• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Air dan Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Feeding Rate Berbeda pada Sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Air dan Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Feeding Rate Berbeda pada Sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS AIR DAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN NILA

(

Oreochromis niloticus

) DENGAN

FEEDING RATE

BERBEDA PADA

SISTEM IMTA (

INTEGRATED MULTI TROPHIC AQUACULTURE

)

OKTAVIANI SOLESTIAWATI

BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Air dan Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Feeding Rate

Berbeda pada Sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Oktaviani Solestiawati

(4)

ABSTRAK

OKTAVIANI SOLESTIAWATI. Kualitas Air dan Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Feeding Rate Berbeda pada Sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture). Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan ERI SETIADI.

Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas air melalui penentuan feeding rate yang optimal terhadap pertumbuhan, sintasan, efisiensi pakan, analisis ekonomi dan hasil produksi ikan nila yang dipelihara dengan sistem IMTA. Ikan nila yang digunakan berukuran panjang rata-rata 6.68±0.63 cm dan bobot rata-rata 4.9±1.38 g dengan padat tebar 50 ekor/m2. Wadah yang digunakan kolam beton berukuran 7 m2 sebanyak 9 kolam. Perlakuan terbaik pada penelitian ini terdapat pada pemberian pakan 2.5% dari biomassa ikan nila yang mampu memberikan kondisi kualitas air yang masih dalam kisaran layak bagi budidaya dengan kualitas air seperti suhu (25.2-31.1 oC), pH (6.6-8.5), DO (1.9-6.59 mg/l), amonia (0.0003-0.0208 mg/l), nitrit (0.0048-0.179 mg/l), nitrat (0-0.403 mg/l), fosfat (0.12-0.384 mg/l), sintasan (94.86±2.00%), panjang mutlak (6.77±0.20 cm), bobot mutlak (35.28±1.93 g), SGR (2.96±0.07%), EP (229.65±28.39%), hasil produksi mencapai 14 665 g dan analisis ekonomi terbaik dengan keuntungan sebesar Rp 553 360. Kualitas air yang baik dengan sistem IMTA dapat menekan feeding rate

menjadi 2.5%.

Kata kunci: Nila, IMTA, feeding rate, kualitas air

ABSTRACT

OKTAVIANI SOLESTIAWATI. The Quality of Water and Production of Tilapia (Oreochromis niloticus) Farming with Different Feeding Rate in IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) System. Supervised by EDDY SUPRIYONO and ERI SETIADI.

This research aims to knowing the quality of water by determinating optimal feeding rate on growth, survival, feeding efficiency, economic analysis and productivity of the Tilapia maintained by IMTA system. Tilapia fish which used in this study were about 6.68±0.63 cm length and 4.9±1.38 g weight on the average and 50 m2 stocking density. The container that used was 9 concrete pools with measurement of large 7 m2 for each pool. Intensive Tilapia farming with IMTA system had the best result in treatment by feeding 2.5% of biomass which could provide quality of water conditions in the appropriate range of water quality for cultivation such as temperature (25.2 to 31.1 ° C), pH (6.6 to 8.5) , DO (1.9 to analysis and good quality of water with IMTA system could press feeding rate to 2.5%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KUALITAS AIR DAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN NILA

(

Oreochromis niloticus

) DENGAN

FEEDING RATE

BERBEDA

PADA SISTEM IMTA (

Integrated Multi Trophic Aquaculture

)

OKTAVIANI SOLESTIAWATI

BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kualitas Air dan Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Feeding Rate Berbeda pada Sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture)

Nama : Oktaviani Solestiawati

NIM : C14090074

Disetujui oleh

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc Pembimbing I

Eri Setiadi, SSi, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kualitas Air dan Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Feeding Rate

Berbeda pada Sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 – September 2012 di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya & Toksikologi Cibalagung dan Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Eddy Supriono, MSc, Bapak Eri Setiadi, SSi, MSc selaku dosen pembimbing serta Bapak Dr Ir Tatag Budiardi MSi selaku dosen penguji atas arahan dan masukan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dewi Puspaningsing, SPi MSi, Bapak Ir Sutrisno, Mas Indra, Bapak Pepen beserta staf Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya & Toksikologi Cibalagung yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian. Penulis juga berterimakasih kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian serta kepada seluruh dosen dan staf karyawan/karyawati Departemen Budidaya Perairan.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta, ayah, ibu, kedua kakak tersayang serta keluarga besar yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman terbaikku di BDP 46, BDP 45 dan BDP 47 yang telah memberikan kenangan dan pengalaman berkesan serta kepada teman satu penelitian Anindila Fitria Gifarini dan Riska Nurkarina, teman-teman Jaika 4, sahabat-sahabat Ida Ayu Amarilia Dewi Murni, Kadek Renni Natalia, Winndari Indri Lestari, Sari Rosmalia, Farhana Zahrotunnisa, Fina Feryandes dan Rizal Dwi Hardyana yang selalu memberikan semangat dan perhatiannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Materi Uji ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Rancangan Penelitian ... 2

Parameter Uji ... 3

Prosedur Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Hasil ... 6

Pembahasan ... 13

KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

Kesimpulan ... 16

Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Alat pengukuran kualitas air ... 3 2 Data kisaran kualiatas air pada media pemeliharaan ikan nila ... 6 3 Kelimpahan, indeks keragaman dan indeks dominansi fitoplankton dan

zooplankton. ... 12 4 Analisis ekonomi budidaya ikan nila pada sistem IMTA. ... 12

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik pengukuran suhu pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). ... 6 2 Grafik pengukuran pH pada media budidaya ikan nila pada perlakuan

A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%).. ... 7 3 Grafik pengukuran oksigen terlarut pada media budidaya ikan nila pada

perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). ... 7 4 Grafik pengukuran amonia pada media budidaya ikan nila pada

perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). ... 8 5 Grafik pengukuran nitrit pada media budidaya ikan nila pada

perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). ... 8 6 Grafik pengukuran nitrat pada media budidaya ikan nila pada

perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%).. ... 8 7 Grafik pengukuran fosfat pada media budidaya ikan nila pada

perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). ... 9 8 Sintasan ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2,5%) dan C (FR

5%).. ... 9 9 Pertumbuhan bobot mutlak ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR

2.5%) dan C (FR 5%).. ... 10 10 Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B

(FR 2.5%) dan C (FR 5%).. ... 10 11 Laju pertumbuhan harian ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR

2.5%) dan C (FR 5%).. ... 11 12 Efisiensi pakan ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2,5%) dan

C (FR 5%) ... 11 13 Hasil produksi ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan

C (FR 5%) ... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dinamika kepadatan Fitoplankton pada Kolam Nila ... 19 2 Jenis Plankton pada Budidaya Ikan Nila ... 19 3 Analisis Statistik (Uji-t) ... 20

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan budidaya diharapkan dapat terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan ikan yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Ikan nila merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena pertumbuhan yang cepat, toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan, mudah bertelur, dan ketahanan terhadap penyakit (El-Saidy & Gaber 2005). Salah satu sifat biologi ikan nila adalah respon yang luas terhadap pakan yakni dapat tumbuh dengan memanfaatkan pakan alami serta pakan buatan (Bestian 1996).

Produksi ikan nila di dunia telah meningkat dari 383 654 ton pada tahun 1990 menjadi 2 326 413 ton pada tahun 2006 (FAO 2007). Peningkatan produksi ikan nila di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 90 568 ton meningkat hingga 277 518 ton pada tahun 2011 (KKP 2013). Untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat harus menggunakan teknologi intesif. Budidaya intensif ini menuntut tingkat yang lebih tinggi dari manajemen masukan seperti kepadatan yang tinggi, pemberian pakan berprotein tinggi serta manajemen kualitas air yang baik. Kebanyakan petani komersial menggunakan sistem ini karena ikan dapat tumbuh dengan cepat (Taufik et al. 2011). Namun, sistem budidaya intensif telah mengalami banyak masalah seperti air yang buruk dan eutrofikasi yang berasal dari kegiatan budidaya seperti sisa pakan yang tidak termakan, feses, dan urin yang dapat berakibat pada kegagalan produksi budidaya ikan (Garno 2002).

Akumulasi bahan organik akan menyebabkan terjadinya pembentukan senyawa-senyawa yang beracun bagi ikan, mineralisasi nutrient dari bahan organik

dan penyerapan oksigen yang tinggi (Hopkins et al., 1994) sehingga mempercepat

penurunan kualitas air. Mineralisasi bahan organik nitrogen yang terdiri atas protein

dan asam amino akan menghasilkan nitrogen anorganik, yaitu ammonia (NH3), nitrit

(NO2) dan nitrat (NO3) (Spotte 1992). Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya

teknologi budidaya untuk mengurangi limbah yang berasal dari aktivitas budidaya sehingga tidak menjadi toksik bahkan bermanfaat dan meningkatkan sistem dan teknolgi budidaya yang lebih efisien, terutama dalam menciptakan sistem yang bersifat zero waste.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah perubahan kualitas air budidaya, sintasan dan pertumbuhan ikan nila dengan feeding rate yang berbeda dan menentukan feeding rate yang optimal terhadap kinerja produksi dan analisis ekonomi yang dipelihara dengan sistem IMTA.

METODE

Materi Uji

Ikan nila yang digunakan merupakan ikan nila lokal yang berasal dari sentra benih di Cianjur dengan ukuran panjang rata-rata 6.68±0.63 cm dan bobot rata-rata 4.9±1.38 g. Jumlah ikan yang ditebar dalam satu kolam sebanyak 350 ekor (50 ekor/m2). Bahan filtrasi yang digunakan dalam sistem IMTA ini adalah tanaman hias air berupa kabomba dan keladi, kangkung dan keong sawah.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan persiapan wadah penelitian. Wadah yang digunakan untuk budidaya ikan yaitu kolam beton dengan ukuran 7 m2 sebanyak 9 kolam dengan ketinggian air mencapai 90 cm. Wadah keong sawah dan tanaman hias air berukuran 1 x 0.6 x 0.4 m sedangkan wadah kangkung berukuran 2 x 0.6 x 0.4 m terbuat dari papan yang dilapisi dengan plastik terpal dan dilengkapi dengan saluran air masuk (inlet) dan ke luar (outlet). Substrat pada keong sawah menggunakan batu split dan batu kapur. Substrat untuk kangkung menggunakan batu split, batu apung, dan batu kapur, sedangkan substrat tanaman hias air menggunakan pasir, batu split dan batu kapur. Air kolam pemeliharaan ikan nila berasal dari kolam pemeliharaan udang galah dan dialirkan ke wadah biofilter (keong sawah, kangkung dan tanaman hias air) melalui kolam pemeliharaan ikan nilem. Ikan nila dipelihara selama 72 hari dengan pengukuran kualitas air dilakukan setiap 36 hari dan sampling bobot dan panjang dilakukan setiap 18 hari. Ikan nila diberi pakan buatan (pellet) yang diberikan sebanyak 2 kali sehari pada pukul 09.00 WIB dan 16.00 WIB.

Rancangan Penelitian

Percobaan budidaya ikan nila dengan sistem IMTA terdiri dari tiga perlakuan dengan masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. Perlakuan percobaan, sebagai berikut:

(13)

3

Parameter Uji

Analisis Kualitas Air

Pengukuran suhu, pH, dan DO dilakukan langsung di tempat penelitian sedangkan pengukuran amonia, nitrit, nitrat dan fosfat dilakukan di laboratorium (Tabel 1).

Tabel 1 Alat pengukuran kualitas air

Parameter Kualitas Air Satuan Alat

Suhu OC DO meter

DO mg/l DO meter

pH

NH3 mg/l

pH meter Spektrofotometer

Nitrit mg/l Spektrofotometer

Nitrat mg/l Spekrtofotometer

Fosfat mg/l Spektrofotometer

Sintasan

Sintasan dihitung dengan menggunakan rumus Zooneveld et al. (1991), yaitu :

Keterangan : SR = Survival Rate

Nt = Jumlah ikan akhir (saat pemanenan) N0 = Jumlah ikan awal (saat penebaran)

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian dapat dihitung menggunakan rumus Zooneveld

et al. (1991), yaitu :

Keterangan: LPH = Laju pertumbuhan harian

Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)

Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g) t = waktu

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus Zooneveld et al.

(1991) :

(14)

4

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus Zooneveld et al. (1991) :

Keterangan : Lt = Panjang rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (cm) Lo = Panjang rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (cm)

Hasil Produksi

Hasil produksi dihitung menggunakan rumus Zooneveld et al. (1991) :

Keterangan : P = Hasil produksi W = Bobot rata-rata N = Jumlah populasi akhir

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Zooneveld et al. 1991):

Keterangan: EP = Efisiensi Pakan

F = Jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan Wt = Bobot total ikan akhir pemeliharaan (g)

Wo = Bobot total ikan awal pemeliharaan (g) Wd = Bobot total ikan mati (g)

Identifikasi Plankton Kelimpahan Plankton

Nilai kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Odum 1971).

Keterangan: N = Jumlah Plankton (sel/l) Vd =Volume air yang disaring (l) Vt = Volume air tersaring (ml)

Vs = Volume air pada Sedgwick-Rafter Cell (ml) Fp = Faktor pengenceran

n = Jumlah jenis

Indeks Dominansi

(15)

5

Keterangan: c = Indeks dominansi Simpson ni = Jumlah jenis ke-i

N = Jumlah total individu S = Jumlah taksa/jenis

Indeks Keragaman

Penentuan tingkat keragaman organisme fitoplankton digunakan indeks keanekaragaman Shannon-weaner (Odum 1971).

Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Weaner Pi = ni/N

ni = Jumlah individu genus ke-i N = Jumlah total individu n = Jumlah genus

i = 1,2,3,...,n

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi pada pemeliharaan ikan nila menggunakan sistem IMTA dihitung menggunakan rumus (Webster et al., 2004):

ER = (YC) – [ (YJ) + ( YF) + (Ye)+ )+(Yp)] Keterangan: ER = economic return

YC = Hasil panen udang galah, nilem (baby fish), keong dan tanaman akuaponik, dan tanaman hias air per kg (Rp) YJ = Harga benih udang galah, ikan nilem, keong, tanaman

akuaponik, dan tanaman hias air per kg (Rp) YF = Harga pakan per kg (Rp)

Ye = Listrik per KWh (Rp) Yp = Karyawan per orang (Rp)

Prosedur Analisis Data

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kualitas Air

Berikut ini merupakan data kisaran hasil kualitas air pada media pemeliharaan ikan nila (Tabel 2).

Tabel 2 Data kisaran kualiatas air pada media pemeliharaan ikan nila.

Parameter Satuan

Amonia mg/l 0.0003-0.0208 0.0011-0.0164 0.0005-0.0119

Nitrit mg/l 0.004-0.347 0.005-0.179 0-0.102

Nitrat mg/l 0.007-0.834 0-0.403 0.052-0.41

Fosfat mg/l 0.1-0.229 0.12-0.384 0.11-0.754

Berdasarkan tabel 2 suhu pada media pemeliharaan ikan nila berkisar antara 24.8-34.8 oC dengan kisaran tertinggi terdapat pada perlakuan A. pH berkisar antara 6.5-8.5 dengan pH tertinggi terdapat pada perlakuan B. Nilai DO berkisar antara 1.1-8.1 mg/l dengan kisaran tertinggi terdapat pada perlakuan C. Nilai amonia berkisar antara 0.0003-0.0208 mg/l dengan kisaran tertinggi terdapat pada perlakuan A. Nilai nitrit berkisar antara 0-0.347 mg/l dengan kisaran tertinggi terdapat pada perlakuan A. Nilai nitrat berkisar anatara 0-0.834 mg/l dengan kisaran tertinggi terdapat pada perlakuan A. Nilai fosfat berkisar antara 0.1-0.754 mg/l dengan kisaran tertinggi terdapat pada perlakuan C.

Suhu

Selama pemeliharaan, suhu cenderung mengalami penurunan dari hari ke-1 hingga hari ke-36 dan suhu lebih konstan sampai akhir pemeliharaan pada hari ke-72 (Gambar 1).

Gambar 1 Grafik pengukuran suhu pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). (---) menunjukkan batas optimal untuk budidaya ikan nila, (…) menunjukkan batas minimum untuk ikan nila bertahan hidup.

(17)

7

pH

Berdasarkan Gambar 2, nilai pH pada awal pemeliharaan cenderung menurun hingga hari ke-36 dan kembali stabil hingga hari ke-72.

Gambar 2 Grafik pengukuran pH pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). (---) menunjukkan batas optimal untuk budidaya ikan nila.

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut selama pemeliharaan disajikan dalam Gambar 3. Nilai DO untuk ketiga perlakuan mengalami penurunan pada hari ke-36. Perlakuan A dan C mengalami penurunan pada hari ke-72 sedangkan perlakuan B mengalami sedikit peningkatan.

Gambar 3 Grafik pengukuran oksigen terlarut pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). (---) menunjukkan batas optimal untuk budidaya ikan nila, (…) menunjukkan batas minimum untuk budidaya ikan nila.

Amonia

Nilai amonia perlakuan B dan A pada awal pemeliharaan cenderung menurun hingga hari ke-36 dan kembali meningkat cukup tinggi pada hari ke-72. Perlakuan C pada awal pemeliharaan cenderung meningkat hingga hari ke-36 dan meningkat tinggi pada hari ke-72 (Gambar 4).

(18)

8

Gambar 4 Grafik pengukuran amonia pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%).

Nitrit

Berdasarkan Gambar 5, nilai nitrit perlakuan A cenderung mengalami penurunan hingga hari ke-36 sedangkan perlakuan B dan C cenderung meningkat. Pada akhir pemeliharaan nilai nitrit ketiga perlakuan cenderung meningkat.

Gambar 5 Grafik pengukuran nitrit pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%).

Nitrat

Nilai nitrat perlakuan A dan C pada awal pemeliharaan mengalami penurunan hingga hari ke-36 dan kembali meningkat pada hari ke-72. Kadar nitrat pada perlakuan B mengalami peningkatan dari awal hingga akhir pemeliharaan (Gambar 6).

Gambar 6 Grafik pengukuran nitrat pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). (…) menunjukkan batas maksimum untuk budidaya ikan nila.

(19)

9

Fosfat

Nilai fosfat selama pemeliharaan disajikan dalam Gambar 7. Nilai fosfat cenderung meningkat hingga akhir pemeliharan. Peningkatan kadar fosfat pada perlakuan C lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B dan A.

Gambar 7 Grafik pengukuran fosfat pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%).

Sintasan

Sintasan ikan nila selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 8. Sintasan tertinggi pada perlakuan C sebesar 95.43±2.16%. Sedangkan sintasan terendah pada perlakuan A sebesar 83.24±1.75%. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara perlakuan A dengan perlakuan B dan C terhadap sintasan (P<0.05).

Gambar 8 Sintasan ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2,5%) dan C (FR 5%). Huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0.05).

Pertumbuhan Bobot Mutlak

(20)

10

Gambar 9 Pertumbuhan bobot mutlak ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05).

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak disajikan dalam Gambar 10. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 7.20±0.45 cm sedangkan pertumbuhan panjang mutlak terendah terdapat pada perlakuan A sebesar 2.42±0.10 cm. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara perlakuan A dengan perlakuan B dan C terhadap pertumbuhan panjang mutlak (P<0.05).

Gambar 10 Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05).

Laju Pertumbuhan Harian

(21)

11

Gambar 11 Laju pertumbuhan harian ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%). Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang

berbeda nyata (P<0.05).

Efisisensi Pakan

Efisiensi pakan ikan nila selama pemeliharaan disajikan pada Gambar 12. Efisiensi pakan ikan nila pada perlakuan A sebesar 95.95±11.86% dan pada perlakuan B sebesar 229.65±28.39%. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara perlakuan A dengan perlakuan B terhadap efisiensi pakan (P<0.05).

Gambar 12 Efisiensi pakan ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2,5%) dan C (FR 5%)Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05).

Hasil Produksi

(22)

12

Gambar 13 Hasil produksi ikan nila pada perlakuan A (FR 0%), B (FR 2.5%) dan C (FR 5%)Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05).

Analisis Plankton

Hasil analisis plankton disajikan dalam tabel 3 berupa hasil kelimpahan, indeks keragaman dan indeks dominansi plankton pada media pemeliharaan. Tabel 3 Kelimpahan, indeks keragaman dan indeks dominansi fitoplankton dan zooplankton.

Berdasarkan tabel 3 nilai kelimpahan, indeks keragaman dan indeks dominansi baik fitoplankton maupun zooplankton tertinggi dijumpai pada perlakuan A sedangkan terendah dijumpai pada perlakuan C. Fitoplankton yang ditemui pada kolam nila adalah kelas Chlorophyceae, Bacillariophyceae dan fitoplankton yang terbanyak ditemukan adalah kelas Chlorophyceae, sedangkan zooplankton yang ditemukan pada kolam nila adalah kelas Rotifera, Daphnia, dan Copepoda.

Analisis Ekonomi

Berikut ini merupakan hasil analisis ekonomi budidaya ikan nila yang dipelihara menggunakan sistem IMTA (Tabel 4).

Tabel 4 Analisis ekonomi budidaya ikan nila pada sistem IMTA.

URAIRAN PERLAKUAN A PERLAKUAN B PERLAKUAN C

(23)

13

JUMLAH 293700 626700 679050

E. MARGIN

Keuntungan 264390 553360 544390

Berdasarkan tabel 4, analisis ekonomi pemeliharaan ikan nila pada sistem IMTA memiliki keuntungan terbesar pada perlakuan B sebesar Rp553 360 sedangkan keuntungan terkecil terdapat pada perlakuan A sebesar Rp264 390.

Pembahasan

Kisaran suhu pada media pemeliharaan berkisar antara 24.8-34.8 oC. Kisaran suhu optimum untuk budidaya ikan nila adalah 28-30 oC (Lawson 1995). Kisaran tersebut di luar batas optimum pada ikan namun kisaran tersebut masih dapat ditoleransi ikan. Menurut Bestian (1996), suhu letal bagi ikan adalah ≤ 11 oC dan ≥ 42 o

C pada air tawar. Tingginya suhu pada awal pemeliharaan diduga karena masih sedikitnya fitoplankton yang tumbuh sehingga tidak ada yang menyerap sinar matahari dan suhu meningkat. Menurut Taufik (2012), perubahan suhu diakibatkan oleh perubahan suhu udara dan penetrasi sinar matahari.

Kisaran pH pada penelitian ini sebesar 6.5-8.5. Titik letal asam dan basa untuk ikan adalah pH 4 dan 11 (Boyd 1982). Nilai pH cenderung mengalami penurunan selama pemeliharaan, namun penurunan nilai pH masih dalam batas toleransi pada ikan. Menurut Wetzel (1975), proses respirasi oleh semua komponen ekosistem akan meningkatkan jumlah karbon dioksida, sehingga pH perairan menurun. Perairan yang memiliki karbondioksida tinggi akan menyebabkan pH perairan menjadi rendah karena akan membentuk asam karbonat. Secara umum, perubahan pH harian dipengaruhi oleh fotosintesis, respirasi organisme, dan keberadaan ion dalam perairan (Welch 1952).

(24)

14

ikan nila harus lebih tinggi dari 3 mg/l. Penurunan DO diduga karena oksigen tidak hanya digunakan untuk proses respirasi ikan, namun digunakan pula untuk proses nitrifikasi pada media pemeliharaan.

Ikan hanya mengasimilasi 20-25% protein dalam pakan yang diberikan, sisanya akan diekskresikan ke dalam air dalam bentuk nitrogen anorganik (Avnimelech dan Ritvo 2003). Berdasarkan hasil uji kualitas air nilai amonia yang terukur berkisar antara 0.0003-0.0208 mg/l. Pillay (1993) menyebutkan ambang batas maksimum konsentrasi amonia untuk kegiatan budidaya adalah 0.02 mg/l. Peningkatan tertinggi pada akhir pemeliharaan terdapat pada perlakuan C, hal ini diduga akibat adanya sisa pakan dan biomassa perlakuan C (Gambar 13) lebih tinggi dari perlakuan yang lain sehingga buangan metabolit lebih banyak. Menurut Sindilariu et al. (2008), peningkatan nilai amonia juga dapat terjadi karena limbah dari aktivitas budidaya ikan seperti sisa pakan, feses dan buangan metabolit yang merupakan sumber bahan pencemar nitrogen.

Hasil uji kualitas air nilai nitrit pada media pemeliharaan berkisar antara 0-0.347 mg/l. Nilai nitrit pada media pemeliharaan cukup baik karena tidak melebihi batas maksimal nilai nitrit pada perairan yang bersifat toksik. Hal ini sesuai dengan Boyd dan Zimmerman (2000), nilai nitrit ideal bagi pemeliharaan ikan berkisar antara 0.1-0.7 mg/l. Nitrit adalah senyawa nitrogen anorganik yang terbentuk oleh adanya oksidasi amonia oleh bakteri Nitrosomonas (Wetzel 1975). Peningkatan nitrit terjadi pada setiap perlakuan pada hari ke-72 hal ini diduga karena proses nitrifikasi tidak berlangsung dengan baik. Menurut Djokosetiyanto

et al. (2006), peningkatan nitrit dapat terjadi karena oksigen terlarut relatif kurang untuk mengubah nitrit menjadi nitrat, hal tersebut didukung dengan rendahnya oksigen terlarut pada akhir pemeliharaan (Gambar 3).

Menurut Effendi (2003), nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Nilai nitrat nitrogen yang lebih dari 0.2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya pengayaan perairan yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara cepat. Hal ini terbukti bahwa kisaran nilai nitrat maksimum sebesar 0.834 mg/l pada perlakuan A (Tabel 2) menunjukkan nilai indeks kelimpahan plankton dan zooplankton paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan B dan C (Tabel 3). Hasil uji kualitas air nilai nitrat berkisar antara 0-0.834 mg/l. Kisaran nitrat masih dalam nilai standar kualitas media untuk budidaya perairan sesuai dengan Lawson (1995) menyatakan bahwa nilai nitrat standar untuk kualitas media untuk budidaya perairan kurang dari 1 mg/l. Penurunan nitrat pada hari ke-36 diduga karena nitrat dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya, hal ini didukung dengan jumlah fitoplankton yang meningkat pada hari ke-36 (Lampiran 1) namun pada hari ke-72 terjadi peningkatan nitrat dan penurunan fitoplankton, menurut Djokosetiyanto et al.

(2006) tidak terjadinya pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton dapat meningkatkan kadar nitrat.

(25)

15 A paling tinggi. Menurut Edward dan Tarigan (2003), fosfat (PO4-P) dan nitrat (NO3-N) merupakan zat hara yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Fosfat ini dapat digunakan sebagai energi fitoplankton yang akan menjadi pakan alami bagi ikan nila.

Hasil uji statistik menyatakan perlakuan B dan C tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap sintasan (Lampiran 3). Rendahnya sintasan pada perlakuan A diduga ada kaitannya dengan kualitas pakan seperti syarat gizi yang dikonsumsi oleh ikan untuk menyokong sintasan. Hasil analisis plankton menunjukkan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton tertinggi terdapat pada perlakuan A (Tabel 3). Jenis fitoplankton yang paling mendominasi berasal dari kelas

Chlorella (Lampiran 2), hal ini diduga karena banyaknya nutrisi atau unsur hara yang terdapat pada kolam untuk pertumbuhannya. Menurut Suratman (1985), penambahan nutrisi atau unsur hara berupa bahan organik maupun anorganik ke dalam perairan dapat meningkatkan produksi fitoplankton. Meskipun indeks kelimpahan plankton sebagai pakan alami tinggi namun hal tersebut kurang dapat menyokong untuk sintasan. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan dengan gizi yang baik sebagian dicerna dan diabsorbsi untuk sintasan dan digunakan dalam memenuhi proses pemeliharaan tubuh dan pergerakkan (Utomo et al. 2005). Sintasan pada sistem IMTA cukup tinggi sebesar 95.43 % dibandingkan dengan hasil penelitian Putra et all. (2011) yang memiliki sintasan sebesar 70.67 % (tidak menggunakan sistem IMTA).

Hasil uji statistik menunjukkan pemberian pakan tambahan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (P<0.05). Laju pertumbuhan harian tertinggi menggunakan sistem IMTA sebesar 3.15 % lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Putra et all. (2011) sebesar 2.59 % (tidak menggunakan sistem IMTA). Hasil identifikasi plankton pada perlakuan A menunjukkan kelimpahan plankton tertinggi (Tabel 3) namun rendahnya pertumbuhan pada perlakuan A diduga karena pakan alami yang terdapat pada kolam tidak dapat memenuhi kebutuhan nila untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh pada proses hidupnya sehingga diperlukan pakan tambahan. Menurut (Utomo et all. (2005), makanan alami yang ada tidak memungkinkan untuk dapat mencukupi kebutuhan ikan, maka kebutuhan ikan akan pakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan dipenuhi dari pakan buatan yang dapat memenuhi syarat gizi, pencernaan dan selera ikan.

Efisiensi pakan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk penggunaan pakan yang dimanfaatkan untuk digunakan pertumbuhan bobot ikan selama masa pemeliharaan. Berdasarkan hasil uji statistik perlakuan pakan dengan FR yang berbeda mempengaruhi nilai efisiensi pakan (P<0.05). Schmittou (1992) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi pakan pada suatu organisme, yakni kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan, ukuran ikan, dan kualitas air. Penggunaan pakan secara efisien berarti jumlah pakan, jadwal pemberian dan cara pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan makan ikan (Utomo et al. 2005). Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan.

(26)

16

hasil peneltian Putra et all. (2011) sebesar 787.06 g (tidak menggunakan sistem IMTA). Berdasarkan analisis ekonomi keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan B (Rp553 360) dibandingkan perlakuan A (Rp544 390) dan perlakuan C (Rp264 390). Hal ini dikarenakan pada perlakuan A mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk pakan namun hasil produksinya tidak berbeda nyata dengan perlakuan B dan rendahnya keuntungan pada perlakuan C dikarenakan hasil produksi yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kualitas air budidaya ikan nila pada sistem IMTA yang optimal terdapat pada pemberian pakan dengan feeding rate 2.5% dengan kualitas air seperti suhu (25.2-31.1 oC), pH (6.64-8.5), DO (1.9-6.59 mg/l), amonia (0.0003-0.0208 mg/l), nitrit (0.0048-0.179 mg/l), nitrat (0-0.403 mg/l), fosfat (0.12-0.384 mg/l) masih dalam kisaran layak untuk budidaya. Feeding rate 2.5% mampu menujang sintasan (94.86±2.00%), panjang mutlak (6.77±0.20 cm), bobot mutlak (35.28±1.93 g), SGR (2.96±0.07%), EP (229.65±28.39%) yang optimal. Feeding rate 2.5% dapat memberikan hasil produksi mencapai 14 665 g dan analisis ekonomi terbaik dengan keuntungan sebesar Rp553 360. Kualitas air yang baik pada sistem IMTA dapat menekan feeding rate hingga 2.5%.

Saran

Kajian lebih lanjut untuk sistem IMTA dengan kepadatan tebar yang lebih tinggi dan feeding rate yang lebih rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Avnimelech Y, Rivto G. 2003. Shrimp and Fish Pond Soils: Processes and Management. Journal of Aquaculture. 220: 549-567.

Bestian C. 1996. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) pada Suhu Media 28±0,25 oC dengan Salinitas (0,10 dan 20 ppm) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Boyd C. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York (US): Elsevier Scientific Publishing Company.

Boyd C. Zimmerman S. 2000. Grow-out systems – Water Quality and Soil Management. Freshwater Prawn Culture: The Farming of Macrobrachium rosenbergii. 14: 221-238. Oxford (UK): Blackwell Publishing Ltd.

Djokosetiyanto D, Sunarma A, Widanarni. 2006. Perubahan amonia (NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N) pada Media Pemeliharaan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) di dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(1): 13-20.

(27)

17 Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

El-Saidy D, Gaber M. 2005. Effect of dietary protein levels and feeding rates on growth performance, production traits and body composition of Nile tilapia,

Oreochromis niloticus (L.) cultured in concentrate tanks Endocrinol.

Journal of Biology. 170: 27-38.

[FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nations (IT). 2007. Fish Statistic and Aquaculture Production [internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada: ftp://ftp.fao.org

Garno YS. 2002. Konsentrasi Polutan Limbah Budidaya dan Eutrofikasi di Sungai Citarum. Jurnal Teknologi Lingkungan. 21: 17-28.

Hopkins JS, Sandifer PA, Browdy CL, 1994. Sludge Management in Intensive Pond Culture of Shrimp: Effect of Management Regime on Water Quality, Sludge Characteristic, Nitrogen Extinction and Shrimp Production. Aquaculture Engineering. 13: 11–30.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan (ID). 2013. Data Statistik Perikanan Budidaya [internet]. [diunduh 2013 April 8]. Tersedia pada: http:// www.kkp.go.id

Lawson TB. 1995. Fundamentals of Aquacultural Engineering. New York (US): Chapman & Hall.

Maryam S. 2010. Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah Oreochromis sp. dengan teknologi Bioflok: Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd ed WB. Philadelphia (US): Sounders Company.

Peraturan Pemerintah R.I. No. 82. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta (ID): Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Pillay TVR. 1993. Aquaculture Principles and Practice. London (GB): Fishing News.

Putra I, Djokosetiyanto D, Wahjuningrum D. 2011. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila Oreochromis niloticus dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 16(1): 56-63.

Schmittou HR. 1992. Produksi Ikan dalam Keramba Mini. Pedoman Teknis Proyek Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta (ID): Puslitbang Perikanan.

Sindilariu PD, Walter C, Reiter R. 2008. Constructed Wetland as a Treatment Method for Effluents from Intensive Trout Farms. Journal of Aquaculture. 277: 179-184.

Spotte S. 1992. Captive Seawater Fishes : Science and Technology. New York (US): Willey Interscience Publication.

Suratman IF. 1985. Komposisi dan Kelimpahan Zooplankton Kolam-Kolam Budidaya Ikan Nila (Tilapia nilotica L) di Dramaga yang Dipupuk dengan TSP [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(28)

18

Taufik I. 2012. Pendederan Ikan Nila (Orechromis niloticus) dengan Sistem Akuaponik pada Berbagai Lokasi yang Berbeda. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 9-16 p.

Utomo NBP, Kumalasari F, Mokoginta I. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di Karamba Jaring Apung Waduk Jatiluhur. Jurnal Akuakultur Indonesia. 4 (1): 63-67

Walpole E Ronald. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pusaka Utama.

Webster Carl D et al. 2004. A plreliminary of assesment of growth, survival, yield, and economic return of Australian Red Claw Crayfish, Cherax quadricarinatus, stocked at 3 densities in earthen ponds in a cool, temperate climate. Journal of Applied Aquaculture. 15: 32-40.

Welch PS. 1952. Limnology. New York (US): Mc Graw Hill Company Inc. Wetzel RG. 1975. Limnology. Philadelphia (US): W.B. Saunders Company. Zooneveld NE, Huisman A, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Imas

(29)

19

Lampiran 1 Dinamika kepadatan Fitoplankton pada Kolam Nila

Lampiran 2Jenis Fitoplankton pada Budidaya Ikan Nila

No Kelas A B C

Keterangan : A = Perlakuan A B = Perlakuan B C = Perlakuan C 1 = Ulangan ke-1 2 = Ulangan ke-2 3 = Ulangan ke-3

(30)

20

Lampiran 3 Analisis Statistik (Uji-t)

Sintasan Perlakuan

A B C

A X ** **

B ** X *

C ** * X

PM Perlakuan

A B C

A X ** **

B ** X *

C ** * X

BIOMASSA Perlakuan

A B C

A X ** **

B ** X *

C ** * X

Keterangan :

* : Tidak berbeda nyata ** : Berbeda nyata

X : Tidak dilakuan perbandingan pada perlakuan

LPH Perlakuan

A B C

A X ** **

B ** X *

C ** * X

BM Perlakuan

A B C

A X ** **

B ** X *

C ** * X

EFISIENSI PAKAN

Perlakuan

B C

B X **

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 24 Oktober 1991 dari Ayah M. Soleh dan Ibu Sri Susiawati. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 2 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri dan memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Tabel 1 Alat pengukuran kualitas air
Gambar 2 Grafik pengukuran pH pada media budidaya ikan nila pada perlakuan A
Gambar 4 Grafik pengukuran amonia pada media budidaya ikan nila pada
Gambar 7 Grafik pengukuran fosfat pada media budidaya ikan nila pada
+4

Referensi

Dokumen terkait

Atom karbon misalnya memiliki 6 elektron dan juga 6 proton.Selain proton inti atom juga mengandung bagian yang secara listrik bersifat netral, yang biasa disebut

Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya

Kebaruan analisis data observasional ini terletak pada penilaian efek malaria falciparum dan vivax pada kehamilan di seluruh rentang kehilangan kehamilan termasuk keguguran,

Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya akan lebih banyak

34 Sumber primer yang digunakan penulis dalam kajian ini ialah manuskrip Melayu yang bertajuk Hikayat Mukjizat Nabi di mana ia terdiri daripada Hikayat Bulan

sistem bagi hasil yang mereka gunakan dengan sistem bagi hasil didaerah- daerah lain di Jawa, misalnya adat hasil bagi “maro” dan “mertelu”. Pada adat MARO, petani

Ini membuktikan bahwa ketika mahasiswa/i menghadapi situasi di mana mereka harus tidak setuju kepada dosen mereka, mereka jarang mengakui kesalahan mereka tetapi mereka

Pada tahap penelitian dan pengumpulan data dilakukan (1) Analisis materi dengan wawancara kepada guru matematika kelas XI IPS SMA Muhammadiyah Maumere dan