• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa bahasa itu dinamis atau tidak statis. Dinamis berarti bahwa bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa bahasa itu dinamis atau tidak statis. Dinamis berarti bahwa bahasa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan salah satu sifat bahasa yang arbitrer (manasuka), dapat disimpulkan bahwa bahasa itu dinamis atau tidak statis. Dinamis berarti bahwa bahasa itu selalu berkembang pada segala zaman dengan cara mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan bahasa adalah hal yang wajar seiring dengan aktivitas manusia yang juga selalu berubah. Perubahan bahasa seperti inilah yang kemudian membentuk bahasa baru, yaitu bahasa Alay yang terkenal di kalangan remaja.

Bahasa Alay sebenarnya bukan bahasa yang paling baru, karena sebelumnya telah ada bahasa Gaul yang menjamur di kalangan remaja, baik itu remaja tahun 50-an, 60-an dan seterusnya hingga berkembang menjadi bahasa Alay sampai sekarang. Ciri yang paling khas dari bahasa Gaul atau yang sekarang disebut bahasa Alay ini adalah bunyi atau pengucapannya yang terdengar aneh, namun sebenarnya lucu, menghibur dan unik. Karena keunikannya tersebut, bahasa Alay memiliki variasi bentuk bahasa yang sangat beragam. Dan variasi yang sangat beragam ini terbentuk karena bahasa Alay pada dasarnya tidak mempunyai standar yang pasti. Pada zaman dulu para remaja menyebut kekasih mereka dengan bahasa gaulnya adalah do’i atau doski tetapi pada zaman sekarang kata-kata do’I dan doski tersebut diganti dengan bermacam-macam istilah yang terdapat dalam bahasa Alay seperti beb, ayank, eank, chayank, dan sebagainya. Seseorang yang ditaksir atau disukai, pada zaman dahulu disebut gacoan,

(2)

sedangkan zaman sekarang istilah kerennya adalah gebetan. Jadi, bahasa Alay ini sebenarnya merupakan lanjutan atau penyambung bahasa Gaul pada zaman dahulu.

Dilihat dari sejarah kemunculannya, dapat disimpulkan bahwa bahasa Alay terbentuk karena hal-hal berikut;

1. Bahasa Alay berasal dari bahasa sms yang disingkat-singkat (Versi 1) seperti kataaku – ak – aq – q – quw – quwh, dan lain-lain.

2. Penulisan sms dengan tombol capslock yang mudah (Versi 2), yang mana disebabkan oleh maraknya salah satu handphone dari Finlandia sekitar awal tahun 2000-an yang mempunyai tombol capslock yang mudah digunakan sehingga bisa menulis sms dengan gaya baru, yakni menggabungkan huruf besar dan huruf kecil seperti ini; sAya BaRu SaJA mEMbeLi Hp bARu.

3. Mengetik sms dengan lebih cepat (Versi 3), yang mana pada zaman dahulu bentuk keypad hp terdiri dari tiga huruf dalam satu keypad sekaligus, (abc, def,dst), sehingga akan sangat lama jika harus mengetik dua huruf dalam satu keypad. Misalnya kata “nonton”; n dan o berada dalam satu keypad, sehingga untuk mempercepat, huruf o biasanya diganti dengan angka 0 (nol), karena angka 0 tersebut mirip dengan huruf o.

4. Adanya kamus singkatan gaul (versi 4), yang mana pada waktu itu salah satu provider menerbitkan kamus singkatan gaul untuk mempermudah pengiriman sms. 5. Pengaruh dari ejaan lama (versi 5). Pengaruh ejaan lama ini terlihat dari nama orang pada zaman dahulu seperti Soekarno, Widjaja, Tjandra, dan lain-lain. . Namun, kaum remaja kemudian menangkapnya dari sisi yang berbeda, karena mereka menganggap nama dengan ejaan versi lama sangat unik. Berdasarkan pada

(3)

ejaan nama orang zaman dahulu tersebut, banyak dari mereka akhirnya mengubah namanya di jejaring sosial dengan ejaan lama, contohnya : ayoe koesoemawati. Dan pada akhirnya perubahan bukan hanya terjadi pada nama orang, tetapi hampir semua kata diubah menjadi ejaan lama.

6. Terpengaruh pengucapan dalam bahasa Inggris (Versi 6), yang mana kata berbahasa Inggris dieja sesuai dengan pengucapan yang terdengar dengan gaya bahasa Indonesia. Contohnya: good luck menjadi gudlak, honey menjadi hundh, someone menjadi sumone, Rani menjadi Raniey, dan lain-lain.

Berdasarkan sejarah kemunculan bahasa alay yang terdiri dari enam (6) versi di atas, para remaja semakin kreatif dengan menciptakan kata-kata baru lagi dengan berbagai macam cara yang unik, yang melibatkan proses fonologis di dalamnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan bahasa Alay secara fonologis melibatkan proses-proses berikut;

1. Proses perubahan bunyi, yang meliputi proses perubahan bunyi vokal dan proses perubahan bunyi konsonan. Proses perubahan bunyi vokal adalah proses perubahan yang terjadi pada huruf vokal yakni a, e, i, u, dan o. Contohnya seperti kata dahulu yang berubah menjadi baheula, kata banget yang berubah menjadi beut, bagaimana menjadi bijimane, cocok menjadi cucok, dan lain sebagainya. Sebaliknya, proses perubahan bunyi konsonan adalah proses perubahan yang terjadi pada huruf konsonan yang menyebabkan bahasa Alay terdengar seperti bahasa anak-anak. Perubahan konsonan yang menyebabkan terjadinya peniruan terhadap bahasa anak-anak ini adalah perubahan bunyi frikatif [s] menjadi hambat, bunyi getar [r] yang berubah menjadi semivokal [y] , konsonan [y] yang disisipkan

(4)

pada pertengahan kata dan sebagainya. Contohnya kata becek yang berubah menjadi becheugs, banget yang berubah menjadi banged, aku menjadi akyu atau akooh, bingung menjadi binun, semangat menjadi cemungudh, serius menjadi ciyus, dan lain sebagainya. Kadang-kadang proses perubahan bunyi melibatkan dua bunyi sekaligus, yakni bunyi vokal dan konsonan, seperti dalam kata anjing yang berubah menjadi kata anjrit, kampungan yang berubah menjadi kampring. 2. Proses penambahan bunyi, yang sebagian besar disadur dari bahasa prokem yang

digunakan pada akhir tahun 1980-an, dan kemudian berkembang sampai sekarang. Bahasa prokem adalah bahasa yang berasal dari kalangan preman. Salah satu ciri dari bahasa prokem adalah memiliki beberapa jenis varian diantaranya adalah tambahan awalan –ko, yang merupakan dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Namun dalam bahasa Alay, tambahan awalan –ok, telah dimodifikasi sehingga menjadi awalan –ko. Contoh-contohnya adalah kata bokap, brokap, bokep, cembokur, gokil, dan lain sebagainya.

3. Proses penghilangan bunyi, yang terjadi pada awal kata, tengah kata, dan akhir kata. Contoh-contohnya masing-masing sesuai urutan antara lain adalah kata saja yang mengalami penghilangan bunyi pada awal kata sa sehingga menjadi ja, kata terkapar yang mengalami penghilangan bunyi ka pada pertengahan kata sehingga menjaditepar, dan kata sobat yang mengalami penghilangan bunyi at di akhir kata sehingga menjadi sob.

4. Proses perpindahan bunyi, yang mana bunyi-bunyi yang membentuk kata dipindahkan atau ditukar tempatnya dengan bunyi yang lain dalam kata itu.

(5)

Contohnya antara lain; kata I am sorry yang mengalami perpindahan bunyi sehingga menjadi amrosi, cape deh menjadi pace deh, dan iyo menjadi yoi.

5. Proses pembalikan bunyi, yang memiliki proses pembentukan yang teratur, yang mana sebuah kata dibalik pengucapannya dari belakang ke depan dengan teratur tanpa melalui perpindahan bunyi. Contoh kata yang termasuk dalam proses pembalikan bunyi adalah kata semok yang dibalik secara keseluruhan pengucapannya sehingga menjadi komes, pacaran menjadi naracap, lumayan menjadi nayamul, bego menjadi ogeb, dan selow menjadi woles.Proses pembalikan bunyi pada bahasa alay sebenarnya dipengaruhi oleh kebiasaan para remaja di daerah Malang yang sering menggunakan cara seperti ini untuk mengkreasikan bahasa gaul mereka.

6. Selain melibatkan proses fonologis, proses pembentukan bahasa alay juga berdasarkan singkatan-singkatan huruf awal (abreviasi), yang terdiri dari singkatan kata dan akronim. Contoh singkatan kata adalah; AGJ (anak gaul Jakarta), HBL (haus belaian lelaki), dan sebagainya, sedangkan contoh akronim antara lain; Beti (beda tipis), bigos (biang gosip), dan gatot (gagal total).

Bahasa Alay juga memiliki relasi makna, sama seperti bahasa-bahasa lainnya. Dari pembahasan mengenai relasi makna pada bab 3, dapat disimpulkan bahwa relasi makna bahasa Alay melibatkan;

1. Sinonimi, yang mengandung pengertian beberapa kata atau lebih yang memiliki kemiripan makna seperti dalam contoh baheula yang bersinonim dengan dahulu, meneketehe yang bersinonim dengan mana aku tahu, cucok

(6)

yang bersinonim dengan kata cocok, kata kul yang bersinonimi dengan kata kuliah dan lain-lain.

2. Antonimi, secara singkat adalah lawan makna dari suatu kata. Contohnya adalah kata benci yang berlawanan dengan makna konvensionalnya, yaitu perasaan tidak suka terhadap seseorang, karena benci yang dimaksud disini adalah benar-benar cinta.

3. Metafora, yang merupakan pemakaian kata atau kelompok kata (bukan dengan arti yg sebenarnya), melainkan sebagai lukisan yg berdasarkan persamaan atau perbandingan. Contohnya adalah kata dodol yang mengandung makna lemot. 4. Homonimi, yang mana adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang

bentuknya sama walaupun maknanya berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Bentuk yang sama tersebut dapat menyangkut dua hal, yakni ucapan dan ejaan atau kedua-duanya. Contohnya antara lain; kata sms yang memiliki tiga makna kreasi sekaligus, yakni suka sama suka, salah membaca sikap, dan selangkah menuju selingkuh. 5. Metonimia, yang mana adalah pemakaian nama untuk benda lain yang

berasosiasi atau yang menjadi atributnya. Contoh kata yang mengandung metonimia adalah kata oneng dan sephia.

6. Eufemisme, yang mengandung arti ungkapan lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang mana dilakukan untuk menghindari hal-hal tidak mengenakkan dalam komunikasi. Contohnya adalah kata anjrit, kampring dan songong.

(7)

7. Relasi Fonologis, yang bentuk dan maknanya didasarkan pada kesamaan bagian awal kata. Contohnya antara lain; akikah (aku), betaria sonata (bete),

capcay (capek), gilingan padi (gila),maluku (malu), dan semangka (semangat) 8. Ambiguiti atau Ketaksaan, yakni penulisan yang menimbulkan makna ganda

seperti kata mlz yang memiliki makna ganda yaitu malas dan mules.

Fungsi bahasa yang paling utama adalah untuk memenuhi fungsi komunikatif. Namun dalam Bahasa Alay, fungsi utamanya adalah untuk menyembunyikan atau merahasiakan. Berikut adalah fungsi bahasa Alay;

1. Fungsi informatif, yang merupakan fungsi kemasyarakatan paling umum yang dimiliki oleh bahasa karena menginformasikan sesuatu kepada lawan bicara. 2. Fungsi direktif, yang digunakan oleh para penuturnya untuk memaksa,

menganjurkan, atau menyarankan lawan tuturnya untuk melakukan sesuatu hal yang diinginkan oleh si penutur.

3. Fungsi Ekspresif, yang dapat digunakan untuk mengungkapkan berbagai perasaan yang berkecamuk di hati, baik perasaan bersalah, senang, benci, jengkel, tidak puas, kesal, marah, kecewa, galau dan sebagainya.

4. Fungsi Fatis, yang bertalian dengan peran bahasa sebagai alat untuk membangun hubungan atau membuat kontak dengan mitra tutur/lawan bicara, dengan cara memulai kontak dan mengakhiri kontak dengan lawan bicara tersebut.

(8)

5.2 SARAN

1. Walaupun kehadiran bahasa Alay dianggap oleh sebagian orang merusak tata bahasa khususnya bahasa Indonesia, karena tidak memiliki standar penulisan yang baik dan benar, namun bahasa Alay tidak perlu dijadikan sebagai pengancam keberadaan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa lainnya, karena bahasa Alay tentu saja memiliki ranahnya sendiri, begitu juga dengan bahasa Indonesia. Salah satu bukti bahasa Alay tidak menjadi pengancam dikarenakan sampai sekarang bahasa tersebut tidak pernah digunakan dalam situasi-situasi yang formal seperti mengisi soal-soal ujian di kelas, pidato-pidato resmi, penulisan-penulisan ilmiah, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu diharapkan agar bahasa Alay bisa mendapat tempat tersendiri dalam dunia bahasa, dengan cara semakin memperbanyak penelitian mengenai bahasa Alay yang mengalami perkembangan pesat dari waktu ke waktu.

2. Tanpa disadari, bahasa Alay sekarang ini tidak hanya digunakan di kalangan remaja saja, tetapi juga sering digunakan oleh orang dewasa dalam berkomunikasi khususnya dalam jejaring sosial seperti facebook dan twitter, bahkan merambah hingga ke dunia pertelevisian/entertainment. Karena bahasa Alay merupakan bahasa yang identik dengan dunia remaja dan segala permasalahannya, maka dipastikan kehadiran bahasa Alay akan terus ada dan menjadi warna tersendiri dan menjadi pembeda dari bahasa-bahasa lainnya sehingga penulis berpendapat bahwa kata-kata Alay yang baru bermunculan

(9)

sebaiknya dimasukkan ke dalam kamus bahasa Alay yang telah ada sebelumnya sebagai bentuk kontribusi ke dalam dunia bahasa khususnya linguistik dan sebagai tolak ukur/referensi bagi para peneliti selanjutnya dalam mengkaji keberadaan bahasa Alay ini.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua use case berhasil diimplementasikan dan dapat diakses langsung oleh pengguna, tahap akhir dari penelitian ini adalah pengujian sistem yang telah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel- variabel dari sektor pariwisata yang terdiri dari jumlah objek wisata, jumlah kunjungan

 tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay termasuk dalam familia nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae) dengan perawakan (habitus) tumbuhannya

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas audit, due professional care ,

Kesehatan (RMK) yang memenuhi kriteria inklusi pada pasien stroke iskemik rawat inap, dimana kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosis stroke iskemik

Kriteria Pembagian urusan antar Pemerintah, daerah Provinsi/Kabupaten/Kota Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang concurren (artinya urusan pemerintahan yang

Airin Riskianti Nurdin Mappewali, MKes, SpKK 4 Teknik Dasar Intepretasi Radiologi sesi 1.. Tanggal Waktu

Dalam penelitian ini kepercayaan diri diukur dengan Skala Kepercayaan Diri yang didasarkan pada karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri yang dikemukakan oleh