• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

FAISOL MAS‘UD

Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

ABSTRAKSI

Ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara di kolam beton dan kolam terpal.

Dimana dalam penelitian ini diberikan dua perlakuan yaitu pemeliharaan ikan n i l a di kolam beton dan di kolam terpal dengan tiga ulangan. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan Uji-t dan untuk mengetahui pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan dilakukan penghitungan koefisien korelasi (r hitung). Parameter kualitas air yang yang diamati meliputi suhu, DO, pH, kecerahan dan NH3.

Hasil Uji-t menunjukan bahwa t hitung (0,048) < t tabel (4,303), hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua perlakuan. Sedangkan hasil koefisien korelasi antara kualitas air dan pertumbuhan menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara parameter kualitas air yang diamati terhadap pertumbuhan ikan nila.

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis sp) sudah

lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai ikan konsumsi dan mengandung gizi yang hampir sama dengan jenis ikan air tawar lainnya. Selain itu ikan nila memiliki keunggulan antara lain mudah dikembangbiakan dan daya kelangsungan hidup tinggi, pertumbuhan relatif cepat dengan ukuran badan relatif besar, serta tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan (Anonim, 2001).

Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal, nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Termasuk di kolam beton dan kolam terpal. Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Dalam usaha budidaya

ikan nila (Oreochromis sp) ketersediaan

air dan kualitas air merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya ikan. Kolam beton dan kolam terpal dipilih sebagai media pemeliharaan ikan karena media ini lebih praktis, murah dan dapat memanfaatkan

lahan yang sempit dari pada

menggunakan kolam tanah mengingat kondisi lingkungan perairan kita yang bersifat asam (Anonim, 2001).

Kolam beton merupakan kolam yang dasar sisi-sisinya terbuat dari beton sedangkan kolam terpal adalah kolam yang dasar serta sisinya terbuat dari terpal. Dimana keduanya dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dengan memanfaatkan lahan yang sempit. Namun kolam terpal memiliki keunggulan yaitu biaya lebih murah, dapat dipindah-pindahkan serta ikan yang dipelihara tidak berbau (Rukmana, Rahmat, 2008).

Walaupun ikan nila merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan perairan, namun kualitas air dalam wadah budidaya harus tetap dikelola dengan baik agar pertumbuhannya tetap optimal.

Oleh sebab itu dirasakan perlu untuk mengadakan penelitian mengenai

pengaruh kualitas air terhadap

pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp)

yang merupakan unsur yang sangat berperan penting terhadap pertumbuhan.

1.2. Permasalahan

Masalah dari penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan kolam beton kualitas air lebih baik untuk pertumbuhan ikan nila atau dengan menggunakan kolam terpal.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kualitas air yang lebih baik antara kolam beton dan kolam terpal untuk pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp).

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan ini dapat menjadi masukkan dan informasi bagi masyarakat dibidang perikanan mengenai kualitas air terhadap pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara dalam kolam beton dan kolam terpal.

1.5. Hipotesa

Hipotesa dari penelitian adalah : 1. Diduga dengan menggunakan kolam

beton kualitas air akan lebih baik. 2. Diduga dengan menggunakan kolam

terpal kualitas air akan lebih baik

II. METODE PENELITIAN

2.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan

selama dua bulan, dari bulan Agustus 2014. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kolam beton dan terpal yang dibuat di pekarangan Desa Jatirenggo Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan.

2.2. A

lat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini adalah thermometer, DO meter, pH meter, secchi disk, timbangan digital, mistar, aerator, pompa air, ember, kamera dan alat tulis serta benih ikan nila (Oreochomis sp) ukuran 3-5 cm (60 ekor), kolam pembesaran dengan konstruksi beton dan terpal, hapa

dan pakan merk Comfeed dengan

(3)

2.3. Manajemen Pemeliharaan

Dalam melaksanakan penelitian, ikan uji terlebih dahulu diaklimatisasikan selama 1 (satu) minggu dengan padat penebaran masing-masing 10 ekor/hapa.

Selama diaklimatisasikan ikan uji

diberikan pakan yang sama pada setiap perlakuan dengan jenis makanan berupa pellet merk Comfeed Indonesia Ltd dengan kandungan protein 32 % - 34 % dan jumlah makanan yang diberikan pada setiap perlakuan yaitu 2 % dari berat total tubuh ikan. Makanan diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 WIB sebanyak 1/2 bagian dan pada sore hari pukul 16.00 WIB sebanyak ½.

Untuk mengetahui panjang baku dan berat total ikan uji selama

penelitian setiap 2 (dua) minggu

dilakukan sampling. Selain itu juga

dilakukan pengukuran parameter

kualitas air yang meliputi suhu, DO, pH dan kecerahan, sedangkan pengukuran NH3 dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

2.4. Analisa Data

Untuk membedakan atau

membandingkan dua macam perlakuan

digunakan pegujian dengan Uji-t

berpasangan (Sastrosupadi, 1999). Kriteria uji t : Thitung = (A-b)

s.(A-B) Adapun layout penelitian adalah seperti pada tabel berikut

Tabel 1. Lay Out Penelitian

A1 A2 A3

B1 B2 B3

Keterangan :

A dan B adalah perlakuan 1 dan 2 adalah ulangan

Untuk mengetahui hubungan

antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila yang dipelihara di kolam beton dan terpal dihitung dengan menggunakan model regresi berganda (Walpole, 1982

dalam Maryani dkk, 2007) dengan rumus sebagai berikut :

Yi = αo + α1X1i + α2X2i + …. + α5X5i +εi

Dimana :

Yi = Pertumbuhan relatif ikan nila Αk = Koefisien regresi untuk peubah

bebas Xk yang diperoleh dari pengamatan satuan percobaan ke-i X1 = Suhu X2 = DO X3 = pH X4 = Kecerahan X5 = NH3

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pengaruh kualitas air terhadap

pertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp)

di kolam beton dan kolam terpal selama 60 hari masa pemeliharaan diperoleh data meliputi : data berat rata-rata

populasi, panjang baku rata-rata

populasi, kecepatan pertumbuhan relatif (%) dan kualitas air yang meliputi suhu air, derajat keasaman (pH), oksigen

terlarut (DO), kecerahan dan

amoniak(NH3).

3.1. Kualitas Air

Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat

memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan mahluk- mahluk hidup di air (Djatmika, 1986). Kualitas air merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordi dan Tancung, 2007). Pengukuran terhadap para parameter kualitas air yang di ukur dalam media penelitian antara lain :

1. Suhu

Data hasil pengukuran suhu yang dilakukan pada pagi dan sore hari setiap 2 (dua) minggu sekali selama pemeliharaan didapatkan nilai rata-rata suhu air yaitu pada perlakuan A sebesar

(4)

29,4oC sedangkan pada perlakuan B yaitu pada 29,2oC. Pergolakan suhu yang demikian dianggap cukup baik, karena menurut Kordi dan Tancung (2007), bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan adalah 28oC-32oC. Sedangkan menurut Anonim (2010) kisaran suhu yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 25-30oC. Berdasarkan

analisis korelasi suhu terhadap

pertumbuhan relatif (%) ikan nila

(Oreochromis sp) selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan

yang rendah antara suhu dan

pertumbuhan relatif.

2. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan faktor terpenting dalam menentukan kehidupan ikan, pernapasan akan terganggu bila oksigen kurang dalam perairan. Hasil pengukuran kandungan

oksigen terlarut rata-rata selama

penelitian pada perlakuan A = 5,4 ppm dan pada perlakuan B = 5,2 ppm. Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm.

Pada perairan dengan konsentrasi

oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai menurun. Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya perairan adalah antara 5-7 ppm. Pada penelitian ini kandungan oksigen terlarut umumnya sudah cukup baik, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut selama masa penelitian dalam 10 minggu cukup baik dalam menunjang pertumbuhan ikan.

Berdasarkan analisis korelasi DO terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara DO dan pertumbuhan relatif.

3. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) rata-rata setiap 2 (dua) minggu pada setiap perlakuan selama penelitian menunjukan bahwa pH perairan pada perlakuan A adalah 5,1, sedangkan perlakuan adalah B 5,3. Menurut Kordi dan Tancung (2007), menyatakan bahwa dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir oleh ikan tapi pertumbuhan ikan akan terhambat.

Namun ikan dapat mengalami

pertumbuhan yang optimal pada pH 6,5-9,0. Menurut Asmawi (1983), bahwa derajat keasaman yang masih dapat ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0. Sedangkan menurut Anonim (2010), pH air yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 6-8,5 dengan kisaran optimum 7-8.

Dengan demikian, kisaran derajat

keasaman selama penelitian masih

berada dalam batas yang cukup baik bagi ikan. Berdasarkan analisis korelasi pH terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara pH dan pertumbuhan relatif.

4. Kecerahan

Kecerahan yang diukur setiap 2 (dua) minggu pada setiap perlakuan selama penelitian menunjukan bahwa kecerahan rata-rata perairan berkisar

antara 20 – 30 cm. Kekeruhan pada

kolam beton maupun terpal diduga disebabkan oleh fitoplankton karena terlihat dari air yang berwarna hijau muda.

Menurut Kordi dan Tancung (2007), kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton. Adapun

tingkat kecerahan yang baik untuk

kehidupan ikan adalah 30-40 cm yang di ukur dengan menggunakan secchi disk. Apabila kedalaman kurang dari 25 cm, maka pergantian air harus cepat dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti penurunan oksigen terlarut secara drastis. Ditambahkan oleh Anonim (2010), bahwa kisaran kecerahan yang disukai oleh ikan nila adalah 20-35 cm. Berdasarkan analisis korelasi kecerahan

(5)

terhadap pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) selama masa penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara kecerahan dan pertumbuhan relatif.

5. Amoniak (NH3)

Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar amoniak (NH3) yang

terdapat dalam perairan umumya

merupakan hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (faces) dan terlarut (amonia), yang dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan insang Kotoran padat dan sisa pakan tidak termakan adalah bahan organik dengan kandungan protein tinggi yang diuraikan menjadi

polypeptida, asam-asam amino dan

akhirnya ammonia sebagai produk akhir dalam kolam. Makin tinggi konsentrasi oksigen, pH dan suhu air makin tingi pula

konsentrasi NH3. Asmawi (1983),

menyatakan bahwa amoniak terlarut yang baik untuk kelangsungan hidup ikan kurang dari 1 ppm. Hasil pengukuran dari kadar amoniak (NH3) pada perlakuan A awal adalah 3 mg/l dan pada akhir penelitian adalah 5 mg/l, sedangkan pada perlakuan B awal adalah 1 mg/l dan pada akhir penelitian adalah 3 mg/l. Hal ini berarti kadar amoniak mengalami peningkatan dari awal sampai akhir penelitian baik pada perlakuan A maupun

perlakuan B kadar amoniak juga

mengalami peningkatan, hal ini

disebabkan karena adanya sisa-sisa makanan yang tidak termakan oleh ikan uji selama penelitian serta kotoran yang dihasilkan.

Berdasarkan analisis korelasi

NH3 terhadap pertumbuhan relatif (%)

ikan nila (Oreochromis sp) selama masa

penelitian dihasilkan R2 = 38,9% atau 0,389, hal ini menunjukan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara NH3 dan pertumbuhan relatif.

3.2. Pertumbuhan

Pertumbuhan berat ikan nila (Oreochromis sp) selama pemeliharaan, diperoleh dari hasil penimbangan setiap

2 (dua) minggu sekali. Kecepatan

pertumbuhan relatif (%) pada waktu pemeliharaan selama 2 minggu dapat di lihat pada tabel 1 dibawah ini.

Dari Tabel 1 dapat terlihat bahwa kecepatan pertumbuhan relatif (%) ikan nila (Oreochromis sp) sampai akhir masa pemeliharaan adalah pada perlakuan A dan B mengalami pertumbuhan yang tidak

jauh berbeda. Dari hasil Ujit

pertumbuhan relative menunjukan bahwa pertumbuhan pada pemeliharaan ikan antara perlakuan A dan B adalah thitung < t0,05 (n-1) terima Ho : sehingga disimpulkan bahwa data menunjukan tidak

ada perbedaan yang nyata antara

perlakuan A dan B.

Tabel 2. Kecepatan Pertumbuhan

R elatif (%) Ikan Nila

(Oreochromis sp) Selama Pemeliharaan. Perlakuan Berat Rata-rat awal (gr) Berat rata-rata akhir (gr) Kecepatan pertumbuhan Relatif (%) A 3,19 70,55 471,9 B 3,72 73,9 440,24

Tinggi pertumbuhan relatif ikan uji pada perlakuan A maupun perlakuan B disebabkan oleh padat penebaran yang rendah sehingga tidak terjadi kompetisi terhadap ruang gerak serta makanan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan serta kondisi air yang cukup baik bagi pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mantau (2005) yang menyatakan bahwa padat penebaran, kualitas pakan serta kualitas

air yang baik dapat menunjang

pertumbuhan ikan. Untuk jelasnya,

kecepatan pertumbuhan relatif (%) selama masa pemeliharaan dari kedua perlakuan dapat dilihat pada grafik gambar 2.

Dari grafik tersebut dapat

terlihat dari setiap perlakuan

menunjukan pertumbuhan ikan nila

(Oreochromis sp) yang dipelihara masih meningkat pada setiap 2 (dua) minggu, dimana pertumbuhan relatif perlakuan A lebih tinggi dibandingkan perlakuan B.

(6)

Gambar 1. Grafik Kecepatan

Pertumbuhan Relatif (%)

Ikan Nila dari Masing-masing

Perlakuan Selama Masa

Penelitian.

3.3. Mortalitas

Mortalitas merupakan persentase dari jumlah ikan yang mati dari populasi. Selama berlangsungnya penelitian dalam waktu 10 minggu tidak ada mortalitas (tingkat mortalitas 0%). Tidak adanya mortalitas selama penelitian menunjukan kemampuan dari ikan nila (Oreochromis sp) yang dipelihara dalam kolam beton dan terpal mampu beradaptasi dengan lingkungan perairan.

Menurut Suyanto (1993), ikan nila terkenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis air.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 10 minggu masa pemeliharaan ikan nila maka dapat disimpulkan bahwa kualitas air yang meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), kecerahan, dan amoniak (NH3) masih masuk dalam kisaran yang dapat ditolerir oleh ikan nila.

Pertumbuhan relatif ikan nila pada perlakuan A lebih tinggi dan

dibandingkan dengan perlakuan B.

Meskipun demikian namun hasil Uji t

menunjukkan tidak ada perbedaan

signifikan antara kedua perlakuan.

Hubungan antara kualitas air dan

pertumbuhan relatif menunjukan tingkat hubungan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Budidaya Ikan Nila

(Oreochromis niloticus). Diakses

dari http://pdfcari.com pada

tanggal 23 Februari 2011.

Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan

Dalam Karamba. Gramedia. Jakarta

Djatmika, 1986. Usaha Perikanan Air

Deras. Simplek. Jakarta

Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta

Maryani, Rosita dan I. Torang.

2007. Hubungan Kualitas Air

Dengan Populasi Bakteri Aeromonas sp di Sungai Kahayan. Program Studi

Budidaya Perairan. Faperta.

UNPAR.

Suyanto, 1993. Nila. PT. Penebar

Gambar

Tabel  2.  Kecepatan  Pertumbuhan  R elatif  (%)  Ikan  Nila
Gambar 1.   Grafik  Kecepatan  Pertumbuhan  Relatif  (%)  Ikan Nila dari Masing-masing  Perlakuan  Selama  Masa  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi kualitas air dari fluktuasi suhu, oksigen terlarut, dan pH terhadap kinerja pertumbuhan (panjang dan bobot) benih ikan patin

kepala ikan teri pada pakan buatan ikan nila GIFT merupakan salah satu upaya untuk mengetahui dampak penggunaan tepung kepala ikan teri pada ikan nila

Dengan demikian, maka jumlah Azolla sp yang tersedia untuk benih ikan Nila gift sangat cukup digunakan untuk pertumbuhan setelah digunakan dalam pemeliharaan tubuh.. Hal

Pembenihan ikan air tawar Politani Pangkep meliputi perencanaan pembenihan ikan Nila, persiapan kolam pemeliharaan induk, proses pematangan gonad, seleksi induk

Pembenihan ikan air tawar Politani Pangkep meliputi perencanaan pembenihan ikan Nila, persiapan kolam pemeliharaan induk, proses pematangan gonad, seleksi induk

Judul dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2019 sampai bulan September 2019 adalah “Evaluasi Kualitas Air dan Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila

Penerimaan usaha pembesaran ikan nila merah di kolam air deras di Kabupaten Klaten ada dua macam yaitu penerimaan dari hasil panen dan penerimaan dari hasil

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas air Sungai Maron untuk parameter suhu, konduktivitas, pH, kadar oksigen terlarut, nilai KMnO4, bahan organik terlarut dan jumlah padatan