• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja - PENGARUH KEPEMIMPINAN, DISIPLIN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN MANNAYO RESTO & CAFE PURWOKERTO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja - PENGARUH KEPEMIMPINAN, DISIPLIN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN MANNAYO RESTO & CAFE PURWOKERTO - repository perpustakaan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Menurut Edison (2016) kinerja adalah hasil dari suatu proses yang

mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan

atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Mangkunegara (2009)

dalam jurnal Setyowati&Haryani (2016) mengemukakan bahwa istilah

kinerja dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja

atau prestasi sesungguhnya) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.

Kinerja menjadi cerminan kemampuan dan keterampilannya dalam

pekerjaan tertentu yang akan berdampak pada reward dari perusahaan..

Menurut Sutrisno (2016), kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam

melaksanakan tugas, hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing atau tentang bagaimana seseorang

diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah

dibebankan kepadanya serta kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan

(2)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

kinerja adalah hasil yang diperoleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya

dalam waktu tertentu sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan oleh

suatu organisasi.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan menurut

Sutrisno (2016) yaitu :

a. Efektivitas dan Efisiensi

Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik

buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Masalahnya adalah

bagaimana proses terjadinya efisiensi dan efektivitas organisasi. Dikatakan

efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efisien bila hal itu memuaskan

sebagai pendorong mencapai tujuan.

b. Otoritas dan Tanggung jawab

Dalam organisasi yang baik, wewenang dan tanggung jawab telah

didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas.

Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi

haknya dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu

(3)

c. Disiplin

Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang

ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan.

Masalah disiplin karyawan yang ada di dalam organisasi baik atasan

maupun bawahan akan memberikan corak terhadap kinerja organisasi.

Kinerja organisasi akan tercapai apabila kinerja individu maupun kelompok

ditingkatkan.

d. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk

ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

Dengan perkataan lain, inisiatif karyawan yang ada di dalam organisasi

merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi

kinerja.

3. Pengertian Evaluasi Kerja/Penilaian Kerja

Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari

pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan Andrew E..

Sikula (1981) dalam Mangkunegara (2007). Selanjutnya menurut Wirawan

(2009) mendefinisikan “Evaluasi kinerja sebagai proses penilai – pejabat

yang melakukan penilaian (appraiser) mengumpulkan informasi mengenai

kinerja ternilai – pegawai yang dinilai (appraise) yang didokumentasikan

(4)

dengan standar kinerjanya secara priodik untuk membantu pengambilan

keputusan manajemen SDM”.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk

mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.

4. Tujuan Penilaian Kerja / Evaluasi kerja

“Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM

organisasi” Mangkunegara (2007). Secara lebih spesifik, tujuan dari

evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto (1999) dalam

Hasibuan (2007) adalah:

a) Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan

kinerja.

b) Mencatat dan mengakui hasill kerja seseorang karyawan, sehingga

mereka termotivasi untuk yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya

berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

c) Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan

dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau

terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

d) Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,

sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan

(5)

e) Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai

dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian

menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

Banyak organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan

yang terbaik dan terpercaya dalam bidangnya. Untuk itu sangat tergantung

dari para pelaksanaannya, yaitu para karyawannya agar mereka mencapai

sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam Coorporate

planning-nya.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kerja

Menurut Mangkunegara (2012) Faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

a. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi

(IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pimpinan dan

karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ

superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan tampil dalam pekerjaan sehari-hari,

maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

b. Faktor Motivasi (motivation)

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan

karyawan terhadap situasi kerja dilingkungan organisasi. Mereka yang

(6)

tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerja

maka, akan menunjukkan motivasi yang rendah. Situasi kerja yang

dimaksud mencangkup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim

kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kera dari kondisi kerja.

B. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan sebagai konsep manajemen dalam organisasi

mempunyai kedudukan strategis, karena merupakan sentral bagi

seluruh kegiatan organisasi. Kepemimpinan mutlak diperlukan dimana

terjadi hubungan kerjasama dalam mencapai tujuan organisasi.

Dalam kenyataannya kepemimpinan dapat mempengaruhi moral

dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama

tingkat prestasi suatu organisasi. Kepemimpinan juga memainkan

peranan kritis dalam membantu kelompok atau perorangan untuk

mencapai tujuan mereka.

Menurut M. S. P. Hasibuan (2007), kepemimpinan adalah :

“Proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa

yang akan dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara

efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk

(7)

2. Definisi Kepemimpinan menurut para ahli

Menurut Donni dan Suwatno (2011), kepemimpinan meliputi :

a. Kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa semua

hubungan dapat melibatkan pimpinan.

b. Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi, kejelasan

dan keakuratan dari komunikasi mempengaruhi prilaku dan kinerja

pengikutnya.

c. Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai, pemimpin

yang efektif harus berhubungan dengan tujuan–tujuan individu,

kelompok dan organisasi.

Menurut Sutisna (2011), kepemimpinan adalah :

“Kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik

langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakan

orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati

bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu”.

Dari definisi tentang kepemimpinan yang telah dikemukakan,

menunjukkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan tingkah

laku seorang pemimpin untuk menggerakan, mendorong, membimbing

serta berkomunikasi dengan bawahannya agar mau bekerja dengan

rela tanpa terpaksa dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan

(8)

3. Tipe Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan menurut Sutikno (2014) mengatakan gaya

kepemimpinan atau perilaku kepemimpinan atau sering disebut Tipe

Kepemimpinan. Tipe kepemimpinan yang luas dikenal dan diakui

keberadaanya adalah sebagai berikut :

1. Tipe Otokratik

Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak

pribadinya (pemimpin), sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang

lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang pemimpin

yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karateristik yang biasanya

dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik

adalah seorang yang egois. Seorang pemimpin otokratik akan menunjukan

sikap yang menonjolakan keakuannya, dan selalu mengabaikan peranan

bawahan dalam proses pengambilan keputusan, tidak mau menerima saran

dan pandangan bawahannya.

2. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire)

Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan

otokratik. Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya

menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari 16

tanggung jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas cenderung

memilih peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut

(9)

dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan

maka semua usahanya akan cepat berhasil.

3. Tipe Paternalistik

Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam

kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan

kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu

berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan

sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan

perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin

yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya

merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan

organisasi.

4. Tipe Kharismatik

Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khusus yaitu

daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh

pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat

menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut itu dikagumi. Hingga

sekarang, para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa

seorang pemimpinmemiliki kharisma. Yang diketahui ialah bahwa

pemimpin yang demikian mempunyai daya penarik yang amat besar.

5. Tipe Militeristik

Pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin organisasi

(10)

menggerakan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah,

senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada

formalitas yang berlebih-lebihan. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku

dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya.

6. Tipe Pseudo-demokratik

Tipe ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik.

Tipe kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang

berusaha mengemukakan keinginan-keinginannya dan setelah itu membuat

sebuah panitia, dengan berpura-pura untuk berunding tetapi yang

sebenarnya tiada lain untuk mengesahkan saran-sarannya. Pemimpin

seperti ini menjadikan demokrasi sebagai selubung untuk memperoleh

kemenangan tertentu. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratik hanya

tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap

otokratis. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah

kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus,

samarsamar.

7. Tipe Demokratik

Tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang demokratis, dan bukan kerena

dipilihnya sipemipin secara demokratis. Tipe kepemimpinan dimana

pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran,

pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah

18 untuk mencapai kata sepakat. Kepemimpinan demokratik adalah

(11)

pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab.

Pembagian tugas disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang

jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif.

4. Sifat-Sifat Pemimpin

Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain

dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/ mutu

perilakunya, yang dipakai sebagai criteria untuk menilai

kepemimpinannya. Menurut Ordway Tead dalam buku Kartono (2010)

sifat-sifat pemimpin terdiri dari :

a. Energi jasmaniah dan mental

Hampir semua pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang

luar biasa. Energi jasmani yaitu mempunyai daya tahan, keuletan,

kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan

pernah habis. Sedangkan energi mental yaitu berupa semangat juang,

motivasi kerja, kesabaran, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa

untuk mengatasai semua permasalahan yang dihadapi. Kedua Energi

tersebut dibutuhkan seorang pemimpin untuk meningkatkan efektifitas

serta kinerjanya dalam mengelola perusahaan dan bawahanya.

b. Kesadaran akan tujuan dan arah

Pemimpin memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan

(12)

yang akan ditujunya, serta pasti memberikan manfaat bagi diri sendiri

maupun bagi kelompok yang dipimpinnya.

c. Antusiasme

Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat,

berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan,

memberikan sukses dan menimbulkan semangat kerja. Semua ini dapat

membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat besar pada pribadi

pemimpin maupun para anggota kelompok.

d. Keramahan dan Kecintaan (friendliness amd affection)

Kasih sayang dan dedikasi pemimpin dapat menjadi tenaga penggerak

yang positif untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi semua

pihak. Keramah tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain

juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi

keramahan tersebut.

5. Integritas ( keutuhan, kejujuran dan ketulusan hati)

Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan

seperasaan dengan bawahannya bahkan merasa senasib dan

sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama.

6. Penguasaan Teknis

Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis

tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin

(13)

7. Ketegasan dalam mengambil keputusan

Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat,

tegas dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.

Selanjutnya ia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran

keputusannya.

8. Kecerdasan (Intelligence)

Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan

kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab

dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat

menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat.

9. Keterampilan mengajar (teaching skill)

Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menuntun,

mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan bawahannya

untuk berbuat sesuatu.

10. Kepercayaan (Faith)

Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya sealu didukung kepercayaan

bawahannya. Yaitu kepercayaan bahwa anggota pasti dipimpin dengan

baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan sasaran-sasaran yang benar.

11.Hubungan antara kepemimpinan dengan kinerja karyawan

Menurut Kartono (2010) mengatakan bahwa Kepemimpinan merupakan

salah satu faktor dalam peningkatan kinerja pegawai, karena pada dasarnya

(14)

mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada bawahan. Pendapat para ahli

mengemukakan bahwa terdapat empat fungsi manajemen yang berpengaruh

terhadap kinerja pegawai, salah satunya adalah kepemimpinan. Pada

umumnya setiap pemimpin selalu mengharapkan dan mengusahakan agar

bawahannya mempunyai kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan serta

menyelesaikan tugas yang diembannya dengan baik, agar sesuai sasaran

tertentu yang telah ditetapkan. Kinerja pegawai hanya dapat dicapai dengan

mencocokkan pemimpin dengan situasi atau dengan mengubah situasi agar

cocok dengan pemimpin, seperti kemampuan dan interaksi sesama pemimpin,

bawahan dan atasan.

C. Disiplin Kerja

1. Definisi Disiplin Kerja

Beberapa ahli telah mengemukakan pendapat mengenai pengertian

apa yang dimaksud dengan disiplin, diantaranya yaitu:

Menurut Hasibuan (2011) Kedisiplinan adalah “kesadaran dan

kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma

sosial yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung

jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikannya. Hal ini tersebut

mendorong gairah kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan”.

Menurut Dermawan (2013) “Disiplin kerja sebagai suatu sikap,

tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai peraturan dari organisasi dalam

(15)

Sedangkan menurut Sutrisno (2016) Disiplin adalah “perilaku

seseorang yang sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang ada, sikap,

tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi

baik tertulis maupun yang tidak tertulis”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin

merupakan suatu sikap yang dilandasi atas kesadaran pribadi untuk

mentaati peraturan maupun tata tertib organisasi ataupun perusahaan baik

yang tertulis maupun tidak tertulis dan tidak mengelak untuk menerima

sanksi apabila melakukan pelanggaran.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

Menurut Hasibuan (2011) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

diantaranya:

1) Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara

ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti

bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus

sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja

dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2) Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

(16)

bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin

baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan

pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan

pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan

kurang disiplin

3) Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan

karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan

karyawan terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan

semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin

baik pula. Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan

karyawan. Artinya semakin besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan

karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan

menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama

kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

4) Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena

ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta

diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan

dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau

hukuman, akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang

baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap

(17)

menciptakan kedisiplinan yang baikpula. Jadi, keadilan harus

diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar kedisiplinan

karyawan perusahaan baik pula.

5) Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif

dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat

berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,

sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti

atasan harus selau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan

memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif merangsang

kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat

perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari

atasannya.

6) Sanksi hukuman

Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara

kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat,

karyawan akan semakin takut melanggar peraturan perusahaan, sikap,

dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

7) Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas

(18)

dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani

menindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner

akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan

demkian, pimpinan akan memelihara kedisiplinan karyawan

perusahaan.

8) Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.

Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari

Direct Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross

Relationship hendaknya berjalan harmonis. Manajer harus berusaha

menciptakan suasana kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik

secara vertikal maupun horizontal diantara semua karyawannya.

Terciptanya Human Relationship yang serasi akan mewujudkan

lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi

kedisiplinan yangbaik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan

akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut

baik.

3. Teknik-teknik pelaksanaan kedisiplinan

Menurut Mangkunegara (2012) menjelaskan teknik pelaksanaan

kedisiplinan sebagai berikut:

(19)

Yaitu tindakan perbaikan sedini mungkin dari pihak manajer

mengurangi tindakan disipliner dimasa mendatang.

2. Teknik disiplin pencegahan yang efektif

Yaitu teknik yang dilakukan para manajer dengan cara memberi contoh

disiplin yang baik kepada para bawahan dengan datang tepat waktu,

mengadakan hubungan yang erat dengan para bawahan dan memberika

pujian tentang pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik.

3. Teknik disiplin dengan mendisiplinkan diri

Ialah usaha seseorang untuk mengendalikan reaksi mereka terhadap

keadaan yang mereka tidak senangi, dan usaha seseorang untuk

mengatasi ketidaksenangan itu.

4. Teknik disiplin inventori penyelia

Yaitu suatu cara yang memeberikan sebuah pertanyaan tentang

kedisipilinan kepada setiap karyawan yang nantinya jawaban dari setiap

pertanyaan tersebut dibandingkan dengan yang lain dan mencari

kesepakatan tentang perubahan disiplin untuk masa yang akan datang,

agar adanya perubahan yang lebih baik dan efektif.

5. Teknik disiplin menegur pegawai

Ialah teknik yang dilakukan seorang manajer yang menegur

bawahannya yang melakukan sebuah kesalahan atau melanggar

kedisiplinan, sementara bawahannya tersebut masih ada hubungan

(20)

Hal ini dilakukan agar ia mau berdisiplin dan menghindari tindakan

tidak berdisiplin yang dilakukan karyawan lain.

6. Teknik disiplin menimbulkan kesadaran

Teknik yang dilakukan dengan memberikan sebuah pertanyaan halus

yang isinya sebuah teguran dan singgungan kepada karyawan yang

melakukan kesalahan agar ia mau memperbaiki kesalahan tersebut.

7. Teknik “Sandwich”

Yaitu teknik yang dilakukan dengan teguran lisan secara langsung dari

seorang manajer, diikuti oleh ucapan syukur dan diakhiri dengan

peringatan lunak.

4. Tipe-tipe disiplin

Menurut Mangkunegara (2012) tipe-tipe disiplin dibagi menjadi 2,

yaitu:

1. Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk

mendorong para karyawan agar mengikuti standar dan aturan,

sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran

pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri di antara para

karyawan.

2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk

menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Disiplin korektif

(21)

pendisiplinan (Disciplinary Action). Tindakan pendisiplinan bisa

berupa peringatan atau skorsing.

5. Hubungan antara disiplin dengan kinerja karyawan

Menurut Rivai (2011) Disiplin kerja merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja di organisasi melalui disiplin diri karena

disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi.

Melalui disiplin diri seorang pegawai selain menghargai dirinya juga

menghargai orang lain. Disiplin yang terbentuk di dalam diri seorang

karyawan merupakan sebuah cerminan besarnya rasa tanggung jawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya, hal ini

mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan

organisasi, karyawan, serta masyarakat pada umumnya.

D. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Beberapa ahli telah mengemukakan pendapat mengenai pengertian

apa yang dimaksud dengan motivasi, diantaranya yaitu:

1. Menurut Mangkunegara (2007) motivasi kerja adalah: "kondisi yang

menggerakan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya”.

2. Hasibuan (2007) mengatakan motivasi adalah pemberian daya

(22)

mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

upayanya untuk mencapai kepuasan.

3. Sedangkan menurut Wibowo (2010) motivasi merupakan “dorongan

terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan.

Sedangkan elemen yang terkandung dalam motiavasi meliputi unsur

membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas,

bersifat terus-menerus dan adanya tujuan”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja

merupakan suatu faktor yang menggerakan dan mendorong seseorang

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu oleh karena itu motivasi sering

kali diartikan pula sebagai faktor pendorong atau penggerak perilaku

seseorang agar mau bekerja secara produkti serta dapat mewujudkan

tujuan yang telah ditentukan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Menurut Sutrisno (2016) faktor-faktor tersebut dapat dibedakan

atas faktor intern dan ekstern yang berasal dari karyawan.

1) Faktor Intern

a) Keinginan untuk hidup.

Keinginan untuk hidup merupakan setiap manusia yang hidup di

muka bumi ini. Untuk mempertahankan hidup ini orang mau

mengerjakan apa saja, apakah pekerjaan itu baik atau jelek, apakah

(23)

b) Keinginan untuk dapat memiliki.

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang

untuk mau melakukan pekerjaan. Hal ini banyak yang kita alami

dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa keinginan yang keras untuk

dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk mau bekerja.

c) Keinginan untuk memperoleh penghargaan.

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui,

dihormati oleh orang lain. Untuk memperoleh status sosial yang

lebih tinggi, orang mau mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh

uang itu pun ia harus bekerja keras. Jadi, harga diri, nama baik,

kehormatan yang ingin dimiliki itu harus diperankan sendiri,

mungkin dengan bekerja keras memperbaiki nasib, sebab status

untuk diakui seorang terhormat tidak mungkin diperoleh bila yang

bersangkutan termasuk pemalas, tidak mau bekerja, dan sebagainya.

d) Keinginan untuk memperoleh pengakuan.

Keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi hal-hal:

(1) Adanya pengahargaan terhadap prestasi

(2) Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak

(3) Pimpinan yang adil dan bijaksana

(4) Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.

(24)

2) Faktor Ekstern

a) Kondisi lingkungan kerja.

Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasana kerja

yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang

dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini,

meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan,

pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara

orang-orang yang ada ditempat tersebut. Sehingga kondisi

lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

b) Kompensasi yang memadai.

Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi karyawan

untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang

memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi

perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.

c) Supervisi yang baik.

fungsi supervisi dalam suatu perusahaan adalah memberikan

pengarahan, membimbing kerja para karyawan agar dapat

melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan.

d) Adanya jaminan pekerjaan

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang

ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa

ada jaminan karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Mereka

(25)

bekerja sampai tua cukup dalam satu perusahaan saja, tidak usah

sering kali pindah.

e) Status dan tanggung jawab.

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan

setiap karyawan dalam bekerja. Mereka bukan hanya mengharapkan

kompensasi semata, tetapi pada satu masa mereka juga berharap

akan dapat kesempatan menduduki jabatan dalam suatu perusahaa.

Dengan menduduki jabatan, orang akan merasa dirinya dipercayai,

diberi tanggung jawab, dan wewenang yang besar untuk melakukan

kegiatan-kegiatan.

f) Peraturan yang fleksibel

Bagi perusahaan besar biasanya sudah ditetapkan sistem dan

prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. Sistem

dan prosedur kerja ini dapat kita sebut dengan peraturan yang

berlaku dan bersifat mengatur dan melindungi para karyawan.

Semua ini merupakan aturan main yang mengatur hubungan kerja

antara karyawan dengan perusahaan, termasuk hak dan kewajiban

para karyawan, pemberian kompensasi, promosi, mutasi dan

sebagainya.

3. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian motivasi yang baik

Menurut Sutrisno (2016) “pemberian motivasi kepada karyawan

(26)

lebih meningkatkan volume dan mutu pekerjaan yang menjadi tanggung

jawab”. Untuk itu, seorang pimpinan perlu memperhatikan hal-hal berikut

agar pemberian motivasi dapat berhasil seperti yang diharapkan, yaitu:

1) Memahami perilaku bawahan.

Seorang pemimpin dalam tugas keseluruhan hendaknya dapat

memperhatikan, mengamati perilaku para bawahan

masing-masing. Dengan memahami perilaku mereka akan lebih

memudahkan tugasnya memberi motavasi kerja. Di sini seprang

pemimpin dituntut mengenal seseorang. Karena tidak ada orang

yang mempunyai perilaku yang sama.

2) Harus berbuat dan berperilaku realistis.

Seorang pemimpin mengetahui bahwa kemampuan para

bawahan tidak sama, sehingga dapat memberikan tugas yang

kira-kira sama dengan kemampuan mereka masing-masing.

3) Tingkat kebutuhan setiap orang berbeda.

Tingkat kebutuhan setiap orang tidak sama disebabkan karena

adanya kecenderungan, keinginan, perasaan, dan harapan yang

berbeda antara satu orang dengan orang lain.

4) Mampu menggunakan keahlian.

Seorang pimpinan yang dikehendaki dapat menjadi pelopor

dalam setiaphal. Diharapkan lebih menguasai seluk-beluk

pekerjaan, mempunyai kita sendiri dalam menyelesaikan

(27)

melaksanakn tugas. Untuk itu,mereka dituntut dapat

menggunakan keahliannya:

a) Menciptakan iklim kerja yang menyenangkan

b) Memberikan penghargaan dan pujian bagi yang berprestasi

dan membimbing yang belum berprestasi

c) Membagi tugas sesuai dengan kemampuan para bawahan

d) Memberi umpan balik tentang hasil pekerjaan

e) Memberi kesempatan kepada bawahan untuk maju dan

kreativitas.

5) Pemberian motivasi harus mengacu pada orang.

Pemberian motivasi adalah untuk orang atau karyawan secara

pribadi dan bukan untuk pimpinan sendiri. Oleh karena itu,

motivasi harus dapat mendorong setiap karyawan untuk

berperilaku dan berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan

pimpinan.

6) Harus dapat memberi keteladanan.

Keteladanan merupakan guru yang terbaik, tidak guna seribu

kata bila perbuatan seseorang tidak menggambarkan

perbuatannya. Dengan keteladanan seorang pimpinan, bawahan

akan dapat termotivasi bagaimana cara bekerja dengan baik,

(28)

4. Teori Motivasi

Menurut Sutrisno (2016) dengan Teori Model 2 Faktor, teori

pemeliharaan motivasi ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi

pekerjaan seseorang, yaitu:

1) Faktor pemeliharaan (maintenance factor)

Faktor pemeliharaan, juga disebut hygiene factor,

merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia,

pemeliharaan ketenteraman, dan kesehatan.

Faktor pemeliharaan adalah faktor-faktor pemeliharaan

yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin

memperoleh ketenteraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini

merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus karena

kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.

Misalnya, orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi, lalu

makan lagi, dan seterusnya. Faktor-faktor pemeliharaan ini

meliputi hal-hal gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan,

supervisi yang menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas dan

macam-macam tunjangan lainnya. Hilangnya faktor-faktor

pemeliharaan ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan

absennya karyawan, bahkan dapat menyebabkan banyak karyawan

(29)

Faktor pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang

wajar dari pimpinan, agar kepuasan dan kegairahan bekerja

bawahan dapat ditingkatkan. Faktor pemeliharaan bukanlah

merupakan motivasi bagi karyawan, melainkan kaharusan yang

harus diberikan pimpinan kepada mereka demi kesehatan dan

kepuasan bawahan.

2) Faktor motivasi (motivation factor)

Faktor pemuas yang disebut juga motivator, merupakan

faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari

dalam diri orang yang bersangkutan (intrinsik).

Faktor motivasi menyangkut kebutuhan psikologis

seseorang akan perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.

Faktor motivasi berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi

yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi

yang empuk, ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat, dan

sebagainya.

Dari teori ini timbul paham bahwa dalam perencanaan

pekerjaan harus diusahakan sedemikian rupa agar kedua faktor ini

(fakor pemeliharaan dan motivasi) dapat dipenuhi. Banyak

kenyataan yang dapat dilihat, misalnya dalam perusahaan,

kebutuhan kesehatan mendapat perhatian lebih banyak daripada

(30)

dipahami karena kebutuhan ini mempunyai pengaruh yang

dominan terhadap kelangsungan hidup individu.

Kesimpulan dari teori ini memberikan gambaran bahwa

kepuasan akan hasil pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh suatu

faktor yang sering disebut faktor pemuas (satisfied factor). Faktor

pemuas tersebut timbul di dalam diri pelaksana sebagai hasil dari

pekerjaannya dan kemudian mencipatakan perasaan berprestasi,

dihargai, memperoleh kemajuan, serta rasa tanggung jawab. Di

pihak lain, pada diri karyawan terdapat rasa ketidakpuasan yang

disebut faktor kesehatan (hygiene factor). Faktor ini berupa

pengaruh lingkungan kerja, yaitu berupa hubungan dengan

supervisor, hubungan dengan teman kerja, rasa tidak aman dengan

pekerjaan, kondisi kerja, status pekerjaan dan jabatan, serta gaji

yang cukup.

Kedua faktor ini harus tersedia agar menjadi dorongan

untuk bekerja sama secara efektif dan efesien. Tersedianya faktor

kesehatan berarti terciptanya lingkungan kerja yang sehat baik

secara fisik maupun mental. Dengan tersedianya lingkungan yang

sehat sebenarnya belum berarti bahwa orang yang bekerja di

tempat itu sehat. Karena itu, kedua faktor ini baik lingkungan yang

sehat perlu diciptakan agar bisa menunjang terciptnya kesehatan,

(31)

diciptakan agar terjadi motivasi kerja bagi karyawan yaitu berupa

penghargaan.

5. Hubungan antara motivasi dengan kinerja

Menurut Mangkunegara (2007) Terciptanya kinerja yang

berkualitas dan berkemampuan tidak lepas dari adanya kemampuan

dan motivasi kerja dari orang yang bersangkutan. Dengan kata lain,

seseorang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi dan didukung

oleh kemampuan bekerja yang baik maka akan tercipta kinerja yang

tinggi pula. Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukkan

minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas, dan ikut bertanggung

jawab terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Motivasi

seseorang biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan

selalu berorientasi pada tujuan. Karyawan yang mempunyai motivasi

tinggi adalah karyawan yang perilakunya diarahkan pada pencapaian

(32)

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Keterangan

1. Johan (2014)

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja

Karyawan Di

Restoran Soho, Makasar.

Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa motivasi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

2. Intan

Setyowati & Sri Haryani, (2016)

Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada Restoran Taman Pringsewu

Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial variabel kepemimpinan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Secara parsial variabel motivasi berpengaruh

signifikan terhadap kinerja

karyawan. Secara parsial variabel kompensasi berpengaruh

signifikan terhadap kinerja

karyawan.

3. Agung Gita Subakti (2013)

Pengaruh Motivasi, Kepuasan, dan Sikap Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Cafe X Bogor.

Berdasarkan hasil penelitian ini menegaskan bahwa dari ketiga variabel bebas yang diteliti hanya

variabel sikap kerja dan motivasi kerja yang memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pegawai.

Sedangkan variabel kepuasan kerja

tidak memiliki pengaruh positif

terhadap kinerja pegawai.

4. Renggani Nur’aini Vidianingty as Wika Harisa Putri (2014) Pengaruh Kompensasi,

Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kompensasi

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan, kepuasan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja

(33)

Jasa Katering di Daerah Istimewa Yogyakarta

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan, gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

5. Erlinda Ika Devitasari (2015)

Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Food and Beverage PT S2 Indonesia Semarang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa

Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan, Kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan,

Disiplin kerja berpengaruhpositif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

6. Putu Agus Candra Mahardika, I Wayan Bagia, Ni Nyoman Yulianthini (2016) Pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Hotel Puri Bagus Lovina

Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa Kompensasi

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan. Disiplin kerja berpengaruhpositif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

7. Evawati Khumaedi (2016)

Pengaruh Disiplin dan Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Sentra Operasi Terminal

PT.Angkasa Pura II

Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa Disiplin

berpengaruh positif dan signifikan

(34)

8. I Wayan Indra Putra, I Wayan Suwendra, I Wayan Bagia (2016) Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Hotel Amaravathy Resort

Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Disiplin Kerja

berpengaruhpositif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan.

E. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan urutan teoritis dan tinjauan penelitian diatas, maka

dapat diketahui pengaruh variabel kepemimpinan, disiplin kerja dan

motivasi terhadap kinerja karyawan.

1. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam

peningkatan kinerja karyawan, karena pada dasarnya kepemimpinan

adalah tingkah laku seorang pemimpin dalam mendorong,

mempengaruhi semangat kerja yang baik kepada bawahan. Pada

umumnya setiap pemimpin selalu mengharapkan dan mengusahakan

agar bawahannya mempunyai kemampuan dan kemauan untuk

melaksanakan serta menyelesaikan tugas yang diembannya dengan

baik, agar sesuai sasaran tertentu yang telah ditetapkan. Kinerja

karyawan hanya dapat dicapai dengan mencocokkan pemimpin

dengan situasi atau dengan mengubah situasi agar cocok dengan

pemimpin, seperti kemampuan dan interaksi sesama pemimpin,

(35)

2. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan

Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar

manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi para

karyawannya. Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin

terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga

diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan bagi karyawan akan

diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan

menambah semangat kerja untuk meningkatkan kinerja dalam

melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, karyawan dapat

melaksanakan tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat

mengembangkan tenaga dan pikirannya semaksimal mungkin demi

terwujudnya tujuan organisasi.

3. Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan

Terciptanya kinerja yang berkualitas dan berkemampuan tidak

lepas dari adanya kemampuan dan motivasi kerja dari orang yang

bersangkutan. Dengan kata lain, seseorang yang mempunyai motivasi

kerja yang tinggi dan didukung oleh kemampuan bekerja yang baik

maka akan tercipta kinerja yang tinggi pula. Motivasi seseorang

biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan selalu

berorientasi pada tujuan. Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi

adalah karyawan yang perilakunya diarahkan pada pencapaian tujuan

(36)

4. Pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja dan disiplin terhadap kinerja

karyawan.

Telah diuraikan bahwa pada masing-masing variabel

kepemimpinan , motivasi kerja dan disiplin diduga memiliki pengaruh

yang kuat secara positif terhadap kinerja karyawan dengan demikian

jika variabel ini dihubungkan secara bersama-sama terhadap kinerja

karyawan maka akan diperoleh dampak yang lebih tinggi. Dimana jika

kemampuan seseorang dalam memimpin dilakukan dengan baik maka

motivasi kerja akan tinggi dan disiplin kerja akan meningkatkan

kinerja yang lebih baik pula.

Berdasarkan penjelasan teori yang dipaparkan diatas dapat digambarkan

dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

H1

H2

H3

H4 KEPEMIMPINAN (X1)

DISIPLIN KERJA(X2) KINERJA

(37)

F. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Kepemimpinan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja

karyawan

H2: Displin kerja berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja

karyawan

H3: Motivasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja karyawan.

H4: Kepemimpinan, Disiplin Kerja dan Motivasi berpengaruh signifikan

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

karyawan yang beprestasi baik, akan mendorong para karyawan untuk bekerja dengan lebih baik dan ke arah pekerjaan – pekerjaan yang lebih prokduktif. Dengan kata lain,

Variabel kepemimpinan yang diteliti oleh (Setyowati & Haryani, 2016 ; Renggani, 2014) menunjukan bahwa kinerja dipengaruhi oleh kepemimpinan hal ini dibuktikan dengan

Kalimat motivasi merupakan salah satu cara pemimpin untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar bekerja sesuai dengan target yang diinginkan.. Motivasi dalam bentuk

Apabila pemimpin dapat memberikan pengarahan yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan dan dapat menstimulasi bawahannya agar selalu bekerja dengan baik serta

Perilaku pimpinan yang handal sangat dibutuhkan untuk memotivasi karyawan agar dapat bekerja dengan baik demi tercapainya tujuan perusahaan tersebut, karena kepemimpinan adalah

Untuk mencapai tujuan perusahaan dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu bekerja dengan baik, namum untuk mendorong agar karyawan dapat bekerja dengan baik, karyawan

Lingkungan kerja yang baik dan menyenangkan dapat meningkatkan gairah dan semangat kerja dalam perusahaan juga akan mendorong para karyawan untuk bekerja dengan

Untuk para karyawan perusahaan, peneliti menghimbau agar selalu berupaya untuk memberikan hasil yang terbaik saat bekerja, karena didalam perusahaan telah