0 0% 0 0% 5 4,0%

Sedang

0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Berat

0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Total

67 53,6 48 38,4% 10 8,0% 0 0% 125 100% Uji Spearman Rank Test p= 0,698

(75)

6. Hubungan stres psikogenik dengan kejadian hipertensi

Tabel 5.15 Tabulasi silang stres psikogenik dengan kejadian hipertensi pada remaja di SMA Negeri 19 Surabaya, tanggal 3-9 Agustus 2018 Stres

Psikogenik

Hipertensi Total

Normal Pre

Hipertensi

Hipertensi Tingkat1

Hipertensi Tingkat 2

f(x) % f(x) % f(x) % f(x) % f(x) %

Normal 38 30,4% 33 26,4% 6 4,8% 0 0% 77 61,6%

Ringan

14 11,2% 4 3,2% 3 2,4% 0 0% 21 16,8%

Sedang

11 8,8% 8 6,4% 1 0,8% 0 0% 20 16,0%

Berat

4 3,2% 3 2,4% 0 0% 0 0% 7 5,6%

Total

67 53,6 48 38,4% 10 8,0% 0 0% 125 100% Uji Spearman Rank Test p= 0,345

Gambar

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan yang Terjadi Selama Remaja
Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi anak-anak dan remaja
Gambar 2.1 Skema Hipertensi. Dua parameter penting yang menyebabkan perubahan tekanan darah yaitu tahanan perifer total (TPR) dan curah jantung/ cardiac output (CO)
Tabel 2.3 Klasifikasi IMT Menurut Kemenkes RI 2010 untuk Usia 5-18 Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat tingginya prevalensi penyakit hipertensi stage 2 yang ditandai dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 atau tekanan darah diastolik ≥ 100 mmHg maka dilakukan

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa remaja gemuk memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing 5,2 mmHg dan 2,5 mmHg lebih tinggi dibandingkan remaja dengan

Menurut Sorensen (1996), tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah.. diastolik lebih dari

Faktor risiko yang secara mandiri berhubungan dengan kejadian stoke pada usia muda adalah tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, ada riwayat hipertensi,

dengan teori (Prawihardjo, 2012) bahwa hipertensi kronik adalah tekanan darah sistolik &gt;140 mmHg atau tekanan darah diastolik &gt;90 mmHg yang timbul sebelum

Terdapat hubungan antara hipertensi baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik dengan fungsi kognitif pada pasien hipertensi yang berobat jalan di Poliklinik

Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar natrium serum dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada individu dengan riwayat keluarga hipertensi dan tanpa

Faktor risiko yang secara mandiri berhubungan dengan kejadian stoke pada usia muda adalah tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, ada riwayat hipertensi,