MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH DASAR LAZUARDI KAMILA GLOBAL ISLAMIC SCHOOL (GIS) SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Program Studi Agama Islam (Tarbiyah)
Disusun Oleh: TRI WIDYA TANTI
G 000 080 046
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS AGAMA ISLAM
Jl. A. Yani. Tromol Pos I. Pabelan Kartasura Telp (0271) 717417, 719483 Fax 715448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yan bertanda tanan di bawah ini penbimbing skripsi/tugas akhir: Nama : 1. Dr. Abdullah Aly. M. Ag.
2. Dra. Mahasri Shobahiya, M. Ag.
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Tri Widya Tanti
NIM : G 000 080 046
Fakultas : Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Judul : Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Lazuardi Kamila Global Islamic School (GIS) Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 13 Maret 2013 Pembimbing I Pembimbing II
ABSTRAK
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaranpun harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Adanya pengajaran yang baik, maka suatu tujuan dalam pembelajaran akan dapat tercapai.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta dan bagaimana peran guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan model pembelajaran serta peran guru dan siswa di Sekolah Dasar Lazuardi Kamila GIS Surakarta. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah hazanah pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran dan dapat dijadikan pijakan bagi peneliti berikutnya pada masa yang akan datang. Sedangkan secara praktis adalah dapat dijadikan masukan bagi Sekolah Dasar Lazuardi Kamila GIS Surakarta, untuk pengembangan PAI ke depannya dan dijadikan sebagai bahan masukan kepada semua instansi pendidikan, terutama dalam hal model pembelajaran.
Ditimnjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan, karena data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini diperoleh dari lapangan, yaitu di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis datanya adalah deskriptif kualitatif, sedangkan penarikan kesimpulannya melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta sebagai sistem memiliki komponen: a. tujuan; b. materi; c. metode; d. media; dan e. evaluasi. Metode pembelajaran yang digunakan cenderung menggunakan teori konstruktivisme pada model pembelajaran active learning. Di antara metode-metode yang berdasarkan model pembelajaran active learning adalah: a. Metode ceramah plus; b. Metode tanya jawab; c. Metode pemberian tugas; d. Metode diskusi; e. Metode sosiodrama; dan f. Metode demonstrasi. Metode-metode lain yang dikembangkan antara lain: a. klasifikasi; b. movie learning; c. metode puzzle; d. metode gabungan movie learning dan diskusi; dan e. metode gabungan movie learning, diskusi, mencatat, dan mengerjakan soal. Peran guru dalam pembelajaran: dinamisator, edukator, motivator, fasilitator, dan inovator. Peran siswa: aktif dalam pembelajaran, bersosialisasi, bertanggung jawab, kreatif, dan sebagai pusat pembelajaran.
1 PENDAHULUAN
Dalam setiap proses pembelajaran, selalu akan ada tiga komponen penting yang terkait satu sama lain. Tiga komponen penting itu adalah: (1) kurikulum, materi yang diajarkan; (2) proses, bagaimana materi diajarkan; (3) produk, hasil dari proses pembelajaran. Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan membentuk lingkungan pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini dirasakan dan dialami adalah kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam menjalankan proses pembelajaran. Selama ini, realisasi pendidikan di lapangan hanya terpaku pada materi dan hasil belajar tanpa memikirkan dampak dari pembelajaran tersebut (Gunawan, 2004: 1).
Hasil penelitian dalam pembelajaran pada dekade terakhir mengungkapkan bahwa belajar akan efektif, jika peserta didik dalam keadaan gembira. Kegembiraan dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap capaian hasil
belajar peserta didik. Bahkan potensi kecerdasan intelektual yang selama ini menjadi “primadona” sebagai penentu hasil belajar, ternyata tidak sepenuhnya benar. Kecerdasan emosional telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap efektivitas pembelajaran di samping kecerdasan intelektual (Darmansyah, 2010: 3).
Ketika peserta didik mendapat rangsangan menyenangkan dari lingkungannya, akan terjadi berbagai “sentuhan tingkat tingi” pada diri peserta didik yang membuat mereka lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik. Kenyamanan yang mereka nikmati akan memberikan kesempatan otak emosi (memori) untuk menyimpan informasi, baik dalam memori jangka pendek maupun jangka panjang. Informasi yang masuk ke dalam otak memori yang melibatkan emosi secara mendalam, akan memudahkan mereka untuk mengingat kembali saat diperlukan. Artinya, kenyamanan dan kesenangan yang dinikmati peserta didik itu, sangat membantu mereka mencapai
2 keberhasilan belajarnya secara optimal. Indikasi yang dapat dilihat secara kasat mata adalah dari wajah mereka yang memancarkan cahaya kesenangan yang luar biasa. Mereka lebih aktif dan kreatif bertanya, berdiskusi, dan menjawab berbagai pertanyaan. Mereka mengerjakan tugas-tugas dengan motivasi tinggi. Mereka merasa waktu pelajaran begitu singkat. Bahkan pertemuan-pertemuan berikut mereka nantikan dengan antusias dan penuh harapan. Gurunya pun menjadi idola yang amat disenanginya (Darmansyah, 2010: 4).
Namun, kenyataan yang dihadapi di lapangan ternyata sering tidak sesuai dengan harapan. Siswa sering menerima stimulus yang kurang dari lingkungannya. Bahkan, suasana yang tidak menyenangkan itu justru terkadang datang dari orang yang paling berperan dan berpengaruh dalam pembelajaran, yaitu guru. Siswa sering dihadapkan pada situasi yang tidak bersahabat yang diakibatkan dari ketidakmampuan guru memberikan stimulus yang menyenangkan. Tindakan guru sering membuat
mereka stres, jenuh, bosan dan tidak nyaman dalam pembelajaran. Mereka terpaksa berhadapan dengan kenyataan yang tidak dapat dielakkan, kecuali interaksi dengan lingkungan yang kurang menyenangkan (Darmansyah, 2010: 6).
Untuk itu sangat diperlukan strategi pembelajaran yang inovatif yang dirasa efektif guna melakukan proses pembelajaran yang maksimal. Dalam sekolah formal jarang sekali ditemukan strategi pembelajaran yang inovatif, guru pada sekolah formal sering hanya menerapkan strategi pembelajaran yang monoton. Oleh sebab itu, banyak siswa yang merasa perlu menggunakan alternatif pembelajaran lain di luar sekolah formal guna memenuhi kebutuhan belajarnya. Sebagai contoh dengan mengikuti bimbingan belajar yang rata-rata menawarkan strategi pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Hal inilah yang dibutuhkan siswa, agar mereka tidak bosan, dan merasa sebagai subjek dalam pembelajaran, bukan sebagai objek saja seperti yang selama ini
3 berkembang dalam pembelajaran klasik yang terpusat pada guru.
Sekolah Dasar (SD) Lazuardi Kamila Global Islamic School (GIS) adalah salah satu lembaga pendidikan Sekolah Dasar berciri Agama Islam yang menerapkan pendekatan kecerdasan majemuk (Multiple
Intelligences) yang mengakui
kepemilikan berbagai kecerdasan yang berbeda-beda dalam setiap siswa, untuk kemudian menggali dan mengembangkannya. Berdasarkan pendekatan ini, Lazuardi Kamila GIS menganggap semua anak adalah (berpotensi menjadi) juara, dan karenanya sangat “dermawan” untuk memberikan “award” kepada semua siswa.
Pengajaran agama di Lazuardi Kamila GIS, selain dimaksudkan untuk memberikan keterampilan menjalankan ibadah, diarahkan terutama untuk menanamkan akhlak mulia kepada para siswanya. Oleh karenanya, orientasinya lebih kepada ranah afektif (sikap) dan psikomotorik praktis, ketimbang kognitif. Selain itu, karena SD Lazuardi Kamila GIS
Surakarta berbasis Islam, maka di dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam juga menerapkan hafalan surah Al-Qur’an. Dengan adanya hafalan surah Al-Qur’an yang menyngkut materi pelajaran, maka dapat mempermudah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga diharapkan agar dapat mengamalkan kandungan yang ada di dalam surah tersebut.
Hal ini menarik untuk diteliti dan dikaji tentang bagaimana penerapan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Lazuardi Kamila Global Islamic School (GIS) Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.”
LANDASAN TEORI
Model merupakan “suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif”
4 (Meyer, dalam Trianto, 2011: 21). Menurut Soekamto (dalam Trianto, 2011: 22), model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Adapun menurut Joyce & Weil (dalam Rusman, 2011: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Sedangkan sistem adalah seperangkat objek yang memiliki sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi (Sagala, 2003: 193).
Model pembelajaran sebagai sistem adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam membentuk kurikulum, pengalaman dan bahan-bahan belajar yang memiliki komponen-komponen yang saling terkait dan saling mempengaruhi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar. Menurut Sanjaya (2011: 58-61), model pembelajaran sebagai sebuah sistem, memiliki komponen yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Komponen-komponen tersebut antara lain: 1. Tujuan, 2. Materi, 3. Metode, 4. Media, dan 5. Evaluasi.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), karena peneliti terjun langsung di lapangan pada saat proses penelitian. Peneliti menggunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian, karena penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Taylor dalam Moleong, 2007: 4). Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu: a. Observasi, digunakan untuk menyelidiki peristiwa dengan mengamati secara sistematik terhadap letak dan keadaan daerah serta mengamati kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Lazuardi Kamila GIS Surakarta,
5 b. Interview, untuk memperoleh data berupa metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, bagaimana penerapan metode-metode tersebut, serta peran guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung, dan c. Telaah dokumentasi, untuk memperoleh catatan atau arsip yang berkaitan dengan kajian yang berasal dari dokumen-dokumen di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta antara lain: sejarah berdiri, visi, misi dan tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana, keadaan guru, karyawan dan murid, dan kegiatan ekstra kurikuler di Sekolah Dasar Lazuardi Kamila GIS Surakarta.
Sedangkan analisis datanya terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Patilima, 2005: 98-99).
HASIL PENELITIAN
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta sebagai sebuah sistem
memiliki komponen-komponen yang saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu:
a. Tujuan, adanya tujuan pembelajaran PAI, memberikan arah ke mana dan apa yang harus dilakukan, sehingga semua yang dilakukan akan terstruktur dan tidak menyimpang dari apa yang telah menjadi rumusan tujuan. b. Materi, materi PAI terdiri dari beberapa aspek, antara lain: 1) Al-Qur’an /Hadits, yaitu materi surat pendek, huruf hijaiyyah, membaca dan menulis Al-Qur’an; 2) Keimanan/aqidah, yaitu materi syahadatai, asma’ul husna, sifat mustahil bagi Allah, rasul-rasul Allah, dan malaikat; 3) Akhlak, yaitu materi akhlaul karimah; 4) Ibadah/mu’amalah, yaitu materi taharoh, shalat, dzikir dan do’a, dan puasa; 5) Tarikh/sejarah Islam, yaitu
6 materi rasul-rasul Allah dan kisah sahabat nabi.
c. Metode, metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PAI lebih cenderung menggunakan teori konstruktivisme, sementara dari empat model pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta menerapkan model pembelajaran active learning. Di antara metode-metode yang berdasarkan model pembelajaran active learning adalah:
1) Metode ceramah plus Guru PAI memberikan variasi dalam penggunaan metode ceramah dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, sehingga dalam pembelajaran terjadi komunikasi dua arah dan dapat membuat siswa lebih aktif.
2) Metode tanya jawab
Guru PAI memberikan pertanyaan kepada siswa, jika siswa dapat menjawab maka diberikan apresiasi, dengan begitu dapat membuat siswa lain menjadi semangat dan berani menjawab. Bagi siswa yang belum dapat menjawab, guru memberikan motivasi agar tidak takut mencoba. Dengan begitu, siswa berani menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
3) Metode pemberian tugas Dalam mengerjakan soal, siswa diberikan kebebasan dalam berpikir, yang paling penting adalah siswa harus dapat mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya kepada guru.
4) Metode diskusi
Berdiskusi dapat membuat siswa bebas menyampaikan apa yang
7 ada dalam pikiran/benak mereka, dengan begitu dapat melatih siswa berani berbicara di depan umum dan dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.
5) Metode sosiodrama
Melalui metode sosiodrama, siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran yang telah diperankan. Siswa menjadi lebih aktif dan berperan penuh dalam pembelajaran.
6) Metode demonstrasi Guru PAI memberikan contoh cara membaca Al-Qur’an yang benar kepada siswa dan mengulanginya sampai siswa benar-benar bisa membaca dengan benar, sesuai dengan yang telah diajarkan oleh guru. Metode-metode lain yang dikembangkan guru PAI di metode yang disarankan teori konstruktivisme yang dapat
membuat siswa aktif antara lain:
1) Metode klasifikasi
Siswa dilibatkan langsung dalam pembelajaran, yaitu dengan mengklasifikasikan suatu hal mengenai materi pelajaran dan suasana belajar dibuat lebih menyenangkan, sehingga siswa dapat lebih aktif, dapat dengan mudah memahami dan mengingat materi pelajaran lebih lama.
2) Movie learning
Dengan belajar penemuan, siswa dapat lebih mudah mempelajari materi pelajaran dengan mengaitkan antara film yang diputar dengan materi pelajaran.
3) Metode puzzle
Metode puzzle dapat menjadikan siswa lebih aktif dan melakukan sebagian besar kegiatan belajar, karena dengan
8 guru menukar bagian puzzle dengan kelompok lain dapat merangsang keingintahuan dan usaha yang dilakukan siswa untuk memecahkan teka-teki yang diberikan guru. 4) Metode gabungan movie
learning dan diskusi Setelah siswa melihat film yang diputar guru, siswa berdiskusi mengenai hal yang berhubungan dengan film tersebut. Hal ini dapat merangsang siswa lebih aktif dan lebih mempermudah siswa memahami materi yang diajarkan.
5) Metode gabungan movie
learning, diskusi,
mencatat, dan mengerjakan soal
Dalam pelaksanaan metode gabungan ini, siswa belajar dengan cara mendengar, melihat, berdiskusi, dan mencatat. Belajar dengan cara
tersebut sangat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran.
d. Media, adanya media dalam pembelajaran, sangat membantu guru dalam pembelajaran, karena dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
e. Evaluasi, adanya evaluasi dalam PAI, guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dan juga dapat mengetahui keberhasilan dalam setiap pembelajaran.
2. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta dengan merujuk pada teori konstruktivisme antara lain:
a. Peran guru: 1) Sebagai dinamisator, membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran; 2) Edukator, membimbing siswa bekerja sama dengan siswa lain; 3)
9 Motivator, memberi dorongan kepada siswa agar bertanggung jawab dalam pembelajaran; 4) Fasilitator, memberikan bantuan teknis, arahan, dan petunjuk kepada siswa; 5) Inovator, melakukan kegiatan kreatif agar dapat membuat siswa berkonsentrasi dalam pembelajaran dengan memberikan permainan, dan mengembangkan metode pembelajaran; 6) Supervisor, mengamati kegiatan pembelajaran; dan 7) Evaluator, menilai pekerjaan siswa.
b. Peran siswa: 1) aktif dalam pembelajaran, karena siswa menjadi subjek dalam pembelajaran; 2) Bersosialisasi, karena siswa bekerja sama dengan siswa lain dalam pembelajaran; 3) Bertanggung jawab, karena setiap pendapat dan perilaku
di kelas
dipertanggungjawabkan
kepada guru; 4) Kreatif, karena dapat menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah; dan 5) Sebagai pusat pembelajaran, karena sebagian besar aktivitas belajar dilakukan oleh siswa. SIMPULAN
1. Bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta telah diterapkan sebagai sebuah sistem dengan indikator: a. Tujuan, b. Materi, c. Metode, d. Media, dan e. Evaluasi.
Model pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta menerapkan teori konstruktivisme, yang menerapkan model pembelajaran active learning. Metode-metode tersebut antara lain: a. Metode ceramah plus, b. Metode tanya jawab, c. Metode pemberian tugas, d. Metode diskusi, e. Metode sosiodrama, dan f. Metode demonstrasi.
10 Metode-metode lain yang dikembangkan guru PAI di luar metode yang disarankan teori konstruktivisme yang dapat membuat siswa aktif antara lain: a. Metode klasifikasi, b. Movie learning, c. Metode puzzle, d. Metode gabungan movie learning dan diskusi, dan e. Metode gabungan movie learning, diskusi, mencatat, dan mengerjakan soal. 2. Peran guru dan siswa dalam
pembelajaran PAI di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta dengan merujuk pada teori konstruktivisme antara lain:
a. Peran guru: 1) Dinamisator, 2) Edukator, 3) Motivator, 4) Fasilitator, 5) Inovator, 6) Supervisor, dan 7) Evaluator. b. Peran siswa: 1) Aktif dalam
pembelajaran, 2) Bersosialisasi dengan siswa lain, 3) Bertanggung jawab dalam pembelajaran, 4) Kreatif, dan 5) Sebagai pusat pembelajaran.
SARAN
1. Bagi guru PAI, seyogyanya lebih meningkatkan kualitas model pembelajaran yang digunakan di SD Lazuardi Kamila GIS Surakarta, karena dalam pelaksanaan metode sosiodrama dan diskusi masih belum sesuai dengan teori.
2. Bagi pengurus sekolah, seyogyanya dapat meningkatkan sarana dan prasarana yang ada, dengan memisahkan antara ruang audio visual dan perpustakaan. DAFTAR PUSTAKA
Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, Adi W. 2004. Strategi Genius Learning. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2007. Metode
11 Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Patilima, Hamid. 2005. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan
Makna Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Syafaat, Aat (dkk). 2008. Peranan
Pendidikan Agama Islam
Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Trianto. 2011. Mendesain Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.