• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Produktivitas Sapi Peranakan Simmental dengan Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorhiza) sebagai Pakan Aditif Alami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Produktivitas Sapi Peranakan Simmental dengan Penambahan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorhiza) sebagai Pakan Aditif Alami"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Produktivitas Sapi Peranakan Simmental dengan

Penambahan Tepung Temulawak

(

Curcuma Xanthorhiza

)

sebagai Pakan Aditif Alami

(Productivity Improvement of Simmental Cross Cattle with

Addition of Temulawak flour (Curcuma Xanthorhiza) as Natural

Feed Additive)

Wati NE, Yusuf M

Universitas Tulang Bawang Lampung, Jl. Gajah Mada No. 34, Kotabaru, Bandar Lampung novi.ekawati@utb.ac.id

ABSTRACT

The aim of the study was to know the effect of Curcuma xanthorhiza as herbal feed additive in the rations on dry matter consumption, daily body weight gain, and feed conversion ratio of Simmental cross cattle. The research was conducted at PGS Joe Cipir Jati Indah Village, Tanjung Bintang District, South Lampung Regency. The experimental used 12 male Simmental Cross Cattle with an average body weight of 166.25±6.27 kg. The study used a quantitative method with a completely randomized design with 3 treatments and 4 replications. They were fed a complete feeding with control rations + 0% temulawak flour (P0), control ration + 1.5% ginger flour (P1) and control ration + 3% temulawak flour (P2). The control ration was the usual ration given by farmers every day containing 8.35% crude protein and 59.63% TDN. The study was conducted for 5 weeks, 1 week period of adaptation and 4 weeks period of data collection. The results showed that the addition of temulawak flour had a significant effect (P<0.05) on dry matter consumption, daily body weight gain and feed conversion ratio of Simmental cross. Addition 3% of temulawak flour of the total dry matter rations showed a positive effect on dry matter consumption, daily body weight gain and feed conversion ratio. The 1.5% addition level of temulawak flour from dry matter ration showed the best daily weight gain and feed conversion ratio.

Key words: Temulawak, natural feed additive, Simmental cross cattle, productivity ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian temulawak sebagai pakan aditif alami pada ransum terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian, dan konversi pakan pada sapi peranakan Simmental. Penelitian dilaksanakan di PGS Joe Cipir Desa Jati Indah, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Materi penelitian adalah 12 ekor Sapi Peranakan Simmental jantan berusia 1,5 tahun dengan bobot badan rata-rata 166,25±6,27 kg. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan berdasarkan jumlah materi penelitian. Perlakuan yang diberikan yaitu ransum kontrol + 0% tepung temulawak (P0), ransum kontrol + 1,5% tepung temulawak (P1) dan ransum kontrol + 3% tepung temulawak (P2). Ransum kontrol yang diberikan adalah ransum yang biasa diberikan oleh peternak setiap hari yang mengandung 8,35% protein kasar, 59,63% TDN. Penelitian dilakukan selama 5 minggu yaitu 1 minggu periode adaptasi pakan dan 4 minggu periode pengambilan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung temulawak pada ransum berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan pada sapi peranakan Simmental.

(2)

Penambahan tepung temulawak sampai dosis 3% dari total bahan kering ransum sapi Peranakan Simmental menunjukkan pengaruh positif terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan. Level dosis penambahan tepung temulawak dengan dosis 1,5% dari bahan kering pemberian ransum menunjukkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan terbaik.

Kata kunci: Temulawak, pakan aditif alami, sapi peranakan simmental, produktivitas

PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan peningkatan permintaan protein hewani diantaranya daging sapi. Produksi daging sapi nasional tahun 2016 sebesar 518.484 ton sedangkan impor daging tahun 2016 sebesar 195.764 ton (Ditjen PKH 2017). Tingginya impor daging merupakan indikasi ketidaksanggupan pemenuhan permintaan daging sapi nasional. Guna mengurangi impor daging maupun impor sapi perlu dilakukan program peningkatan kuantitas dan kualitas produksi sapi potong nasional.

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%). Diantara faktor lingkungan tersebut, pakan memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas yaitu sebesar 60%. Pakan ternak ruminansia biasanya berupa limbah pertanian sehingga produktivitas ternak tidak sesuai dengan harapan peternak. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sapi potong yaitu dengan sentuhan teknologi penambahan jamu seperti temulawak sebagai aditif pakan. Jamu-jamuan merupakan aditif pakan alami yang ditambahkan guna meningkatkan nafsu makan dan kesehatan ternak. Penggunaan aditif pakan alami bagi ternak lebih dianjurkan daripada obat-obatan kimia yang akan meninggalkan residu kimia pada daging yang dapat membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.

Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) merupakan tanaman jamu yang banyak

dimanfaatkan manusia sebagai penambah nafsu makan dan antioksidan. Ekstrak temulawak memiliki kadar kurkumin sebesar 27,19% dan kadar aktivitas antioksidan sebesar 87,01 ppm yang tergolong aktif (Rosidi et al. 2014). Kandungan minyak atsiri dan kurkumin pada temulawak dapat meningkatkan nafsu makan ternak. Temulawak dapat mempercepat kerja usus halus sehingga dapat mempercepat pengosongan dalam lambung. Hal ini menyebabkan ternak merasa lapar dan nafsu makan meningkat sehingga konsumsi pakan meningkat dan pertambahan bobot badan meningkat. Penelitian mengenai penambahan temulawak sebagai aditif pakan pada ransum unggas sudah banyak dilakukan, namun pada ternak ruminansia khususnya sapi masih terbatas. Penambahan tepung temulawak dengan dosis 0,33% pada ransum ayam kampung super menghasilkan bobot panen tertinggi dibandingkan penambahan tepung temulawak pada dosis 0,67% dan 1% (Anggraini et al. 2019). Kurangnya informasi mengenai pemberian temulawak sebagai aditif pakan alami pada sapi mendorong adanya penelitian mengenai penambahan tepung temulawak pada ransum Sapi Peranakan Simmental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian temulawak sebagai aditif pakan pada ransum terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan pada sapi peranakan Simmental.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di PGS Joe Cipir Desa Jati Indah, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

(3)

kuantitatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan berdasarkan jumlah materi penelitian. Perlakuan yang diberikan yaitu ransum kontrol + 0% tepung temulawak (P0), ransum kontrol + 1,5% tepung temulawak (P1) dan ransum kontrol + 3% tepung temulawak (P2).

Materi penelitian

Materi penelitian adalah 12 ekor Sapi Peranakan Simmental jantan berusia 1,5 tahun dengan bobot badan rata-rata 166,25±6,27 kg. Formulasi ransum dan kandungan nutrien ransum kontrol tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi ransum dan kandungan nutrien ransum kontrol

Komposisi ransum Komponen bahan (%)

Onggok 11

Kulit singkong 18,6

B. Sawit 15,4

Janggel jagung 4,2

Kulit kopi 13,9

Kulit ari kedelai 21,4

Dedak padi 10,7

Tetes 4,3

Urea 0,5

Total 100

Kandungan nutrien ransum

Protein kasar 8,35

Total Digestible Nutrient (TDN) 59,63

Metode penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan kandang dan peralatan kandang. Selanjutnya persiapan bahan pakan dan analisis proksimat sebagai dasar dalam formulasi ransum kontrol. Penimbangan bobot badan awal sapi dilakukan sebagai dasar dalam menentukan pemberian ransum kontrol. Selama periode adaptasi, 12 ekor sapi diberikan ransum kontrol tanpa perlakuan selama 7 hari sampai konsumsi pakan harian konstan. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pukul 07.00 dan pukul 16.00. Pemberian air minum secara ad libitum.

Pada periode pengamatan dilakukan penimbangan bobot badan awal sapi sebagai dasar pertambahan bobot badan hasil pengamatan. Periode pengamatan selama 4 minggu dengan pemberian pakan kontrol dan perlakuan pada masing-masing kelompok perlakuan. Jumlah konsumsi bahan kering diukur setiap hari dengan cara pemberian pakan dikurangi sisa pakan dalam bahan kering. Sisa pakan dikumpulkan setiap hari kemudian diambil sampel untuk dianalisa kadar air. Bobot badan akhir sapi ditimbang pada hari ke 29.

(4)

Pertambahan bobot badan dihitung dari bobot akhir dikurangi bobot awal pengamatan. Perhitungan konversi pakan dihitung dari jumlah pakan yang dikonsumsi (as feed) selama 28 hari dibagi pertambahan bobot badan. Data hasil penelitian diolah dengan uji F berdasarkan prosedur sidik ragam dan jika terdapat pengaruh perlakuan yang nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan Duncan multiple range test pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penambahan tepung temulawak pada ransum sapi peranakan Simmental berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan. Besarnya rataan konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan sapi potong tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsumsi bahan kering (BK), pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan

Parameter Perlakuan penambahan tepung temulawak CV (%)

P0 P1 P2

Konsumsi BK (gram) 7300,18c 7602,06b 7909,41a 2,08 BH (gram/hari) 335,71b 821,43a 628,57ab 29,65 Konversi pakan 23,20a 9,70b 13,48b 31,62

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5% (P<0,05)

Rata-rata konsumsi bahan kering pada sapi dengan perlakuan P2 (7909,41 gram/ekor/hari) nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada konsumsi bahan kering sapi dengan perlakuan P1 (7602,06 gram/ekor/hari) dan P0 (7300,18 gram/ekor/hari), hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung temulawak pada ransum sampai dosis 3% dapat meningkatkan konsumsi bahan kering pada sapi. Kandungan kurkumin pada temulawak dapat meningkatkan nafsu makan ternak dengan mempercepat kerja usus halus sehingga dapat mempercepat pengosongan dalam lambung, hal ini menyebabkan ternak merasa lapar dan nafsu makan meningkat sehingga konsumsi pakan meningkat (Wijayakusuma 2003).

Pertambahan bobot badan harian sapi yang mendapatkan perlakuan P1 (821,43 gram/hari) nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada P0 (335,71 gram/hari) dan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P2 (628,57 gram/hari). Besarnya pertambahan bobot badan harian P2 (628,57 gram/hari) tidak berbeda nyata dengan P0 (23,20 gram/hari), hal ini disebabkan oleh besarnya konsumsi bahan kering pada sapi P2 dan P1 nyata lebih tinggi daripada P0. Jumlah dan kualitas zat makanan yang dikonsumsi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ternak. Semakin tinggi konsumsi pakan maka pertumbuhan juga akan semakin baik. Ikatan kimia dalam minyak atsiri memiliki badan keton yang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam merangsang sekresi insulin dari pancreas. Insulin akan berpengaruh pada hati dan otot untuk merangsang sintesis protein yang sangat penting sebagai salah satu faktor pertumbuhan ternak (Rifat et al. 2008). Hasil penelitian Nizma et al. (2016) menunjukkan bahwa penambahan temulawak dengan dosis 1,5% dari bobot badan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan pada domba betina. Penambahan tepung temulawak sebesar 1% pada pakan komplit sapi potong memberikan hasil positif terhadap pertambahan bobot badan sapi (Rochmi & Wahjuni 2017).

(5)

Besarnya konversi pakan pada P0 (23,30) nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada P1 (9,70) dan P2 (13,48), sedangkan konversi pakan pada sapi P1 (9,70) dan P2 (13,48) tidak berbeda nyata (P>0,05). Semakin tinggi nilai konversi pakan menunjukkan penggunaan pakan semakin tidak efisien (Anggorodi 1994). Besarnya konversi pakan pada sapi yang mendapat perlakuan P1 dan P2 lebih baik daripada sapi yang mendapat perlakuan P0.Hal ini disebabkan oleh besarnya pertambahan bobot badan dan konsumsi bahan kering pakan pada sapi P1 dan P2 yang nyata lebih tinggi daripada sapi P0. Nusi et al. (2011) menyatakan bahwa nilai konversi pakan tergantung dari kualitas pakan dan besarnya konsumsi pakan. Hasil penelitian Muqorrobin et al. (2008) dan Prabowo et al. (2008) menunjukkan bahwa penambahan tepung temulawak sampai dosis 1,5% dari total ransum pada ransum domba lokal jantan belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi bahan kering dan konversi pakan.

KESIMPULAN

Penambahan tepung temulawak sampai dosis 3% dari total bahan kering ransum sapi Peranakan Simmental menunjukkan pengaruh positif terhadap konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan. Level dosis penambahan tepung temulawak dengan dosis 1,5% dari bahan kering pemberian ransum menunjukkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan terbaik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada DRPM Kementerian Riset dan Perguruan tinggi yang telah membiayai penelitian dan pemilik peternakan PGS Joe Cipir Desa Jati Indah, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini hingga selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini AD, Widodo W, Rahayu ID, Susanto A. 2019. Efektivitas penambahan tepung temulawak dalam ransum sebagai upaya peningkatan produktivitas ayam kampung super. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 14:222-227.

Anggorodi R. 1994. Ilmu makanan ternak umum. Cetakan kelima. Jakarta (Indonesia): PT Gramedia.

[Ditjen PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2017. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Muqorrobin A, Subagyo YBP, Sudiyono. 2008. Pengaruh penambahan tepung temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dalam ransum terhadap performa domba lokal jantan. Rumphius J Nat Prod Biochem. 6:33-34.

Nizma A, Nurul H, Dedi S. 2016. Pengaruh tingkat pemberian temulawak (Curcuma xanthorriza) sebagai obat cacing herbal terhadap jumlah telur cacing Haemonchus contortus dan pertambahan berat badan domba. Dinamika Rekasatwa. 1:3.

Nusi M, Utomo R, Soeparno. 2011. Pengaruh penggunaan tongkol jagung dalam complete feed dan suplementasi undegraded protein terhadap pertambahan bobot badan dan kualitas daging pada sapi peranakan ongole. Buletin Peternakan. 35:173-181.

(6)

Prabowo ED, Sudiyono, Subagyo YPB. 2008. Pengaruh penambahan tepung temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada domba lokal jantan. Rumphius J Nat Prod Biochem. 6:55-56.

Rifat M, Subagyo YPB, Pratitis W. 2008. Pengaruh penambahan tepung temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dalam ransum terhadap performa kelinci lokal jantan. Biofarmasi. 6:58-63.

Rochmi SE, Wahjuni RS. 2017. Teknologi complete feed herbal untuk peningkatan produktivitas sapi potong di Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban. Agroveteriner. 6:1-8.

Rosidi A, Khomsan A, Setiawan B, Riyadi H, Briawan D. 2014. Potensi temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) sebagai antibiotika. Prosiding Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian. Semarang (Indonesia): Universitas Muhammadiyah Semarang.

Wijayakusuma H. 2003. Penyembuhan dengan temulawak. Jakarta (Indonesia): Milenia Populer. hlm. 15-18.

Gambar

Tabel 1. Komposisi ransum dan kandungan nutrien ransum kontrol
Tabel 2. Konsumsi bahan kering (BK), pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan edukatif perlu dilakukan karena di era disrupsi teknologi ada kesenjangan antara ino- vasi dan kesiapan manusia untuk bersaing di era ini (Iswan dan Bahar,

Melalui hasil uji hipotesis ditemukan bahwa persepsi harga, produk, promosi, dan tempat secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda

2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada

1) Variabel harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien, hal ini terlihat dari nilai signifikan (0,000) &lt; 0,05 dan nilai (8,197) &gt; (1,96) artinya

Hanya saja hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh orang dengan tipe belajar visual dengan metode Mind Mapping akan pada umumnya lebih baik daripada orang

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari kata guidance dan counseling dalam bahasa Inggris. Kalau istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia akan muncul dua

Berdasarkan hal tersebut, model pembangunan yang berpusat pada rakyat merupakan suatu alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi pembangunan guna memenuhi