1
1.
Latar Belakang Masalah
maka kesalahan dalam audit dapat seger ditemukan karena auditor semakin
peka dalam mendeteksi kesalahan yang luar biasa serta memahami
mengenai hal-hal terikat (Kharismatuti dan Hadiprajitno, 2012)
Bidang profesi akuntan publik ini adalah salah satu profesi yang
dipercaya oleh rakyat. Masyarakat sangat mengharapkan profesi akuntan
publik memberikan evaluasi yang adil dan tidak berpihak terhadapinformasi
yang akan diberikan oleh pejabat perusahaan dalam laporan keuangan
tersebut . Mulyadidan Puradiredja, (1998) dalam Kurnia dkk (2014). Guna
untuk mendukung profesi akuntan publik maka dalam mengerjakan tugas
audit, seorang auditor harus berpegang pada standar audit yang telah
ditentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yaitu standar
umum, standar pekerjaan lapangan,dan standar pelaporan.Standar umum
adalah cerminan kualitas individu seseorang yang mesti dimiliki oleh
auditor. Dimana auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup dalam melaksanakan prosedur audit (Tjun dkk, 2012)
Kualitas audit menjadi perhatian khusus bagi auditor. Menurut De
Angelo (1981), kualitas audit adalah keadaan dimana auditor telah
mendapatkan dan melaporkan mengenai ketidaksesuaian prinsip yang
terjadi pada laporan keuangan klien. Menurut Lastanti (2005) dalam
Ningsih dan Yuniartha S. (2013).
kebenarannya bagi pihak yang berkepentingan. Seorang auditor harus bisa
meningkatkan sikap profesionalisme dalam mengerjakan audit atas laporan
keuangan menggunakan pedoman pada standar kualitas audit yang telah di
tentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
Akuntan publik dalam mengaudit tugas perusahaan klien berada pada
posisi strategis sebagai pihak ketiga didalam lingkungan perusahaan klien
yaitu ketika auditor melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam
mengaudit laporan keungan perusahaan klien. Dalam hal ini manajemen
(agen) menginginkan kinerja yang terlihat positif dipihak eksternal
perusahaan terutama pemilik (prinsipal). Akan tetapi di lain pihak, pemilik
(prinsipal) menginginkan agar auditor menyajikan laporan dengan
sejujur-jujurnya sesuai keadaan yang telah terjadi di perusahaan. Penjabaran di atas
menunjukkan adanya suatu kepentingan yang sangat berbeda antara
pemakai laporan keuangan dan manajemen (Elfarini,2007 dalam Tjun
(2012).
Standar umum yang kedua ini mengharuskan auditor untuk tidak
memihak kepada siapapun serta dapat menghadapi berbagai tekanan dari
klien. Auditor dituntut untuk memiliki sikap independen dalam melakukan
audit. Independensi adalah sikap auditor yang harus mempertahankan
temuannya serta tanpa pengaruh dari klien atau pihak yang memiliki
kepentingan dengan hasil audit. Kualitas audit juga dipengaruhi oleh
tekanan waktu yang diberikan klien dalam melaksanakan tugas audit.
Auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit sesuai dengan waktu yang
disepakati dengan klien. Tekanan tersebut membuat auditor semakin
meningkatkan efisiensi dalam mengaudit sehingga seringkali pelaksanaan
audit yang dilakukan oleh auditor tidak selalu berdasarkan prosedur dan
perencanaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor
untuk melaksanakan audit dengan benar. Untuk memperoleh kompetensi
tersebut, dibutuhkan pendidikan dan pelatihan bagi auditor yang dikenal
dengan nama pendidikan profesional berkelanjutan. Oleh sebab itu, audit
hanya bisa dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian khusus serta
telah mengikuti pelatihan secara teknis pada bidang audit untuk menunjang
profesiynya sebagai auditor. Auditor yang memiliki tingkat pedidikan yang
tinggi, maka pengetahuan yang miliki akan semaki luas. Pengalaman juga
tentunya dapat menunjang karir seorang auditor.Hal ini di ungkapkan oleh
Kurnia dkk (2014). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Indenpendensi dalam audit berarti independen dalam kenyataan akan
ada apabila pada kenyataan auditor mampu mempertahankan sikap yang
tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Artinya sebagai kejujuran
yang tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, hal
ini berarti bahwa dalam mempertimbangkan fakta fakta yang di pakai
sebagai dasar pemberian pendapat, auditor harus objektif dan tidak
berprasangka.
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
indenpendensi
berpengaruh terhadap kualitas audit.
mengefisiensikan anggaran dari waktu yang telah disepakati atau dengan
kata lain pembahasan mengenai waktu anggaran yang tidak fleksibel
(Nirmala& Cahyonowati, 2013). Basuki dan Mahardani (2006) juga
mengungkapkan bahwa sebagai auditor meyakini jika anggaran waktu tidak
realistis, tetapi sebagai seorang auditor yang professional tentu harus
menyanggupi anggran waktu yang telah disepakati dengan klien.
Auditor yang berhadapan dengan tekanan waktu bisa merespon dalam
dua caraialah dengan bekerja lebih keras lagi, atau semakin efisien dalam
menggunakan waktu. Bila diperlukan, auditor juga dapat meminta tambahan
waktu kepada atasan (Otley dan Pierce,1996), dan menggunakan prosedur
audit yang lebih efisien (Coram et al. 2003). Terkadang tekanan waktu
dipandang dapat menurunkan tingkat kinerja, namun bilapengalokasian
waktu dilakukan dengan tepat justru berfungsi sebagai mekanisme kontrol
dan suatu indikator keberhasilan bagi kinerja auditor dan kantor
akuntanpublik (Cook & Kelley, 1991).
Ikatan Akuntan Indonesia di Jakarta tahun 1998. Kode etik akuntan terdiri
dari tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas,
kompetensi
dan
kehati-hatian
professional,
kerahasiaan,
perilaku
professional, dan standar teknis (Halim: 2008).
Pengalaman kerja terhadap kualitas audit dari penelitian yang di
lakukan oleh Kusharyanti (2003) ditemukan bahwa auditor yang
berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan
keuangan. Mereka juga mampu memberi alasan yang masuk akal atas
kesalahan kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokan
kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi
yang mendasarinya.
Libby & Frederick (1990)dalam Kusharyanti (2003:5) mengemukakan
bahwa auditor yang berpengalaman memiliki pemahaman yang jauh lebih
baik. Auditor yang berpengalaman juga lebih mampu memberikan
penjelasan yang lebih masuk akal atas kesalahan-kesalahan didalam laporan
keuangan dan dapat pula mengelompokkan kesalahan-kelahan berdasarkan
pada tujuan awal audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari
(Libby et.al, 1985)dalam Mayangsari (2003:4).
berbeda yang menghasilkan temuan bahwa semakin pengalaman auditor
maka semakin tinggi pula tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.
Penelitian mengenai kualitas audit telah banyak dilakukan oleh
peneliti
–
peneliti sebelumnya. Kurnia dkk (2014) melakukan penilitian
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kualitas
audit,
hasil
penelitiannya dimana kompotensi, indenpensi, tekanan waktu dan etika
auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Ningsih dan Yuanirtha (2013) menyatakan bahwa kompetensi dan
Indenpendensi berpengaruh secara signifian terhadap kualitas audit. Tapi
tidak dengan
time budget pressure
yang berpengaruh negatif terhadap
kualias audit
Tjun Tjun (2012) menyatakan Kompetensi Auditor berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas audit.sedangkan Indenpendensi Auditor
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Andreani Hanjani (2014) dasil dari penelitian menunjukan bahwa
etika auditor, pengalaman auditor, pengalaman auditor, fee audit dan
motivasi auditor berpengaruh signifikan dan positifterhadap kualitas.
yang dilakukan Kurnia dkk (2014), variabel yang digunakan terdiri dari lima
varibel, variabel divendennya yaitu kualitas audit sedangkan variabel
independennya yaitu kompotensi, indenpensi, tekanan waktu, etika auditor
dan pengalaman auditor Sedangkan untuk perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada : (1) Menambah variabel independen
berupa pengalaman auditor (2) Tempat penelitian dan pengumpulan data
berada di KAP semarang.
2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan riset gap (
research gap
) yakni hasil penelitian winda dkk
(2014) menjelaskan,Indenpensensi berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit. Hal ini berbeda dengan hasil penelitianTjun Tjun (2012) yang
menyatakan bahwa indenpensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit.
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
mengetahui faktor
–
faktor yang mempengaruhi pengaruh kualitas audit.
Sehingga timbul pertanyaan dalam penelitian (
qustion research
) ini adalah
sebagai berikut :
5.
Apakah pengalaman auditor mempunyai pengaruh terhadap kualitas
audit?
3.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti
empiris bahwa kompetensi,independensi, tekanan waktu,etika auditor dan
pengalaman auditorberpengaruh terhadap kualitas audit baik secara
simultan maupun parsial.
4.
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Peneliti
Sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga
dalam menulis karya ilmiah dan memperluas wawasan dalam bidang
auditing. Dan sebagai referensi bagi penelitian yang sama berikutnya.
2.
Bagi Universitas
Menambah referensi sebagai perbandingan yang akan datang serta
sebagai tambahan perpustakaan yang sudah ada.
3.
Bagi Pembaca