• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

24 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dusun Tempala

1. Letak Geografis

Dusun Tempala adalah salah satu Dusun yang terdapat di Desa Keranji Paidang, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. Kondisi geografis Desa Keranji Paidang secara keseluruhan adalah mempunyai dataran rendah dan masih ada terdapat daerah berbukit. Jarak Desa Keranji Paidang dengan Kecamatan ± 7 Km dan jarak Desa Keranji Paidang dengan Kabupaten yaitu ke Ngabang ± 45 Km.

Dalam wilayah Desa Keranji Paidang, Dusun Tempala terletak ditengah-tengah dusun dan desa yang lain, dimana mempunyai perbatasan wilayah dengan desa yaitu:

Batas Utara : Desa Banying

Batas Timur : Desa Sidas

Batas Selatan : Desa Pahauman

Batas Barat : Desa Paloan

2. Luas Wilayah

Luas Wilayah Desa Keranji Paidang adalah 15.220,96 m2 yaitu secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

 Tanah Sawah : 824 ha

 Tanah Kering : 1500 ha

(2)

25  Lahan Perkebunan : 1.200 ha

 Hutan Produksi : 200 ha

 Hutan Lindung : 420 ha

3. Kependudukan

Uraian kependudukan berdasarkan sumber daya manusia berisi tentang: (a). Struktur penduduk berdasarkan jumlahnya, (b). Struktur penduduk berdasarkan jenjang pendidikan, (c). Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian.

a. Uraian struktur penduduk berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel I

Jumlah Penduduk Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila

NO NAMA DUSUN KK JUMLAH JIWA

LK PR JUM

1 KERANJI PAIDANG 345 KK 747 621 1.368

2 DUSUN KALIMUE 264 KK 611 517 1.128

3 DUSUN BANDANG 148 KK 332 270 602

4 DUSUN TEMPALA 192 KK 481 363 844

5 DUSUN OTO BANYIUR 172 KK 389 343 732

JUMLAH 1.121 KK 2.560 2.114 4.674

(Sumber : arsip Desa Keranji Paidang Januari 2012)

Dari tabel diatas tampak jelas bahwa jumlah Penduduk Desa Keranji Paidang tahun 2012 akhir bulan Desember sebanyak 4.674 jiwa terdiri dari laki-laki 2.560 jiwa, perempuan 2.114 jiwa dengan 1.121 KK yang dibagi berdasarkan perdusun. Dimana jumlah penduduk di Dusun Tempala tahun

(3)

26 2012 akhir bulan desember sebanyak 844 jiwa terdiri dari laki-laki 481 jiwa, perempuan 363 jiwa dengan 192 KK.

b. Struktur penduduk berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel II

Pendidikan Penduduk Dusun Tempala

Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 221 2 SMP 118 3 SMA 92 4 D1 - 5 D2 - 6 D3 2 7 S1 2

(Sumber : arsip Desa Keranji Paidang Januari 2012)

Dari data di atas penduduk dusun Tempala yang sudah bersekolah sebanyak 435 jiwa.

(4)

27 b. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel III

Mata Pencaharian Penduduk Dusun Tempala

Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1 Petani 495 2 PNS 5 3 Pedagang 7 4 Wiraswasta 2 5 Tidak bekerja 87 6 Lainnya 50

(Sumber : arsip Desa Keranji Paidang Januari 2012)

Dari data di atas sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 495 jiwa.

4. Sistem Mata Pencaharian dan Ekonomi

Mata pencaharian pokok masyarakat Kalimantan Barat adalah bertani, menoreh getah (nyadap karet) dan menangkap ikan (nelayan). Selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri, anggota ABRI, Pensiunan, Swasta, Penjual Jasa, Buruh, Pedagang dan lain sebagainya. Namun ada juga yang bekerja merangkap, misalnya di samping bekerja sebagai Pegawai Negeri juga bekerja sebagai petani. Keadaan ini berkaitan dengan letak tempat tinggal mereka.

Mata pencaharian sebagai nelayan dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pantai, seperti: Pemangkat, Mempawah dan Tanjung Satai Ketapang. Sedangkan mata pencaharian bercocok tanam padi atau bertani,

(5)

28 dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat di daerah pedesaan bahkan di daerah yang berbukit-bukit dimana hutannya masih luas serta humus tanah masih tebal sehingga dengan sistem ini sangat subur bagi tanaman. Begitu pula halnya dengan mata pencaharian menoreh getah (nyadap karet). Pada masyarakat setempat bertani terbagi dalam dua sistem, yaitu sistem pertanian sawah dan sistem pertanian ladang.

Pada masyarakat Dayak Kanayatn khususnya di Dusun Tempala, mata pencahariannya adalah berladang atau bersawah. Selain itu mata pencaharian lain adalah menyadap karet, dan berkebun. Dengan tingginya harga komoditi kelapa sawit, telah banyak masyarakat merubah kehidupan mereka dengan menanam kelapa sawit sebagai tambahan disamping komoditi karet.

5. Sistem Kepercayaan atau Religi

Sistem kepercayaan atau religi adalah rangkaian keyakinan dari suatu kelompok masyarakat yaitu manusia terhadap sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan gaib. Pada zaman dahulu masyarakat Dayak percaya kepada makhluk halus, seperti orang gaib, orang limonan atau hantu-hantu penunggu kampung. Atau dengan kata lain orang yang terkadang kelihatan terkadang menghilang. Mereka tinggal di tempat yang dianggap keramat seperti lembah-lembah yang ada di dalam batu besar serta pohon-pohon besar.

Manusia menjadi yakin bahwa ada kehidupan lain sesudah kematian dan juga merupakan alam gaib (supranatural). Karena manusia menginginkan kehidupan yang tenteram dan bahagia di dunia akhirat, maka manusia selalu berusaha dalam suatu keadaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Di dalam

(6)

29 sistem religi juga termaksud berbagai aktivitas upacara religius serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi antara manusia dengan kekuatan alam gaib yaitu dengan cara sesaji dengan menyediakan makanan seperti, telur ayam kampung, sekapur sirih, pinang dan rokok serta ayam yang disembelih diambil darahnya.

Namun sesuai dengan kemajuan zaman saat ini kepercayaan itu mulai hilang dan digantikan oleh agama yang sekarang semakin berkembang dengan pesat sehingga orang-orang tua yang dahulunya beragama (animisme) sekarang sudah beragama diantaranya Katolik dan Protestan, walaupun pada prakteknya masih banyak yang menganut kepercayaan lama sesuai dengan tradisi. Kepercayaan pada leluhur yang menghargai dan menempatkan roh nenek moyang pada hirarki tertinggi yang dapat menjaga segala kehidupannya dari mara bahaya dan pengaruh jahat dari luar.

6. Adat Istiadat

Adat istiadat merupakan kumpulan ide-ide, keyakinan, konsep-konsep, dan cara-cara untuk mengambil bagian secara aktif dalam usaha-usaha pembangunan atau pelaksanaan adat itu sendiri (J. U. Lontaan, 1975: 266). Adat istiadat yang dijalankan dalam masyarakat Dayak Kanayatn, dikontrol oleh sesepuh adat yang disebut “Pengurus Adat”, yang mempunyai lembaga adat disebut “Dewan Adat”. Dewan adat inilah yang mengurus dan mengatur pelaksanaan adat di tingkat Propinsi, Kecamatan, Desa sampai tingkat Dusun. Pelaksanaan adat tertinggi dipimpin oleh Timanggong atau Temenggung yang mempunyai bawahan disebut

(7)

30 Adat istiadat yang dilaksanakan dalam masyarakat Dayak Kanayatn, khususnya di Dusun Tempala dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu mengadakan upacara dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan berhubungan dengan siklus kehidupan manusia.

7. Kesenian Masyarakat Dayak a. Seni pahat dan seni ukir

Seni patung dalam masyarakat Dayak Kanayatn biasanya disebut pantak, pantak merupakan simbol penting dalam pemujaan sebagai pengambaran arwah nenek moyang yang telah meninggal. Pantak berfungsi sebagai penolak bala, selain itu Pantak juga bisa digunakan sebagai pengobatan orang sakit dengan cara melakukan pemujaan untuk meminta agar cepat sembuh. Pantak biasanya dipasang di hutan dekat sungai yang tidak jauh dari perkampungan.

Seni topeng dan seni patung masih terdapat di Kalimantan Barat. Kebiasaan topeng biasa dilakukan pada saat upacara Notokng. Notokng adalah upacara ritual yang dilakukan lima tahun sekali, tergantung kepada pelaksanaannya. Biasanya pelaksanaan ritual seperti ini dilakukan oleh orang tertentu yang masih menyimpan kepala kayau. Kepala kayau adalah kepala nenek moyang pada zaman dahulu yang sekarang ini masih ada. Kepala kayau hanya bisa disimpan oleh keturunan pengayau yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Seni ukir merupakan salah satu bentuk simbolis yang paling menonjol dalam kebudayaan Dayak. Karakter kehidupan dan budaya masyarakatnya tergambar dalam kesenian tersebut, sehingga dengan melihat kesenian itu dapat

(8)

31 diketahui kebudayaan suku yang bersangkutan. Hal ini karena kesenian tradisional tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat di wilayahnya, dengan demikian ia mengandung sifat-sifat atau ciri-ciri yang khas dari masyarakat pula.

b. Seni anyam

Kegiatan kreatif bagi masyarakat Dayak Kanayatn adalah seni anyam. Seni semacam ini sudah lama diwariskan secara turun temurun. Bahkan kebanyakan bahan yang digunakan dari rotan. Sedangkan hasilnya berupa bakul-bakul kecil dan besar, keranjang atau tikar yang mempunyai motif beragam. c. Seni tari

Seni tari yang terdapat di Kalimantan Barat ada dua yaitu tarian upacara ritual dan tarian upacara kesenian. Perbedaan yang mendasar dari kedua bentuk kesenian itu terletak pada proses penggunaannya. Tarian ritual dibawakan pada saat melakukan kegiatan upacara ritual. Tarian tersebut bersifat sakral dan harus digunakan tepat pada waktu dan tempatnya.

Tarian kesenian dilakukan pada saat upacara syukuran atau melakukan kegiatan sanggar untuk menyambut tamu yang menghadiri acara tersebut. Tarian ini diiringi ketukan gong dan pukulan alat-alat musik yang berbeda, sehingga menghasilkan irama yang diinginkan sesuai dengan lagu daerah.

B. Kesenian Jonggan

1. Sejarah Kesenian Jonggan

Jonggan muncul pertama kali di Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Nama

(9)

32 Jonggan mulai muncul pada tahun 1950 oleh Camat Impan (Kepala Camat yang memimpin Kecamatan Sengah Temila pada saat itu). Adapun dari idenya yaitu untuk mendorong masyarakat untuk membangun jalan dari desa ke desa maka dia mengambil simpati masyarakat dengan mengadakan kesenian Jonggan.

Jonggan berasal dari bahasa Dayak yang dalam bahasa Indonesia artinya joget atau menari. Jonggan merupakan kesenian tari-tarian sebagai ungkapan kegembiraan dikalangan masyarakat Dayak Kanayatn. Jonggan muncul pertama kali di Dusun Tempala Desa Keranji Paidang Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Nama Jonggan mulai muncul pada tahun 1950 oleh Camat Impan (Kepala Camat yang memimpin Kecamatan Sengah Temila pada saat itu). Adapun dari idenya yaitu untuk mendorong masyarakat untuk membangun jalan dari desa ke desa, maka dia mengambil simpati masyarakat dengan cara mengadakan kesenian Jonggan.

Melihat perkembangan Jonggan yang begitu pesat, muncul keinginan dari Camat Impan untuk melestarikan kesenian tradisional Jonggan sebagai sarana gotong royong, yang tujuannnya agar memudahkan masyarakat di kampung untuk memasarkan hasil-hasil pertanian maupun hutan ke Pasar pada waktu itu. Wujudnya masyarakat diminta untuk membangun jalan dari kampung ke kampung yang terisolir. Malam harinya masyarakat dihibur oleh kelompok kesenian Jonggan yang diselenggarakan oleh Camat Impan secara gratis untuk melepas lelah dan kepenatan setelah siang harinya mereka bergotong royong membangun jalan.

(10)

33 Akhirnya misi Camat Impan ini berhasil, tidak sekedar menghibur masyarakat jalan dari kampung ke kampung pun terbuka dan patut diingat pada waktu itu tradisi kesenian Jonggan ini juga dilaksanakan untuk mengupayakan agar tidak meluasnya salah satu jenis kesenian tradisional lainnya yang agak menyimpang dari kebiasaan masyarakat Dayak yaitu Mak Iyong. Kesenian Mak Iyong ini dinilai merusak tatanan moral orang Dayak karena penarinya dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar terhadap lawannya dan sebaliknya, kalau istilah zaman sekarang disebut “karaoke tempel”

sehingga kesenian ini menimbulkan kesan pornografi. (wawancara kepada Bapak Miden).

Kesenian tradisional Jonggan diselenggarakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (Tuhan). Adapun kesenian Jonggan ini dilaksanakan untuk berbagai keperluan seperti bayar niat, dan naik dango. Misalnya seorang petani yang mendapatkan padi yang berlimpah maka ia akan mengadakan Jonggan. Selain itu, seiring dengan berjalannya waktu kesenian Jonggan juga dilaksanakan masyarakat Dayak Kanayatn sebagai sarana hiburan, misalnya melaksanakan hajatan sunatan atau babalak, acara perkawinan, festival, acara penyambutan tamu penting dan hiburan pasar malam.

2. Bentuk Kesenian Jonggan

Bentuk seni pertunjukan adalah tidak lepas kaitannya dengan masyarakat yang melestarikan dan menjaganya. Sebagai kesenian tradisional, bentuk kesenian Jonggan sangat erat hubungannya dengan lingkungan dimana

(11)

34 ia lahir, tumbuh dan berkembang. Pola pikir masyarakat dan faktor lingkungan menjadikan kesenian Jonggan mempunyai peranan penting sebagai salah satu aktivitas sosial budaya yang sudah barang tentu bentuk penyajiannya selaras dengan tingkat kreativitas dan kedudukan masyarakat pendukungnya.

Dalam pertunjukan kesenian Jonggan biasanya kostum yang dipakai adalah baju kebaya, paca’ (kain batik panjang), dan selendang. Kostum yang digunakan para penari Jonggan adalah sangat sederhana tidak banyak menggunakan aksesoris atau atribut.

Pada pertunjukan Jonggan, penari Jonggan merupakan pusat pertunjukan yaitu penari selalu menari di tengah panggung. Lazimnya terdapat 5 sampai 7 penari Jonggan, mereka biasanya menari secara berpasangan dengan penonton. Bagi para penonton yang ingin menari mereka harus menunggu giliran sampai namanya dipanggil. Ketika musik suling bambu mulai dimainkan sebagai awal musik pembuka mulai terdengar dengan membawakan tembang tertentu penari Jonggan mulai turun untuk menari. Tidak lama berselang, para pangebeng (penonton yang telah membeli karcis) naik ke atas panggung untuk ikut menari dengan para penari Jonggan. Mereka pun menari secara berpasang-pasangan.

Akan tetapi jumlah penari Jonggan tidak harus 5 sampai 7 orang, namun sangat dipengaruhi oleh keuangan yang dimiliki oleh si pengundang. Semakin banyak penari Jonggan yang diundang berarti dia memiliki dana yang mencukupi.

(12)

35 Gerakan tari Jonggan ini disajikan dari awal hingga akhir merupakan gerak yang telah terpola secara alami, bersumber pada imitasi gerakan silat yang terdiri dari gerakan menangkis lawan, gerakan menghela, gerakan maju mundur, gerakan berkeliling dan gerakan badan berputar ke kiri atau ke kanan. Dasar gerak tari Jonggan ini adalah gerakan silat yang digunakan untuk melindungi diri dari lawan penari yang ingin menyentuh anggota tubuh si penari. Namun hal ini tidak pernah terjadi sebab dalam gerak tari Jonggan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai etika di mana antara pangebeng (penonton yang menari) dengan yang di kebeng (penari Jonggan) saling menghormati dan selalu menjaga sikap sopan santun.

Sedangkan untuk musik yang mengiringi para penari disebut musik Jonggan, yang diiringi oleh 1 penyanyi, 1 orang peniup suling bambu dan 4 orang penabuh, yaitu 1 orang penabuh kendhang, 1 orang gong, 2 orang penabuh saron dan biasanya menggunakan alat musik dau. Instrumen pengiring tersebut merupakan musik yang khusus untuk mengiringi para penari pada saat disajikannya kesenian Jonggan. Irama musik yang digunakan dalam mengiring kesenian Jonggan ada dua yaitu irama lembut dan irama lincah. Irama musik yang lembut seperti lagu WeJonggan, We’ Ola dan Punke Barayun sedangkan irama musik yang lincah yaitu lagu Kasih Sayang, Male’en dan Pak Unjank.

Penyajian musik Jonggan ini tergantung dari permintaan atau pilihan para si pangebeng yang ingin menari. Mereka diberi kebebasan untuk menentukan lagu yang mereka inginkan.

(13)

36 Namun sebelum kesenian Jonggan ini dipentaskan, terlebih dahulu dilaksanakan ritual upacara adat yang disebut nyangahatn. Tujuan dari upacara nyangahatn ini yaitu untuk meminta izin atau meminta perlindungan kepada Jubata dan awa pama (roh-roh leluhur) agar pelaksanaan kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan dari roh-roh jahat. Setelah selesai melaksanakan upacara adat nyangahatn maka dilanjutkan dengan pementasan kesenian Jonggan pada malam hari yang dimulai sekitar pukul 20.00 sampai selesai.

Dahulu kesenian Jonggan ini hanya diadakan pada saat masyarakat telah memanen hasil padinya. Hal ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Jubata. Bagi mereka yang hasil panennya melimpah maka mereka akan membayar niatnya tadi dengan mengadakan kesenian Jonggan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini juga dilaksanakan bagi masyarakat Dayak Kanayatn yang tergolong mampu melaksanakan hajatan seperti acara kawinan, dan sunatan maka untuk acara hiburannya mereka mengadakan kesenian Jonggan.

3. Struktur dan Waktu Pertunjukan a. Struktur Pertunjukan

Seperti kesenian lainnya, didalam kesenian Jonggan terdapat urut-urutan penyajian. Namun sebelum kesenian Jonggan ini dipentaskan, terlebih dahulu dilaksanakan ritual upacara adat yang disebut nyangahatn. Tujuan dari upacara nyangahatn ini yaitu untuk meminta izin atau meminta perlindungan kepada Jubata agar pelaksanaan kesenian Jonggan

(14)

37 ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan dari roh-roh jahat. Setelah selesai melaksanakan upacara adat nyangahatn maka dilanjutkan dengan pementasan kesenian Jonggan pada malam hari.

Secara berturut-turut urutan pertunjukan kesenian Jonggan dari awal pelaksanaan upacara adat sampai pementasan kesenian Jonggan adalah sebagai berikut:

1. Upacara Nyangahatn

Nyangahatn artinya sama dengan berdoa. Hampir setiap peristiwa yang berkaitan dengan adat istiadat selalu diikuti dengan peristiwa nyangahatn. Tujuan upacara nyangahatn ini adalah bapadah, yang artinya memberitahukan atau meminta izin dan meminta perlindungan kepada Jubata (Tuhan) agar pelaksanaan kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan dari roh-roh jahat. Sebab dalam pertunjukan Jonggan ini menggunakan alat-alat musik tradisional dimana dalam membunyikan alat-alat musik ini merupakan hal yang sangat sakral karena memanggil roh-roh jadi jika kita membunyikan alat musik tersebut harus bertutur sapa untuk meminta izin dan meminta keselamatan agar tidak diganggu. (Wawancara dengan Bapak Lusi). Komunikasi dengan Jubata senantiasa memerlukan sarana perantara yang disebut panyangahatn. 2. Sarana Upacara Nyangahatn

Sarana merupakan hal-hal yang mendukung upacara pada saat berlangsung. Sarana-sarana tersebut antara lain:

(15)

38 a. Kalangkakng, yaitu tempat yang terbuat dari bambu yang digunakan untuk menyimpan palantaratn atau sesajen yang dipersembahkan kepada Jubata (Tuhan) dan awa pama (roh-roh leluhur).

b. Tumpang, yaitu tempat memberi makan para roh-roh leluhur yang terbuat dari daun kelapa yang masih berwarna hijau, bentuknya persegi empat dan di atasnya disediakan sesajen.

c. Palantaratn, yaitusesajen yang akan dipersembahkan kepada roh-roh leluhur.

d. Tempayan, yaitu tempat yang dianggap sakral oleh suku Dayak. e. Berbagai jenis makanan untuk sesajen yang diberikan kepada

roh-roh leluhur, seperti : 1 ekor manok kampong (ayam kampung), poe

atau pulut yang dimasak didalam bambu, tumpi bagare (sejenis cucur yang terbuat dari tepung beras yang hanya dicampur dengan garam), bontong (nasi yang dibungkus dengan daun), baras poe (beras ketan), baras dana (beras biasa), baras kuning (beras kuning), dan talo’ manok (telur ayam), tembakau, rokok daun, daun sirih, pinang, sekapur sirih, rokok, dan jarum. (Wawancara dengan Bapak Yohanes).

2. Prosesi Upacara Nyangahatn

Proses pelaksanaan upacara Nyangahatn dilakukan dengan

bapamang yaitu menyampaikan doa hajat yang dilakukan oleh

(16)

39 Adapun sesajen yang dipersembahkan kepada Jubata yaitu berupa makanan, seperti Poe (Pulut), Tumpi bagare (Cucur), Talo’ (Telur), Manok Kampong (Ayam Kampung), Baras Poe (Beras Ketan), Baras Dana (Beras Biasa), Baras Kuning (Beras Kuning), Bontong (nasi yang dibungkus pakai daun), Tembakau, Rokok Daun, Daun Sirih, Pinang, Sekapur Sirih, Rokok, Jarum dan Tumpang. Semua sesaji tersebut diletakan diatas meja batu.

Bapamang ditujukan untuk memberitahukan, meminta izin dan memohon keselamatan kepada Jubata dan Awa Pama (roh leluhur) tentang hajat keluarga agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Berikut adalah bapamang (doa-doa hajat) yang dibaca oleh Panyangahatn

(pemimpin upacara):

“Asak, dua, talu, empat, lima, anam, tujuh... Oh kita‘ Jubata yang badiapm kak aik dalam tanah tingi, puhutn ayak, puhutn tingi. Kita‘ karamat ai‘ tanah nang mampu nunu ai‘ sakayu, nyambong sengat. Kami bapinta kami bapadah, ame babadi kak kami talino manusia”.

Artinya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh... Jubata yang menguasai di air dalam, tanah tinggi, pohon kayu besar, pohon kayu tinggi. Penguasa air dan bumi yang mampu membakar air satu sungai, menyambung nyawa. Kami meminta dan mengabarkan, jangan memberikan wabah kepada manusia.

Seusai bapamang, Panyangahatn akan mengoleskan beras yang dicampur dengan minyak tengkawang atau minyak kelapa ke setiap kening

(17)

40 orang yang hadir. Minyak ini dipercaya bisa mengobati dan melindungi orang Dayak Kanayatn dari segala penyakit.

Setelah upacara adatnya selesai si panyangahatn di beri sebagian dari sesajen yang disajikan. Sesajen yang paling utama yang wajib diberikan kepada panyangahatn adalah bagian paha ayam (tujuannya agar roh leluhur tidak mengganggu acara yang akan dilaksanakan oleh tuan rumah) dan bagian organ dalam (jantung dan hati ayam). Sebagai tambahan panyangahatn diberi pangkaras (berupa uang) sebagai ucapan terima kasih dari tuan rumah. (Wawancara dengan Bapak V. Pius).

3. Lambang-lambang dan Maknanya a. Ayam, melambangkan kehidupan.

b. Beras atau Baras, melambangkan suatu hubungan yang terikat antara masyarakat dengan pemerintah dan tidak dapat terpisahkan.

c. Beras Kuning, merupakan suatu lambang untuk meminta ijin kepada penguasa tertinggi yaitu Jubata yang merupakan sumber kehidupan. d. Talo’ atau telur , yaitu untuk membulatkan sesuatu yang telah menjadi

kesepakatan bersama.

e. Bontong, merupakan makanan tradisional yang di bungkus dengan daun yang melambangkan suatu perdamaian dan kesepahaman satu sama lainnya.

f. Tumpi, merupakan makanan tradisional yang disebut juga dengan cucur biasa digunakan dalam setiap upacara adat. Tumpi yang

(18)

41 berbentuk bundar yang diartikan juga sebagai sinar bulan melambangkan suatu kebulatan tekat.

g. Uang, melambangkan suatu penghargaan dan penghormatan terhadap seseorang.

h. Tumpang, melambangkan suatu permohonan ijin akan diadakan suatu pesta yang besar. Permohonan tersebut ditujukan kepada para penguasa dunia roh yang berdiam di bukit, air, tanah, batu, api dan kayu yang besar.

b. Waktu Pertunjukan

Tidak ada aturan yang baku mengenai waktu pertunjukan, dalam hal ini semua tergantung kepada orang yang mengundang tampilnya kesenian Jonggan dengan pimpinan dari kelompok Jonggan. Biasanya pertunjukan kesenian Jonggan dipentaskan pada saat acara hajatan sunatan atau babalak, bayar niat, acara perkawinan, festival, acara penyambutan tamu penting dan hiburan pasar malam.

Pertunjukan kesenian Jonggan ini dilaksanakan pada malam hari dimulai sekitar pukul 20.00 sampai pukul 00.00 bahkan sampai pagi tergantung kompromi antara pimpinan Jonggan dengan si pengundang. Kesenian Jonggan dilaksanakan pada pukul 20.00 tergantung dari permintaan tuan rumah untuk memulai pementasannya selain itu persiapan dari team Jonggan sendiri yang mulai dari persiapan alat-alat musik, pemasangan dan cek sound serta persiapan dari penarinya mulai dari persiapan pakaian sampai menggunakan make-up. Namun jika tingkat

(19)

42 antusiasme dari para penonton baik dan pertunjukan tersebut banyak dikerumuni masyarakat biasanya waktu pentasnya bertambah panjang, akan tetapi apabila antusiasme masyarakat kurang maka pertunjukan segera diakhiri. (Wawancara dengan Bapak Aren).

C. Elemen-elemen Dalam Pertunjukan Jonggan a. Gerak Tari

Seni tari menghasilkan bentuk getaran-getaran yang indah, apabila anggota tubuh seperti tangan, kaki, kepala, badan dan lain sebagainya ditata dirangkaikan menjadi satu kesatuan gerak yang utuh dan harmonis. Bertalian dengan uraian di atas, berikut ini dijelaskan secara teoritis dengan unsur-unsur sikap dan gerak, serta pengorganisasian gerak secara hirarkis guna memahami masalah bentuk penyajian tari.

Gerak tari Jonggan ini disajikan dari awal hingga akhir merupakan gerak yang telah terpola secara alami, bersumber pada imitasi gerakan silat yang terdiri dari gerakan menangkis lawan, gerakan menghela, gerakan maju, mundur, berhadap-hadapan, gerakan berkeliling dan gerakan badan berputar ke kiri atau ke kanan.

Dasar gerak tari Jonggan ini adalah gerakan silat yang digunakan untuk melindungi diri dari lawan penari yang ingin menyentuh anggota tubuh si penari. Namun hal ini tidak pernah terjadi sebab dalam gerak tari Jonggan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai etika dimana antara

pangebeng (penonton yang menari) dengan yang dikebeng (penari Jonggan) saling menghormati dan selalu menjaga sikap sopan santun.

(20)

43 b. Iringan

Suatu pertunjukan lebih hidup apabila didukung dengan adanya iringan. Iringan merupakan elemen dalam pertunjukan tari, berupa musik atau bunyi-bunyian yang mengandung irama atau ritme.

Iringan yang mengiringi para penari disebut musik Jonggan, yang di iringi oleh 1 penyanyi, 1 orang peniup seruling dan 4 orang penabuh, yaitu 1 orang penabuh kendhang, 1 orang gong, dan 2 orang penabuh saron. Instrumen pengiring tersebut merupakan musik yang khusus untuk mengiringi para penari pada saat disajikannya tari Jonggan.

Irama musik yang digunakan dalam mengiring tari Jonggan ada dua yaitu irama lembut dan irama lincah. Irama musik yang lembut seperti lagu WeJonggan, We’ Ola dan Dayakng Male’en sedangkan irama musik yang lincah yaitu lagu Kasih Sayang dan Pak Unjank.

Berikut ini lirik lagu Dayakng Male’en:

Udahlah lama nana’ ka’ Jabeng Dayakng Male’ena

(Sudah lama tidak ke Jabeng Putri Male’en)

Ka’ Jabeng tadi ulu Kapuas Dayakng Male’ena

(Ke Jabeng tadi hulu Kapuas Putri Male’en)

Udahlah lama nana’ bangebeng Dayakng Male’ena

(Sudahlah lama tidak menari Putri Male’en)

Bangebeng tadi gi’ nape’ puas Dayakng Male’ena

(21)

44

Kupaslah-kupas kalapa muda Dayakng Male’ena

(Kupaslah-kupas kelapa muda Putri Male’en)

Kalapa tua ruang parahu Dayakng Male’ena

(Kelapa tua dalam perahu Putri Male’en)

Puaslah puas badan gi’ muda’ Dayakng Male’ena

(Puaslah-puas badan masih muda Putri Male’en)

Badan dah tuha siapa tahu Dayakng Male’ena

(Badan sudah tua siapa tahu Putri Male’en)

Kacang kacambah dari muara Dayakng Male’ena

(Kacang kecambah dari muara Putri Male’en)

Malia’ obat ka’ pasar Landak Dayakng Male’ena

(Beli obat ke pasar Landak Putri Male’en)

Rela menyembah muka suara Dayakng Male’ena

(Rela menyembah buka suara Putri Male’en)

Masanga’ hormat ka’ ura’ng manyak Dayakng Male’ena

(Beri hormat kepada orang banyak Putri Male’en)

Kade’lah ada jarum nang patah Dayakng Male’ena

(Kalaulah ada jarum yang patah Putri Male’en)

Ame disimpan ka’ dalapm pati Dayakng Male’ena

(Jangan disimpan didalam peti Putri Male’en)

(22)

45 (Kalaulah ada pantun yang salah Putri Male’en)

Ame disimpan ka’ dalapm ati Dayakng Male’ena

(Jangan disimpan didalam hati Putri Male’en)

Pada dasarnya semua lagu-lagu yang ada dalam kesenian Jonggan itu merupakan pantun, jadi fungsi panyanyi (penyanyi) ini selain bernyanyi ia juga melantunkan syair-syair pantun kepada penonton.

Panyanyi tersebut melantunkan pantun kepada penonton yang menari, maka penonton yang menari atau pangebeng tadi harus membalas pantun si panyanyi. Bagi pangebeng yang tidak bisa membalas pantun si

panyanyi mereka hanya diam saja, hal ini tidak menjadi masalah bagi si

pangebeng untuk harus bepantun. Inilah salah satu keunikan dari kesenian Jonggan dimana dalam tarian ini tidak hanya menari-nari saja namun antara pangebeng dengan panyanyi mereka harus saling berbalas pantun dengan diiringi oleh musik yang sudah dipesan oleh penonton tadi.

Contoh pantun yang dilantunkan oleh pangebeng:

Bukan kacang sembarang kacang Kacang pula dari anjungan Bukan datang sembarang datang Datang untuk menonton Jonggan

Isi balasan pantun ini harus sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh panyanyi. Pangebeng tidak boleh sembarangan atau asal-asalan membalas pantunnya, isinya harus sesuai dengan apa yang telah disampaikan tadi. (Wawancara dengan Bapak Yohanes).

(23)

46 c. Tata Rias

Tata rias yang digunakan para penari mengikuti perkembangan zaman pada saat sekarang, yaitu menggunakan rias corrective makeup

(tindakan kecil untuk mengurangi beberapa karakteristik raut wajah yang kurang sempurna). Sedangkan untuk para pemain musiknya mereka tidak menggunakan rias atau makeup pada wajahnya.

d. Busana

Adapun busana yang dipakai dalam pertunjukan kesenian Jonggan adalah khusus para penari menggunakan kebaya, paca’ (kain batik panjang) dan selendang.

Mereka menggunakan kebaya dan paca’ (kain batik panjang) karena sebagai simbol ketradisionalan masyarakat dan sebagai ungkapan kesederhanaan (Wawancara kepada Andra). Selain itu jika para penari menggunakan pakaian adat untuk menari, mereka sulit untuk bergerak sebab para penari Jonggan lebih mengutamakan kenyamanan dalam berpakaian sehingga mudah untuk bergerak. (Wawancara kepada Katarina).

Di saat menari Jonggan kebanyakan para penari menggunakan

paca’ yang bermotif campuran, hal ini disebabkan karena kurangnya koordinir dari ketua sanggar yang tidak menyediakan paca’ melainkan yang disediakan hanya kebaya saja sebagai atasannya. Sedangkan untuk bawahannya (paca’) disiapkan oleh masing-masing para penari. Selain itu mereka tidak menggunakan motif khas Kalimantan (Dayak) sebab

(24)

47 kesenian Jonggan muncul pertama kali pada tahun 1950-an dimana zaman ini belum modern. Jadi pakaian yang digunakan masih sangat sederhana dan apa adanya tetapi sudah diidentikan dengan kebaya dan paca’. Serta pada zaman dahulu kain batik Kalimantan sangatlah langka dan harganya mahal karena suku Dayak Kanayatn bukanlah pembuat batik. (Wawancara dengan Bapak V. Pius).

Gambar penari jonggan e. Tata Panggung

Tata panggung atau tata pentas adalah ruang atau tempat yang digunakan untuk pentas, merupakan bagian dari arena pertunjukan yang ditata sedemikian rupa sebagai tempat bermain (Hadi, 1987 : 42). Tata panggung berkaitan dengan bagaimana penataan suatu pentas, sehingga menimbulkan kesan yang sesuai dengan tari yang dipentaskan.

Pada pementasan kesenian Jonggan panggung yang digunakan biasanya berukuran 8 x 4 m, besar kecilnya ukuran panggung ini

(25)

48 tergantung pada tuan rumah yang mengadakan hajatan. Untuk pembuatan panggung ini dilakukan oleh tuan rumah yang mempunyai hajatan dan dibantu oleh masyarakat setempat.

Gambar tata panggung pada saat pementasan kesenian Jonggan

Dari gambar di atas terlihat bahwa penarilah yang menjadi pusat pertunjukkan dan pemain musik berada dibelakang yang ditutupi dengan tirai.

f. Properti

Pada penari Jonggan properti yang digunakan yaitu hanya menggunakan selendang. Selendang yang digunakan para penari tidak ditentukan warna dan motifnya harus sama, hal ini tergantung dari ketua sanggar. Cara pemakaian selendang yaitu dikaitkan dengan menggunakan peniti dibagian dada agar saat menari selendangnya tidak mudah jatuh. Selain itu penggunaan selendang ini untuk menutupi bagian dada agar tidak terlalu terbuka. (Wawancara dengan Fanny).

(26)

49 Menurut Soedarsono (1999 : 58), adalah perlengkapan yang tidak termasuk busana, tidak termasuk perlengkapan panggung tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan penari, misalnya kipas, pedang, tombak, sapu tangan, selendang dan sebagainya. Properti juga berfungsi sebagai elemen tari untuk menghidupkan tarian dan memberikan kesan yang mendalam bagi penonton.

D. Nilai Positif Kesenian Jonggan

Kesenian Jonggan di Dusun Tempala mempunyai nilai positif terhadap masyarakat di Dusun Tempala. Nilai-nilai tersebut antara lain yaitu:

a. Nilai Moral

Dalam gerakan Jonggan terkandung nilai–nilai moral sebab dasar gerakan Jonggan ini adalah gerakan silat. Dimana gerakan Jonggan ini sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan, tata krama, saling menghargai dan menghormati antara penari dengan penonton yang menari karena pada saat menari Jonggan tidak ada istilah bersentuhan antar anggota tubuh.

Gerakan-gerakan yang menunjukkan nilai kesopanan, tata krama, saling menghargai dan menghormati seperti gerakan berhadap-hadapan, maju-mundur, gerakan tubuh dan gerakan tangan yang tidak bersentuhan antara pangebeng dengan yang dikebeng. Jadi ketika menari antara

pangebeng dengan yang dikebeng ada aturannya, mereka harus saling menghormati dan selalu menjaga sikap sopan santun.

(27)

50 b. Nilai Estetika

Sebagai sarana untuk mengekspresikan kemampuan dalam bidang kesenian yaitu kesenian Jonggan. Di dalam kesenian Jonggan tersebut yang disajikan adalah gerakan-gerakan yang telah terpola secara alami, bersumber pada imitasi gerakan silat yang terdiri dari gerakan menangkis lawan, gerakan menghela, gerakan maju, mundur, berhadap-hadapan, gerakan berkeliling dan gerakan badan berputar ke kiri atau ke kanan. c. Nilai Budaya

Mengingatkan masyarakat dusun Tempala untuk terus memberikan dukungan dalam melestarikan kesenian Jonggan yang telah diwariskan leluhur sebagai suatu kebudayaan daerah. Supaya kesenian Jonggan ini tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman. Sebab perkembangan kesenian Jonggan pada saat ini agak tergeser karena banyaknya alat-alat musik modern dan banyaknya generasi muda yang kurang begitu tertarik terhadap kesenian Jonggan tersebut.

d. Nilai Pendidikan atau Edukasi

Dalam kesenian Jonggan terdapat nilai pendidikan multikultural yang telah diaplikasikan masyarakat dalam kebudayaannya, seperti saling menghormati, menjaga sikap sopan santun dan menghargai perbedaan baik agama, suku, status sosial maupun usia. Tua, muda maupun anak-anak dapat berpartisipasi asalkan mereka dapat menari Jonggan. Selain itu didalam kesenian Jonggan terdapat nilai-nilai kesederhanaan yang

(28)

51 ditunjukan dari segi pakaian yang digunakan para penari dalam pementasan kesenian Jonggan.

Dengan adanya pementasan kesenian Jonggan ini menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan manfaat yang terdapat dalam pendidikan multikultural agar masyarakat dapat hidup berdampingan secara harmonis, saling toleransi, saling menghormati, selalu hidup dalam kesederhanaan dan sekaligus sebagai alat untuk melestarikan kebudayaan daerah.

E. Fungsi Kesenian Jonggan a. Sebagai Ucapan Syukur

Kesenian tradisional Jonggan diselenggarakan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Jubata (Tuhan). Adapun kesenian Jonggan ini dilaksanakan untuk berbagai keperluan seperti bayar niat, dan naik dango. Misalnya seorang petani yang mempunyai niat jika pada saat panen padi, ia mendapatkan hasil padi yang lebih banyak dari panen sebelumnya maka ia akan mengadakan kesenian Jonggan.

Sebelum kesenian Jonggan ini dipentaskan, maka orang yang ingin mengadakan kesenian Jonggan tersebut harus memesan terlebih dahulu dan mendatangi rumah ketua sanggar Jonggan untuk mengisi acara ke tempatnya. Sebelumnya ketua sanggar dengan orang yang ingin memesan Jonggan berunding terlebih dahulu untuk menentukan berapa lama kesenian ini dilaksanakan, tarif per malamnya dan peraturan-peraturan

(29)

52 yang harus ditaati oleh orang yang memanggil Jonggan. (Wawancara kepada Bapak Lusi)

Biaya pementasan kesenian Jonggan untuk satu malam biasanya dikenakan tarif sebesar Rp. 750.000 – Rp 1.000.000, ini semua tergantung dari negosiasi antara ketua sanggar dengan orang yang memanggil Jonggan atau akan mengadakan hiburan Jonggan tersebut. Lamanya pelaksanaan kesenian Jonggan ini biasanya 3-7 hari, ini semua tergantung dari permintaan orang yang ingin memesan Jonggan. (Wawancara kepada Katarina).

Pelaksanaan kesenian Jonggan sebagai ungkapan rasa syukur ini tidak terlepas dari rangkaian upacara adat. Sebelum kesenian Jonggan disajikan, maka diadakan upacara adat yang selalu ditandai dengan pembacaan doa adat. Hal seperti ini masih berlaku sebagai tanda pemberitahuan dan ucapan syukur kepada Tuhan sang pencipta atas apa yang telah diberikan. Dengan diadakannya kesenian Jonggan tersebut, maka masyarakat dapat mempertahankan kebudayaan dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu sehingga tidak hilang oleh semakin majunya peradaban.

b. Sebagai Hiburan

Kesenian Tradisional Jonggan masih sering dipentaskan oleh warga masyarakat Dusun Tempala dan sekitarnya tidak hanya untuk acara naik dango dan bayar niat saja tetapi biasanya digunakan dalam acara

(30)

53 penyambutan tamu penting, gawai Dayak (acara atau pesta yang diadakan oleh masyarakat Dayak), pernikahan, festival dan hiburan pasar malam.

Pementasan kesenian Jonggan yang bersifat hiburan ini sama halnya dengan kesenian Jonggan yang bersifat sebagai ungkapan rasa syukur, sebelum tariannya disajikan maka selalu ditandai dengan pembacaan doa adat. Dengan tujuan agar acara kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan.

Selain sebagai sarana menghibur masyarakat yang menyaksikan, kesenian Jonggan ini juga merupakan salah satu bentuk usaha masyarakat untuk melestarikan seni dan budaya daerah agar tetap dilestarikan.

F. Peranan Masyarakat

Peranan masyarakat dalam pelaksanaan pementasan kesenian Jonggan ini sangatlah besar, sebab sebelum maupun sesudah pementasan masyarakat saling membantu agar pementasan kesenian Jonggan ini dapat berjalan dengan lancar. Mulai dari persiapan pembuatan panggung, persiapan dan prosesi upacara nyangahatn sampai pada puncak acara kesenian Jonggan tersebut.

Saat pentas seni Jonggan dimulai, masyarakat berbondong-bondong datang untuk menyaksikan acara kesenian Jonggan tersebut sebagai sarana hiburan untuk melepaskan lelah setelah seharian bekerja. Baik tua, muda maupun anak-anak turut hadir untuk meramaikan acara tersebut. Penonton yang ingin ngebeng atau menari Jonggan tidak dibatasi oleh usia baik tua,

(31)

54 muda maupun anak-anak dapat berpartisipasi asalkan mereka bisa menari Jonggan.

Mereka yang akan menari dikenakan biaya karcis untuk 1 kali

ngebeng sebesar Rp 5.000/orang. Biasanya dalam 1 malam dapat menghabiskan 30 karcis bahkan lebih. Uang dari hasil penjualan karcis tadi dibagikan kepada penari, pemain musik dan ketua sanggar. Namun yang lebih banyak menerima uang hasil dari penjualan karcis tersebut adalah si penari. Jika hasil uang dari penjualan karcis lebih banyak maka uang dari penyewaan Jonggan tadi dimasukan ke dalam kas. Para penonton yang ingin ngebeng,

mereka harus mengantri menunggu giliran namanya dipanggil untuk naik keatas panggung.

Durasi lagu yang disajikan sekitar 10-15 menit. Biasanya lagu yang mengiringi para penonton menari adalah WeJonggan, We’ Ola, Kasih Sayang dan Male’en. Hal ini tergantung dari permintaan para penonton. Setelah lagu selesai maka penonton yang telah menari tadi harus turun, mereka harus bergantian dengan para penonton yang sudah mengantri membeli tiket untuk menari.

Kepedulian masyarakat dalam melestarikan kesenian Jonggan ini kebanyakan dilakukan oleh generasi tua saja dan kurang partisipasi dari generasi muda. Hal ini disebabkan banyak generasi muda yang kurang mengetahui jenis musik dan dasar gerak tariannya. Oleh karena itu dalam melestarikan kesenian Jonggan saat ini masyarakat membentuk sanggar-sanggar untuk melatih generasi muda untuk latihan menari dan berlatih

(32)

55 memainkan alat-alat musik tradisional, agar tidak hanya generasi tua saja yang melestarikan namun dari generasi muda ikut ambil bagian dalam melestarikan kesenian Jonggan tersebut. Selain itu salah satu sarana masyarakat untuk melestarikan kesenian Jonggan yaitu dengan mengikuti event-event atau mengikuti perlombaan-perlombaan. (wawancara dengan Bapak Barto)

Kesenian Jonggan dipentaskan sebagai ucapan syukur dan hiburan. Selain itu kesenian Jonggan juga dilaksanakan sebagai kegiatan wisata budaya. Namun kegiatan wisata tersebut diadakan pada event-event tertentu, seperti Naik Dango dan Gawai Dayak yang dilaksanakan setiap setahun sekali.

Kegiatan Naik Dango ini diselenggarakan setiap tahun di tempat yang berbeda yang telah ditentukan oleh panitia. Pada saat acara naik dango ini berlangsung, banyak wisatawan-wisatawan lokal dari berbagai daerah yang datang untuk menyaksikan dan memeriahkan acara tersebut. Sebab dalam acara naik dango tidak hanya sebagai sarana untuk berkumpul saja tetapi juga banyak dilaksanakan kegiatan-kegiatan seperti lomba menyanyi lagu daerah, lomba menari dan permainan daerah. Ini merupakan salah satu bentuk pelestarian kesenian daerah budaya Dayak agar tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman.

Dalam melestarikan kesenian Jonggan dalam bidang pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah selama ini belum mengembangkan pendidikan kesenian terutama kesenian Jonggan. Maka dari itu hal ini dapat dilakukan dengan cara mengenalkan kepada siswa-siswi budaya-budaya lokal yang ada

(33)

56 dengan mulai ditanamkan sejak dini melalui mata pelajaran kesenian disekolahan dan dapat dikembangkan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler disekolah-sekolah agar generasi muda menjadi penerus dan dapat melestarikan budaya lokal didaerahnya agar kebudayaannya tidak punah seiring dengan perkembangan zaman.

Gambar

Tabel II
Tabel III
Gambar penari jonggan  e.  Tata Panggung
Gambar tata panggung pada saat pementasan kesenian Jonggan

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang Imigrasi menetapkan bahwa bagi orang asing yang hendak datang ke Jepang selain dengan status “kunjungan singkat”, Menteri Kehakiman akan terlebih dahulu

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Peraturan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi melaksanakan

Penelitian ini dilaksanakan pada ibu hamil di Rumah Bersalin Budi Rahayu Semarang yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan makanan sumber Fe dan vitamin C

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan menulis teks eksposisi antara kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Infiltrasi atau Perkolasi

Hal ini dikarenakan apabila melihat pada ketentuan Konvensi Warsawa 1929 dan Konvensi Montreal 1999 yang dapat disimpulkan bahwa perusahaan angkutan (Garuda Indonesia

Alasan penelitian ini mengambil kedua novel tersebut adalah: pertama, cerita Takdir dan Keras Hati merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari dan sistem

Rambu-rambu untuk mengembangkan isi materi OHT adalah: (1) satu lembar OHT berisi satu pengertian yang bulat, (2) berkaitan erat dengan tujuan, (3) gambar dan