• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

10

Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah teori yang menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah bagian yaitu tinjauan teori mengenai minat berwirausaha MLM dan fear of failure. Tinjauan teori mengenai minat berwirausaha MLM, aspek-aspek dan faktor-faktor dari minat berwirausaha MLM. Tinjauan teori mengenai fear of failure meliputi definisi dan aspek-aspek dari failure. Serta penjelasan teori mengenai mahasiswa. Pada akhir bab ini akan diuraikan mengenai hubungan antara variabel fear of failure dengan minat berwirausaha, sehingga menghasilkan sebuah hipotesis penelitian.

A. Minat Berwirausaha Multi Level Marketing (MLM) 1. Pengertian Minat

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) minat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Sedangkan Hurlock (1993) memaparkan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan.

Minat merupakan bentuk perhatian yang merupakan titik tumpu timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan. Ini didasarkan pada pendapat Effendy (dalam Slameto, 2003). Poerwadaminta (dalam Chandrawati, 2009) sendiri mengatakan bahwa minat adalah bentuk kesukaan

(2)

atau kesenangan dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah secara intensif pada suatu objek atau hal yang dirasa penting.

Sedang Jefkins (dalam Prakaza, 2009) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap suatu kegiatan akan merasa yakin bahwa kegiatan yang diminati tersebut memang layak untuk dilakukan dan akan memberikan kepuasan sebagaimana yang diinginkan dan memiliki keyakinan bahwa nantinya kegiatan yang diminatinya tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Slameto (2003) juga mencoba memaparkan bahwa minat adalah perasaan lebih suka dan keterkaitan pada suatu hal atau kegiatan tanpa harus ada yang memerintah terlebih dahulu.

Berdasarkan pada penjelasan yang telah disampaikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa minat adalah kecenderungan, keyakinan, dan kesediaan yang berasal dari dalam diri seseorang yang muncul dengan sendirinya tanpa perintah atau paksaan terhadap suatu hal atau kegiatan yang ia rasa penting dan dapat memberikan kepuasan serta manfaat bagi kehidupannya.

1. Aspek Minat

Jefkins (dalam Prakaza, 2009) menggambarkan aspek-aspek yang terdapat pada minat seseorang dalam melakukan hal atau kegiatan apapun yaitu:

a) Perhatian (attention)

Saat di mana seseorang mengamati objek atau hal yang terlihat menarik baginya.

(3)

b) Ketertarikan (interest)

Saat di mana seseorang telah melihat objek atau hal yang ia anggap menarik dan berusaha untuk berhubungan dan melakukan pendekatan pada objek tersebut.

c) Keinginan (desire)

Saat di mana seseorang sudah lebih dari sekedar tertarik terhadap objek atau hal tersebut dan mulai berusaha untuk mengetahui lebih dalam tentang objek tersebut dan berusaha melakukan kegiatan yang berhubungan atau semakin membuatnya mengetahui lebih jauh tentang objek atau hal tersebut.

d) Keyakinan (conviction)

Saat di mana individu yakin bahwa aktivitas atau kegiatan yang akan ia lakukan dan berhubungan dengan objek atau hal tersebut memang sesuai, diminati, dan layak untuk dilakukan serta dapat memberikan kepuasan sebagaimana yang ia harapkan.

e) Tindakan (action)

Individu mengambil keputusan untuk mulai melakukan sesuatu yang pada akhirnya menimbulkan perilaku.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang terdapat dalam minat adalah perhatian, ketertarikan, keinginan, keyakinan, dan tindakan.

(4)

2. Pengertian Kewirausahaan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) kewirausahaan terdiri dari kata “wira” dan “usaha”. “Wira” sendiri berarti pejuang, gagah berani, kesatria, teladan, manusia unggul, berbudi pekerti dan berwatak berani. Sedangkan “usaha” adalah kemauan yang gigih untuk meraih sesuatu atau usaha mandiri mengarah pada tenaga dan pikiran dalam mencapai suatu tujuan.

Kewirausahaan adalah bentuk dari sikap mental dan jiwa yang selalu aktif dan kreatif dalam berdaya cipta, berkarsa, dan bersahaja dalam berusaha meningkatkan pendapatan dari kegiatan usaha yang ia geluti didasarkan pada pendapat Amin (dalam Puri, 2008). Sedangkan kewirausahaan menurut Longenecker (2001) ialah seseorang yang berani mengambil keputusan untuk memulai dan menjalankan bisnis.

Kewirausahaan menurut Soetadi (2010) merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu, Soetadi (2010) juga menambahkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.

Dengan demikian, berdasarkan pemaparan yang disampaikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah bentuk sikap berani, kreatif, inovatif, dan siap menempuh segala macam resiko guna mencapai tujuan kesuksesan dari usaha yang dirintis.

(5)

3. Pengertian MLM

Menurut Royan (2002) MLM atau Multi Level Marketing dikenal juga sebagai network marketing merupakan salah satu metode pemasaran wirausaha dengan memanfaatkan sistem jaringan (network). Yusuf (dalam Rozi, 2003) berpendapat bahwa, dikatakan network marketing karena merupakan sebuah jaringan kerja pemasaran yang di dalamnya terdapat sejumlah orang yang melakukan proses pemasaran produk/jasa.

Secara umum menurut Sabiq (2005) MLM adalah suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah Upline (tingkat atas) dan Downline (tingkat bawah), orang akan disebut Upline jika mempunyai Downline. Dan inti dari bisnis MLM ini adalah digerakkan dengan jaringan, baik yang sifatnya vertikal atas bawah maupun horizontal kiri-kanan atau pun bisa juga gabungan antara keduanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa MLM adalah suatu bisnis atau usaha yang mengutamakan jaringan dari sejumlah orang dalam bentuk tingkatan-tingkatan atau level yang bertujuan untuk memasarkan barang/jasa. 4. Cara Kerja MLM

Dalam konteks umum sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen dan member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM. Adapun Sabiq (2005) menjelaskan secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(6)

a) Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen untuk menjadi member, dengan cara mengharuskan calon konsumen membeli paket produkperusahaan dengan harga tertentu.

b) Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari perusahaan.

c) Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah mencari member-member baru dengan cara seperti diatas, yakni membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.

d) Para member baru juga bertugas mencari calon member-member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.

e) Jika member mampu menjaring member-member yang banyak, maka ia akan mendapat bonus dari perusahaan. Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan karena perusahaan merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus menjadi konsumen paket produk perusahaan.

f) Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi konsumen tetap produk perusahaan, maka member yang berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan selalu

(7)

mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan, karena perusahaan sangat diuntungkan dengan adanya member-member baru tersebut.

5. Pengertian Minat Berwirausaha

Berdasarkan pengertian minat dan pengertian kewirausahaan sebelumnya, diambil kesimpulan bahwa minat berwirausaha adalah kecenderungan, keyakinan, serta kesediaan dari dalam diri individu untuk siap menempuh segala resiko dengan perasaan senang dalam melakukan tindakan wirausaha yang dalam hal ini adalah network marketing atau MLM.

6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Berwirausaha

Longenecker (2001) menyampaikan bahwa tiap orang berminat untuk berwirausaha karena adanya beberapa faktor yang melatarbelakanginya yaitu:

a) Laba

Hasil finansial dari bisnis apa pun harus dapat mengganti kerugian waktu dan dana yang telah dikeluarkan. Namun tidak hanya terbatas sampai di situ, seorang wirausahawan juga mengharapkan imbalan atau keuntungan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri.Laba merupakan salah satu motivasi yang kuat dalam mempertahankan minat berwirausaha mengingat bahwa dengan laba juga kelangsungan bisnis seorang wirausahawan digantungkan.

(8)

Kebebasan untuk menjalankan secara bebas usahanya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausahawan. Keingingan untuk dapat membuat keputusan sendiri, mengambil resiko, menentukan secara bebas keuntungan yang mereka dapat untuk pribadi, serta menjadi satu-satunya bos dalam wirausahanya merupakan kebebasan yang sangat menarik bagi seorang wirausahawan.

c) Kepuasan Menjalani Hidup

Kepuasan yang bisa didapatkan dalam menjalankan usahanya sendiri merupakan salah satu kenikmatan hidup yang secara konsisten tetap menjaga minat berbisnis seorang wirausahawan.Kenikmatan yang mereka dapatkan tersebut merefleksikan keceriaan dan pemenuhan harapan pribadi mereka.

B. Fear of Failure

1. Pengertian Fear of Failure

Fear (takut) menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah perasaan gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Budiarjo (dalam Chandrawati, 2011) menyebutkan bahwa fear merupakan keadaan di mana emosi merasa tertekan dan terkait dengan usaha-usaha untuk menghindar.

(9)

Fear menurut Chaplin (2006) sendiri adalah bentuk reaksi emosional yang kuat, mencakup perasaan subjektif yang diisi oleh ketidaksenangan, agitasi atau keresahan, dan keinginan untuk dapat lari atau pun bersembunyi.

Failure (gagal) menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah tidak tercapai atau tidak berhasilnya suatu maksud tertentu. Sedangkan failure menurut Chaplin (2006) berarti ketidaksanggupan mencapai hasil yang diinginkan atau gagal dalam usaha atau bekerja.

Kemudian failure menurut Poerwadarminta (dalam Chandrawati, 2011) adalah keadaan di mana tidak tercapainya hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Fear of Failure menurut Budiarjo (dalam Chandrawati, 2011) merupakan sebuah istilah yang biasa digunakan untuk mengartikan antisipasi emosional dalam bentuk negatif, timbul saat seseorang dihadapkan pada suatu tugas yang berorientasi pada pencapaian keahlian.

Elliot & Thrash, (2004) mengatakan bahwa fear of failure adalah sebuah bentuk penghindaran yang didasarkan pada pencapaian prestasi atau keberhasilan.

Atkinson (dalam Conroy, Kaye, & Fifer, 2007) juga menambahkan bahwa fear of failure merupakan sebuah bentuk dorongan untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif kegagalan berupa rasa malu, menurunnya konsep diri individu, dan hilangnya pengaruh sosial.

(10)

Maka berdasarkan penjelasan di atas, fear of failure adalah bentuk penghindaran yang disebabkan oleh emosi negatif dari dalam diri individu untuk mengantisipasi kemungkinan gagal yang akan menyebabkan rasa malu, menurunnya konsep diri, serta pengaruh sosial dan biasanya berkaitan dengan ketidakmampuan dalam upaya-upaya pencapaian keberhasilan.

2. Aspek Fear of Failure

Aspek-aspek fear of failure menurut Conroy (dalam Conroy, Kaye, & Fifer, 2007) adalah:

a) Ketakutan akan penghinaan dan rasa malu

Ketakutan akan mempermalukan diri sendiri, apalagi jika banyak orang yang mengetahui kegagalannya. Individu kerap mencemaskan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya terkait dengan rasa malu dan penghinaan yang akan didapatkan.

b) Ketakutan akan penurunan estimasi diri individu

Ketakutan ini menghasilkan rasa kurang dan tidak mampu dalam diri individu. Individu akhirnya merasa tidak cukup pintar, tidak cukup berbakat, tidak cukup berkompeten sehingga tidak dapat mengontrol performansinya dengan baik.

c) Ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial

Ketakutan ini melibatkan penilaian orang lain terhadap individu. Individu takut apabila ia gagal, orang lain yang penting baginya tidak akan peduli lagi padanya, cenderung menjauhinya, serta tidak

(11)

mau menolongnya dan pada akhirnya ia merasa nilai dirinya akan menurun di mata orang lain.

d) Ketakutan akan ketidakpastian masa depan

Ini ketakutan yang hadir karena merasa kegagalan akan mengakibatkan ketidakpastian dan berubahnya masa depan individu. Kegagalan ini ditakutkan oleh individu akan merubah rencana yang dipersiapkan untuk masa depan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

e) Ketakutan akan mengecewakan orang yang penting baginya. Ketakutan akan mengecewakan dan mendapat kritik dari orang-orang yang penting dalam hidup individu. Seperti orang-orang tua misalnya. Hal ini kemudian akan berdampak pada performansi individu.

Berdasarkan pada penyampaian di atas bisa dilihat bahwa aspek-aspek dari fear of failure ini adalah ketakutan akan penghinaan dan rasa malu, ketakutan akan penurunan estimasi diri individu, ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial, ketakutan akan ketidakpastian masa depan, dan ketakutan akan mengecewakan orang yang dianggap penting baginya.

3. Faktor Fear of Failure

Conroy (dalam Nainggolan, 2007) selanjutnya mengemukakan bahwa rasa takut gagal disebabkan oleh:

(12)

Pengalaman di masa awal kanak- kanak ini dipengaruhi oleh pola pengasuhan orangtua. Orangtua yang selalu mengeritik dan membatasi kegiatan anak-anaknya akan menimbulkan perasaan fear of failure. Rasa fear of failure bisa juga ditimbulkan oleh orangtua yang terlalu melindungi anak-anaknya sehingga anak nyaris tidak bisa mencapai suatu prestasi tanpa bantuan penuh dari orangtua karena mereka takut jika nanti melakukan kesalahan. b) Karakteristik lingkungan

Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga dan sekolah. Karakteristik keluarga yang penuh tuntutan untuk berprestasi merupakan penyebab rasa fear of failure pada anak. Lingkungan sekolah akan semakin menekan dengan kompetisi untuk mendapatkan nilai dan juara dalam bidang akademik maupun non akademik.

c) Pengalaman belajar

Pengalaman kesuksesan dan kegagalan dalam belajar akan mempengaruhi perasaan fear of failure pada individu. Kesuksesan yang dicapai dan reward yang mengiringinya akan mengakibatkan individu merasa harus terus mencapai kesuksesan, sehingga ia akan mengalami perasaan fear of failure. Fear of failure bisa juga disebabkan oleh kegagalan dan dampaknya yang membuat individu merasa tidak mau mengalaminya.

(13)

Faktor ini berkaitan dengan struktur lingkungan di mana individu melakukan performansi dan persepsi individu terhadap lingkungan tersebut. Dua hal ini akan memberikan pengaruh pada penetapan tujuan dan sasaran pencapaian prestasi. Lingkungan yang dipersepsikan individu tidak akan mentolerir kegagalan akan mengakibatkan individu mengalami perasaan fear of failure sehingga pencapaian tujuan dan sasaran prestasi hanya sampai pada taraf tidak gagal bukan kesuksesan.

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan ini, bisa disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi fear of failure adalah pengalaman masa kanak-kanak, karakteristik lingkungan, pengalaman belajar, dan yang terakhir faktor dari segi subjektif dan konstektual.

C. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku sekolah, sebagian siswa ada yang menganggur, mencari pekerjaan, atau melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).

(14)

Belajar di perguruan tinggi sangat berbeda dari belajar di sekolah (Furchan, 2009). Di sekolah, siswa lebih banyak berperan sebagai penerima ilmu pengetahuan, sementara guru dianggap sebagai pemberi ilmu pengetahuan. Di perguruan tinggi, mahasiswa lebih aktif dalam mencari ilmu pengetahuan, sementara pengajar berfungsi sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati. Menurut Kartono (dalam Ulfah, 2010) mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:

a) Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia.

b) Karena kesempatan yang ada, mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja.

c) Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi.

d) Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.

D. Hubungan Fear of Failure dengan Minat Berwirausaha Multi Level Marketing (MLM) pada Mahasiswa

Setiap manusia yang hidup di dunia ini memiliki ketakutan atau fear yang tumbuh dalam dirinya. Fear merupakan hal yang wajar terjadi suatu waktu pada

(15)

diri manusia. Fear ini sendiri menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah perasaan gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana.

Dari sekian banyak fear yang mungkin dialami oleh seorang manusia, maka fear akan kegagalan merupakan salah satu hal yang paling banyak terjadi di masa sekarang ini. Fear akan kegagalan atau fear of failure menurut Atkinson (dalam Sagar & Stoeber, 2009) merupakan sebuah bentuk dorongan untuk menghindari konsekuensi negatif yang mungkin terjadi pada individu dalam suatu situasi tertentu.

Indivudu pasti akan pernah merasakan fear of failure saat ia berusaha untuk melakukan atau mencapai sesuatu yang berkaitan dengan pencapaian prestasi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Elliot & Thrash (2004) dalam penelitiannya yaitu, fear of failure merupakan sebuah bentuk penghindaran yang biasanya didasarkan pada pencapaian prestasi atau keberhasilan. Sederhananya, bisa dikatakan seseorang yang mengalami ketakutan untuk gagal pasti akan berusaha untuk menghindari ketakutannya sehingga ia tidak perlu lagi untuk merasa takut gagal.

Fear of failure ini tentu akan sangat memiliki dampak terhadap minat individu tersebut dalam melakukan kegiatannya. Seperti yang telah sama-sama kita ketahui, Minat menurut Purwanto (dalam Puri, 2008) adalah perbuatan yang mengarahkan kepada suatu tujuan dan merupakan suatu dorongan bagi perbuatan itu. Apabila minat seseorang menurun, maka dorongan untuk melakukan kegiatan ikut menjadi menurun pula.

(16)

Wulandari (2013) menyatakan bahwa beberapa faktor intrinsik yang dapat menurunkan minat bisa datang dari banyak hal yang salah satunya adalah perasaan takut gagal, ragu-ragu, dan kurangnya keyakinan. Ketakutan untuk gagal inilah yang disebut juga sebagai fear of failure.

Jika kemudian fear of failure ini dikaitkan dengan minat seorang mahasiswa terhadap kegiatan berwirausaha Multi Level Marketing (MLM), maka tentu minat mahasiswa untuk berwirausaha tersebut bisa saja semakin menjadi menurun karena ia takut untuk gagal sehingga berusaha menghindari kegiatan berwirausaha MLM tersebut.

Ketakutan semacam ini bisa terjadi mengingat mahasiswa masih berada dalam tahap dewasa awal yang mana sesuai dengan pernyataan Sri Iswanti (dalam Dhemy, 2012), orang dewasa muda banyak yang mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada sejauh mana kesuksesan atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.

Apalagi ditambah dengan banyaknya tanggapan negatif yang hadir di masyarakat terkait dengan mahasiswa yang menjalankan bisnis MLM meski secara teoritis bisnis ini dikatakan sangat menjanjikan. Seperti pernyataan Royan (2002) bahwa banyak sekali orang yang tertarik untuk menjalankan MLM ini karena tertarik dengan konsep jaringannya. Ditambah lagi, wirausaha MLM ini tidak membutuhkan modal yang terlalu besar. Dari seluruh pernyataan di atas, bisa dilihat bahwa sepertinya fear of failure memiliki andil terhadap penurunan

(17)

minat seseorang dalam melakukan kegiatannya, terutama dalam hal ini minat mahasiswa berwirausaha MLM.

Namun kemudian Conroy (2004) dalam penelitiannya tentang fear of failure terhadap atlet olahraga ternyata juga menemukan sisi lain dari peran fear of failure dalam mempengaruhi minat. Ia menemukan bahwa fear of failure yang timbul dalam diri seorang atlet malah bisa menjadi semacam energi yang memotivasinya untuk berusaha lebih keras dalam mencapai goal atau tujuan yang diharapkan. Hal ini kemudian berdampak pada perilaku atlet yang semakin menunjukkan peningkatan performa dalam penampilannya.

Ini menjadi wajar sebab atlet adalah seseorang yang menggantungkan seluruh karirnya pada sebaik mana ia dapat memberikan kontribusi bagi timnya. Apabila seorang atlet gagal menunjukkan performa terbaiknya, maka ia pasti tidak akan menjadi prioritas utama dalam tim. Dan tentu ini sangat berpengaruh besar. Sebab ia menggantungkan hidupnya di sana. Sagar & Stoeber (2009) kemudian memperkuat penelitian tentang atlet ini dengan menunjukkan bahwa peningkatan prestasi atlet yang disebabkan oleh fear of failure yang tinggi, semata-mata terjadi karena tuntutan seorang atlet yang harus selalu dituntut tampil sebagai seorang perfeksionis atau sempurna.

Ini menunjukkan jika seorang atlet takut untuk gagal dalam upaya pencapaian sesuatu, maka ia malah jadi semakin termotivasi untuk menghindari kegagalan tersebut dengan cara memberikan seluruh kemampuan terbaiknya dalam melakukan suatu kegiatan olahraga tertentu agar ia tidak perlu merasakan fear of failure. Namun Sagar & Stoeber (2009) mengatakan hal ini hanya terjadi

(18)

pada bidang pekerjaan yang selalu menuntut hasil yang terbaik untuk membuat seseorang tetap dipertahankan.

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa dilihat dampak dari fear of failure ini ternyata saling bertolak belakang. Sehingga dengan demikian, jika kembali dikaitkan dengan penelitian ini, adanya perasaan fear of failure dalam diri mahasiswa ketika menjalankan usaha MLM ini akan juga berdampak pada minatnya dalam berwirausaha. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara fear of failure dengan minat berwirausaha MLM pada mahasiswa.

E. Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara fear of failure dengan minat berwirausaha MLM pada mahasiswa.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allh SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran serta rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang selalu terlimpahkan sehingga

Penulis tertarik untuk menganalisis pertimbangan hukum hakim konstitusi dalam putusan Mahkamah Konstitusi terkait asas nemo judex idoneus in propria causa yang selanjutnya

Adapun ketentuan besarnya dana tabarru’ didasarkan atas tabel penentuan iuran tabarru takaful dana investasi setelah dikurangi biaya pengelolaan (loading),

caesaria. Penelitian pada tahun 2001, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebanyak 290 kasus dengan 69 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah cara menerapkan teknologi Cloud Computing pada suatu sistem repository tugas

Terdapat 2 IPR (Ijin Pertambangan Rakyat), yaitu milik Darso, dan Klp.Sengon dengan bahan galian batu putih dan jenis hasil produksi berupa batu andesit dan

Dapat menjadi sumber ilmu tambahan untuk berbagai pihak misalnya Aparatur penegak hukum seperti Polisi, Hakim, dan Jaksa yang mengawal jalannya penyelesaian kasus-kasus

Departemen Agama Repub lik Indonesia , selanjutnya di sebut sebagai DEPAG, Dan Yayasan Makkah Almukarramah yang didi rikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri