i
ANALISIS TARGET DAN REALISASI SUPERVISI
KELAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PROSES PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS PELAKSANAAN SUPERVISI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KABUPATEN
BANGGAI TAHUN PELAJARAN 2015-2016)
Oleh:
SALEH S.DAIM
NIM. M2.14.020
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
v MOTTO
انِ نَّ نِ نَ وْا انُ وْ نَ اوْ نُ انَ نِ نَا وْ نُ انِا نَ نِا نَّلا ا نُ نِآنَ نَ ا نُ نَآ ا نَي نِ نَّا انَّينِ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. Al-Bayyinah: 7).
ا
...
انِهِّ نَ انِةنَد نَ نِعنِ اوْ نِ وْشنُ ا نَلَ نَ اً نِا نَلاًلانَآنَ اوْلنَآوْعنَ وْ نَفانِهِّ نَ اء نَقنِاا نُجوْ نَ ا نَي نَكاينَآنَف
اً دنَ نَ
.ا
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya terbaikku kepada :
1. Kedua orang tuaku dan Mertuaku yang mendidikku dan membimbingku dengan
sabar dan ikhlas kepada diin al-Islam.
2. Istriku tercinta yang selalu setia menjalani kehidupan bersamaku dalam suka
maupun duka.
3. Anakku Muh. Fadhil Anshari S. Daim, Muh. Fakhrul Armansyah, dan Syafitri
Adawiyatul Ma’wa yang selalu menjadi penyejuk dalam setiap waktuku
4. Untuk semua dosen Pascasarjana IAIN Salatiga
5. Sahabat-sahabat, teman kuliah Pascasarjana Beasiswa Supervisi dan teman
mengajar di SDN 7 Inpres bertingakat Luwuk.
vii ABSTRAK
ANALISIS TARGET DAN REALISASI SUPERVISI KELAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN (Studi Kasus Pelaksanaan Supervisi PAI di Kabupaten Banggai Tahun
Pelajaran 2015-2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perencanaan program supervisi kelas oleh pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai Tahun Ajaran 2015-2016, 2) Pelaksanaan supervisi kelas oleh pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai Tahun Ajaran 2015-2016, 3) Efektifitas pelaksanaan supervisi kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan 4) Kendala dan solusi pelaksanaan supervisi kelas yang dilakukan pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan di Kabupaten Banggai. Subyek penelitian adalah Pengawas Pendidikan Agama Islam dan guru PAI SD di Kecamatan Luwuk, Luwuk Selatan, Luwuk Utara, dan Luwuk Timur. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teori Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan supervisi kelas oleh pengawas PAI di Kabupaten Banggai tahun pelajaran 2015-2016 sesuai pedoman pengawas PAI tahun 2012, meliputi: Program Tahunan, Program Semester, dan Rencana Kepengawasan Akademik (RKA). Pencapaian target kunjungan pengawas pada guru PAI di kelas saat proses belajar mengajar secara keseluruhan adalah 55,17% dalam satu tahun, dan penilaian keberhasilan guru dalam kegiatan belajar mengajar, yakni 75,63% memperoleh nilai baik. Keefektifan pelaksanaan supervisi kelas dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran PAI, ditandai dengan meningkatnya motivasi, mental positif, kompetensi guru dalam melaksanakan KBM. Namun demikian keterbatasan tenaga pengawas PAI, dan kondisi geografis wilayah binaan yang sangat luas dan sulit dijangkau, menjadi kendala pada pencapaian target supervisi kelas secara optimal. Solusinya adalah rekrutmen pengawas baru, perlu adanya strategi pengawas yang lebih efektif misalnya pemanfaatan teknologi dengan baik serta pemerataan jumlah guru atau sekolah dalam wilayah binaan.
viii ABSTRACT
TARGET ANALYSIS AND THE REALIZATION OF CLASSROOM SUPERVISION ON IMPROVING QUALITY OF LEARNING PROCESS (Case Study on Implementation Supervision of PAI in Banggai district in the
academic year 2015-2016)
This study aims to determine: 1) Planning courses classroom supervision by supervisors of Islamic Education in Banggai District School Year 2015-2016, 2) Implementation of classroom supervision by supervisors of Islamic Education in Banggai District 2015-2016 School Year, 3) Effective implementation of classroom supervision in improving the quality of teaching Islamic education, and 4) Obstacles and solutions implementation conducted classroom supervision by supervisors of Islamic Education in Banggai
This study used a descriptive qualitative approach. The study was conducted in Banggai district. Subjects were Islamic Schools Supervisors and elementary school teachers in the district PAI Luwuk, South Luwuk, Luwuk North and East Luwuk. Data were collected through interviews, observation and documentation. Technique authenticity of data using triangulation sources. Analysis of data using qualitative descriptive
The results showed that the planning classroom supervision conducted in Banggai Regency by supervisors of PAI in 2015-2016 school year within the guidelines of the regulatory PAI in 2012, include: the Annual Programme, Semester Program, and the Academic oversight plan (RKA). Target supervisors visit the PAI teacher in the classroom during the learning process, be a whole reached 55.17% in one years, and the ratings success of teachers in teaching and learning activities, that is 75.63% get good value. The effectiveness of the implementation of classroom supervision in improving the quality of the learning process PAI, marked by increasing motivation, positive mental, teacher competence in implementing KBM. However, the limitations of supervisors personnel PAI, geographical conditions of the target area which is very broad and difficult to reach, an obstacle to the achievement of optimal classroom supervision. The solution is the recruitment of a new supervisors, the need for more effective supervisors strategy, for example the use of technology to better and equal number of teachers or schools in the target area.
Keywords: Target Analysis, Realization Supervision Classroom, Learning Quality
ix PRAKATA
Puji Syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “ Analisis Target dan Realisasi Supervisi Kelas Dalam meningkatkan
Kualitas Proses Pembelajaran (Studi Kasus Pelaksanaan Supervisi PAI di
Kabupaten Banggai Tahun pelajaran 2015-2016)” yang secara akademis menjadi
syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam.
Di samping itu, apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, kepadanya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga.
3. Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk menuntun agar tesis ini cepat selesai.
4. Seluruh dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak bekal
ilmu kepada Penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan tesis
ini.
5. Bapak Dr. H. Gasim Yamami, M. Ag. selaku kepala Kementerian Agama
Kabupaten Banggai yang telah memberikan ijin untuk meneliti di tempat yang
beliau pimpin.
6. Bapak H. Tamar, S.Ag. S.Pd. M.M.Pd selaku Ketua POKJAWAS KEMENAG
Kabupaten Banggai, seluruh pengawas PAI, dan seluruh Guru PAI di Kecamatan
Luwuk, Luwuk Selatan, Luwuk Utara, dan Luwuk Timur, yang bersedia
memberikan berbagai informasi guna terselesaikannya penyusunan tesis ini.
7. Istri, Ibu, Mertua dan anak-anakku yang selalu mendo’akan dan mensupot hingga selesainya penulisan ini.
8. Semua pihak dan teman-temanku seperjuangan yang setia yang tak dapat saya
sebut satu persatu lagi yang sedikit maupun banyak telah membantu dalam
x
Sungguh kami tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali do’a
semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat atas amal
kebaikan yang telah diberikan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa apa yang telah tersaji dalam penulisan
ini masih jauh mencapai kesempurnaan. Masih banyak hal-hal yang perlu
diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut atau ada hal yang kurang sesuai, karena
hanya sebatas inilah yang dapat penulis sampaikan, maka dengan segala bentuk
kritik dan saran sangat kami harapkan, demi menindak lanjuti pada kajian-kajian
xi
C. Signifikansi Penelitian... 8
D. Kajian Pustaka... 10
E. Metode Penelitian... 25
F. Sistematika Penulisan... 31
BAB II: PROFIL KELOMPOK KERJA PENGAWAS PAI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BANGGAI DAN GURU PAI KECAMATAN LUWUK DAN KECAMATAN LUWUK TIMUR A. Profil POKJAWAS PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai... 34
xii
2. Visi Misi POKJAWAS PAI Kementerian Agama
Kabupaten Banggai... 35
3. Susunan Pengurus POKJAWAS PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai... 36
4. Sarana dan Prasarana POKJAWAS PAI Kementerian Agama Kabupaten Banggai... 36
5. Kondisi Pengawas PAI, Guru PAI, dan Sekolah Umum Tingkat SD,SMP, SMA dan SMK... 39
B. Identitas Guru Pendidikan Agama Islam... 42
1. Identitas Guru PAI Kecamatn Luwuk………... 42
2. Identitas Guru PAI Kecamatan Luwuk Selatan... 46
3. Identitas Guru PAI Kecamatan Luwuk Utara... 47
4. Identitas Guru PAI Kecamatan Luwuk Timur... 48
BAB III: PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI KELAS PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BANGGAI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Perencanaan Program Supervisi Kelas... 51
1. Program Tahunan... 51
2. Program Semester... 53
3. Rencana Kepengawasan Akademik (RKA)... 55
B. Jadwal Pelaksanaan Program Pengawas PAI... 57
C. Langkah-langkah Supervisi Kelas... 58
xiii
BAB IV: PELAKSANAAN SUPERVISI KELAS PENGAWAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN BANGGAI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
A. Realisasi Pelaksanaan Supervisi Kelas... 62
1. Kunjungan pada Guru Pendidikan Agama Islam di Kelas Saat PBM... 62
2. Penilaian Keberhasilan Guru dalam Kegiatan Proses Belajar Mengajar... 73
3. Pendekatan Pengawas dalam Supervisi Kelas... 80
B. Efektifitas Pelaksanaan Supervisi Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI... 81
C. Kendala-kendala Pelaksanaan Supervisi Kelas dan Solusi... 82
BAB V: PENUTUP A. Simpulan... 85
B. Saran-saran... 87
DAFTAR PUSTAKA... 88
LAMPIRAN... 91
BIOGRAFI PENULIS... 159
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Data Sarana dan Prasarana POKJAWAS... 37
Tabel 2.2. Data Pengawas, Guru PAI dan Sekolah Tingkat SMP, SMA, dan
SMK... 40
Tabel 2.3. Data Pengawas, Guru PAI dan Sekolah Tingkat SD... 41
Tabel 4.1. Instrumen Supervisi Kunjungan Kelas... 78
Tabel 4.2. Instrumen Instrumen Observasi Kualitas Proses Belajar Mengajar.... 79
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kondisi Kursi Tamu POKJAWAS... 38
Gambar 2.2. Kondisi Meja dan Kursi Kerja Pengawas... 38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Observasi... 91
2. Pedoman Dokumentasi... 92
3. Pedoman Wawancara dengan Pengawas PAI... 93
4. Pedoman Wawancara dengan Guru-guru PAI... 96
5. Surat Ijin Penelitian... 98
6. Program Tahunan Pengawas PAI... 101
7. Program Semester Pengawas PAI... 111
8. Rencana Kepengawasan Akademik (RKA)... 124
9. Jadwal Pelaksanaan Supervisi oleh Pengawas PAI... 131
10. Instrumen Wawancara Pra Observasi Proses Pembelajaran PAI... 136
11. Instrumen Supervisi Kegiatan Pembelajaran PAI (Standar Proses)... 137
12. Instrumen Wawancara Pasca Observasi Proses Pembelajaran PAI... 140
13. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 141
14. Foto-foto Penelitian... 151
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pilar bagi kehidupan suatu bangsa. Pendidikan
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan
merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang cerdas dan memberi nuansa
kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentuk kemandirian.
Masyarakat bangsa yang demikian merupakan investasi besar untuk berjuang
keluar dari krisis dan siap menghadapi globalisasi.1
Sementara itu, kehadiran Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah memberikan nuansa baru bagi
dunia pendidikan di Indonesia. Undang-undang ini telah memberikan dasar
hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan
prinsip-prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia. Begitu juga dengan Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, akan menjadi landasan yang kuat bagi peningkatan
profesionalisme dan jaminan akan kesejahteraan para pendidik, sehingga pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.2
1
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002, 4. 2
Selain itu, pendidikan memegang peranan yang besar dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia merupakan
suatu proses peningkatan kualitas pendidikan nasional, baik di sekolah negeri
maupun swasta. Dari beberapa lembaga pendidikan yang ada, baik negeri maupun
swasta memiliki sejumlah masalah, salah satunya adalah rendahnya kualitas
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, ini dikarenakan masih banyak
pendidik yang tidak menguasai strategi pembelajaran yang baik.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan
terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru sebagai fasilitator
penyelenggaraan proses belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran dan
profesionalisme guru sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan
nasional. Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003.
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 39 ayat(2) dinyatakan bahwa;
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi”.3
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru disekolah benar-benar
profesional dalam melaksanakan tugasnya, sekalipun telah memiliki sertifikat
profesional. Seperti, banyak guru-guru mengeluhkan kurikulum yang sering
berubah, syarat dengan beban, mengajar tidak menarik, tidak menguasai ilmu
3
teknologi (IT). Sejalan dengan kenyataan tersebut Jacobson, dikutip Ali Imran
menyatakan “bahwa tidak semua guru terlatih dan kualitasnya baik”.4
Masalah kualitas pembelajaran sangatlah esensial karena keterkaitan dengan
kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru dikelas, karena itu perlu mendapatkan
pengawasan dan pembinaan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Supervisi
merupakan layanan yang bertujuan untuk memberdayakan guru guna
meningkatkan kinerjanya. Pemberdayaan yang dimaksudkan merupakan usaha
agar guru memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan profesionalitas pedagogik.
Pemberdayaan dengan mengenali kelebihan dan kemampuan setiap guru melalui
hubungan interpersonal yang harmonis. yang kemudian memanfaatkanya setiap
kelebihan guru untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kegiatan supervisi kelas atau pembelajaran merupakan kegiatan yang wajib
dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dipandang perlu untuk
memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Supervisi kelas atau
pembelajaran bertujuan tidak hanya pada kinerja guru, tetapi meningkatnya hasil
pembelajaran peserta didik. sebab supervisi kelas atau pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses belajar-mengajar demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengawas Pendidikan Agama Islam keberadaannya sangat diharapkan oleh
guru dalam rangka membantu dan membimbing ke arah tercapainya peningkatan
kualitas proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kewajiban seorang
4
pengawas untuk membantu dan membimbing guru merupakan perwujudan dari
Firman Allah dalam Al-qur’an surah al-Alaq ayat 5 berikut:
Artinya.”Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.5
Kewajiban tersebut dipertegas dalam Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun
2012 pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa “Pengawas Pendidikan Agama Islam bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas perencanaan, proses, dan hasil
pendidikan atau pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada TK, SD/SDL:B,
SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan/atau SMK”.6
Menurut pengamatan penulis, bahwa kondisi pelaksanaan supervisi kelas
oleh pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai sampai saat ini
belum dilaksanakan secara rutin dan merata ke semua guru, yang mana guru
Pendidikan Agama Islam terkadang memperoleh pengawasan hanya sekali dalam
satu tahun pelajaran bahkan ada sebahagian guru yang tidak disupervisi, idealnya
setiap guru Pendidikan Agama Islam memperoleh supervisi kelas dua kali dalam
setahun. Hal ini berdasarkan perhitungan beban kerja pengawas yang termaktub
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 74 tahun 2008 tentang Guru
Bab IV Pasal 54 Ayat (8) disebutkan bahwa: “Beban kerja pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran
dalam melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan
pengawasan yang ekuivalen paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
5
Ahmad Hatta, Tafsir al-Qur’an Perkata, Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009, 597. 6
pembelajaran tatap muka dalam satu minggu”.7
dan peraturan bersama Menteri
Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 01/III/2011 dan
No. 6 tahun 2011 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas
sekolah dan angka kreditnya Bab II pasal 5 ayat (2) dan (3) disebutkan bahwa:
“Sasaran pengawasan bagi setiap pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah sebagai berikut: (a) untuk taman kanak-kanak/raudathul athfal dan sekoiah dasar/madrasah ibtidaiyah paling sedikit 10 satuan pendidikan dan atau 60 (enam puluh) guru; (b) untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan paling sedikit 7 satuan pendidikan dan atau 40 (empat puluh) guru mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran; (c) untuk sekolah luar biasa paling sedikit 5 satuan
pendidikan dan atau 40 (empat puluh) guru; dan (c) untuk pengawas bimbingan
dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh) guru bimbingan dan konseling. Untuk daerah khusus, beban kerja pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit 5 (lima) satuan pendidikan secara lintas tingkat satuan dan
jenjang pendidikan”.8
Perencanaan program dan pelaksanaan supervisi kelas yang dilakukuan
melalui POKJAWAS Pendidikan Agama Islam tentu punya target untuk
memberikan nuansa baru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada sekolah umum baik negeri maupun swasta di Kabupaten
Banggai. Namun supervisi tersebut masih perlu dikritisi dari berbagai kegiatan
yang ada dalam pelaksanaanya, terutama realisasi target perencanaan supervisi
kelas kemungkinan belum atau sudah efektif dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mengundang peneliti untuk menelaahnya.
Alasan lain yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian ini
adalah adanya kesenjangan antara jumlah pengawas Pendidikan Agama Islam
dengan jumlah guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum baik Negeri
7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 74 tahun 2008 tentang Guru, 36. 8
maupun swasta yaitu 1:87, dan untuk perbandingan pengawas PAI tingkat SMP,
SMA, dan SMK. Dan untuk perbandingan pengawas PAI tingkat SD yakni 1:106.
Keterbatasan jumlah pengawas dan luasnya wilayah binaan memang menjadi
penghambat keberhasilan supervisi kelas. Namun hal tersebut bukan menjadi
kendala ketika pengawas cerdas menggunakan strategi supervisi yang efektif.
Oleh karena itu supervisi kelas yang dilakukan pengawas Pendidikan Agama
Islam harus dilakukan dengan efektif sehingga dapat memberikan bimbingan dan
layanan kepada guru dengan optimal.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul tesis: Analisis Target dan Realisasi Supervisi
Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran (Studi Kasus
Pelaksanaan supevisi Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai tahun
Ajaran 2015-2016).
B.Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka ada beberapa
masalah yang teridentifikasi untuk dijadikan acuan dalam penelitian ini
antara lain: Jumlah pengawas Pendidikan Agama Islam yang hanya 4 orang
tidak mungkin dapat men-supervisi kelas secara keseluruhan guru Agama
Islam yang berjumlah 366 orang dari 379 sekolah umum baik negeri
Kondisi usia dan tenaga pengawas yang diatas 50 tahun, tidak efektif
untuk men-supervisi kunjugan kelas dengan geografis wilayah sekolah
setiap per-kecamatan dengan jarak puluhan kilometer serta wliayah lebih
besar pegunungan.
Kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam belum memenuhi
standar mutu pendidikan nasional, menurut pengamatan penulis,
Performance pengajaran Pendidikan Agama Islam semakin rendah
disebabkan para guru Pendidikan Agama Islam yang masih belum banyak
beranjak dari pola mengajar yang cenderung rigid, miskin metodologi, dan
kurang variatifnya penggunaan strategi pengajaran aktif yang mampu
meningkatkan minat dan antusiasme semangat belajar siswa.
2. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka penulis perlu
memberi batasan-batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini,
sehingga akan memperoleh gambaran yang jelas dan lebih fokus pada
target perencanaan program supervisi kelas oleh pengawas Pendidikan
Agama Islam dan realisasi pelaksanaan dilapangan. Maka penelitian ini
dimaksudkan untuk menggali informasi secara deskrptif dengan memberi
batasan pada analisis target perencanaan program supervisi kelas Pendidikan
Agama Islam dan realisasi pelaksanaannya di Kabupaten Banggai. Baik
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah
diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah perencanaan supervisi kelas oleh Pengawas Pendidikan
Agama Islam di Kabupaten Banggai Tahun Ajaran 2015-2016?
b. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi kelas Pendidikan Agama Islam oleh
pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai Tahun Ajaran
2015-2016?
c. Seberapa efektifkah pelaksanaan supervisi kelas dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
d. Apa kendala dan solusi pelaksanaan supervisi kelas yang dilakukan
pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai?
C.Signifikansi Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan perencanaan program supervisi kelas oleh
pengawas Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai Tahun
Ajaran 2015-2016.
b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan supervisi kelas oleh pengawas
Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai Tahun Ajaran
c. Untuk mendeskripsikan efektifitas pelaksanaan supervisi kelas dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Untuk mendeskripsikan kendala dan solusi pelaksanaan supervisi
kelas yang dilakukan pengawas Pendidikan Agama Islam di
Kabupaten Banggai.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teori
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bagi
pengembangan keilmuan khusunya berkenaan dengan supervisi
kelas dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
2) Sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan supervisi
kelas dan kualitas proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
b. Kegunaan secara praktis
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan
pelaksanaan supervisi kelas terutama pengawas Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Banggai.
2) Menambah khasanah bagi penulis berkaitan dengan supervisi
3) Bagi Kementerian Agama Kabupaten Banggai dan Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banggai sebagai
bagian kajian evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi kelas baik
kepala sekolah maupun pengawas mata pelajaran.
D.Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian relevan yang pernah dilakukan sebelum penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
Penelitian Rukiyani Lulik Hartatik di SMP Muhammadiyah se-Kota
Malang. Dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. menyimpulkan
bahwa prosedur pelaksanaan supervisi kelas terdiri atas; tahap persiapan
mencakup; menyiapkan instrumen dan jadwal bersama, tahap pelaksanaan
yaitu observasi supervisi kepala sekolah, tahap pelaporan meliputi;
mengidentifikasi hasil pengamatan pada saat observasi di kelas,
menganalisis hasil supervisi, mengevaluasi bersama antara kepala sekolah
dan guru, dan membuat catatan hasil supervisi yang didokumentasikan
sebagai laporan, dan tahap tindak lanjut meliputi; mendiskusikan, membuat
solusi bersama, memberitahukan hasil pelaksanaan kunjungan kelas, dan
mengkomunikasikan kepada guru. Sedangkan pelaksanaan supervisi klinis
belum berjalan secara optimal.9
Penelitian Agung Nugroho di MAN I Yogyakarta, dengan pendekatan
penelitian lapangan (field research) bersifat kualitatif deskriptif.
Menyimpulkan bahwa perencanaan supervisi, pengawas lebih awal
menyusun program berupa daftar lengkap sekolah dan guru yang berada
dalam wilayah kepengawasan, jadwal kegiatan baik tahunan, bulanan,
maupun mingguan meliputi kunjungan madrasah, kunjungan kelas,
mengadakan konsultasi perorangan, mengadakan konsultasi pengembangan
kelompok kerja guru Pendidikan Agama Islam, memantau perkembangan
pelaksaan kurikulum, dan mengevaluasi kegiatan guru Pendidikan Agama
Islam, dan pada tahap pelaksanaan pengawas melakukan pembagian kerja,
kunjungan kelas, melaksanakan bimbingan perorangan serta evaluasi. dan
pada dimensi evaluasi, pengawas mengevaluasi secara langsung pada saat
kunjungan kelas, baik mingguan maupun bulanan.10
Penelitian Safrudin di SMPN Satu Atap se-Kebupaten Indramayu,
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif paradigma positivisme, dan
tehnik analisis regresi. Menyimpulkan bahwa supervisi kepala sekolah
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kompetensi guru dalam proses
belajar mengajar.11
Penelitian Edi Wahjanto di SMA Negeri se-Kota Magelang, dengan menggunakan pendekatan metode kuantitatif dan analisis jalur (path
analysis), menyimpulkan bahwa supervisi kunjungan kelas, kompetensi
10 Agung Nugroho, “Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama Islam: Studi Kasus di MAN I Yogyakarta”, Tesis, UIN Yogyakarta, 2008, 149-151.
guru dan kinerja guru secara langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Namun supervisi kunjungan kelas secara langsung yang dilakukan oleh
kepala sekolah mempunyai pengaruh paling kecil terhadap prestasi belajar
siswa dibanding dengan supervisi secara tidak langsung. Hal ini
menunjukkan bahwa kompetensi guru mempunyai pengaruh besar terhadap
prestasi belajar siswa dibanding supervisi kunjungan kelas. Benar bahwa
kompetensi guru sangat berpengaruh atas prestasi belajar siswa atau kualitas
proses belajar dikelas, akan tetapi profesionalisme seorang guru dalam
mengelola pembelajaran di kelas perlu pembinaan, pengawasan, dan
monitoring oleh supervisor. Untuk itu supervisi kelas harus dilakukan setiap
saat oleh supervisor.12
Penelitian Raden Syarifuddin di SMPN 1 Sliyeg Kabupaten
Indramayu. Dengan pendekatan verifikatif deskriptif. Menyimpulkan bahwa
peran pengawas Pendidikan Agama Islam mempunyai hubungan kuat
dengan kualitas pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam dan prestasi
belajar siswa.13
Sutardjo, meneliti supervisi Pengawas dan Kepala Sekolah di SMA
Negeri di Kabupaten Karawang, dengan pendekatan kualitatif naturalistik.
Menyimpulkan bahwa supervisi yang dilaksanakan secara terprogram dan
berkesinambungan dapat meningkatkan mutu pembelajaran, dan seorang
12Edi Wahjanto, “Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas oleh Kepala Sekolah dan Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru dan Prestasi Belajar Siswa: di SMA Negeri se Kota Magelang”, Tesis, UNES Semarang, 2007, 118.
supervisor harus mampu memahami dan menkondisikan cara menangani
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para guru, sebab kemampuan para
guru sangat beragam.14
Penelitian-penelitian tersebut di atas, telah mengungkap beberapa
kegiatan supervisi pembelajaran dan kunjungan kelas oleh supervisor
terhadap kompetensi guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, peneliti mencoba mengetengahkan
penelitian yang berbeda yaitu fokus pada target perencanaan dan realisasi
supervisi kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Kabupaten Banggai.
2. Kerangka Teori
a. Perencanaan Supevisi
Perencanaan adalah suatu proses yang sistematis untuk
menjalankan suatu pekerjaan. Menurut Louis A. Allan dikutip H. B.
Siswanto “perencanaan terdiri dari aktivitas yang meliputi: prakiraan (forecasting), penetapan tujuan (establishing) pemograman
(programming), penjadwalan (scheduling).15 Sedangkan menurut
Cunningham dikutip Sulistyorini dan Muhammad Fathurrohman
mengemukakan bahwa “perencanaan adalah menyelesaikan dan
menghubungkan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan
datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang
14Sutardjo, “Supervisi Pengawas dan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran:Studi Kasus pada SMA Negeri di Kabupaten Karawang”, Pendidikan UNSIKA, Volume 2, Nomor 1, (Nopember 2014), 105-115.
15
diinginkan serta kegiatan yang diperlukan dalam batas-batas yang
dapat diterima dalam penyelasiannya.16
Menurut Ziauddin Sardar, dikutip Sulistyorini bahwa: “setiap perencanaan harus mengacu pada masa depan, yaitu masa akan datang
yang kita akan hadapi mengandung berbagai kemungkinan, jauh
sebelumnya sudah dapat di prediksi dan diperhitungkan”.17 Lebih lanjut Sardar, menjelaskan sebagaimana dikutip Sulistyorini bahwa
perencanaan supervisi masa depan mempunyai lima komponen pokok
yakni; 1) secara sengaja diarahkan kepada nilai-nilai yang telah diuji
perencanaannya yang diorientasikan pada tindakan, 2) dirancang
untuk menuju ke jalur-jalur tindakan alternatif yang lebih banyak
dibandingkan dengan perencanaan lazimnya, untuk menjaga agar
gagasan-gagasan yang baik tidak terabaikan, 3) menyadari pentingnya
perspektif perencanaan supervisi dengan konsep-konsep masa depan,
4) perencanaan bergantung pada studi rasional mengenai
perkembangan-perkembangan pada masa mendatang, dan 5)
perencanaan harus dapat menentukan perubahan yang diinginkan.18
Mengacu pada uraian tugas pengawas Pendidikan Agama Islam
pada sekolah yang tertuang dalam pedoman pengawas Pendidikan
Agama Islam di sebutkan bahwa tugas pengawas meliputi: a)
menyusun program pengawasan, b) melaksanakan program
16
Sulistyorini & Muhammad Fathurrohman, Esensi Manajemen Pendidikan Islam, Pengelolaan Lembaga untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2014, 143.
17
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi, Yogyakarta: Teras, 2009, 243.
18
pengawasan, c) evaluasi dan tindak lanjut hasil pelaksanaan program
pengawasan, e) membimbing dan melatih profesional guru Pendidikan
Agama Islam.19 Selanjutnya penyusunan program pengawasan
difokuskan pada peningkatan pemenuhan Standar Nasional
Pendidikan Agama Islam (SN-PAI). Pelaksanaan program
pengawasan meliputi: (1) melaksanakan pembinaan guru Pendidikan
Agama Islam, (2) memantau Standar Nasional Pendidikan meliputi:
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar
Kompetensi Lulusan, dan (3) melaksanakan penilaian kinerja guru
Pendidikan Agama Islam.20
Perencanaan supervisi oleh pengawas Pendidikan Agama Islam
sesuai fungsinya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agama
No. 2 tahun 2012 pasal 4 antara lain menyusun program pengawasan
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi: (a) Setiap
pengawas Pendidikan Agama Islam baik secara kelompok maupun
perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan terdiri atas:
program pengawasan tahunan, program pengawasan semester, dan
rencana kepengawasan akademik, (b) program pengawasan tahunan
pengawas Pendidikan Agama Islam disusun oleh Kelompok Kerja
Pengawas (POKJAWAS) Pendidikan Agama Islam di Kabupaten atau
Kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan penyusunan program
tahunan ini diperkirakan berlangsung selama satu minggu,
19
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Republik Indonesia,
Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Jakarta: 2012, 16.
20
(c) Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis
operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap Pengawas Pendidikan
Agama Islam pada setiap sekolah dimana guru binaannya berada.
Program tersebut disusun sebagai penjabaran atas Program
Pengawasan Tahunan di tingkat Kabupaten/Kota. Kegiatan
penyusunan program semester oleh setiap pengawas Pendidikan
Agama Islam ini diperkirakan berlangsung selama satu minggu,
(d) Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan penjabaran
dari program semester yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan
aspek atau masalah prioritas yang harus segera dilakukan, setelah
kegiatan supervisi. Penyusunan rencana kepengawasan akademik ini
diperkirakan berlangsung satu minggu. (e) program tahunan, program
semester, dan rencana kepengawasan akademik sekurang-kurangnya
memuat aspek atau masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi
atau metode kerja (teknik supervisi), skenario kegiatan, sumber daya
yang diperlukan, penilaian dan instrumen kepengawasan.21
b. Supervisi Kelas
Pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar, yaitu supervisi sebagai bantuan bagi guru
dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membentuk peserta
didik agar lebih baik dalam belajar.22
21
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam..., 13. 22
Menurut Piet A. Sahertian Supervisi adalah suatu usaha
menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu
pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun
secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.23 Menurut Ibrahim Bafadal,
supervisi pengajaran adalah “Serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar
demi mencapai tujuan pengajaran.”24
Selanjutnya Alfonso dan kawan-kawan, dikutip Allan A.
Glatthorn mengemukakan: “Instructional supervision is herein
defined as : Behavior officially designated by the organization that
directly affects teacher behavior in such a way as to facilitate pupil
learning and achieve the goals of the organization”25 (supervisi
pembelajaran adalah perbuatan yang secara langsung mempengaruhi
prilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana proses
belajar mengajar, dan melalui pengaruhnya tersebut bertujuan untuk
mempertinggi kualitas belajar murid demi pencapaian tujuan
organisasi (sekolah) yang tinggi pula).
23
Piet A. Sahertian. Konsep dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, 17.
24
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya dalam Membina Profesional Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 2.
25
Menurut Dadang Suharda supervisi pembelajaran adalah
perbaikan proses belajar mengajar atau disebut Instructional.26 Hal ini
dapat dimaknai bahwa kegiatan supervisi tidak terlepas dari proses
belajar mengajar karena belajar mengajar merupakan komponen
utama dalam sistem pendidikan.
Supervisor dalam melaksanakan program supervisi
pembelajaran yakni menggunakan teknik supervisi kelas atau
individual meliputi:
1) Teknik supervisi Observasi Kelas
Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan
kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan supervisor untuk
mengamati guru yang sedang mengajar di kelas.27 Senada
dengan pendapat Allan A. Glatthorn tentang supervisi
individual; “The supervisor observes the teacher teach, keeping those goals in mind, and gives the teacher feedback about
performance, focusing on goal-related issues”.28 (Supervisor
mengamati guru sedang mengajar, dengan tujuan memberikan
umpan balik tentang kinerja guru, serta berfokus pada isu-isu
yang berhubungan dengan tujuan). Sedangkan Sally J. Zepeda
mengatakan bahwa “Supervisors work with teachers at several levels. At one level, supervisors spend time in teachers’
26
Dadang Suharda, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2010, 38.
27
Syaiful Sagala. Supervisi..., 188. 28
classrooms conducting both formal and informal classroom
observations”.29 (supervisor melakukan tugas supervisinya kepada guru dengan melalui beberapa tingkatan. Pada tingkat
pertama, supervisor menghabiskan waktu di ruang kelas guru
melakukan observasi kelas baik formal maupun informal).
Tujuan observasi kelas ingin memperoleh data dan
informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang terjadi
saat proses belajar mengajar berlangsung. Data dan informasi
digunakan sebagai dasar bagi supervisor untuk melakukan
pembinaan terhadap guru yang di observasinya. Selama berada
di kelas, supervisor melakukan pengamatan dengan teliti,
terhadap suasana kelas yang diciptakan dan dikembangkan oleh
guru saat jam pelajaran berlangsung untuk memperoleh data
yang objektif.30 Maka tugas supevisor adalah merekam dan
mencatat kegiatan tersebut untuk mengetahui kualitas guru
dalam membimbing siswa.31 Kehadiran supervisor dalam
melakukan observasi kelas dapat diberitahukan lebih dahulu,
dan juga tanpa pemberitahuan. Jika observasi diberitahukan
lebih dahulu besar kemungkinan guru akan mempersiapkan diri
sebaik-baiknya yang melebihi cara kerja biasanya, sehingga
supervisor mengobservasi perilaku yang tidak wajar. Tetapi jika
29
Sally J. Zepeda, Instruction Supervison: Applying Tools and Concepts, New York: Eye On Education, Inc, 2003, 152.
30
Syaiful Sagala. Supervisi..., 188. 31
kedatangan supervisor tanpa pemberitahuan lebih dahulu,
supervisor akan mengobservasi kegiatan guru secara wajar,
meskipun guru merasa terganggu atas kehadiran supervisor.32
2) Teknik supervisi kunjungan kelas.
Yang dimaksud kunjungan kelas atau classroom visitation
adalah kunjungan yang dilakukan oleh supervisor ke dalam
kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan untuk
membantu guru yang bersangkutan mengatasi masalah atau
kesulitan selama mengadakan kegiatan pembelajaran.33
Sedangkan menurut Arikunto, dikutip Mufidah bahwa
kunjungan kelas dilakukan baik ketika guru sedang mengajar,
atau kelas sedang kosong, maupun kelas sedang berisi siswa
namun guru tidak sedang mengajar.34 Kunjungan kelas
dilakukan dalam upaya memperoleh data tentang keadaan
sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru
mengajar.35 Kunjungan kelas dimaksudkan untuk melihat dari
dekat situasi dan suasana kelas secara keseluruhan.36 Dengan
data dan informasi tersebut, maka guru dan supervisor akan
berdiskusi tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru,
kemudian mencari solusi pemecahannya dengan baik.
32
Syaiful Sagala. Supervisi..., 189. 33
Syaiful Sagala. Supervisi..., 187. 34
Luk-luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009, 86. 35
Syaiful Sagala. Supervisi..., 187. 36
Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara, (1)
kunjungan kelas tanpa diberi tahu terlebih dahulu, di mana
seorang supervisor secara tiba-tiba datang ke kelas sementara
guru sedang mengajar. Dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan guru yang sesungguhnya, sehingga supervisor dapat
menentukan bimbingan apa yang diperlukan guru tersebut, dan
bagi guru merupakan latihan dalam melaksanakan tugas
mengajar, agar selalu siap. (2) Kunjungan dengan cara memberi
tahu lebih dulu (announced visitation) dengan pemberitahuan
jadwal kunjungan, sehingga guru-guru dapat mempersiapkan
diri sebaik-baiknya karena berharap untuk mendapatkan
penilaian yang baik. (3) kunjungan atas undangan guru (visit
upon invitation) kunjungan seperti ini akan lebih baik. Oleh
karena guru punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan
diri dan membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan
pengalaman baru dari pertemuan dengan supervisor.37
Allan A. Glatthorn menyatakan: “Some experts in the field
recommend that classroom observations be linked directly to the
teacher’s development goals.”38 (beberapa pakar pendidikan
merekomendasikan bahwa teknik kunjungan kelas dalam
supervisi individual dapat meningkatkan kinerja guru).
37
Piet A Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip..., 46. 38
c. Kualitas Pembelajaran
Definisi kualitas menurut Goetsch dan Davis, dikutip Tjiptono
dan Diana adalah “suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan”.39
Istilah pembelajaran atau instruction bermakna
sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya strategi, metode, dan pendekatan kearah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan.40 Pembelajaran dapat pula
dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Menurut Ali Imran pembelajaran yang berkualitas adalah
pembelajaran yang kondusif, di mana siswa giat belajar dan siswa
aktif belajar di dalamnya, baik ketika ditunggu gurunya atau tidak.41
Sedangkan menurut Mulyasa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari
segi proses dan dari segi hasil.42
Terkait dengan indikator kualitas pembelajaran dalam penelitian
ini, peneliti mengacu pada standar proses yang diamanatkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional
salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses
yang berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
39
Fandy Tjiptono, Anastasia Diana, Total Quality Management, Yogyakarta: Offset, 2003, 4. 40
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 109.
41
Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, 38. 42
pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum kesatuan
Republik Indonesia, yang mana standar proses tersebut diatur dalam
Permendiknas nomor 41 tahun 2007 pasal 1 ayat (1) meliputi
“perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien”.43
Lebih lanjut penjabaran Kriteria minimal standar proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, krativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan pisik serta psikologis peserta didik.44
d. Teori efektivitas
Menurut Pius Abdillah efektivitas memiliki arti ketepatgunaan
atau hasil guna atau menunjang tujuan yang akan dicapai. 45
Dalam tesaurus bahasa Indonesia efektivitas diartikan berhasil
guna atau mengahsilkan sesuatu yang positif sesuai tujuan yang
diinginkan.46 Sedangkan dalam kamus umum bahasa Indonesia
efektivitas diartikan hal yang ada efeknya atau ada pengaruhnya
terhadap sesuatu.47
43
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah, Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional, 2007, 2.
44
Syaiful Sagala. Supervisi..., 3.
45
Pius Abdillah, Kamus Ilmiah, Surabaya: Arkola, 2008, 110. 46
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2007, 166. 47
Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif
merupakan dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas.
Effendy mendefinisikan efektivitas adalah ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya
yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang
ditentukan”.48
Efektivitas menurut pengertian di atas mengartikan
bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran
dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
Pengertian lain menurut Susanto, Efektivitas merupakan daya
pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan
untuk mempengaruhi.49 Menurut pengertian Susanto diatas, efektivitas
bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya secara matang.
Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen
Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:
“Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,
semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian
tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan”.50
Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau
kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat
48
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju, 1989, 14.
49
Susanto, Sistem Informasi Manajemen, Bandung: Unpad Press, 2004, 156. 50
memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas adalah
menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang
mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau
kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan
waktu) yang telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya.
Kerangka-kerangka teoritis di atas, penulis jadikan sebagai
acuan untuk mengungkap bagaimana target perencanaan dan realisasi
dalam kegiatan supervisi kelas yang dilaksanakan pengawas dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Kabupaten Banggai Tahun Ajaran 2015-2016.
E.Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hal ini
didasarkan pada rumusan masalah penelitian yang menuntut penulis untuk
melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah-masalah
yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data berupa uraian
mengenai kegiatan, sistem kerja atau perilaku subjek yang diteliti,
persepsinya, dan aspek-aspek lain berkaitan dengan data yang diperoleh
Karena data yang dikumpulkan berbentuk kata atau gambaran dari
naskah wawancara, catatan lapangan dan dokumen pribadi, biasanya sulit
untuk ditangani melalui prosedur, hal ini menuntut prosedur metode
deskriptif kualitatif yang lebih memperhatikan karakteristik, kualitas,
keterkaitan antara kegiatan.51
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi Kecamatan Luwuk, Luwuk Selatan,
Luwuk Utara, dan Luwuk Timur di Kabupaten Banggai serta Pokjawas
Pendidikan Agama Islam pada Kementerian Agama Kabupaten Banggai.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah
data yang bersumber dari informan secara langsung berkenaan dengan
masalah yang diteliti dan dokumenter. Seperti dikatakan Moleong, bahwa
kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama dan
data primer dalam suatu penelitian.52 Data primer yang diperoleh dalam
penelitian ini berasal dari pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah
Umum, dan Guru-guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Luwuk,
Luwuk Selatan, Luwuk Utara, dan Luwuk Timur Kabupaten Banggai
merupakan subyek dalam penelitian.
51
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012,73.
52
4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pengawas Pendidikan
Agama Islam pada sekolah umum di Kabupaten Banggai yang berjumlah
empat orang. Semuanya diambil sebagai sampel penelitian (total sampling).
Penentuan sumber data untuk responden guru-guru Pendidikan Agama
Islam dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan jumlah
sekolah di Kabupaten Banggai berjumlah 379 sekolah dan guru Pendidikan
Agama Islam berkisar kurang lebih 366 orang,53 mengingat waktu, biaya,
dan tenaga, maka peneliti mengambil sampel guru-guru Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah Dasar sebagai informan 13 orang di kecamatan Luwuk,
empat orang di kecamatan Luwuk Selatan, enam orang di kecamatan
Luwuk Utara dan sembilan orang di kecamatan Luwuk Timur. Lokasi ini
dapat menggambarkan atau mewakili dari seluruh wilayah pengawasan di
Kabupaten Banggai. Menurut Djam’an Satori dan Aan Komariah mengatakan “objek penelitian dalam penelitian kualitatif tidak dibatasi dengan banyaknya atau jumlah responden”.54
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan, dalam
penelitian kualitatif menggunakan tiga teknik pengumpulan data yang
terdiri atas: (1) Observasi, (2) wawancara secara mendalam, dan
53
Tamar, Wawancara Keadaan Jumlah Pengawas, Sekolah, Dan Guru PAI, Luwuk, 25 pebruari 2016, Pukul. 9.00 WITA.
dokumentasi.55 Ketiga teknik tersebut, peneliti gunakan dengan harapan
dapat saling melengkapi antara ketiganya. Lebih rinci ketiga teknik tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi
Obervasi partisipan dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.56 Peneliti
terlibat langsung, Sehingga observasi partisipan digunakan untuk
mencari data-data tentang perencanaan dan pelaksanaan supervisi
kelas oleh pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum di
Kabupaten Banggai tahun 2015-2016. Teknik observasi dilakukan
dengan cara tanya jawab secara informal dengan beberapa informan
kunci yaitu pengawas Pendidikan Agama Islam dan guru-guru
Pendidikan Agama Islam yang menjadi subjek dalam penelitian ini.
b. Wawancara
Wawancara ini dilakukan agar memperoleh data untuk
memperkuat data hasil observasi. Teknik wawancara dilakukan secara
tak berstruktur sehingga lebih fleksibel. Dan untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam tentang responden.57 Daftar yang di
wawancara tersebut adalah semua pengawas Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah Umum akan dimintai penjelasan tentang program
perencanaan supervisi kelas yang meliputi pedoman, jadwal
55
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, 141.
56
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013, 217. 57
pelaksanaan, bentuk instrumen baik observasi kelas maupun
kunjungan kelas serta temuan-temuan di lapangan, dan guru-guru
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar yang berada di
Kecamatan Luwuk, Luwuk Selatan, Luwuk Utara dan Luwuk Timur
Tentang kegiatan pengawas saat melakukan supervisi kelas meliputi
kunjungan supervisor dalam satu semester, bentuk-bentuk bimbingan
atau bantuan tehadap kesulitan-kesulitan mengajar, dampak dari
kunjungan supervisor terhadap kualitas pembelajaran.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini berupa arsip-arsip tentang Profil POKJAWAS
Kementerian Agama Kabupaten Banggai, data yang terkait dengan
kegiatan supervisi kelas yang berhubungan dengan laporan, foto-foto
kegiatan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin
dijawab.58 Analisis data sebagaimana menurut Bogdan dan Biklen yang
dikutip oleh Imam Gunawan adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang
58
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahanan terhadap penyajian data yang
ditemukan.59
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif-kualitatif yakni mengumpulkan, mengklasifikasi dan
menganalisis dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada
pernyataan keadaan, ukuran kualitas misalnya “Baik Sekali”, “Baik”, “Cukup”, “Kurang Baik”, dan “Tidak Baik”.60
Adapun alur yang digunakan
interprestasi data dalam penelitian ini adalah menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang dikutip oleh Imam Gunawan
yaitu; Reduksi data (data reduction), paparan data (data display), dan
penarikan kesimpulan atau verivikasi (conclusion drawing and verifying).61
Proses analisis data tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan satu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan memberikan
gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan, dan juga
mempermudah peneliti untuk mencari kembali data itu apabila
diperlukan.
Mereduksi data menurut Sugiyono adalah upaya merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan
mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.62
59
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif..., 210. 60
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, 269. 61
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif..., 211. 62
Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
b. Paparan Data
Paparan data adalah rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Paparan data
diperlukan peneliti untuk lebih mudah memahami berbagai hal yang
terjadi dan memungkinkan mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun
tindakan lain berdasarkan pemahaman. Paparan data dapat berupa
berbagai jenis matrik, gambar skema, jaringan kerja yang berkaitan
dengan kegiatan dan juga table. Untuk itu, dalam penyajian data
disusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh
dapat menjelaskan masalah yang diteliti.63
c. Penarikan Simpulan
Penarikan simpulan atau verivikasi merupakan hasil penelitian
yang menjawab fokus penelitian berdasarkan analisis data. Simpulan
disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan
berpedoman pada kajian penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka terlebih dahulu penulis
sajikan tentang sistematika penulisan tesis agar para pembaca mengetahui secara
garis besarnya yaitu sebagai berikut:
63
Bab I : Pada bab ini meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Signifikansi Penelitian, Kajian Pustaka, Metodolgi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
Bab II : Pada bab ini terdiri dari dua sub bab; sub bab pertama tentang
Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) Kementerian Agama
Kabupaten Banggai meliputi: Letak Geografis wilayah kerja
Pengawas Pendidikan Agama Islam, Visi-Misi, Susunan Pengurus
POKJAWAS PAI, sarana prasarana, Kondisi Pengawas Pendidikan
Agama Islam, Guru-guru Pendidikan Agama Islam, dan Sekolah
Umum tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Sub bab dua membahas
tentang identitas guru-guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
Dasar sebagai responden yang meliputi: identitas guru Pendidikan
Agama Islam di wilayah Kecamatan Luwuk, identitas guru
Pendidikan Agama Islam di wilayah Kecamatan Luwuk Selatan,
identitas guru Pendidikan Agama Islam di wilayah Kecamatan
Luwuk Utara, dan identitas guru Pendidikan Agama Islam di
wilayah Kecamatan Luwuk Timur.
Bab III : Pada bab ini terdiri dari tiga sub bab; sub bab pertama tentang
perencanaan program supervisi kelas yang meliputi program
tahunan, program semester, dan Rencana Kepengawasan Akademik
(RKA). Sub bab dua tentang langkah-langkah supervisi kelas yang
tindak lanjut. Sub bab tiga tentang analisis target perencanaan
supervisi kelas.
Bab IV : Pada bab ini terdiri dari tiga sub bab: sub bab pertama membahas
tentang realisasi pelaksanaan supervisi kelas meliputi: mengunjungi
guru Pendidikan Agama Islam di kelas saat proses belajar mengajar,
menilai keberhasilan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar,
dan pendekatan pengawas dalam supervisi kelas, Sub bab kedua
membahas tentang efektifitas supervisi kelas dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan sub bab
ketiga membahas tentang kendala-kendala pelaksanaan supervisi
kelas dan solusi.
BAB V : Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu Sub bab pertama
simpulan dan sub bab dua saran-saran.
Pada bagian akhir tesis berisi tentang: Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran,
BAB II
PROFIL KELOMPOK KERJA PENGAWAS PAI
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BANGGAI DAN GURU
PAI DI KECAMATAN LUWUK, LUWUK SELATAN,
LUWUK UTARA, DAN LUWUK TIMUR
A. Profil Kelompok Kerja Pengawas PAI Kementerian Agama Kabupaten
Banggai.
1. Letak Geografis
Yang dimaksud dengan letak geografis di sini adalah tempat
dimana kantor para pengawas berada dan lokasi atau wilayah kerja.
Kantor Pengawas Pendidikan Agama Islam berada dilingkungan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Banggai, tepatnya berada di Jl. G.
Merapi No. 27 Telp (0461) 22329 Fex. 22968 Kelurahan Mangkio
Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah Kode
Pos 94714. Ruang kerja para Pengawas PAI bergabung dengan ruang
kerja Pengawas Madrasah yang berukuran 7 x 9 cm2 adalah ruang aula
lama Kementerian Agama.
Sementara wilayah kerja pengawas Pendidikan Agama Islam terdiri
dari 22 Kecamatan, Kecamatan Luwuk, Luwuk Utara, Luwuk Selatan,
Luwuk Timur, Nambo, Kintom, Batui, Batui Selatan, Toili, Toili Barat,
Bualemo, Pagimana, Lobu, Bunta, Simpang Raya, dan Nuhon. Geografis
wilayah Kabupaten Banggai mayoritas daerah pegunungan, demikian
pula jarak antara satu sekolah dengan sekolah yang lain diluar kota antara
lima kilometer sampai 25 kilometer. Dan sebahagian wilayah belum
dapat mengakses jaringan telephon seluler.
2. Visi Misi Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) PAI
Kemeterian Agama Kabupaten Banggai
a. Visi
Terwujudnya pengawasan Pendidikan Agama Islam yang
Profesional dan berketeladanan.
b. Misi
1) Meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengawasan yang
didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas
2) Mengembangkan sistem pengaasan Pendidikan Agama Islam
yang lebih mandiri dan obyektif
3) Melakukan koordinasi fungsi pengawasan yang dilakukan
melalui lintas atau multi instansi
4) Meningkatkan profesionalisme pengawasan Pendidikan Agama
Islam melalui perencanaan dan pentahapan dengan mengikuti
langkah-langkah kepengawasan.
5) Mendorong terwujudnya akuntabilitasi kerja kepengawasan
3. Susunan Pengurus POKJAWAS PAI Periode 2013-2016
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Banggai Nomor : Kd.22.04/3/PP.02.1/215/2014 tentang
penetapan susunan pengurus Kelompok Kerja Pengawas ( POKJAWAS)
Pendidikan Agama Islam Periode 2013-2016 adalah sebagai berikut:
Ketua : H. Tamar, S.Ag. S.Pd. M.MPd
Pengurus Kelompok Kerja Pengawas PAI diatas, saat peneliti
melakukan observasi di lapangan, berdasarkan penjelasan ketua
POKJAWAS PAI bahwa yang aktif tiga orang yakni H. Tamar,
S.Ag.S.Pd. M.MPd, Kusmanto, S.Ag, dan Muh. Amir, S.Ag. M.MPd.
sementara tiga orang lainnya yakni Slamet, S.Pd.I. MA sudah meninggal,
Ramlah Yusuf, A.Md, dan Abd. Rahman Lasida, A.Ma memasuki masa
purna bakti (Pensiun).65
4. Sarana dan Prasarana
Sampai saat ini, nampak bahwa para pengawas PAI maupun
Madrasah masih kekurangan sarana-prasarana yang dapat menunjang
64
Dokumentasi, SK Kepala Kemenag Kabupaten Banggai tentang Penetapan Susunan
Pengurus POKJAWAS Madrasah dan POKJAWAS PAI Periode 2013-2016, dicopy 15 April 2016.
65
tugas mereka, seperti yang dituturkan oleh Bapak H. Tamar, S.Ag,
S.Pd, M.MPd bahwa:
“seharusnya para pengawas diberikan sarana penunjang dalam
mendukung kinerja mereka, seperti sepeda motor, laptop, dana oprasional dan perawatan, serta al-mari yang sebagai tempat arsip berkas masing-masing pengawas. Sebab sarana dan prasarana yang ada merupakan pinjaman dan bukan hak atau bantuan langsung untuk para
pengawas”lebih lanjut beliau mengatakan bahwa sampai saat ini baru 2
orang pengawas PAI mendapat bantuan kendaraan sepeda motor, namun biaya untuk perawatan belum ada kejelasan dan sampai saat ini masih
menggunakan anggaran pribadi”.66
Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh para pengawas
PAI, tentunya membuat tidak maksimal dalam pelaksanaan
kepangawasan pada wilayah-wilayah kerja yang ada terutama
kendaraan sebagai pendukung dalam pekerjaan dimana sebagian besar
sulit dijangkau oleh transportasi umum. Kondisi inilah yang di keluhkan
oleh para pengawas PAI.
Tabel 2.1
Data Sarana dan Prasarana POKJAWAS.67
No Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan
Baik Kurang baik