• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Patologi dan Hasil Konfirmasi Laboratorium Kasus Gumboro di Kabupaten Tangerang, Bogor dan Ciamis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Patologi dan Hasil Konfirmasi Laboratorium Kasus Gumboro di Kabupaten Tangerang, Bogor dan Ciamis"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Patologi dan Hasil Konfirmasi Laboratorium Kasus

Gumboro di Kabupaten Tangerang, Bogor dan Ciamis

(Pathology Description and Confirmation Results of Gumboro Cases in the Districts of Tangerang, Bogor and Ciamis)

Sutiastuti Wahyuwardani, Nuradji H, Nurhasanah M

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114 sutiastutiw@yahoo.co.id

ABSTRACT

A survey has been conducted to ascertain the occurrence of Gumboro diseases in chicken broilers, chicken males and kampong chickens from farms that reported being under attack of Gumboro disease in the districts of Tangerang, Bogor and Ciamis. Necropsy results showed hemorhage in the chest and thigh muscle in some chickens and changes in the bursa fabricius from mild to severe. Confirmation results were obtained by isolation on embryonated chicken eggs, hemagglutination test and polymerase chain reaction of unvaccinated chickens showed that the case in those farms was Gumboro.

Key Words: Gumboro, Pathology, Isolation, Identification, Polymerase Chain Reaction

ABSTRAK

Survey telah dilakukan untuk memastikan terjadinya kasus Gumboro pada ayam pedaging, pejantan serta ayam buras dari peternakan yang dilaporkan sedang mengalami serangan penyakit Gumboro di Kabupaten Tangerang, Bogor dan Ciamis. Hasil nekropsi menunjukkan adanya perdarahan pada otot dada dan otot paha pada sebagian ayam serta perubahan pada bursa fabricius dari tingkat ringan hingga parah. Hasil konfirmasi dengan isolasi pada telur ayam berembrio, uji hemaglutinasi dan polymerase chain reaction dari ayam yang tidak divaksinasi menunjukkan bahwa kasus yang terjadi di peternakan tersebut adalah Gumboro.

Kata Kunci: Gumboro, Patologi, Isolasi, Identifikasi, Polymerase Chain Reaction

PENDAHULUAN

Penyakit Gumboro atau dikenal dengan infectious bursal disease (IBD) merupakan penyakit yang menyerang unggas terutama ayam ditandai dengan lesi yang parah pada bursa fabricius dan dapat menyebabkan kematian dan bila bertahan hidup menjadi imunosupresif (Eterradossi & Saif 2008). Penyakit Gumboro pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1980 di sebuah peternakan ayam jantan di daerah Sawangan, Bogor (Partadiredja et al. 1983). Pada periode tahun 1990an, penyakit Gumboro telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan hasil isolasi dan identifikasi menunjukkan bahwa hampir semua isolat yang diperoleh berkerabat dekat dengan virus very virulent IBD (vvIBDV) (Parede et al. 2003).

Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus yang berasal dari famili Birnaviridae

(Lukert & Saif 2003) genus Avibirnavirus. Sejak pertama ditemukan pada tahun 1989, IBDV mempunyai dua subtipe yaitu subtipe varian dan klasik yang dibedakan atas tiga patotipe yaitu attenuated, virulent dan very virulent (Jackwood et al. 2008).Virus Gumboro merupakan virus tidak beramplop, yang terdiri dari dua untaian RNA dan berbentuk ikosahedral.

(2)

Diagnosis penyakit Gumboro dapat ditegakkan berdasarkan pada gejala klinis, perubahan patologi anatomi dan histopatologi ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium lainnya. Perubahan patologi yang patognomonik adalah perubahan yang ditemukan pada bursa fabricius. Namun demikian, diagnosis Gumboro sebagai penyebab primer perlu ditunjang dengan teknik diagnosis yang lain.

Isolasi virus dapat dilakukan dengan menginokulasikan pada telur ayam berembrio berumur 11 hari atau biakan jaringan, namun diperlukan waktu relatif lama dan tidak semua strain virus Gumboro dapat tumbuh di telur atau biakan jaringan. Virus Gumboro strain IN berhasil diisolasi hingga 10 hari pasca-inokulasi pada ayam specific pathogen free (SPF) dan 28 hari untuk virus Gumboro strainstandard chalenge (STC) (Abdul et al. 2013).Teknik uji netralisasi virus dapat digunakan untuk mendeteksi virus Gumboro dan dari hasil deteksi dapat dibedakan antara virus Gumboro klasik dan varian (OIE 2008). Sedangkan antigen-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat digunakan untuk membedakan antara virus Gumboro sangat virulen dengan yang kurang patogen. Sementara itu, teknik reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) dapat membedakan serotipe virus Gumboro, sedangkan subtipe virus Gumboro dapat dibedakan dengan real-time RT-PCR (Currie 2002).

Kabupaten Ciamis dan Bogor merupakan lokasi yang masih sering ditemukan kasus Gumboro, kasus ditemukan setiap tahun di lapang, namun selama ini kurang mendapat perhatian karena tidak dipublikasikan secara khusus. Hanya sedikit publikasi yang berkaitan dengan kasus Gumboro, umumnya dilaporkan karena ada kaitan dengan penyakit lain. Wahyuwardani et al. (2014) melaporkan bahwa kasus IBD ditemukan bersamaan atau diikuti penyakit lainnya seperti infeksi E. coli. Wiedosari & Wahyuwardani (2014) melaporkan bahwa kasus Gumboro ditemukan sebanyak 25% (10/40) di peternakan yang dikunjungi di Kabupaten Bogor dan Sukabumi baik di musim hujan maupun musim kemarau. Berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi kasus IBD ditemukan tunggal atau bersamaan dengan kasus infeksi E. coli atau Newcastle Disease.

Walaupun sering ditemukan kasus IBD di lapang secara klinis dan histopatologis, namun sering kali dikelirukan dengan infeksi penyakit lainnya, karena sering kali infeksi IBD disertai infeksi sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk memastikan apakah kasus yang ditemukan di lapang tersebut memang terinfeksi IBD. Disamping itu, dengan mengisolasi virus diharapkan akan diperoleh isolat virus lapang yang baru yang pada tahap selanjutnya dapat digunakan untuk mempelajari karakter virus yang beredar di lapang saat ini.

MATERI DAN METODE Pengumpulan sampel

Peternakan yang dikunjungi adalah peternakan yang dilaporkan terjadi kasus Gumboro oleh Dinas Peternakan di kabupaten yang dikunjungi, maupun di peternakan yang pada saat kunjungan ditemukan kasus Gumboro pada tahun 2013-2014. Sampel dikoleksi di peternakan ayam yang terindikasi terjadi kasus penyakit IBD di Kabupaten Bogor, Ciamis dan Tangerang. Peternakan ayam yang dikunjungi meliputi peternakan ayam pedaging, pejantan layer dan ayam buras yang termasuk peternakan sektor 3. Jika dari kunjungan ke peternakan ditemukan kasus IBD, maka diambil sampel minimal tiga ekor dari setiap peternakan untuk dinekropsi. Organ ayam berupa, hati, bursa fabricius,

proventriculus dan limpa sebagian dikoleksi untuk isolasi virus Gumboro disimpan dalam

(3)

buffered formalin (NBF) 10% minimal tiga hari untuk pembuatan blok formalin, sebagai bahan pembuatan slide histopatologi.

Pengamatan patologi dan histopatologi

Sampel ayam yang dinekropsi diamati dan dicatat perubahan patologi anatominya. Organ yang telah dikoleksi dan difiksasi dalam NBF dipotong dengan ketebalan 0,5 cm dimasukkan ke dalam tissue cassette lalu didehidrasi secara bertingkat dengan alkohol dan dijernihkan menggunakan xylol menggunakan mesin dehidrasi. Potongan organ yang telah didehidrasi kemudian dibuat blok parafin. Blok parafin diiris dengan ketebalan 3,5-5 μm dan dilekatkan pada gelas objek. Preparat kemudian diwarnai dengan Hematoxillin dan

Eosin (HE) menggunakan metode standar. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop

cahaya untuk menentukan derajat lesi. Perubahan yang umum ditemukan pada infeksi IBD, antara lain nekrosis jaringan epitel, nekrosis sel limfoid pada folikel limfoid, edema dan infiltrasi sel radang pada bursa fabricius (Rautenschlein & Haase 2005).

Konfirmasi isolasi identifikasi dan RT-PCR

Sampel organ yang disimpan dalam media transpor dikirim ke bagian Virologi Balai Besar Penelitian Veteriner untuk konfirmasi dengan melakukan isolasi identifikasi. Isolasi virus dilakukan dengan menumbuhkan pada telur ayam bertunas (TAB) umur 11 hari (OIE 2008). Virus IBD biasanya akan menimbulkan plak pada membran chorioallantois dan juga perubahan pada embrio yang berupa: embrio mengecil, oedema subkutan, pembengkakan pembuluh darah, pendarahan subkutan pada kepala dan badan. Hati membengkak dan berwarna kehijauan, limpa membesar dan ginjal membesar disertai kongesti (Lukert & Saif 2003; OIE 2008).

Identifikasi dengan uji hemaglutinasi (OIE 2008) dan RT-PCR menggunakan metode yang telah dimodifikasi oleh Nuradji (personal komunikasi). Primer yang digunakan mengikuti primer dalam penelitian sebelumnya, yaitu Vv-fp775 untuk forward primer dan Vv-rp1028 untuk reverse primer (Kusk et al. 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus Gumboro ditemukan di peternakan yang dikunjungi di Kabupaten Bogor, Tangerang dan Ciamis pada tahun 2013 dan 2014. Hasil koleksi sampel dari peternakan di lokasi yang dikunjungi ditemukan kasus klinis dengan gejala ayam lemah lesu, sayap menggantung, feses menempel pada kloaka sesuai penelitian Parede et al. (2003) dan (Wahyuwardani et al. 2011). Pada saat dilakukan kunjungan di peternakan ayam pedaging di daerah Tangerang, kasus Gumboro sedang mencapai puncaknya, ayam banyak yang bergerombol dan beberapa mengalami kematian. Peternak menduga ayamnya terinfeksi Gumboro, karena morbiditas mencapai ±20% dan kematian sudah mencapai 2%. Menurut (Park et al. 2009) gejala klinis Gumboro akan muncul setelah tiga hari pascainfeksi dan akan menyebabkan kematian umumnya setelah tiga hari mucul gejala klinis. Mortalitas akan lebih tinggi jika penyebabnya vvIBDV yang diinfeksikan pada ayam specific

pathogen free seperti yang dilaporkan Jackwood et al. (2008) kematian dapat mencapai

60-100%. Kasus Gumboro pun terjadi di daerah Ciamis pada saat dilakukan kunjungan. Mortalitas mencapai 14% pada saat ayam umur 15-21 hari dengan gejala bulu berdiri, ngorok dan berak putih.

(4)

Nekropsi

Nekropsi dilakukan terhadap ayam yang secara klinis terlihat sakit. Hasil pemeriksaan patologi menunjukkan bahwa organ hati, ginjal, jantung dan limpa pada ayam yang sakit terlihat berwarna pucat, namun tidak semua ayam menunjukkan gejala patologi yang parah. Hasil nekropsi dari kasus Gumboro di Tangerang ditemukan bursa fabricius yang membesar dan ketika disayat terlihat adanya eksudat yang berwarna kekuningan dan keruh (Gambar 1B). Gejala klinis yang parah kemungkinan muncul bila terjadi respon proinflamasi yang tinggi pada saat infeksi (Acribasi et al. 2010). Perdarahan pada otot dada dan otot paha ditemukan, dengan keparahan bervariasi dan tidak ditemukan pada semua ayam yang dinekropsi.

Selain pada ayam broiler, kasus Gumboro juga ditemukan pada ayam buras di Kabupaten Bogor. Kasus umumnya ditemukan pada umur di atas tiga minggu, dan hasil wawancara diketahui bahwa kasus seringkali muncul pasca vaksinasi Newcastle Disease

(ND) ulangan, sejalan dengan hasil penelitian (Wiedosari & Wahyuwardani 2014). Vaksinasi ND jika dilakukan pada ayam yang kondisi tidak sehat menyebabkan kondisi kesehatan ayam semakin menurun, sehingga mudah terinfeksi oleh kuman lainnya secara alam seperti Gumboro. Morbiditas kasus di lapang semakin tinggi jika ditunjang kondisi lingkungan atau cuaca yang buruk, terutama pada masa peralihan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya dari musim hujan ke musim panas. Pengamatan dan hasil wawancara di lapang menunjukkan bahwa kasus seringkali terjadi berulang di peternakan ayam yang kondisi kandang kurang terawat, terutama bila lantai kandang tidak disemen atau berupa tanah.

A: Organ internal terlihat pucat; B: Perdarahan pada otot paha ayam broiler; C: Bursa fabricius, bengkak berisi eksudat keruh; D: Hemorhagi proventriculus; E: Perdarahan pada otot paha ayam kampung

Gambar 1. Perubahan patologi anatomi organ ayam penderita gumboro

Pemeriksaaan patologi anatomi dan histopatologi

Hasil pemeriksaan patologi anatomi ditemukan perubahan terutama pada otot dada dan otot paha berupa hemorhagi (Gambar 1), serta pembengkakan pada bursa fabricius.

(5)

parah yang ditandai adanya exudat yang berwarna bening hingga keruh (Gambar 1C). Beberapa sampel menunjukkan hemorhagi pada mukosa bursa fabricius, sesuai dengan hasil penelitian Wahyuwardani (2011). Kasus Gumboro yang ditemukan di Kabupaten Bogor menyerang ayam buras. Ada hal yang menarik dari kasus ini, adalah ditemukannya perubahan patologi anatomi pada organ proventriculus, berupa perdarahan (Gambar 1D). Kasus yang sama pernah dilaporkan oleh Stoute et al. (2009) bahwa pada kasus Gumboro di lapang juga ditemukan proventriculitis hemorhagica.

Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya perubahan terutama pada organ bursa fabricius berupa udema. Udema umumnya ditemukan pada ayam yang baru tertular, menyebabkan interstisial meluas karena terisi cairan udema. Pada tahap lebih lanjut, ditemukan perdarahan di daerah interstisial atau di dalam folikel. Pada tahap yang parah limfoid sel banyak yang menghilang menyebabkan deplesi limfoid folikel. Deplesia limfoid folikel yang parah menyebabkan banyak folikel limfoid yang kosong yang terlihat seperti kista. Kista banyak ditemukan di epitel bursa fabricius Gambar 2. Hilangnya folikel limfoid juga menyebabkan epitel pada dinding bursa fabricius berlekuk-lekuk. Sel limfoid banyak yang menghilang pada organ limpa Gambar 1.

Proventriculus terlihat diinfiltrasi sel heterofil dan limfosit di bagian submucosa,

disertai perdarahan. Perubahan juga ditemukan pada organ lainnya yaitu organ paru-paru, ginjal dan jantung pada sebagian ayam, yang menunjukkan adanya inflamasi disertai infiltrasi sel heterofil pada organ paru-paru dan ginjal yang mengindikasikan adanya infeksi sekunder bakteri.

A: Bursa fabricius B: Limpa

Gambar 2. Perubahan histopatologi organ bursa fabricius

Uji hemaglutinasi dan PCR

Uji hemaglutination (HA) hanya dilakukan pada sampel dari Kabupaten Bogor dan

Ciamis, tidak dilakukan untuk sampel dari Kabupaten Tangerang. Hasil konfirmasi dengan uji serologi HA menunjukkan hasil, negatif terhadap virus Newcastle Disease dan Avian

Influenza yang juga mempunyai gejala proventriculitis hemorhagica. Hasil PCR dari

sampel yang diuji juga menunjukkan positif Gumboro yang ditunjukkan dengan adanya band pada 250 bp sesuai dengan primer yang digunakan (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil konfirmasi dengan isolasi identifikasi dan PCR

Lokasi Jenis ayam Jumlah sampel Isolasi PCR Kabupaten Bogor Kampung 7 Positif Positif Kabupaten Ciamis Pejantan 7 Positif Positif Petelur 4 Positif Positif

(6)

KESIMPULAN

Hasil pemeriksaan sampel asal ayam yang tidak divaksinasi dengan patologi anatomi dan histopatologi mengindikasikan adanya infeksi Gumboro pada ayam yang diperiksa. Hasil konfirmasi dengan isolasi identifikasi dan PCR menunjukkan hasil positif memperkuat dugaan bahwa kasus kematian yang terjadi di peternakan di Kabupaten Tangerang, Bogor dan Ciamis positif Gumboro.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala Dinas dan Staf Kesehatan Hewan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Tangerang, Bogor dan Ciamis yang telah membantu kelancaran penelitian ini. Ucapan yang sama disampaikan kepada Sdr. Yudi Mulyadi, Sdr. Kusmaedi dan Sdri. Ani Purwani yang telah membantu pelaksanaan penelitian di Laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul R, Murgia MV, Rodriguez-Palacios A, Lee CW, Saif YM. 2013. Persistence and tissue distribution of infectious bursal disease virus in experimentally infected SPF and commercial broiler chickens. Avian Dis. 57:759-66.

Acribasi M, Jung AE, Heller ED, Rautenschlein S. 2010. Differences in genetic background influence the induction of innate and acquired immune responses in chickens depending on the virulence of the infecting infectious bursal disease virus (IBDv) strain. Vet Immunol Immunopathol. 135:79-92.

Currie RJW. 2002. The use of a RT-PCR/ RFLP test to diagnose IBD variant viruses: Implications for vaccination programmes. In: Congresso de Ciências Veterinárias. Proceeding of the Veterinary Sciences Congress. Oeiras, 10-12 October 2002. p. 249.

Eterradossi N, Saif YM. 2008. Infectious bursal disease. In: Saif YM, Fadly AM, Glisson JR, McDougald LR, Nolan LK, Swayne DE, editors. Dis Poult. 12th ed. Ames (US): Wiley-Blackwell. p. 185-208.

Jackwood DJ, Sreedevi B, LeFever LJ, Sommer-Wagner SE. 2008. Studies on naturally occurring infectious bursal disease viruses suggest that a single amino acid substitution at position 253 in VP2 increases pathogenicity. Virol. 377:110-116.

Kusk M, Kabell S, Jørgensen PH, Handberg KJ. 2005. Differentiation of five strains of infectious bursal disease virus: Development of a strain-specific multiplex PCR. Vet Microbiol. 109:159-167.

Lukert PD, Saif YM. 2003. Infectious bursal disease. In: Saif YM, Barnes HJ, Glisson, editors. Diseases of poultry. 11th ed. Iowa (US): Iowa State University Press. p. 161-179.

OIE. 2008. Infectious bursal disease (Gumboro disease). Terrestrial Manual 2.3.12. Paris (France): Office International des Epizooties.

Parede L, Sapats S, Gould G. 2003. Characterization of infectious bursal disease virus isolates from Indonesia indicates the existence of very virulent strains with unique genetic changes. Avian Pathol. 32:511-518.

Park JH, Sung HW, Yoon BII, Kwon HM. 2009. Protection of chicken against very virulent IBDV provided by in ovo priming with DNA vaccine and boosting with killed vaccine and adjuvant effects of plasmid-encoded chicken interleukin-2 and interferon-γ. J Vet Sci. 10:131-139.

(7)

Partadiredja M, Rumawas W, Suharyantao I. 1983. Penyakit gumboro di Indonesia dan akibatnya bagi peternak ayam. Hemerazoa. 71:29-33

Rautenschlein S, Haase SC. 2005. Differences in the immunopathogenesis of infectious bursal disease virus (IBDV) following in ovo and post-hatch vaccination of chickens. Vet Immunol Immunopathol. 106:139-150.

Stoute ST, Jackwood DJ, Sommer-Wagner SE, Cooper GL, Anderson ML, Woolcock PR, Bickford AA, Sentíes-Cué CG, Charlton BR. 2009. The diagnosis of very virulent infectious bursal disease in California pullets. Avian Dis. 53:321-326.

Wahyuwardani S, Agungpriyono DR, Parede L, Manalu W. 2011. Patogenesis infeksi virus Gumboro isolat lokal pada ayam pedaging. J Vet. 12:288-299.

Wahyuwardani S. 2011. Gambaran patologik infeksi virus Gumboro dan deteksi antigen pada bursa fabricius dengan teknik imunohistokimia. Dalam: Prasetyo LH, Damayanti R, Iskandar S, Herawati T, Priyanti D, Puastuti W, Anggraeni A, Tarigan S, Wardhana AH, Darmayanti NLPI, penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner untuk Peningkatan Produksi dan Antisipatif terhadap Dampak Perubahan Iklim. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 7-8 Juni 2011. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. hlm. 772-778.

Wahyuwardani S, Noor SM, Poeloengan M, Andriani, Aryanti T. 2014. Kasus kolibasilosis pada peternakan ayam pedaging di Yogyakarta dan Bogor. Dalam: Pamungkas D, Widiawati Y, Noor SM, Purwantari ND, Widiastuti R, Bramantyo B, Herawati T, Kusumaningsih A, Handiwirawan E, Puastuti W, penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Pertanian Bioindustri Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Malang, 12-14 Agustus 2014. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. hlm. 606-610. Wiedosari E, Wahyuwardani S. 2014. Studi kasus penyakit ayam pedaging di Kabupaten

Gambar

Gambar 1. Perubahan patologi anatomi organ ayam penderita gumboro
Gambar 2. Perubahan histopatologi organ bursa fabricius

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran iklim kelas, kesiapan belajar dan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Polewali, serta

time_key item_key branch_key location_key units_sold dollars_sold avg_sales Measures item_key item_name brand type supplier_key item branch_key branch_name branch_type

Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini penting dilakukan untuk melihat perbandingan tingkat prokrastinasi akademik guru yang terjadi di SMP Muhammadiyah 1 dan SMP Muhammadiyah

Maka dengan menggunakan barisan aritmatika akan didapatkan bilangan dominasi jarak dua dari graf hasil operasi amalgamasi pada graf Helm

Populasi penelitian ialah semua data rekam medik pasien Bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut yang dirawat jalan dan mendapat pengobatan antibiotik di RSUP

Sistem politik beberapa negara maju akan diuraiakan untuk mengetahui perbedaan antara negara satu dengan negara lainnya, terutama negara-negara yang mewakili salah satu model

Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan laki-laki memiliki intensi kewirausahaan lebih tinggi daripada perempuan, terbukti, untuk responden yang berasal dari perguruan