ANALISIS TEMPORAL PERUBAHAN LUAS LAHAN TAMBAK
DI PESISIR UJUNG PANGKAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA
TIMUR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
BNADI SARAH AYUTYAS
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Temporal Perubahan Luas Lahan Tambak di Pesisir Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Menggunakan Citra Satelit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Bnadi Sarah Ayutyas
ABSTRAK
BNADI SARAH AYUTYAS. Analisis Temporal Perubahan Luas Lahan Tambak di Pesisir Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dibimbing oleh SYAMSL BAHRI AGUS dan AULIA RIZA FARHAN.
Pesisir Gresik merupakan wilayah rentan terhadap perubahan kondisi lahan. Penelitian dilakukan di pesisir Ujung pangkah, Kabupaten Gresik. Penelitian ini bertujuan menganalisis perubahan tutupan lahan tambak secara spasial dan temporal di pesisir Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini yakni citra Landsat 5, Landsat 7, Landsat 8, dan citra Geoeye. Pengolahan citra secara temporal dilakukan untuk mengkaji perubahan tutupan lahan tambak dengan menggunakan klasifikasi terbimbing. Citra hasil klasifikasi kemudian didigitasi menggunakan teknik digitasi pada layar. Tumpang susun citra hasil klasifikasi tahun 1995, 2000, 2006, 2011, dan 2013 memperlihatkan pola perubahan penggunaan lahan dan perubahan garis pantai. Ujung Pangkah mengalami perubahan lahan pada tahun 1995 hingga tahun 2013. Luas tutupan lahan tambak pada tahun 1995 sebesar 1.120,27 Ha, kemudian berkurang menjadi 1.094,22 Ha pada tahun 2013. Pesisir Ujung Pangkah mengalami abrasi dan akresi di beberapa lokasi pantai. Proses abrasi terjadi di wilayah utara Ujung Pangkah, sedangkan akresi terjadi di wilayah barat dan timur. Penelitian ini mendapati bahwa terdapat perubahan fungsi lahan dan kondisi garis pantai di Ujung Pangkah.
Kata kunci : abrasi, akresi, perubahan lahan, tambak, Ujung Pangkah
ABSTRACT
BNADI SARAH AYUTYAS. Temporal Analysis of mariculture change in coast of Ujung Pangkah, Gresik, East Java. Supervised by SYAMSUL BAHRI AGUS and AULIA RIZA FARHAN.
Gresik coastline is s an area vulnerable to changes in land conditions. This research conducted in Ujung Pangkah, Gresikin 2013. This study aims to analyze land cover change in mariculture area of Ujung Pangkah, Gresik according to spatial and temporal analysis. Satellite images were used in this study is Landsat 5, Landsat 7 Landsat 8, and GeoEye imagery. Temporal image processing were conducted to assess land cover change on mariculture area by using supervised classification. Image classification results then digitized using digitized on screen method. Overlaying the image classification of 1995, 2000, 2006, 2011, and 2013 reveal a pattern of land use change and coastline change. The land use was changed in 1995 until 2013. The area of mariculture in 1995 amounted to 1120.27 Ha, then decreased to 1094.22 Ha in 2013. The coastal area suffered abrasion and accretion in some locations. The abrasion occurs in the northern region, while accretion occurs in the western and eastern regions. The study found that there were changes in land use and the condition of the coastline in Ujung Pangkah.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
ANALISIS TEMPORAL PERUBAHAN LUAS LAHAN TAMBAK
DI PESISIR UJUNG PANGKAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA
TIMUR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
BNADI SARAH AYUTYAS
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perubahan lahan dengan judul Analisis Temporal Perubahan Luas Lahan Tambak di Pesisir Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur Menggunakan Citra Satelit.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syamsul Bahri Agus, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing I, juga kepada Bapak Aulia Riza Farhan, PhD selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini. Di samping itu, ucapan terimakasih kepada Project Manager Unit INDESO (Infrastucture Development for Space Oceanography), Badan LitbangKP, KKP yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan data citra satelit GeoEye-2 wilayah Gresik. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Niken Financia Gusmawati, MSi atas diskusi, masukan dan data lapang yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, aki, enin beserta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan serta doa kemudian juga kepada teman-teman mahasiswa program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan mendukung baik moril maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Januari 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Alat dan Bahan 3
Prosedur Analisis Data 4
Pengolahan Citra 4
Tahapan Penelitian 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Perubahan Penutupan Lahan 7
Sebaran Mangrove di Sekitar Pesisir 12
Perubahan Garis Pantai 13
SIMPULAN DAN SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 20
DAFTAR TABEL
1 Alat dan Bahan 3
2 Perubahan luasan lahan di pesisir Ujung Pangkah 10
DAFTAR GAMBAR
1 Peta Lokasi Penelitian 3
2 Diagram alir penelitian 6
3 Hasil klasifikasi supervised tahun 1995 7
4 Peta Perubahan lahan tahun (a) 1995-2000, (b) 2000-2006, dan
(c) 2006-2011 10
5 Laju perubahan penutupan lahan pesisir Ujung Pangkah pada
tahun (a) 1995-2000, (b) 2000-2006, dan (c) 2006-2011 11 6 Peta Sebaran Mangrove tahun (a) 1993 dan (b) 2013 13 7 Peta perubahan garis pantai dalam kurun waktu 20 tahun (1993-2013) 15 8 lokasi perubahan garis pantai bagian barat (a), utara (b), timur (c) 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kondisi Lapang Pesisir Gresik, Jawa Timur 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terletak di wilayah pantai utara Pulau Jawa, dengan panjang pantai sekitar 140 Km. Kabupaten Gresik memiliki potensi besar untuk perikanan budidaya dalam hal luasan potensi lahan tambak ataupun besarnya kuantitas produksi ikan (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2010). Kabupaten Gresik memiliki luas area budidaya sekitar 17.835, 02 Ha untuk tambak air payau, 14.629,05 Ha untuk tambak air tawar, 100,95 Ha untuk kolam, 617, 37 Ha waduk dan 320,32 Ha saluran tambak (BPS Jatim, 2013).
Pesisir Gresik merupakan wilayah yang sangat rentan sekali terhadap perubahan tata guna lahan (landuse/landcover). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Khusus Gresik Tahun 2002 – 2012 kawasan Ujung Pangkah merupakan kawasan unggulan untuk sektor budidaya perikanan. Dari arahan penggunaan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang tersebut diketahui bahwa penggunaan lahan untuk usaha budidaya tambak di Kecamatan Ujung Pangkah cenderung menurun, luas tambak dari 4060,3 ha menjadi 1268,0 ha. Fenomena abrasi dan akresi serta kegiatan yang dilakukan pada kawasan pesisir seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya (tambak), pelabuhan, pemukiman, dan pariwisata mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan geomorfologi dari kawasan pesisir. Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang telah dilaksanakan akan berpengaruh cukup besar terhadap perubahan tatanan lingkungan berupa menurunnya kualitas lingkungan, degradasi lingkungan/kerusakan lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam maupun perubahan tata guna lahan (Bangun dan Diah 2003).
Studi yang dilakukan oleh Herdiansa dan Surpihardjo (2014), menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan fungsi lahan tambak secara masif seiring dengan pesatnya aktivitas industri dari skala rumah tangga hingga skala multinasional. Untuk itu diperlukan kajian yang dapat memberikan informasi mengenai perubahan lahan secara spasial dan temporal. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang di pergunakan sebagai tempat untuk kegiatan air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Kegiatan budidaya tambak yang terus-menerus menyebabkan degradasi lingkungan, yang di tandai dengan menurun nya kualitas air (Hossain et al. 2008). Kendala lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya diantaranya penataan wilayah atau penataan ruang pengembangan budidaya yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akibat pengelolaan yang tidak tepat, sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan dengan segala aspek komplikasinya dalam kurun waktu yang panjang (Panjara, 2004).
Terdapat beberapa metode alternatif yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan lingkungan pesisir, salah satunya yaitu analisis perubahan penutupan lahan menggunakan teknologi inderaja (Penginderaan Jauh) dan sistem informasi geografis (SIG) (Fauzy et al. 2009). Teknologi inderaja dan SIG sudah semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan misi dan teknologi sensor yang bermacam-macam (Hariyanto 2005). Kedua teknologi tersebut memiliki kemampuan untuk merepresentasikan unsur-unsur yang terdapat di
2
permukaan bumi dengan cara mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan referensi geografis tertentu (Kalogirou 2001). Analisis perubahan lahan secara temporal dengan metode penginderaan jauh dan SIG sangat mungkin dilakukan dengan pertimbangan efisiensi waktu, biaya yang dikeluarkan dan tingkat akurasi yang dihasilkan (Hidayah dan Agung 2012).
Susilo (2000) menjelaskan pada dasarnya aplikasi atau penerapan inderaja untuk kelautan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : (1) aplikasi untuk bidang oseanografi fisika, (2) aplikasi untuk sumberdaya ekosistem laut, dan (3) aplikasi untuk pemantauan dan perlindungan wilayah pesisir. Penerapan aplikasi inderaja dalam hal ini juga membantu dalam pengamatan perubahan penutupan lahan (Astuti 2006). Analisis perubahan lahan merupakan proses mengidentifikasi perbedaan kondisi suatu objek dengan melakukan pengamatan pada periode waktu yang berbeda untuk mengevaluasi perbedaan dan perubahan yang terjadi serta menganalisis secara kuantitatif perubahan tersebut (Zamroh et al. 2014). Penggunaan lahan berkaitan dengan aktivitas manusia atau fungsi ekonomi yang terkait dengan bagian tertentu dari tanah (Lillesand dan Kiefer 2004), contohnya adalah penggunaan lahan meliputi untuk pertanian, pembangunan perkotaan, dan pertambangan. Sebaliknya, tutupan lahan berkaitan dengan komposisi dan karakteristik elemen permukaan tanah (Cihlar, 2000). Pendekatan yang digunakan dalam mendeteksi perubahan penggunaan lahan (landuse) dan tutupan lahan (landcover), diantaranya analisis visual dan identifikasi perubahan digital menggunakan citra satelit (Oky R 2008). Namun, deteksi perubahan secara visual sulit menghasilkan produk yang presisi karena ketidak konsistenan pengamat dalam menganalisis perubahan lahan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis perubahan penggunaan lahan dan tutupan lahan khususnya lahan tambak secara temporal, di kawasan pesisir Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik berdasarkan hasil analisis citra satelit dengan periode waktu yang berbeda menggunakan citra satelit.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian terdiri dari beberapa tahapan antara lain pengumpulan data sekunder dan pengolahan citra yang dilakukan padabulan Juni – November 2015. Penyedia data citra satelit GeoEye-2 dalam penelitian ini adalah INDESO Balitbang-KP, KKP. Lokasi penelitian berada pada koordinat 6o49’25,338” LS – 6o53’22,840” LS dan 112o29’42” BT – 112o37’41,048 BT yaitu di wilayah pesisir kawasan pertambakan di Kecamatan Ujung Pangkah, Sidayu dan Bungah, Kabupaten Gresik (Gambar 1). Daerah penelitian tersebut sebagian besar didominasi oleh tambak dan hutan mangrove. Selain itu, daerah penelitian ini termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.
3
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan data dan pengamatan dilapang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan Spesifikasi Kegunaan
Perangkat Keras (hardware)
Perangkat komputer yang telah terinstal software analisis spasial
Media input,
pengolahan data dan pencetakan output Perangkat lunak
(software)
Ms. Word, Ms. Excel, ERMapper, ArcGIS
Pengolahan data citra dan analisis data Citra 1.Landsat 5, 7, dan 8 2.GeoEye Resolusi multispektral 30 meter Resolusi multispektral 1,20 meter Tumpang susun perubahan lahan tambak
Peta RBI tahun 1993 Tumpang susun
perubahan lahan tambak
4
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini diawali dengan studi literatur sebagai acuan dalam memperdalam materi serta memperluas wawasan. Kemudian penentuan lokasi penelitian dan melakukan survei ke tempat penelitian. Pengumpulan data sekunder seperti Citra Landsat 7, Citra GeoEye-2 dan Peta RBI, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan citra. Pengolahan citra dilakukan untuk mengkaji perubahan penutupan lahan tambak dengan menggunakan klasifikasi yakni pengelompokkan pixel ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan nilai reflektansi. Citra Landsat 7 digunakan untuk melihat perubahan lahan dan perubahan garis pantai secara temporal dari tahun 1995 hingga 2011, sedangkan citra GeoEye-2 tahun 2013 digunakan sebagai citra pembanding untuk melihat keadaan di lokasi penelitian.
Pengolahan Citra
Koreksi Citra
Koreksi termasuk dalam pra pengolahan citra yang bertujuan untuk pembetulan citra agar dapat meningkatkan akurasi data. Koreksi radiometrik yang dilakukan untuk mengurangi gangguan atmosfer dengan mengoreksi spektral citra menggunakan metode penyesuaian histogram. Menurut Agus 2012 koreksi geometrik bertujuan untuk menempatkan setiap piksel pada posisi yang sebenarnya di permukaan bumi. Koreksi geometrik dilakukan menggunakan beberapa titik kontrol bumi ground control point (GCP) yang berdasarkan titik survei lapang. Titik-titik tersebut diambil pada tempat berbeda yang tersebar di bagian citra dan harus mempunyai sifat geometrik yang tetap pada lokasi yang dapat diketahui dengan tepat. Proses koreksi geometrik pada citra menggunakan metode raster to raster rectification. Hal ini dilakukan agar didapatkan posisi yang sama pada kedua citra sehingga proses overlay bisa tepat.
Klasifikasi Terbimbing (Supervised)
Proses klasifikasi terbimbing (supervised) menggunakan data penginderaan jauh multispektral akan mengeluarkan polanya secara otomatis dengan bantuan komputer. Pada proses klasifikasi ini dilakukan komposit band red green blue
(RGB 321) citra Landsat 7 dengan membuat area sampel berdasarkan objek yang terdapat dilapang yang memiliki kenampakan yang sama dan dimasukkan kedalam kelasnya masing-masing. Training area merupakan contoh informasi kelas-kelas yang akan dklasifikasikan, seperti hutan, lahan kosong, sawah, permukiman, dan lain sebagainya. Setiap training site harus berbentu polygon
tertutup yang diberi satu kelas informasi beberapa nilai integer 1 dan 255 (Diyono, 2001). Kemudian dilanjutkan proses klasifikasi citra menggunakan pendekatan
maximum likelihood standard sehingga diperoleh citra hasil klasifikasi
supervised. Klasifikasi tersebut akan menghasilkan peta tematik dalam bentuk
raster. Setiap pixel yang terdapat di dalam setiap kelas hasil klasifikasi diasumsikan memiliki karakteristik yang homogen.
5 Citra hasil klasifikasi kemudian di digitasi menggunakan metode digitized on-screen. Proses digitized on-screen dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan peralatan lainnya dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan. Proses digitasi menggunakan image analysis yang dapat menampilkan data raster dan data vektor secara bersamaan. Setelah tahap digitasi selesai, proses selanjutnya adalah tumpang-susun (overlay) untuk mengetahui seberapa besar perubahan lahan dan perubahan garis pantai yang mengalami abrasi dan akresi. Perhitungan jarak dan luas area menggunakan polygon dan line. Berikut adalah spesifikasi citra yang digunakan disajikan pada Tabel 2.
Hasil tumpang susun memperlihatkan areal perubahan penutupan lahan berdasarkan wilayah administrasi dan penggunaan lahan, selain itu dapat memperlihatkan perubahan garis pantai yang terjadi di sekitar pesisir Ujung Pangkah. Penetapan garis pantai yang digunakan dalam penelitian ini adalah interpretasi visual dari kenampakkan objek.
Selanjutnya untuk mengetahui informasi lebih detail, diperlukan penyusunan data atribut dalam bentuk tabular. Penyusunan data tabular merupakan bagian penting dalam SIG. Data tabular ini diperlukan untuk menerangkan data spasial yang terbentuk.
6
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 2 berikut: Keterangan: : Data : Prose : Hasil Koreksi Geometrik Cropping Area Citra satelit GeoEye-2 tahun 2013 Citra satelit Landsat tahun 1995, 2000, 2006 dan 2011
Koreksi Radiometrik Citra
Klasifikasi Citra Landsat tahun 1995, 2000, 2006, 2011, 2013
(Supervised Classification)
Klasifikasi Citra GeoEye-2 tahun 2013
(Supervised Classification) Penggabungan Citra
(Overlay)
Analisis Perubahan Penutupan Lahan
Peta Perubahan Penutupan Lahan
Gambar 2 Diagram alir penelitian
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Penutupan Lahan
Perubahan tutupan lahan tidak terlepas dari pola penggunaan lahan. Perubahan lahan sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia dan kondisi alam dimana hubungan keduanya sangat berkaitan sehingga dianggap sebagai siklus perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil klasifikasi citra dan penutupan lahan, kawasan pesisir Gresik dapat digolongkan ke dalam kategori : tambak (T), sungai (S), dan lahan mangrove (M) (Gambar 3). Pesisir Ujung Pangkah mengalami perubahan lahan pada tahun 1995 hingga tahun 2013. Peta perubahan lahan diperoleh dari hasil klasifikasi tutupan lahan citra Landsat dari tahun 1995 hingga tahun 2013.
Gambar 3. Hasil klasifikasi supervised tahun 1995
Kondisi exsisting terbaru Pesisir Ujung Pangkah diperoleh dari hasil klasifikasi citra Geoeye tahun 2013. Perubahan penutup lahan pada tahun 1995 dan 2000 disajikan pada gambar 4a, kemudian pada tahun 2000 dan 2006 disajikan pada gambar 4b, lalu pada tahun 2006 dan 2011 yang disajikan pada Gambar 4c, serta pada tahun 2011 dan 2013 disajikan pada Gambar 4d.
Pada peta perubahan lahan tahun 1995-2000 terlihat bahwa lahan tambak mengalami penambahan luas di bagian timur Ujung Pangkah. Di wilayah ini perubahan yang terjadi didominasi oleh kategori laut yang barubah menjadi area tambak. Area vegetasi mangrove juga cukup banyak mengalami penambahan luas
8
lahan hampir di seluruh wilayah pesisir. Salah satu penyebab perubahan luas lahan yakni adanya proses sedimentasi yang terjadi di muara Sungai Bengawan Solo. Faktor-faktor yang berperan dalam menganalisis proses sedimentasi adalah faktor angin, gelombang, dan arus. Faktor tersebut merupakan gejala alam yang saling berkaitan, selain itu faktor manusia baik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses tersebut (Setiady dan usman, 2010).
Namun pada pesisir utara mengalami penurunan luas lahan karena adanya proses abrasi yang cukup besar (Gambar 4a). Peta perubahan lahan tahun 2000-2006 menunjukkan bahwa di bagian barat pesisir Ujung Pangkah, area mangrove mengalami perubahan menjadi lahan tambak sedangkan di bagian utara pesisir, lahan tambak mengalami perubahan menjadi vegetasi mangrove (Gambar 4b). Pada peta perubahan lahan tahun 2006-2011 terlihat bahwa di bagian utara pesisir Ujung Pangkah, area mangrove mengalami penurunan luas lahan karena adanya proses abrasi sedangkan di bagian timur pesisir, lahan tambak mengalami perubahan menjadi vegetasi mangrove (Gambar 4c). Kemudian pada tahun 2011 hingga 2013 area lahan tambak mengalami sedikit perubahan menjadi vegetasi mangrove hampir di seluruh wilayah pesisir Ujung Pangkah (Gambar 4d). Perubahan lahan yang cukup signifikan terlihat jelas pada bagian utara Pesisir Ujung Pangkah. Pada tahun 1995 luas penutupan lahan sebesar 1.635,32 Ha, tahun 2000 sebesar 1983,74 Ha, tahun 2006 sebesar 1893,22 Ha, tahun 2011 sebesar 1997,03 Ha dan tahun 2013 sebesar 2323,37 Ha. Tabel 3 menunjukkan luasan masing-masing kelas penutupan lahan pada tahun 1995 hingga tahun 2013.
9
b
10
d
Gambar 4. Peta Perubahan lahan tahun (a) 1995-2000, (b) 2000-2006, dan (c) 2006-2011
Tabel 2 Perubahan luasan lahan di pesisir Ujung Pangkah
Luas 1995 Luas 2000 Luas 2006 Lusa 2011 Luas 2013
(Ha) % (Ha) % (Ha) % (Ha) % (Ha) %
Mangrove 356,76 5,91 498,33 8,26 488,07 8,10 527,25 8,74 647,28 10,72 Sungai 72 1,19 91,08 1,51 93,42 1,54 105,12 1,74 139,77 2,31 Tambak 1170,27 19,40 1412,19 23,40 1373,49 22,77 1249,29 20,70 1094,22 18,13 Laut 4433,85 73,50 4031,28 66,82 4077,9 67,60 4151,22 68,81 4151,61 68,81 Rata-rata jumlah 6032,88 100 6032,88 100 6032,88 100 6032,88 100 6032,88 100
Wilayah tambak mengalami perubahan luas lahan dari tahun 1995 hingga 2013. Pada tahun 1995 hingga tahun 2000 lahan tambak mengalami penambahan lahan yang cukup signifikan yakni sebesar 241,92 Ha (bertambah 4,01%) dari 1.170,27 Ha menjadi 1.412,19 Ha. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses sedimentasi yang cukup besar di bagian utara pesisir Ujung Pangkah (Tabel 3). Lahan tambak mengalami laju perubahan yang cukup tinggi yakni sebesar 4,01% (Gambar 8) pada tahun 1995 hingga tahun 2000. Vegetasi mangrove juga mengami laju perubahan yang cukup tinggi yakni sebesar 2,34% pada periode tahun yang sama (Gambar 8).
11 2.35 0.32 4.01 -6.67 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 Mangro ve Sungai Tambak laut -0.17 0.04 -0.64 0.77 -1 -0.5 0 0.5 1 Mangro ve Sungai Tambak laut 1.99 0.57 -2.57 0.01 -3 -2 -1 0 1 2 3 Mangro ve Sungai 0.65 0.19 -2.06 1.22 -3 -2 -1 0 1 2 Mangro ve Sungai Tambak laut a b c d
Gambar 5. Laju perubahan penutupan lahan pesisir Ujung Pangkah pada tahun (a) 1995-2000, (b) 2000-2006, (c) 2006-2011 dan (d) 2011-2013
Perubahan lahan dan perubahan garis pantai sangat dipengaruhi oleh adanya akresi dan abrasi disekitar pesisir. Tabel perubahan (tabel 4, 5, dan 6) menunjukkan perubahan pada tiga arah mata angin yaitu barat, utara dan timur di Pesisir Ujung Pangkah secara temporal dari tahun 1995 hingga tahun 2013. Wilayah pesisir di Kabupaten Gresik didomonasi oleh kegiatan budidaya tambak yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil survei lapang tim INDESO (Infrastructure Development of Space Oceanography) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP), diketahui bahwa budidaya tambak pada daerah sekitar pesisir Gresik dilakukan secara tradisional. Menurut Djanata (2007) kegiatan budidaya tambak pada awalnya cukup baik, namun saat ini produktivitas tambak tersebut menjadi rendah dan produksinya mulai menurun. Ada beberapa permasalahan yang mempengaruhi produktivitas tambak rendah yaitu, lingkungan kawasan pertambakan yang kurang sesuai dan keterampilan masyarakat dalam menjaga kawasan tambak. Kemudian penurunan produksi tambak dapat disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang rendah di kawasan pertambakan yang di sebabkan oleh limbah tambak (Mohammed 2015)..
12
Sebaran Mangrove di Sekitar Pesisir
Selain budidaya tambak, lahan mangrove dan sungai Bengawan mengalami perubahan yang cukup rentan pada tahun 1995 hingga tahun 2013. Untuk kawasan pertambakan, keberadaan pohon mangrove difungsikan sebagai sabuk hijau yang dikenal sebagai Mangrove Green Belt (MGB). Boers (2001) menyatakan bahwa MGB dapat difungsikan sebagai penyaring air yang masuk ke tambak dari penyakit ikan bandeng yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Selain berada dipinggiran sungai dan pinggir pantai, vegetasi mangrove juga menyebar di hampir seluruh area pertambakan. Pohon mangrove yang berada di sekitar pesisir umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan kayu bakar.
Penyebaran mangrove di sepanjang lahan tambak berperan penting dalam meningkatkan daya dukung tambak karena mangrove berfungsi sebagai penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh limbah organik. Di sekitar lahan tambak, vegetasi mangrove tumbuh dengan kerapatan yang rendah pada tahun 1993, kemudian vegetasi mangrove bertambah cukup signifikan hingga tahun 2013 (Gambar 7).
a
13
b
Gambar 6. Peta Sebaran Mangrove tahun (a) 1993 dan (b) 2013 Lahan mangrove akan bertambah jika di daerah tersebut memiliki tingkat sedimentasi yang tinggi. Lahan mangrove juga berperan sebagai penghasil sejumlah detritus terutama yang berasal dari serasah daun dan sebagai daerah asuhan serta pemijahan bagi biota yang hidup disekitarnya (Djanata 2007).
Perubahan Garis Pantai
Proses-proses fisik di alam serta kegiatan manusia di sekitar kawasan pesisir tentunya akan berdampak pada kestabilan bentuk pantai dengan adanya proses abrasi dan akresi. Pada wilayah sekitar pesisir pertambakan terjadi pengurangan dan penambahan luas lahan, baik itu pada lahan tambak, mangrove maupun sungai. Berdasarkan data survei lapang tim INDESO, hal ini dapat disebabkan karena adanya proses akresi dan abrasi yang terjadi di sepanjang wilayah pesisir Ujung Pangkah.
Menurut Lantuit et al. (2010) abrasi merupakan perubahan garis pantai dipengaruhi oleh dinamika gerak air laut dan kegiatan manusia yang bersifat merusak sedangkan akresi adalah perubahan garis pantai menuju laut lepas karena adanya proses sedimentasi dari daratan atau sungai menuju arah laut. Proses sedimentasi dapat disebabkan karena adanya pembukaan areal lahan, limpasan air tawar dengan volume yang sangat besar dari sungai dan proses transport sedimen dari badan sungai menuju laut. Akresi yang terjadi pada daerah pesisir tersebut dapat mengakibatkan pendangkalan secara merata dan lambat laun akan membentuk suatu daratan. Selain berdampak pada lahan disekitar pesisir, jika ditinjau dari aspek lingkungan maka akan terjadi perubahan bahkan hilangnya suatu habitat dari ekosistem tersebut.
14
Berdasarkan geomorfologi daerah Gresik, maka dapat disimpulkan bahwa proses diatas dipengaruhi oleh Sungai Bengawan Solo.Tumpang-susun (overlay) garis pantai hasil digitasi citra dan peta dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai pada tahun 1995 hingga tahun 2013. Garis pantai tahun 1995 digunakan sebagai garis pantai awal untuk melihat seberapa besar jarak perubahan yang terjadi hingga tahun 2011(Gambar 9).
Gambar 7. Peta perubahan garis pantai dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013)
16
sebesar 1.249,29 Ha. Perubahan lahan tambak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh aktivitas manusia serta pengaruh proses alam seperti sedimentasi aliran muara sungai Bengawan Solo di sekitar pesisir Ujung Pangkah. Garis pantai Ujung Pangkah pada tahun 1993 hingga 2013 juga mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena adanya fenomena akresi dan abrasi di wilayah pesisir. Penelitian ini menggambarkan bahwa teknologi penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan untuk menganalisis perubahan lahan secara temporal dengan efektif dan efisien.
Saran
Perlu adanya citra pembanding dengan resolusi yang sama agar hasil deteksi perubahan lahan yang diperoleh menjadi lebih akurat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Agus SB. 2012. Kajian Konektivitas Habitat Ontogeni Ikan Terumbu Menggunakan Pemodelan Geospasial Di Perairan Kepulauan Seribu [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Astuti D. 2006. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun 1995-2004. Skripsi. Surakarta : Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (ID). Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Jawa Timur. 2013. Gresik Dalam Angka
2013. BPS Provinsi Jawa Timur. Surabaya.
Bangun M, Diah S. 2003. Penerapan Metode Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisa Perubahan Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Wilayah Kali Surabaya). Jurnal Makara Teknologi. Vol .7 No.1. April 2003.
Boers J. 2001. Sustainable Aquaculture : The Economic and Environmental Rehabilitation of Traditional Aquaculture Ponds At Sinjai, Sulawesi, Indonesia. Canadian International Development Agency and Environmental Impact Management Agency, Indonesia.
Cihlar J. 2000. Land cover mapping of large areas from satellite status and research priorities. International Journal of Remote Sensing. 21(6): 1093-1114.
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2010. Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan). Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan Budidaya
Danoedoro P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Djanata V. 2007. Analisis Daya Dukung Lingkungan Dan Optimalisasi Pemanfaatan Wilayah Pesisir Untuk Pertambakan Di Kabupaten Gresik [disertasi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Fauzy Y, Boko S, dan Zulfia MM 2009. Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Bengkulu Melalui Perancangan Model Spasial dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Forum Geografi, Vol. 23, No. 2, Desember 2009, Hal. 101 – 111.
Hariyanto T. 2005. Pengembangan Sistem Informasi Geografis Untuk Prediksi Penggunaan Dan Perubahan Lahan Menggunakan Citra Ikonos Multispektral. Forum Ilmiah Tahunan MAPIN XIV : 2010. Surabaya (ID). Herdiansa M.R dan R.D Suprihardjo. 2014. Merumuskan Kriteria Pengendalian
Lahan Area Tambak Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Jurnal Teknik Pomits. 3(2). ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print);
Hidayah N , Agung BC. 2012. Evaluasi Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Satelit MultitemporalTahun 2009-2011 (Studi Kasus Muara Kali Porong). Jurnal Teknik Geometik. Vol .1 No.2.
Hossain, M. S., Sayedur, R. C., Nani, G. D., Sharifuzzaman, S. M. dan Abida S. 2008. Integration of GIS and multicriteria decision analysis for urban aquaculture development in Bangladesh. Landscape and Urban Planning,
18
Kalogirou, S. 2001. Expert System and GIS: an Application of Land Suitability Evaluation. Computers, Environment and Urban Systems, Volume 26, Issues 2-3, March-May 2002, Hal. 89-112.
Lantuit H, Overduin PP, Couture N, Wetterich S, Aré F, Atkinson D, Brown J, Cherkashov G, Drozdov D. 2010. The arctic coastal dynamics database: a new classification scheme and statistics on arctic permafrost coastlines.
Estuaries and Coasts. doi: 10.1007/s12237-010-9362-6
Lillesand TM, Kiefer FW. 1990. Penginderaan Jauh Dan Penginterpretasian Citra. Alih bahasa oleh R.Dulbahri, P. Suharsono, Hartono dan Suharyadi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mardhani CAP. 2015. Perubahan Garis Pantai Pulau Lancang Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Menggunakan Citra Satelit [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor
Mohammed AE, A Natarajan, R Hegde. 2015. Assesment of Land suitability and capability by integrating Remote Sensing and GIS for Agriculture. Remote Sensing and Space Science. Vol.2.
Oky R. 2008. Kajian perubahan Penutupan Lahan Di Kawasan Pesisir Kabupaten Aceh Utara, NAD Menggunakan Sistem Informasi Geografis. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Dan Teknologi Kelautan. IPB. Bogor
Panjara B. 2004. Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak di Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tengara: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau
Pantjara B, Utojo, Aliman, dan Mangampa M. 2008. Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak Di Kecamatan Watubangga, Kabu-paten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Jurnal Ris Akuakultur Vol.3 No.1 hlm.123 – 135.
Setiady NG dan Usman, E. 2010. Proses Sedimentasi dan Erosi Pengaruhnya Terhadap Pelabuhan Sepanjang Pantai Bagian Barat dan Bagian Timur, Selat Bali. Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 8 No. 2, Agustus 2010.
Susilo SB. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. 50 hal.
Zamroh MR. 2014. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan untuk Permukiman di Kecamatan Kaliwungu dengan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi. Vol .2 No.1. Oktober 2014.
19
20
Lampiran 1. Kondisi Lapang Pesisir Gresik, Jawa Timur
N
No Obyek dalam citra Foto di lapangan
1 1 Tambak 2 2 Mangrove 4 3 Air (Sungai) 5 4 Air (Laut)
21 Lampiran 2. Hasil klasifikasi supervised
Tahun 2000
22
Tahun 2011
23