• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PADA KELAS X IPA3 SMA NEGERI 9 LUWU UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Melakukan Penelitian Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH :

ALVIN DAMALA 10536452213

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2017

(2)
(3)
(4)

MOTTO

KEGAGALAN HANYALAH SEBUAH KESEMPATAN UNTUK MEMULAI KEMBALI DENGAN LEBIH BAIK, TAPI

KEGAGALAN YANG SESUNGGUHNYA TELAH

DIPERUNTUKKAN BAGI MEREKA YANG TELAH BERHENTI DAN MENYERAH.

JIKA AKU TAK PERNAH BERHENTI DAN MENYERAH ITU KARENA KEHADIRAN

MEREKA YANG BEGITU TULUS

MENOPANG DAN SENANTIASA

MENYEMANGATIKU.

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI BUAT AYAHANDA TERCINTA DAMSIR, IBUNDA TERSAYANG LATIFAH HANUM, DAN ADIK-ADIKKU VINA ALVIANA DAN AKMAL HUZAINI.

BIRUNYA LANGIT DAN MENGELIRNYA

AIR ADALAH SEBAGIAN KECIL DARI SEKIAN BANYAK SAKSI ABADI AKAN KETEGUHAN DAN KETULUSAN HATI KALIAN MENCINTAIKU.

(5)

ABSTRAK

Alvin Damala. 2017. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui penerapan model Problem Based Learning pada siswa kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing Hasaruddin Hafid dan Mutmainnah.

Berdasarkan observasi awal di kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara, ditemukan masalah dalam pembelajaran Matematika. Pembelajaran kurang diawali dengan masalah nyata dan siswa kurang diarahkan untuk memecahkan soal melalui penyelidikan, karena kendali pembelajaran pada guru. Penggunaan media yang kurang optimal membuat pembelajaran kurang menarik. Kondisi tersebut menyebabkan aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang dan sebagai hasilnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Adapun tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui Problem Based Learning di kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara. Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu pada akhir siklus I jumlah skor rata-rata yang diperoleh 42,82 dengan kategori tinggi dan pada akhir siklus II skor rata-rata meningkat mencapai 44,29 dengan kategori sangat tinggi. Hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata 74,86 dengan ketuntasan klasikal 63,33% dan pada siklus II hasil belajar meningkat rata-rata 82,93 dengan ketuntasan klasikal 90% pada KKM ≥ 75. Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan hasil penelitian ini adalah melalui

Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran Matematika, Problem Based Learning

(6)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih indah terucap dari lidah tak bertulang ini selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan rahmat, kesehatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Salam dan shalawat atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia dalam setiap aspek kehidupan.

Ucapan terima kasih terkhusus untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Damsir dan ibunda Latifah Hanum yang telah mengasuh, membimbing dan membiayai penulis selama dalam pendidikan sampai selesainya skripsi ini. Dan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen pembimbing Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed dan Mutmainnah, S.Pd., M.Pd., Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya disela kesibukan beliau untuk bimbingan dan mengarahkan penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini sampai tahap penyelesaian. Semoga jasanya dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Penulis juga menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(7)

1. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Erwin Akib,S.Pd.,M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

3. Mukhlis,S.Pd.,M.Pd.,Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Makassar dan Bapak Ma’rup,S.Pd.,M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Makassaryang telah memberikan banyak arahan, petunjuk dan bimbingan selama kuliah dan hingga penyelesaian studi..

4. Dr. Munirah, Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan selama proses perkuliahan.

5. Andi Alim Syahri, S.Pd., M.Pd., dan Ernawati,S.Pd.,M.Pd., sebagai validator yang telah meluangkan waktunya untuk memeriksa dan memberikan saran terhadap perbaikan instrumen penelitian.

6. Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah ikhlas menyalurkan ilmunya kepada penulis.

7. Keluarga besar dimasamba yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis selama menempuh pendidikan.

8. Teman-temanku penghuni pondok brimob,Rana, Ratna, Sugra, Ani, Riska, dan lain-lain, yang telah setia menemani perjalananku baik suka maupun duka. Semoga pertemanan dan persaudaraan kita tetap terjalin selamanya.

(8)

Terlalu banyak orang yang berjasa kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh karena itu kepada mereka tanpa terkeculi penulis ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan jerih payah kita dengan pahala yang melimpah dan tak terbatas. Amin.

Makassar, September 2017

Penulis

Alvin Damala

NIM: 10536 4522 13

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN...iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi

SURAT PERJANJIAN PENULIS ...vii

MOTTO ...viii

ABSTRAK ...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ...6

B. Kerangka Pikir...12

C. Hipotesis Tindakan ...15

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...16

B. Subjek Penelitian dan Perlakuan ...16

C. Defenisi Operasional Variabel ...17

D. Prosedur Penelitian ...18

E. Instrumen Penelitian ...24

F. Teknik Pengumpulan Data ...25

G. Teknik Analisis Data ...26

H. Indikator Keberhasilan ...29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...30

1. Deskripsi Siklus I...30

2. Deskripsi Siklus II ...41 B. Pembahasan ...50 BAB V PENUTUP A. Simpulan ...55 B. Saran ...56 DAFTAR PUSTAKA ...57 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP xiv

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning ... 11

3.1 Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Kognitif Siawa ... 28

3.2 Kriteria Keberhasilan Belajar Siswa Secara Klasikal ... 28

3.3 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa ... 28

4.1 Skala Aktivitas Siswa Siklus I ... 37

4.2 Distribusi Ketuntasan Klasikal Siklus I ... 38

4.3 Hasil Analisis Tes Siklus I ... 38

4.4 Skala Aktivitas Siswa Siklus II ... 47

4.5 Distribusi Ketuntasan Klasikal Siklus II ... 47

4.6 Hasil Analisis Tes Siklus II ... 48

4.7 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ... 50

4.8 Hasil Analisis Tes Siklus I dan Siklus II ... 51

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 14

3.1 Penelitian Tindakan Menurut Hopkins ... 18

4.1 Hasil Belajar Siklus I ... 39

4.2 Hasil Belajar Siklus II ... 48

4.3 Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II ... 51

4.4 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal ... 52

(13)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pendidikan pada saat ini sudah menjadi kebutuhan utama di kalangan masyarakat luas, hampir semua lapisan masyarakat menempuh pendidikan di sekolah yang bersifat pendidikan formal. Upaya pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional telah banyak dilakukan misalnya penyempurnaan atau perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kualitas guru, dan pembaharuan pendekatan pembelajar.

Menurut Rofika (Widyanarto 2008:1) pendidikan khususnya pelajaran matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit dipahami bagi anak-anak. Meskipun matematika mendapatkan waktu yang lebih banyak dibandingkan pelajaran lain dalam penyampaiannya, namun siswa kurang memberi perhatian pada pelajaran ini karena siswa menganggap metematika itu pelajaran yang menakutkan serta mempunyai soal-soal yang sulit dipecahkan.

Menurut Ngalim Purwanto (Widyanarto 2008:1) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.

Matematika bukan hanya mengajarkan keterampilan berhitung, bukan hanya aspek praktis yang dikejar. Tapi, matematika juga mengajarkan

(14)

aspek lain berupa kecermatan, ketelitian, berpikir logis, bertanggung jawab, dan disiplin. Matematika sebagai ilmu dasar dewasa ini telah berkembang sangat pesat, baik materi maupun kegunaanya, hingga kita harus memperhatikan perkembangan-perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinannya untuk masa depan. Walaupun matematika salah satu ilmu pengetahuan yang mendukung ilmu lain dan bahkan dipelajari baik pendidikan informal, formal maupun nonformal. Akan tetapi sebagian besar siswa menganggap matematika itu salah satu pelajaran yang menakutkan karena berhubungan dengan perhitungan rumus, definisi, dan teorema.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMA Negeri 9 Luwu Utara yakni Ibu Nurwanti,S.Pd pada tanggal 20 juli 2017 masalah yang terjadi disekolah pada saat proses belajar-mengajar berlangsung peran guru lebih dominan dan siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa cepat jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran, siswa melakukan aktifitas-aktifitas lain, hasil belajar siswa yang rendah apalagi dengan belajar matematika jika tidak ada umpan balik dari guru dan siswa, maka siswa cepat jenuh dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran serta kemungkinan siswa akan melakukan aktifitas-aktifitas lain yang akan mengarahkan perhatiannya terhadap penyampaian materi oleh guru, mengganggu konsentrasi siswa lainnya, bahkan konsentrasi guru pun terpecah yang akhirnya akan menyita waktu pelajaran, hal ini dapat berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa berupa ulangan harian dan ujian semester siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah,

(15)

siswa kelas X IPA3 yang bisa dikatakan aktif hanya sekitar 30 % dari 30 siswa yang diakibatkan kurangnya semangat siswa dan kurang percaya diri. Sedangkan hasil belajar siswa masih sangat rendah,karena siswa yang tidak memenuhi nilai tuntas masih ada sekitar 60 % dari 30 siswa..

Hal tersebut menuntut kepada guru untuk menciptakan proses belajar-mengajar matematika yang menyenangkan dan komunikatif dengan inovasi model mengajar yang menarik dan melibatkan semua siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran berlangsung sehingga siswa belajar matematika tidak terpaksa.

Model pembelajaran yang salah satu dianggap dapat meningkatkan aktivitas, belajar mandiri, pemecahan masalah dan percaya diri siswa pada pembelajaran matematika yaitu model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) yakni suatu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya sebelumnya prio knowledge sehingga dari prio knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa.

Hal ini sejalan dengan peneliti sebelumnya yaitu:

1. Amatullah, dkk. (2015) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Problem Based Learning, kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan dan hasil belajar siswa juga meningkat.

(16)

2. Iskandar, (2013) melalui penerapan Problem Based Learning kualitas pembelajaran matematika dapat meningkat berdasarkan hasil belajar dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Hidayah (2015) menyebutkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan penerapan model Problem Based Learning.

Atas dasar latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang cara

“Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Problem Based Learning untuk siswa kelas SMA Negeri 9 Luwu Utara”. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: Dengan penerapan Model Problem Based Learning dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika siswa kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

(17)

b. Melatih siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran matematika.

2. Bagi Peneliti

a. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran.

b. Memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning.

c. Memberi bekal peneliti sebagai calon guru untuk melaksanakan tugas di lapangan.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Beberapa pakar pendidikan mendefenisikan belajar (Suprijono, 2012:2) sebagai berikut : a) Menurut Gagne belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah; b) Menurut Cronbach Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.); c) Menurut Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).

Bila di analisis pengertian belajar tersebut diatas mengandung unsur-unsur yang sama yaitu: 1) Belajar itu merupakan suatu kegiatan yang disadari dan mempunyai tujuan; 2) Proses belajar itu mengakibatkan perubahan tingkah laku dan perubahan itu disebabkan oleh pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan dan bukan disebabkan oleh pertumbuhan dan kematangan; 3) Perubahan tingkah laku dalam belajar sifatnya menetap.

Pada uraian diatas, pada hakekatnya belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.

(19)

2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian ini dilandasi oleh beberapa prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan c. Pembelajaran merupakan suatu proses

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai

e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman

Menurut Sagala (Yusuf, 2012: 10) seorang guru pelajaran matematika dapat membantu peserta didik untuk mengalami proses belajar secara utuh dengan cara menyesuaikan metode yang digunakan dalam mengajar dengan perkembangan jiwa peserta didik. Selain itu, seorang guru juga harus mengerti apa yang dibutuhkan dan disenangi oleh peserta didiknya dan dapat pula menyusun buku teks sendiri untuk peserta didiknya agar tidak terjadi ketimpangan yang akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai karena guru lebih mengerti materi pelajaran yang diajarkan dan lebih memahami kemampuan peserta didiknya.

Abdurrahman (2003:279) Mengemukakan bahwa matematika adalah bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keuangan

(20)

yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pengertian belajar yang telah ditemukan sebelumnya, maka belajar matematika merupakan suatu proses aktif untuk memperoleh pengetahuan baru sebagai suatu perubahan pada diri seseorang dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimana dari proses belajar matematika tersebut akan diperoleh suatu hasil belajar matematika yang dapat diperoleh melalui evaluasi.

3. Kualitas Pembelajaran Matematika

Istilah Kualitas berasal dari bahasa inggris (Quality) dan sepadan dengan kata mutu dalam bahasa Indonesia, merupakan istilah yang sudah tidak asing atau dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini biasanya didahului atau dibarengi dengan kata lain , seperti kualitas ekspor, kualitas inpor, kualitas keimanan, kualitas kecerdasan, guru yang berkualitas, siswa yang berkualitas, dan lain sebagainya. Jadi kualitas adalah tingkatan atau baik buruknya sesuatu baik yang berupa benda atau manusia.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Nirmala: 2012) Kualitas adalah ukuran baik buruk, mutu, taraf, kadar, atau derajat kecerdasan, kepandaian, dan sebagainya. Sedangkan menurut Nana Sudjana (Yuani, 2013:18), pengertian secara umum dapat diartikan suatu gambaran yang menjelaskan baik buruk hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.

Adapun pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan,

(21)

aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

Kualitas Pembelajaran menurut Uno (Yuani, 2013:18) adalah mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Lebih lanjut Uno mengatakan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik apabila pendidik

melakukan suatu perbaikan pengajaran yang diarahkan pada proses pengelolaan pembelajaran.

Menurut Hamdani (Yuani, 2013:18) efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Depdiknas (Yuani, 2013:18) menyebutkan bahwa kualitas pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergi guru, siswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai tuntunan kurikuler.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan suatu tingkatan keberhasilan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk pencapaian perkembangan belajar siswa melalui pengelolaan kelas dan pemilihan strategi pembelajaran agar menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal.

(22)

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Borrow (Huda, 2014:271) mendefenisikan pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran (1980 :1). Problem Based Learning

merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigm pengajaran menuju paradigm pembelajaran menurut Barr dan Tagg (Huda, 2014:271). Jadi ,fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pengajaran guru.

Sementara itu,Lloyd-Jones dkk, (Huda, 2014:271) menjelaskan fitur-fitur penting dalam Problem Based Learning. Mereka menyatakan bahwa ada tiga elemen dasar yang harusnya muncul dalam pelaksanaan Problem Based Learning: menginisiasi pemicu atau masalah awal (initiating trigger), meneliti isu-isu yang diidentifikasi sebelumnya, dan memanfaatkan pengetahuan dalam memahami lebih jauh situasi masalah. Problem based learning tidak hanya bisa diterapkan oleh guru dalam ruang kelas, akan tetapi juga oleh pihak sekolah untuk pengembangan kurikulum. Ini sesuai dengan defenisi problem based learning yang disajikan oleh Maricopa Community Colleges dkk, (Huda, 2014:272). Menurut mereka, Problem Based Learning merupakan kurikulum sekaligus proses. Kurikulumnya meliputi masalah-masalah yang dipilih dan dirancang dengan cermat untuk menuntut upaya kritis siswa untuk memperoleh pengetahuan, menyelesaikan masalah, belajar secara mandiri, dan memiliki skill partisipasi yang baik. Sementara itu, proses problem based learning mereplikasi

(23)

pendekatan sistematik yang sudah banyak digunakan dalam penyelesaian masalah atau memenuhi tuntutan-tuntutan dalam dunia kehidupan dan karier.

Adapun Sintaks pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap-1 Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, Mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan suatu masalah,

Memotivasi siswa untuk terlibat dalam masalah yang dipilih.

Tahap-2 Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas

dengan temannya. Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan model pembelajaran ini, adalah: a) Membuat siswa lebih aktif; b) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari; c) Menimbulkan ide-ide baru; d) Dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama; e) Pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan; sedangkan kelemahan pembelajaran Problem Based learning yaitu: a) Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih

(24)

aktif; b) Membutuhkan banyak waktu dan pendanaan; c) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kualitas pembelajaran merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam belajar matematika. Namun, teknik pembelajaran yang digunakan guru SMA Negeri 9 Luwu Utara ternyata belum mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Adapun masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah: Proses belajar mengajar masih didominsi guru, siswa kurang dilibatkan aktif dalam proses belajar mengajar atau tidak ada umpan balik antara guru dan siswa, siswa cepat jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran, siswa melakukan aktifitas-aktifitas lain yang mengarahkan perhatiannya terhadap penyampaian materi oleh guru,dan mengganggu konsentrasi siswa lainnya, bahkan konsentrasi guru pun terpecah, dan kualitas pembelajaran matematika siswa masih rendah.

Di dalam memecahkan masalah, siswa diharapkan mampu memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitik berpikirnya ketika mengambil keputusan dalam kehidupan. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran matematika siswa masih rendah. Interaksi diperlukan di dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Interaksi tersebut meliputi interaksi guru dengan siswa dan interaksi antar-siswa. Gambaran permasalahan

(25)

tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika.

Usaha tersebut diawali dengan penggunaan misalnya salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuh-kembangkan kualitas pembelajaran matematika siswa adalah melalui penerapan model pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model Problem Based Learning. Dalam model Problem Based Learning, siswa dibimbing mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Dengan cara ini, siswa dapat memperkaya pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah. Dan dengan penerapan model Problem Based Learning diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

(26)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Kondisi awal

Kualitas pembelajaran rendah ditandai dengan:

Guru :

1. Pembelajaran kurang diawali dengan masalah nyata dan siswa kurang diarahkan untuk memecahkan soal melalui

penyelidikan

2. Penggunaan media kurang optimal.

3. Peran guru dalam pembelajaran masih terlalu besar, strategi pembelajaran belum mengaktifkan siswa

Siswa:

1. Siswa belum begitu aktif berkomunikasi satu dengan yang lain dalam pembelajaran kelompok

2. Aktivitas siswa rendah, dilihat dari tidak antusias dan kurang minat dalam pembelajaran matematika

3. Hasil belajar siswa masih di bawah KKM

Penerapan model Problem Based Learning

1. Memberikan orientasi permasalahan kepada siswa

2. Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama.

3. Membagi kelompok heterogen 4. Membantu Inquiry dan investigasi

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah 6. Tanya jawab (debriefing) : menguji keakuratan dari solusi

Kondisi akhir

Pelaksanaan tindakan

1. Pembelajaran diawali dengan masalah yang berhubungan dengan keseharian siswa dan dipecahkan dengan penyelidikan 2. Kegiatan siswa lebih menonjol dan dapat menciptakan Strategi

pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

3. Siswa aktif berkomunikasi satu dengan yang lain dalam pembelajaran kelompok maupun saat pembacaan laporan per kelompok

4. Aktivitas siswa tinggi dilihat dari antusias dan minat siswa dalam pembelajaran matematika.

Kualitas pembelajaran meningkat Analisis Kualitas Pembelajaran Tidak Meningkat 1. Aktivitas siswa

(27)

C.Hipotesis

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara. Kualitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa dan hasil belajar.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap PTK berdasarkan model Hopkins yang pelaksanaannya terdiri dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari tiga pertemuan. Siklus kedua terdiri dari tiga pertemuan. Menurut Kardiawarman (Paizaluddin dkk, 2013: 6) Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut. Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

B. Subjek Penelitian dan Perlakuan

1. Subjek Penelitian

Adapun satuan eksperimen dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA3 SMA Negeri 9 Luwu Utara pada tahun ajaran 2017/2018. Dengan memilih satu kelas dan diberi perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning.

(29)

2. Perlakuan

Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

dimana dalam penelitian ini akan mengikuti langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

1. Kualitas Pembelajaran Matematika adalah suatu tingkatan keberhasilan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk pencapaian perkembangan belajar siswa melalui pengelolaan kelas dan pemilihan strategi pembelajaran agar menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal

2. Model Problem Based Learning adalah suatu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya sebelumnya prio knowledge sehingga dari prio knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.

3. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika adalah Intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru dan siswa melalui kegiatan yang terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar yaitu pembaharuan strategi dan

(30)

konsep-konsep pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri.

D. Prosedur Penelitian

Menurut Hopkins (Sanjaya 20012:53) Pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah penyusun perencanaan, melaksanakan tindakan melakukan observasi mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan dan seterusnya. Manakala digambarkan model spiral yang dikembangkan oleh Hopkins seperti yang digambarkan.

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Hopkins

Kegiatan penelitian ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa. Perencanaan Refleksi Aksi Observasi Perencanaan Ulang Refleksi Observasi Aksi

(31)

1. Siklus I

a. Perencanaan (Plan)

Tahapan perencanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai permasalahan dan dikonsultasikan dengan guru matematika yang bersangkutan dan dosen pembimbing. RPP disusun sesuai dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a) Belajar dimulai dengan suatu masalah

b) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa

c) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu

d) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

e) Menggunakan kelompok kecil

f) Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja

2) Menyusun LKS dan Menyiapkan Peraga Peneliti

Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sesuai dengan materi dan telah dikonsultasikan dengan guru matematika dan dosen pembimbing. LKS bertujuan

(32)

untuk memandu siswa dalam memahami materi dan mengerjakan soal. LKS didesain dalam 2 kegiatan yaitu:

a. Kegiatan 1

Berisi panduan pemahaman materi bagi siswa. Kegiatan 1 dikerjakan oleh siswa dengan cara berdiskusi bersama kelompoknya. Hasil diskusi siswa pada kegiatan 1 dipresentasikan oleh perwakilan beberapa kelompok.

b. Kegiatan 2

Berisi soal-soal sebagai latihan bagi siswa untuk memecahkan masalah. Soal-soal ini dikerjakan oleh siswa dengan cara berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Dalam kegiatan ini siswa dipandu untuk menyelesaikan soal sesuai aspek pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

3) Menyusun dan Menyiapkan Lembar Observasi,

Lembar observasi yang disusun adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi aktifitas pemecahan masalah siswa. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran disusun berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Lembar observasi aktifitas pemecahan masalah siswa disusun berdasarkan pada aspek-aspek pemecahan masalah yang akan diamati.

4) Menyusun soal tes yang akan diberikan pada akhir siklus.Soal tes disesuaikan dengan materi.

(33)

b. Pelaksanaan Tindakan (Act)

Pada tahap ini guru melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Dengan tahapan

Problem Based Learning akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Pembelajar pun harus harus sudah memahami prosesnya, dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan proses yang dikenal dengan proses tujuh langkah:

1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.

2. Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.

3. Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.

(34)

4. Menata gagasan secara sistematis dan menganalisis

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan; mana yang paling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

5. Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat 6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menemukan kemana hendak dicarinya.

7. Mensistesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan.

c. Observasi (Observe)

Observasi atau pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai upaya untuk mengetahui proses pembelajaran dan aktifitas pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Dalam melaksanakan observasi, peneliti dibantu oleh observer atau pengamat yang turut dalam mengamati pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan pengamatan proses tindakan, hasil tindakan, situasi tempat tindakan, dan kendala-kendala tindakan. Pengamatan

(35)

dilakukan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana tindakan yang disusun sebelumnya dan aktifitas siswa dalam memecahkan soal/masalah.

d. Refleksi (Reflect)

Refleksi berupa diskusi antara peneliti, guru matematika yang bersangkutan, dan juga pengamat. Refleksi dilakukan dengan meninjau hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran, observasi aktifitas pemecahan masalah, dan catatan lapangan. Berdasarkan observasi akan tampak hambatan dan kesulitan selama pembelajaran , sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk mencari solusinya. Refleksi dilakukan setelah pembelajaran.

2.Siklus II

Tahap kerja pada siklus II seperti tahap kerja pada siklus I. Dalam hal ini rencana tindakan pada siklus II dilakukan berdasarkan refleksi siklus I. Kegiatan-kegiatan pada siklus II dimaksudkan sebagai penyempurna atau perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus I. Tahapan pada siklus II meliputi:

a.Perencanaan (Plan)

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Menyusun LKS

3) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi 4) Menyusun soal tes

b. Pelaksanaan Tindakan (Act)

Pelaksanaan tindakan pada siklus II, intinya masih sama seperti pada siklus I, yaitu guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP. Pembagian kelompok masih sama seperti siklus I.

(36)

c. Observasi (Observe)

Observasi masih sama prosedurnya seperti siklus I. Peneliti dibantu oleh pengamat melakukan pengamatan yang berpedoman pada lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan sama seperti pada siklus I.

d. Refleksi (Reflect)

Refleksi pada siklus II dilakukan masih di setiap akhir pembelajaran. Hasil observasi pada siklus II digunakan untuk melihat apakah solusi permasalahan pada refleksi siklus I ada hasilnya atau tidak. Selain itu, refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan hasil antara siklus I dan siklus II. Pembandingan dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah dari siklus I ke siklus II. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian Peneliti merupakan instrumen utama (Human Instrument) dalam penelitian ini. Peneliti sebagai perencana, pelaksana, pengamat, pengolah data, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian. Instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan peneliti sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan untuk mendapatkan data yang akurat. Lembar observasi juga digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi setiap tindakan, agar kegiatan observasi tidak terlepas dari konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Observasi Aktifitas

(37)

Siswa.

Aspek aktifitas siswa meliputi memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

b. Tes

Tes disusun untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap bahan ajar dan pemecahan masalah siswa. Tes diberikan setiap akhir siklus. Penyusunan tes meliputi kisi-kisi, soal tes, indikator pemecahan masalah, dan kunci jawaban. Pedoman pemberian skor pada tes tercantum pada indikator pemecahan masalah dan kunci jawaban yang terlampir pada lampiran. Skor yang terinci dalam indikator pemecahan masalah adalah skor maksimal yang dapat diperoleh siswa jika mengerjakan dengan benar dan tepat.

F.Teknik Pengumpulan Data

Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi Aktifitas siswa dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Data yang diperoleh hasil observasi aktivitas siswa, dan angket respon siswa.

(38)

2. Tes

Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes digunakan untuk mengetahui adakah peningkatan kualitas pembelajaran matematika dari siklus I ke siklus II. Data yang diperoleh berupa hasil tes siklus.

G.Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil observasi, data hasil wawancara, dan tes. Teknik analisis yang digunakan yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan, uraian singkat dan pengelolaan data ke dalam pola yang lebih terarah. Penyajian data dilakukan untuk mengorganisasikan data yang merupakan kegiatan penyusunan informasi secara sistematis dari reduksi data mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, sehingga memudahkan dalam membaca data. Analisis data dilakukan sejak data diperoleh oleh peneliti. Analisis data dari sumber-sumber penelitian adalah sebagai berikut: 1. Analisis Hasil Observasi

Data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis secara kualitatif diskriptif untuk memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran.

2. Analisis Hasil Tes

Data hasil tes akhir siklus dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

(39)

Data kuantitatif merupakan data hasil belajar model Problem Based Learning

pada siklus I

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan II. Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

a. Menghitung nilai hasil belajar kog$Rnitif siswa secara individual

NK =

Keterangan:

NK = Nilai siswa (nilai yang dicari)

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap (Purwanto, 2008: 112)

b. Menghitung nilai rata – rata seluruh siswa X =

Keterangan :

X =Nilai rata-rata kelas

Σ X =Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa (Aqib, dkk. 2009 : 40)

c. Menghitung persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal digunakan rumus :

K = ∑ Keterangan :

K = Ketuntasan belajar klasikal

ΣX = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 75 N = Jumlah siswa

(40)

100 % = Bilangan teta

Analisis ini dilakukan pada tahap refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya, sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki pembelajaran.

Tabel 3.1 Kategori Tingkat Keberhasilan Belajar Kognitif Siswa

Interval Nilai Kategori

85 Tinggi

75-84 Cukup

65-74 Kurang

64 Sangat Kurang

Berdasarkan persentase yang dicapai, akan diketahui tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal sesuai kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kriteria keberhasilan belajar siswa secara klasikal (%)

No. Skor Tingkat keberhasilan Kategori

1 5 81% - 100% Sangat tinggi

2 4 61% – 80% Tinggi

3 3 41% – 60% Sedang

4 2 21% – 40% Rendah

5 1 0 - 20% Sangat rendah

(Sumber: Adopsi dari Aqib, 2009: 41) Tabel 3.3 Kriteria ketuntasan belajar siswa

Tingkat Keberhasilan Kategori

≥ 68 Tuntas

(41)

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah acuan untuk mempertimbangkan hasil yang akan dicapai setelah dilakukan tindakan. Komponen-komponen yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya Kualitas Pembelajaran Matematika siswa yang dilihat dari nilai rata-rata siswa dalam memecahkan masalah, minimal mencapai kriteria tinggi (T).

2. Meningkatnya pemecahan masalah siswa yang dilihat dari persentase tiap aspek pemecahan masalah pada tes siklus, minimal mencapai kriteria tinggi (T).

3. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan Problem Based Learning meningkat sekurang-kurangnya 70 dari jumlah keseluruhan siswa.

4. Siswa mencapai tuntas belajar yaitu mencapai nilai 70,00 atau mencapai kriteria cukup (C) Minimal 70 dari jumlah seluruh siswa.

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.HASIL PENELITIAN

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan

Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

1) Menyusun RPP dengan langkah- langkah Problem Based Learning.

2) Menyiapkan lembar kerja siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran. 3) Menyiapkan evaluasi berupa tes tertulis.

4) Menyiapkan lembar observasi berupa instrumen pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang digunakan untuk menuliskan hal-hal yang belum tercantum dalam instrumen pengamatan.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Guru dibantu oleh peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Secara keseluruhan, guru sudah memberikan tindakan sesuai dengan RPP yang telah disusun sesuai model pembelajaran Problem Based Learning. Berikut ini

(43)

deskripsi pelaksanaan dan pengamatan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning:

1) Pertemuan 1

Siklus I dimulai pada hari Jumat, 4 Agustus 2017 pukul 07.30. Pada pukul 07.30, guru dan peneliti masuk ke kelas. guru kemudian mengecek kondisi kelas meliputi kebersihan kelas dan kebersihan papan tulis. Seluruh siswa dan guru berdoa untuk mengawali pelajaran. Kemudian, siswa mengucapkan salam. Guru membalas salam dan menanyakan apakah siswa siap belajar matematika. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mempelajari Persamaan nilai mutlak linear satu variabe. Peneliti mengenalkan metode pembelajaran Problem Based Learning pada siswa. Metode tersebut akan dilaksanakan selama pembelajaran Nilai Mutlak. Guru menggunakan LKS sebagai media untuk membantu siswa ketika pembelajaran matematika nantinya. Guru juga memberikan nasehat pada siswa untuk belajar lebih tekun lagi, sehingga nilai pada ujian semester 2 bagus. Metode Problem Based Learning merupakan metode belajar berbasis masalah yang menggunakan kelompok diskusi. Oleh karenanya siswa harus dibagi dalam kelompok-kelompok diskusi. Guru membacakan pembagian kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Siswa dibagi dalam 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 6-7 siswa. Guru mengatur posisi tempat duduk untuk tiap kelompok. Guru kemudian membagi LKS “Persamaan nilai mutlak linear satu variabel” kepada setiap kelompok.

Untuk memahami materi “Persmaan nilai mutlak linear satu variabel” siswa melaksanakan:

(44)

a) Diskusi kelompok

Siswa berkelompok untuk mendiskusikan LKS Persamaan nilai mutlak linear satu variabel . LKS dikerjakan secara berkelompok dengan tujuan agar semua anggota kelompok memahami materi Nilai Mutlak.

Beberapa kelompok mampu untuk mengerjakan LKS sesuai panduan-panduan yang ada, namun terdapat beberapa kelompok yang ragu terhadap jawabannya. Siswa yang merasa ragu tersebut mengangkat tangan untuk bertanya kepada guru. Keraguan umumnya dikarenakan siswa masih kurang memahami bagaimana cara menjumlahkan atau mengurangkan kedua ruas dengan bilangan yang sama. Sesudah dijelaskan oleh guru, siswa langsung dapat memahami cara menjumlahkan atau mengurangkan kedua ruas dengan bilangan yang sama.

b) Presentasi siswa

Tiga puluh menit sebelum pelajaran usai, guru memberikan perintah kepada siswa untuk mengakhiri kegiatan mereka. Guru menunjuk setiap perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Masing-masing kelompok diwakili oleh dua orang siswa. Siswa yang satu menulis hasil diskusinya dipapan tulis dan siswa yang satu lagi menjelaskan hasil diskusinya. Guru dan kelompok lain menyimak setiap presentasi. Guru membimbing untuk mengoreksi hasil pengerjaan LKS setiap kelompok.

Di akhir pembelajaran, guru membimbing untuk menyimpulkan pembelajaran. Guru menyampaikan materi pertemuan selanjutnya adalah Pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel. Guru juga memberi PR tentang

(45)

Persamaan nilai mutlak linear satu variabel. Pembelajaran ditutup dengan salam dari guru.

2) Pertemuan 2

Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Agustus 2017 pukul 07.30-09.30. Guru memasuki kelas bersama peneliti. Guru dibantu oleh peneliti kemudian membersihkan papan tulis yang masih kotor. Guru mengecek apakah siswa sudah siap belajar matematika dan menyuruh siswa untuk duduk berkelompok. Guru menegaskan kembali metode pembelajaran yang digunakan yaitu Problem Based Learning. Guru menyampaikan tujuan. Kemudian, guru memberikan apersepsi tentang bagaimanakah bentuk pertidaksamaan.

Untuk memahami materi “Pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel”, siswa melaksanakan:

a) Diskusi kelompok

Guru dibantu oleh peneliti membagikan LKS “Pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel” kepada setiap kelompok. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok agar siswa berdiskusi bersama teman satu kelompok. Selanjutnya, siswa aktif dalam diskusi kelompok untuk menyelesaikan LKS. Siswa mengerjakan LKS sesuai petunjuk-petunjuk yang ada dan bekerjasama dalam mengerjakan masalah/soal Pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel yang diberikan guru.

b) Presentasi siswa

Guru menanyakan apakah siswa sudah selesai dalam mengerjakan, namun sebagian besar siswa menjawab belum. Guru memberikan waktu 10 menit lagi

(46)

untuk menyelesaikan diskusi. Setelah itu, guru menanyakan kelompok mana yang ingin presentasi. Kelompok 3 dan kelompok 4 menawarkan diri untuk presntasi.

Dua orang perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Salah satu siswa menuliskan hasil diskusi, sedangkan yang lain menjelaskan hasil diskusinya. Guru dan kelompok lain menyimak dan mengoreksi hasil pengerjaan LKS kelompok presentasi. Dari kelompok yang presentasi ternyata terdapat satu kelompok yang salah dalam menghitung soal pertidaksamaan nilai mutlak yang diperolehnya berbeda dengan yang diperoleh oleh kelompok lain.

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yaitu bagaimana cara mengerjakan soal pertidaksamaan nilai mutlak. Guru menyampaikan pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu latihan soal yang berkaitan dengan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel. Guru juga memberi PR bagi tiap kelompok mengenai pertidaksamaan nilai mutlak. Guru menutup pelajaran dengan salam.

3) Pertemuan 3

Pertemuan ketiga siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Agustus 2017 pukul 07.30-09.20. Pelajaran diawali dengan berdoa. Siswa mengucapkan salam kepada Guru, dan peneliti. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu latihan soal yang berkaitan dengan Pertidaksamaan nilai mutlak. Guru menyuruh siswa duduk berkelompok. Dalam memecahkan masalah tahapan-tahapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang terlaksana adalah sebagai berikut:

(47)

a) Diskusi Kelompok

Siswa saling mencocokan dan berpendapat untuk memecahkan soal yang dirasa sulit. Beberapa siswa masih bingung dalam menghitung bilangan atau variabel berpangkat. Oleh karenanya, guru menerangkan di depan kelas bagaimana cara menghitung bilangan dan variabel berpangkat . Selain itu, siswa juga masih ragu dalam memeriksa jawaban. Walaupun demikian siswa lebih terampil dalam pemeriksaan jawaban dibanding pada LKS sebelumnya. Guru membimbing dan memandu siswa yang merasa kesulitan mengerjakan soal. Secara umum, diskusi kelompok berjalan lancar. Siswa cukup aktif dalam diskusi kelompok. Diskusi secara keseluruhan sudah melibatkan semua anggotanya. b) Presentasi Siswa

Ketika semua kelompok selesai mengerjakan soal, guru memanggil perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Perwakilan setiap kelompok kemudian menuliskan jawabannya di papan tulis. Pekerjaan tersebut dikoreksi bersama-sama oleh guru dan siswa.

Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran. Guru menyampaikan bahwa akan ada tes persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak pada pertemuan berikutnya. Terlihat beberapa siswa menunjukkan rasa khawatirnya dengan menanyakan tingkat kesulitan soal tes. Guru menutup dengan salam.

(48)

4) Pertemuan 4

Pertemuan keempat siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Agustus 2017 pukul 07.30-09.30. Guru memasuki kelas bersama peneliti. Guru membuka pembelajaran dengan salam. Guru mengecek kesiapan siswa sebelum mengerjakan soal tes. Guru memberikan waktu 10 menit untuk belajar dan mempersiapkan diri. Guru dibantu peneliti membagikan lembar soal tes dan lembar jawab kepada siswa. Tes yang diberikan bersifat individu. Secara keseluruhan tes berjalan dengan lancar dan tertib. Walaupun masih ada beberapa siswa yang mencontek, tetapi selalu diingatkan oleh guru untuk mengerjakan sendiri-sendiri.Tes berlangsung selama 90 menit. Tes berakhir pukul 09.30. Lembar jawab siswa yang telah selesai mengerjakan maupun yang belum selesai mengerjakan dikumpulkan. Berikut ini adalah hasil tes belajar siswa siklus I.

c. Data Hasil Observasi Siklus 1

1) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I yang dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Dalam penelitian pengamatan aktivitas dilakukan pada 30 siswa diperoleh data hasil observasi yaitu: Memperhatikan apa yang disampaikan guru, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,17. Menjawab pertanyaan dari guru, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,27. Mengerjakan LKS yang diberikan guru, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,13. Bekerja sama dengan teman satu kelompok, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,28. Membendingkan jawaban dengan teman kelompok, nilai rata-rata indikator

(49)

tersebut pada siklus I yaitu 4,23. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,38. Bertukar pendapat antar teman dalam kelompok, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,31. Mengambil keputusan dari semua jawaban yang dianggap paling benar, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,30. Mempresentasikan jawaban di depan kelas, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,22. Merespon jawaban teman, nilai rata-rata indikator tersebut pada siklus I yaitu 4,53.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa jumlah skor rata-rata siswa pada siklus I sebesar 42,82 dengan kriteria tinggi, adapun tebel aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran C2.

Tabel 4.1 Skala Aktivitas Siswa Siklus I

Skala Aktivitas Siswa Kategori

43,6≤ skor ≤ 50 Sangat Tinggi

34,2≤ skor <43,6 Tinggi

25,8≤ skor <34,2 Cukup

17,4 ≤ skor <25,8 Rendah

10 ≤ skor <17,4 Sangat rendah

2) Hasil Belajar siswa dalam Pembelajaran Matematika

Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus I mengenai hasil belajar matematika melalui Problem Based Learning (PBL) diperoleh data seperti pada tabel berikut.

(50)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Klasikal Siklus I

Interval Nilai Frekuensi Persentase

Frekuensi Kategori Kualifikasi

85 ≤ 2 6,66 % Sangat Baik Tuntas

80 – 84 4 13,33 % Baik Tuntas

75 – 79 13 43,33 % Cukup Tuntas

70 – 74 7 23,33% Kurang Tidak tuntas

≤ 69 4 13,33% Sangat Kurang Tidak Tuntas

Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi ketuntasan klasikal hasil belajar siklus I menunjukkan bahwa ada 2 siswa tuntas dengan persentase 6,66% pada kategori sangat baik, 4 siswa tuntas dengan persentase 13,33% pada ketegori baik, 13 siswa cukup dengan persentase 43,33% pada ketegori cukup, 7 siswa tidak tuntas dengan persentase 23,33% pada kategori kurang. 4 siswa sangat kurang dengan persentase 13,33% pada kategori sangat kurang.

Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan tabel berikut.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Tes Siklus I

NO KETERANGAN SIKLUS I

1 Nilai Rata-rata 74,86

2 Nilai Tertinggi 90

3 Nilai Terendah 65

4 Siswa Tuntas Belajar 19

5 Siswa Tidak Tuntas Belajar 11

(51)

Gambar 4.1 Hasil Belajar Siklus I

Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siklus II adalah 74,86 dengan nilai terendah 65, nilai tertinggi 90. Siswa yang memperoleh nilai tuntas sebanyak 19 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 63,33 %. Adapun tabel hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran C1.

d. Refleksi

Refleksi bertujuan sebagai pedoman perbaikan bagi pelaksanaan tindakan selanjutnya. Refleksi pembelajaran matematika melalui Problem Based Learning

pembelajaran pada siklus 1 lebih difokuskan pada permasalahan dan keberhasilan dalam pembelajaran. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dalam membuka pelajaran, guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan topik yang akan dipelajari. Akan tetapi apersepsi yang diberikan belum mengarah kepada pengetahuan yang dimiliki siswa. Selain itu guru juga belum menginformasikan materi yang akan dipelajari. Jadi siswa masih terlihat bingung.

0 20 40 60 80 100 SIKLUS I Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah

(52)

2. Guru juga belum memberikan motivasi belajar kepada siswa, sehingga siswa terlihat kurang bersemangat.

3. Ketika membimbing diskusi kelompok, guru memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Guru juga masih belum berhasil menyebarkan partisipasi siswa, sehingga tidak semua anggota kelompok ikut menyelesaikan permasalahan. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa yang harus ditangani, walaupun guru telah meminta siswa untuk menyelesaikan permasalahan bersama teman-temannya, tetapi tetap saja ada siswa yang belum mematuhi perintah guru.

4. Siswa terlihat kurang dalam mengingat permasalahan, menganalisis, memecahkan permasalahan, merumuskan serta menguji solusi karena banyak dari mereka tidak mencatat permasalahan yang diberikan guru.

5. Dalam penyampaian diskusi siswa juga masih belum tertib, karena pada saat waktu habis ada kelompok yang belum mengumpulkan pekerjaannya, dan saat menyampaikan cukup memakan waktu karena dilakukan dengan bercanda.

6. Guru telah memberikan penguatan dengan segera ketika siswa melaksanakan suatu tindakan, dan memberikan tepuk tangan setelah siswa selesai melakukan tugas ataupun menyajikan hasil kerja kelompok, akan tetapi guru belum menyebutkan nama siswa dengan jelas.

7. Pada saat menyajikan laporan hasil kerja kelompok siswa ada telah aktif memberikan komentar dan bertanya kepada kelompok lain, tetapi masih ada siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan.

(53)

8. Keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan Problem Based Learning dalam kategori tinggi.

9. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih sudah mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya dalam kategori cukup, pada pertemuan ini sudah masuk dalam kategori tinggi.

10. Ketuntasan klasikal siswa mencapai angka 63,33%. Akan tetapi pencapaian ketuntasan tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%.

2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II, kegiatan peneliti secara umum sama dengan kegiatan perencanaan pada siklus I. Namun terdapat beberapa tambahan kegiatan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, yaitu:

1) Guru memberikan contoh soal

2) Siswa diberikan waktu lebih untuk memperdalam pemahaman materinya dengan latihan soal

3) Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok 4) Guru perlu memberikan apersepsi tentang Sistem Persamaan linear

5) Menambah durasi waktu untuk berpikir agar siswa mampu mengidentifikasi soal dengan lengkap

6) Guru mengingatkan siswa untuk memeriksa jawaban

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pada awal proses pembelajaran, guru menginformasikan bahwa pada pembelajaran saat itu sudah mulai pada siklus II. Guru menyampaikan materi

(54)

yang akan dipelajari pada siklus II yaitu Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel. Guru juga menerangkan bahwa pada siklus II, pembelajaran akan tetap menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

1) Pertemuan 1

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 18 Agustus 2017 pukul 07.30-09.20. Guru membuka pembelajaran dengan salam. Guru membahas sedikit tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada tes persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak. Guru mengkomunikasikan metode pembelajaran Problem Based Learning. Guru menerangkan mengapa siswa harus berpikir secara dahulu baru dilanjutkan dengan berpikir secara bersama teman kelompoknya. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel kemudian memberikan apersepsi mengenai sistem persamaan. Guru mengatakan bahwa dalam tes sebelumnya masih banyak siswa yang melakukan kesalahan saat menyelesaikan bilangan dan variabel berpangakat. Guru memberikan nasihat agar siswa memperhatikan pelajaran dan aktif dalam diskusi. Guru mengkodisikan siswa untuk duduk berkelompok dan memberikan penjelasan serta contoh soal untuk memahami materi “Persamaan Linear Tiga Variabel”. Dan diakhir pertemuan guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari contoh soal mengenai cara menentukan model matematika dari sistem persamaan linear tiga variabel dalam kehidupan sehari-hari lalu mempelajarinya untuk membantu siswa dalam pertemuan selanjutnya

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks  Pembelajaran  Problem Based Learning
Gambar  2.1 Bagan  Kerangka  Pikir
Gambar  3.1 Penelitian  Tindakan  Model  Hopkins
Tabel 3.2 Kriteria  keberhasilan  belajar  siswa  secara klasikal  (%)  No.  Skor  Tingkat  keberhasilan  Kategori
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih atas berkat dan pendampingan- Nya selama Penulis mengerjakan laporan berjudul “EVALUASI UNTUK PENINGKATAN

[r]

Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hipotesis dengan menghitung hasil kuesioner dan didukung oleh teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga digunakan

Permendagri 11 / 2011 Tentang Pedoman perjalanan Dinas Ke Luar Negeri bagi pejabat / pegawai Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, Dan pimpinan Serta

Kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan Barang Jasa, telah melaksanakan tahapan Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen Pengadaan dengan metode tanya jawab secara elektronik

[r]

Skripsi ini berisi deskripsi Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD N 1 Tambaksari Materi Membaca Melalui Penerapan Metode SQ3R yang membahas masalah sesuai

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM-P Formulasi Diversi ( Rehabilitasi dan Resosialisasi ) sebagai