• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Program Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus Pondok Pesantren Daarul Quran Surakarta Dan Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan Program Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus Pondok Pesantren Daarul Quran Surakarta Dan Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIZ AL-QUR’AN

(STUDI KASUS PONDOK PESANTREN DAARUL QURAN SURAKARTA DAN PONDOK PESANTREN TARUNA AL-QUR’AN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2016/2017)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Program Studi Magister Pendidikan Islam

Oleh

NURUL UMMI AKHINAH NIM:0100160019

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIZ AL-QUR’AN (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN DAARUL QURAN SURAKARTA DAN PONDOK

PESANTREN TARUNA AL-QUR’AN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017)

ABSTRAK

Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga tempat memperdalam agama Islam yang dipercaya masyarakat mampu meningkatkkan kecerdasan rakyat dan kepribadian bangsa. Mereka biasanya menyelenggarakan pendidikan formal sekaligus pendidikan Islam yang mempunyai program unggulan masing masing dan salah satunya adalah program tahfiz al-qur’an. Pondok pesantren tersebut akan di teliti karena lembaga pendidikan ini berupaya dapat mencapai target pendidikan dengan maksimal dengan di dukung oleh program tahfiz al-Qur’an. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menjabarkan data-data yang terkumpul sebagai ruang lingkup penelitian dan termasuk jenis penelitian lapangan. Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis. Data-data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumntasi, observasi dan wawancara. Semua data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan teknis dokumentasi, observasi dan wawancara. Semua data yang telah di kumpulkan dengan berbagai teknik diatur, diurutkan, dikelompokkan dan di katagorikan sehingga dapat ditemukan data-data yang sesuai dengan penelitian. Temuan hasil penelitian ini ada 2 yaitu: 1) .Pelaksanaan Program Tahfiz al-Qur’an di Pesantren Daarul Qur’an Surakarta Dan Taruna Al-Qur’an Yogyakarta meliputi (a) Perencanan program Tahfiz al-Qur’an di pondok pesantren Daarul Qur’an dengan target hafalan 15 juz dalam waktu 4 tahun sedangkan di pondok pesantren Taruna Al-Qur’an dengan target 30 juz dalam waktu 3 tahun (b) Pelaksanan Program di dua pesantren tersebut dalam menyiapkan hafalan yang akan di setorkan santri kepada guru sama-sama menggunakan Metode wahdah, sima’i, Menghafal Per Hari Satu Halaman, Bin nazar, Fahmul Mahfuzh, sedangkan dalam strategi menghafal yaitu menggunakan sistem fardli/ individu. Pentashihan Hafalan para santri mentashihkan hafalan menggunakan metode sorogan/ talaqi. Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta terdiri dari dua kali setoran sedangkan Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an 4-5 kali. 3) evalausi program tahfzih menujukan hasil bahwa di pesantren daarul qur’an Surakarta 68,9 % santri tidak mencapai target sedangkan di Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta 10, 8 % santri tidak lulus target.(c) tahap pemeliharaan bacaan dengan murāja’ah. Hasil temuan 2) faktor pendukung dan penghambat a) Faktor Pendukung di Pesantren Daarul Qur’an meliputi yaitu pengampu halāqah Daarul Qur’an, faktor usia santri yang ideal, faktor fasilitas. Adapun faktor pendukung di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta yaitu meliputi optimalisasi pengampu tahfiz, input yang terseleksi dengan baik. b) Faktor Penghambat di Daarul Qur’an Surakartat meliputi: mengalami kekosongan ustadz selama 3 bulan, keadaan santri, Belum tersediannya perumahan ustadz, dekat dengan TPS, sedangkan Faktor Penghambat di Pesantren Taruna Al-Qur’an yaitu Sumua ustadz yang mengampu

(6)

2

halāqah belum ada yang mempunyai ijasah sanad, Banyaknya target dan

pelaksanaan program tahfiz yang monoton menjadikan santri bosan Keywords: Program, Tahfiz al-Qur'an, Pelaksanaan, Pondok Pesantren

ABSTRACT

Boarding schools is a place of deepening Islamic community which is believed to increase the people's intelligence and personality of the nation. They usually organize formal education while Islamic education which has a flagship program of each and one of them is tahfiz al-Quran. Boarding schools will be in thorough because this institution copes can hit a target with a maximum education with a program supported by tahfiz al-Quran. This research included in qualitative research with outlines data that accumulated as the scope of the study and included the kind of field research. The data already collected and then analyzed. Data was collected using the dokumntasi technique, observation and interview. All of the data that have been collected with the use of technical documentation, observation and interview. All the data that has been collected by a variety of techniques organized, sorted, grouped and in katagorikan so it can be found in the appropriate data with research. The findings of this research there are 2:1). Program execution Tahfiz al-Quran at Pesantren Daarul Qur'an Surakarta and Yogyakarta city Qur'an Cadets include (a) the program planning Tahfiz al-Quran in boarding schools with a target of memorizing the Qur'an Daarul 15 juz in time for 4 years while in the lodge boarding a midshipman with the Qur'an 30 juz within 3 years (b) implementation of the programme in two pesantren in preparing rote to be setorkan students to the teacher the same method using Unity, sima'i, Memorizing one page Per day, Votive, Fahmul bin Mahfooz, whereas in memorizing strategy i.e. use fardli system/individual. Memorizing the rote method using Naat mentashihkan sorogan/talaqi. Boarding schools Daarul Qur'an Surakarta consists of two times the deposit while boarding schools Midshipman Qur'an 4-5 times. 3) evalausi tahfzih program demonstrating the results that the qur'an daarul boarding school in Surakarta 68.9% of students do not reach the target while at the boarding school Midshipman Qur'an Yogyakarta 10, 8% of students do not pass the target. (c) the maintenance stage readings with murāja’ah. Results 2) factor endowments and inhibitor a) factor endowments in a Islamic boarding school include the Qur'an namely Daarul halaqoh educates Daarul Quran, Naat is ideal age factor, factor in the facility. As for the supporting factors in boarding schools Midshipman Qur'an Yogyakarta i.e. include optimization of input, which educates tahfiz selected properly. b Inhibitor Factor) in Qur'an Daarul Surakartat include: experiencing the emptiness of ustadz for 3 months, the State of the students, not the availability of housing ustadz, near the polling stations, while the Factors Restricting Midshipman at Pesantren Al-Qur'an namely ustadz Sumua that halaqoh educates no one has ijasah the need, the number of targets and the implementation of a monotonous tahfiz program makes students bored.

(7)

3 1. PENDAHULUAN

Al-Qur’an yang mengandung seluruh ilmu pengetahuan adalah salah satu karunia Allah yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Karunia ini tidak mungkin didapat oleh manusia tanpa melalui proses yang panjang dan proses itu diantaranya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu fenomena sosial yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan orang tua yaitu ayah dan ibu, pendidikan (guru), lingkungan, dan masyarakat itu sendiri.

Di antara sebab kebahagiaan keluarga muslim dan yang biasanya hilang dari pandangan saat ini adalah keterikatan keluarga mereka dengan al-Qur’an, khususnya jika anak-anak mereka termasuk penghafal al-Qur’an. Membiasakan anak-anaknya untuk menghafal al-Qur’an dari semenjak kecil adalah salah satu upaya mendidik anak dengan baik. Sehingga bisa menyesuaikan diri dengan zaman, dibarengi dengan pondasi yang kuat diikat dengan agamanya. Apalagi usia menginjak remaja yakni usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sangat memerlukan pondasi agama.

Usia SMP adalah masa awal remaja. Mereka banyak mengalami perubahan, baik jasmaniah maupun ruhaniah. Mereka yang sebelum masa remaja menurut perkataan orang tua, kini sering mulai suka membantah. Yang biasanya rajin untuk berangkat mengaji, mulai tampak malas mengaji. Usia yang labil ini kadang membuat orang tua kualahan dalam mengatasi anaknya.

Salah satu usaha nyata untuk memelihara kemurnian al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya. Karena menghafalkan al-Qur’an merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia di hadapan manusia dan di hadapan Allah SWT. Tidak ada suatu kitab pun di dunia ini yang dihafal oleh puluhan ribu orang di dalam hati mereka, kecuali al-Qur’an yang telah dimudahkan oleh Allah SWT untuk diingat dan dihafal. Q.S. al-Qomar: 17

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran maka

adakah orang yang mengambil pelajaran?” 1.

(8)

4

Di era sekarang ini, tidak sedikit orang tua yang saat ini mempercayakan anaknya untuk belajar di lembaga pondok pesantren, terutamanya pondok pesantren yang mempunyai program unggulan tahfiz al-Qur’an. Orang tua rela melepas kebersamaan dengan anak-anaknya agar mereka berada di lingkungan yang kondusif untuk menghafal al-Qur’an dan menjadi seorang anak yang mempunyai akhlak mulia.2 Pondok pesantren tahfiz pada umumnya mempunyai target hafalan yang harus dicapai oleh para santri sebagai acuan keberhasilan suatu program utama pondok pesantren tahfiz al-Qur’an. Pondok Pesantren Daarul Qur’an setingkat SMP mempunyai target minimal 15 juz yang harus ditempuh selama 4 tahun dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an setingkat SMP mempunyai target 30 juz untuk putra dan 15 juz untuk putri yang ditempuh dalam waktu 3 tahun.

Usia ideal untuk menghafal adalah berkisar antara usia 5 tahun sampai usia belum dewasa. Menurut Ahsin W. Al-Hafizh adalah pada usia antara 6 sampai 21 tahun.3 Seorang anak pada tingkat sekolah tingkat pertama rata-rata memiliki umur 12-15 tahun. Usia tersebut merupakan usia yang sangat ideal bagi seseorang untuk menghafal al-Qur’an. Terhadap target yang telah ditentukan oleh masing-masing pondok pesantren tersebut, ada beberapa anak yang tidak naik kelas dikarenakan tidak mencapai target. Dan hal tersebut sudah pernah dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta sejak tahun 2010,4 dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an yang setiap tahun ada siswa yang tidak naik kelas karena tidak mencapai target.5

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka penulis tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam dan menyeluruh tentang keberadaan Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Pondok Pesantren

2 Hasil Wawancara dengan Bunda Mirza selaku Ketua Komite Daarul Qur’an Surakarta

pada Hari Senin, 16 Januari 2017 Pukul 15.00.

3 Ahsin W Alhafidz, Bimbingan Praktis Mengahafal al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,

2004), hlm. 58.

4Hasil Wawancara dengan Ustāż Slamet selaku Mas’ul Tahfiz Daarul Qur’an Surakarta

pada Hari Senin, 23 Januari 2017 Pukul 17.00.

5Hasil Wawancara dengan Ustāż Muhammad Badawi selaku Walisantri Taruna Qur’an

(9)

5

Taruna Qur’an Yogyakarta dalam hal pembibitan penghafal al-Qur’an yang mana tanpa mengesampingkan pendidikan formal.

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pelaksanaan program tahfiz al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an Yogyakarta? 2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat bagi pelaksanaan program tahfiz di Pondok Pesantren Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an Yogyakarta?

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan program tahfiz di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an Yogyakarta dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfiz di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an Yogyakarta.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

lapangan (field research), berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

non statistik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan etnografi yaitu menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertentu.6

Obyek penelitian yang diteliti adalah Pondok Pesantren Daarul Quran Surakarta dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an Yogyakarta. Adapun subyek penelitian yang akan diteliti adalah Kepala Pondok Pesantren Daarul Qur’an

Surakarta dan Taruna Qur’an Yogyakarta, Mas’ul tahfiz Pondok Pesantren

Daarul Qur’an Surakarta dan Taruna Qur’an Yogyakarta, Musyrifah tahfiz

Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Taruna Qur’an Yogyakarta,

dan santri Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Taruna Qur’an

Yogyakarta.

6 Marguerite G. Lodico, dkk, Methods in Educational Research From Theory to Practice,

(10)

6

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode wawancara, metode observasi dan metode dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang meliputi empat komponen yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.7 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Program Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta berjalan sekitar satu semester. Berdasarkan uraian mengenai program tahfiz maka pada bab IV ini akan dilakukan analisis tentang pelaksanaan program tahfiz Al-Qur’an berdasarkan teori yang telah di paparkan pada bab II sebagai berikut:

Materi Program TahfizAl-Qur’an

Target selama empat tahun di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta adalah 15 juz, di awal tahun santri harus masuk kelas takhasus yaitu untuk tahsinul qur’an, kelancaran membaca Al-Qur’an serta menghafal juz 30 serta surat pilihan. Dan setiap tahun santri wajib menimal 5 juz. Hal ini di lakukan dalam upaya target minimal yang dapat di tetapkan oleh pondok dapat terealisasikan.

Adapun target santri di Pesantren Daarul Qur’an Surakarta yaitu apabila kategori maksimal kelas takhasus diharapkan dapat menghafal juz 30, surat pilihan dan al-baqoroh, di kelas VII dapat menghafal juz 2, 5-7, 5 juz, kelas VIII dapat menghafal juz 7, 5-12, 5 dan ketika kelas IX semester satu sudah dapat mengahafal juz 15 sehingga di semester dua kelas kelas IX anak anak dapat fokus dengan UAN dan murāja’ah 15 juz sehingga para santri mempunyai hafalan yang kuat dan mutqin.

7 Miles Mattew B dan Michael Huberrman, Analisis Data Kualitatif, Terjemah: Tjejeb

(11)

7

Berdasarkan temuan di lapangan dari team tahfiz Pondok Pesantren Daarul Qur’an telah merancang target tersebut dalam bentuk buku

mutāba’ah tahfiz yang sudah di design setiap hari anak-anak harus mampu

menghafal satu halaman setiap harinya. Akan tetapi hal tersebut tidak berjalan secara efektif dan banyak target yang tidak terlampaui terutama disebabkan oleh kemampuan anak yang berbeda beda dan santri Daaarul Qur’an Surakarta tergolong dalam tingaktan umum karena dalam menghafal tidak dibatasi jumlah ayat yang akan dihafalnya, akan tetapi tingkatan ini hanya dikhususkan bagi orang-orang yang tidak mampu menempuh tingkatan-tingkatan hafalan Al-Qur’an sebelumnya. Dalam pratek dan teori di dalam menyusun target tidak sesui dengan teori yang ada disebabkan anak-anak yang tidak hanya fokus menghafal akan tetapi diimbangi dengan kegiatan serta pelajaran umum lainnya yang merujuk pada kuriulum dinas.

Metode Tahfiz

Adapun metode dan strategi lain yang dilakukan oleh santri Daarul Qur’an Surakarta adalah: Metode wahdah, Metode sima’I, Menghafal per hari satu halaman, Metode muraja’ah, Metode bin nazar , Metode Fahmul Mahfuzh, Strategi Tahfizul Qur’an

Adapun strategi dalam menghafal Al-Qur’an yang dilakukam oleh guru yaitu dengan mengetahui dan memahami tingkatan-tingktan di dalam menghafal Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dan sistem hafalan yang digunakan yaitu menggunakan strategi sistem fardli/ individu. Dimana santri menghafal Al-Qur’an dengan mandiri dan tidak dilakukan bersama-sama.

3.2Pelaksanaan Program Tahfiz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta

Pelaksanaan Program tahfiz Al-Qur’an di pondok pesantren Daarul Qur’an Surakarta menjalankannya sesui dengan fungsi managemnt itu sendri diantaraya adalah :

(12)

8

Kelas persiapan ini santri di berikan mata pelajaran penunjang hafalan seperti materi tahsin, tajwid dan binnazhor. Pada tahap ini, para santri mempersiapkan tambahan hafalan yang akan ditashihkan pada usatdz. Dalam usaha untuk menambah hafalan baru, para santri menggunakan metode yang berbeda satu sama lain. Ada yang menggunakan metode wahdah, metode sima’i, menghafal per hari satu halaman, metode bin nazar, metode fahmul mahfuzh, dalam strategi menghafal yaitu menggunakan sistem fardli/ individu.

Metode menghafal Al-Qur’an yang diterapkan sangat fleksibel. Namun demikian, siswa harus menyetorkan hafalannya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam jadwal kegiatan santri ada kegiatan yang bernama “jam wajib bersaam Al-Qur’an ” yang dilaksanakan ada jam 21.00-22.00.

Tahapan Pentashihan Hafalan

Para santri mentashihkan hafalannya kepada guru. Aktivitas menghafal dan mengulang hafalan Al-Qur’an di bawah bimbingan ustadz

halāqah, menggunakan metode sorogan. Metode Sorogan adalah cara

dalam proses belajar membaca atau menghafal Al-Qur’an , dimana seorang murid memperdengarkan bacaan atau hafalannya kepada instruktur dengan berhadapan secara langsung (face to face). Walaupun metode dalam menghafal dan mengulang hafalan di bawah bimbingan guru diseragamkan, akan tetapi dalam hal kuantitas hafalan setiap siswa dan siswi memiliki kemampuan yag berbeda. Oleh karena itu, guru tidak langsung menentukan berapa halaman yang harus disetorkan (tambahan hafalan) perharinya.

Metode yang diterapkan oleh pengampu tahfiz yaitu metode talaqqi. Penggunaan metode yang tepat dalam menghafal Al-Qur’an memudahkan siswa untuk cepat menghafal Al-Qur’an. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan program tahfiz. Keberhasilan program tahfiz Al-Qur’an bisa dilihat pada hasil akhir evaluasi.

(13)

9 Tahap pemeliharaan hafalan

Dalam hal ini Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dalam rangka pemeliharan hafalan maka dibuat kegiatan yang bernama

murāja’ah dan tasmi’

Murāja’ah mandiri dilakukan santri pada pukul 15.15-16.00 dan

17.00-18.00 berdasarkan teori bab II Abu Hurri Al-Qosimi jika seseorang hanya mengandalkan murāja’ah mandiri saja, biasanya tidak akan bertahan lama. Rata-rata seseorang hanya mampu istiqomah (konsisten) sekitar sepekan atau bahkan kurang dari itu.

Oleh sebab itu di Daarul Qur’an Surakarta ada waktu murāja’ah kepada ustadz yaitu pukul 18.15-20.00. berdasarkan teori tersebut, Jika hafalan seseorang akan disimak temannya saja harus melakukan persiapan, maka ketika akan disimak oleh gurunya ia akan lebih mematangkan hafalan tersebut. Jika murāja’ah dengan guru berjalan dengan baik, maka secara otomatis murāja’ah pribadi sudah berjalan. Jika hafalan seseorang termasuk bagus ketika disimak oleh gurunya, maka biasanya hafalan seseorang tersebut akan menjadi kuat.

Selain itu murāja’ah dengan teman di wujudkan dengan kegiatan tasmi’ yaitu setiap ahad pagi yaitu 5 juz/ santri. Murāja’ah dengan teman, berdasarkan teori di bab II murāja’ah dengan teman mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah seseorang akan mempersiapkan hafalan yang akan disimak oleh temannya, yang berarti murāja’ah secara pribadi mesti dilakukannya. Begitu juga jika sebagian orang sedang tertimpa rasa malas maka yang lain akan memotivasinya, atau yang bersangkutan akan termotivasi secara tidak langsung ketika melihat teman-temannya rajin melakukan murāja’ah. Dan yang harus kita ketahui, setan pun akan lebih sulit menggoda seseorang yang hidup secara berjama’ah (bersama-sama). Evaluasi Program Tahfiz

Beberapa evaluasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta yaitu: Evalausi harian dilaksanakan melalui setoran perorangan , Evalausi perkembangan perpekan dan perbulan dengan bertujuan untuk

(14)

10

mengetahui perkembangan hafalan secara berkesinambungan, Evaluasi melalui ujian semesteran

Evalausi program tahfiz di pondok Pesantren Daarul Qur’an Putra Surakarat di lakukan dalam bentuk evaluasi harian dilaksanakan melalui setoran perorangan, perkembangan perbulan terutama dalam tahsinul

Qur’an dan evaluasi persemester yang dilaksanakan sebelum ujian

semester dari diknas. Selain itu ada beberapa kegiatan pendukung program tahfiz di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta meliputi tahsin bacaan santri setiap seminggu satu kali, tasmī’ mingguan.

Berdasarkan penjabaran bab III kita melihat beberapa faktor pendukung dan penghambat menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta beberapa hasil yang kurang positif dan tidak memuaskan karena dari data yang telah diperoleh pada program tahfiz pada tahun ajaran 2016/2017 154 telah diperoleh data sebanyak 106 santri dengan prosentase 68,9 % santri tidak mencapai target, 27 santri mencapai target dengan prosentase 17,5% dan 21 santri melebihi target dengan prosentase 13,6%. Oleh sebab itu program tahfiz dapat dikatakan berjalan tidak efektif karena tingkat pencapaian tahfiz ada 75% hal ini berdasarkan teori bab 2 yaitu menurut E mulyasa yang yang mengatakan bahwa keberhasilan belajar dikatakan sukses jika terajadi perubahan yang positif pada perilaku pada seluruh peserta didik setidak tidaknya 75%. 3.3Program Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an

Yogyakarta

Penelitian ini di lakukan di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta berjalan sekitar satu semester. Berdasarkan uraian mengenai pelaksanaan program tahfiz maka pada bab IV ini akan di lakukan analisis tentang pelaksanaan program tahfiz Al-Qur’an berdasarkan teori yang telah di paparkan pada bab II sebagai berikut:

Materi Hafalan

Target selama tiga tahun di Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta adalah 30 juz. Pondok Pesantren Taruna Al-Qur’an

(15)

11

Yogyakarta berusaha agar semua santri dapat memenuhi target yang telah ditetapkan. Walaupun kita melihat kemampuan setiap santri berbeda beda satu dengan yang lain namun dengan adanya seleksi santri baru yang masuk dari 170 pendaftar hanya 30-35 yang di terima maka input tersaring memiliki kemampuan hafalan yang lebih. dengan adanya target hafalan setiap pengampu dapat mengevaluasi dengan cara menentukan prosestase hafalan yang harus di capai setiap minggunnya, sehingga memudahkan dalam merealisasi tujuan dari program tahfiz.

Dalam penyususnan target setiap minggu kurikulum menyusunnya dalam bentuk kartu mutabā’ah atau yang di sebut mukoror.

Metode Menghafal

Metode yang digunakan di Pesantren Taruna Al-Qur’an Yogyakarta meliputi: Metode Talāqi, Metode talqin, Metode Wahdah, Metode

Gabungan, Menghafal Per Halaman, Metode Fahmul Mahfuzh, Metode

Murāja’ah, Metode bin nazar

4. PENUTUP

Berdasarkan uraian dari bab I-IV dengan berdasarkan rumusan masalah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Perencanaan disusun oleh tim pengajar halāqah tahfiz dengan mengadakan rapat setiap dua pekan sekali untuk merencanakan kegiatan yang meliputi tasmi’ mingguan oleh santri kelas 3, lomba MHQ, renacana pelaksanaan ujian tahfiz dan wisuda al-Qur’an.

Perencanaan dibuat dalam membuat target hafalan 15 juz dalam waktu 4 tahun yang diwujudkan dalam buku mutāba’ah santri yang sudah terdapat halaman keberapa santri harus menghafal. Perencanaan berupa buku

mutāba’ah yang telah disusun dapat dijadikan pedoman.

Dilakukan oleh santri sebelum ia mentashihkan hafalannya kepada guru, dengan menggunakan beberapa metode diantaranya Metode wahdah, Metode sima’i, Menghafal Per Hari Satu Halaman, Metode Bin nazar,

(16)

12

Metode Fahmul Mahfuzh, dalam strategi menghafal yaitu menggunakan sistem fardli/ individu.

Pada tahap ini, para santri mentashihkan hafalannya kepada guru. Aktivitas menghafal dan mengulang hafalan al-Qur’an dibawah bimbingan ustadz halāqah, menggunakan metode sorogan/ talaqqi

Waktu setorannya yaitu dua kali ziyadah ba’da subuh yaitu pada pukul 05.00-06.00 dan murāja’ah pada pukul 18.30-20.00

Kepada pengurus yayasan Pondok Pesantren Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an Yogyakarta:

Menyediakan fasilitas perumahan untuk pengampu tahfiz sehingga diharapkan pengampu tahfiz lebih fokus dan dapat mengoptimalkan pelaksanaan program tahfiz al-Qur’an, Mengadakan pembinaan terkait metode di dalam menghafal al-Qur’an agar tujuan dari program pelaksanaan tahfiz al-Qur’an dapat berjalan dengan maksimal, Mengadakan pembinaan hafalan dan akademik kepada para pengajar sehingga pengampu halāqah tahfiz bertambah kualitas hafalan dan keilmuannya.

Kepada para pengampu halaqoh tahfiz Pesantren Pondok Pesantren Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan Pondok Pesantren Taruna Qur’an Yogyakarta, kepada para pengampu hafalan di harapkan selalu memberikan kepada setiap santri motivasi untuk menghafal al-Qur’an, meningkatkan kedisiplinan di dalam mengajar yaitu dengan datang mengajar dengan tepat waktu dan menertipkan barisan supaya pembelaran berjalan kondusif, saat mengajar hendaknya didasari dengan rasa ikhlas, sabar dan tanggung jawab karena menjadi suri tauladan bagi santri-santrinya, tegas dalam memberikan sanksi bagi santri yang melanggar peraturan dan tidak tertib agar santri tidak mengulangi kesalahan lagi

DAFTAR PUSTAKA

Alfatoni, Sabit. 2010. Teknik Menghafalal-Qur’ān. Semarang: Ghiyas Putra. Al-Hafidz, Ahsin W. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’ān. Jakarta:

(17)

13

Al-Hajiri, Hamdan Hamud. 2009. Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur’an, terj.

Hisyam Ubaidillah Bukkar cet. I. Jakarta: Dar as-Sunnah Press.

Al-Jumbulati, Ali. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Khlmlaf, ‘Abd al-Wahab. 1972. ‘Ilm Ushul al-Fiqh. Jakarta: Majlis al-‘Ala al

-Indonesia li al-Da’wah al-Islamiyah.

Al-Qattan, Manna Khlmil. 2011. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’ān. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.

Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qurān untuk Pemula. Jakarta: Artha Rivera. An-Naisyabury, Abu Husein Muslim Ibnu Hajjaj Al-Qusyairy. 1992. Shohih

Muslim, Jilid III, Kitab Fadhailul Qur’ān. Istanbul : Daarul As-Sujud.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2014. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi

Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ash Shabuny, Muhammad Aly. 1984. Pengantar Study al-Qur’ān (At-Tibyan). Bandung: PT.Al-Ma’arif.

Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. 1994. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir/a1- Qur’ān. Jakarta : PT. Bulan Bintang.

As-Sunaidi, Salman bin Umar. 2010. Metode Warisan Nabi Mengikat Makna al-

Qur’ān. Klaten: Ines Media.

As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. 1979. Al-Itqan Fi Ulumil Qur’ān Beirut: Dar Al-Fikr

Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cara Menghafal Al-Qur’an dan

Rahasia-Rahasia Keajaibannya, terj. Rusli. Yogyakarta: Diva Press.

Dawud, Sunan Abi. Bab Hadits no. 1474, Juz 1.

Furchan, Arif. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(18)

14

Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Herry, Bahirul Amali. 2012. Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal al-Qurān. Yogyakarta: Pro-U Media

Huberrman, Michael dan Miles Mattew B. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemah: Tjejeb Rohendi. Jakarta: UI-Pres.

Husain, Sayyid Muhammad. 1992. Mengungkapkan Rahasia al-Qur’ān.

Bandung: Mizan Anggota IKAPI.

Kementerian Agama RI. 1978. al-Qur’ān dan Terjemahan. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran al-Qur’ān.

Lodico, Marguerite G, dkk. 2006. Methods in Educational Research From Theory

to Practice. San Fransisco: Jossey Bass.

Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Muhtar. 2003. Desain Pembelajaran PAI. Jakarta: Misaka Galiza.

Muhyidin, Muhammad. 2004. Mengajar Anak Berakhlak al-Qur’ān. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nashr, Muhammad Musa. 2010. Wasiat Rasul Kepada Pembaca dan Penghafal

al- Qur’ān. Jakarta: Al-Qowam.

Nawabuddin, Abul Rabbi. 2000. Metode Efektif Menghafal al-Qur’ān. Jakarta: CV. Tri Daya Inti.

Nawabudin, Abdurrab. 2005. Teknik Menghafal al-Qur’an. Bandung: Sinar Baru, 2005.

Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rauf, Abdul Aziz Abdul. 2004. Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’ān Da’iyah. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.

Rauf, Abdul Aziz Abdul. 2004. Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’ān Da’iyah. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.

(19)

15

Riyadh, Sa’ad. 2007. Agar Anak Mencintai dan Hafal Al-Qur’ān. Bandung; Irsyad Baitus Salam.

Rusman, 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer (Mengembangkan

Profesionalisme Guru Abad 21). Bandung: Alfabeta.

Rusyd, Raisya Maula Ibnu. 2015. Panduan Tahsin, Tajwid, dan Tahfizh untuk

Pemula. Yogyakarta: Saufa.

Sa’dullah, 2008. 9 cara praktis menghafal Al Qur’an. Jakarta : Gema Insani. Satroepoetro, Santoso. 1982. Pelaksanaan Latihan. Jakarta: Gramedia. Siagian, P. Sondang. 1985. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Soenarjo, dkk. 1989. Al-Qur’ān dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra.

Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal al-Qurān. Bandung: Mujahid Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tjokromidjojo, Bintoro. 2000. Teori Strategi Pembangunan Nasional. Jakarta: P.T Gunung Agung.

Ulaiwah, Muna Said. 2011. Kisahku Dalam Menghafal al- Qur’ān. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Ulwan, Abdullah Nashih. 1990. Pendidikan Anak, Pendidikan, Khalilullah

Masykur Hakim. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahid, Wiwi Alawiyah. 2012. Cara Cepat Bisa Menghafal Al- Qur’ān. Yogyakarta: Diva Press.

Wijaya, Ahsin. 2009. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Amzah. Yasya, Imam Abu Zakaria. 2015. At-Tibyan Adab Penghafal al-Qur’an.

Sukaharjo: Al-Qowam.

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Berdasarkan paparan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis wacana persuasif dalam iklan obat herbal pada majalah Elfata.Wacana persuasif tersebut

Pada kuadran ini karyawan memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap kinerja aktual organisasi/perusahaan namun kinerja aktual organisasi/perusahaan dipersepsikan rendah oleh

Zakon določa tudi pogoje za opravljanje nalog pooblaščenih uradnih oseb občinskega redarstva, pooblastila občinskega redarstva, uniformo, označbe in opremo ter vsebino in način

Pendidikan Islam yang selanjutnya akan dikaji ini adalah konsep pendidikan berdasarkan pada pemikiran Hasyim Asy’ari, penulis merasa penting untuk mengkaji pemikiran

2) Modal Keuangan (Financial Capital), dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan karena dapat dipastikan bahwa suatu usaha jika akan mejalankan usahanya akan

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam