• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Morfologi Nomina Variabel ( Ism Mutasharrif ) Bahasa Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Morfologi Nomina Variabel ( Ism Mutasharrif ) Bahasa Arab"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

(

Ism Mutasharrif

) Bahasa Arab

Amir Syuhada

1

Abstrak

Kata yang berjenis nomina dalam bahasa Arab terutama nomina variabel memiliki intensitas lebih banyak dari pada jenis kata yang lain. Hal ini disebabkan oleh fleksibelitas perubahan bentuknya yang tinggi dan setiap perubahan dapat membentuk kata baru yang berbeda identitas leksikalnya dengan kata dasar. Perubahan bentuk ini berdasarkan sistem morfologi. Dalam perspektif linguistik umum, sistem ini bekerja secara struktural dengan mengidentifikasikan satuan-satuan terkecil pembentuk kata yang disebut dengan morfem. Dari sistem ini dapat diketahui bahwa karakter morfologi nomina variable bahasa Arab berdasarkan integritas akar kata dan pola, kemudian keanekaragaman bentuk perubahannya dapat membentuk berbagaimacam jenis nomina yang berbeda fungsi dan maknanya, dan proses morfologis yang terjadi pada nomina variable melalui sistem augmentasi (ziyâdah) yang bersifat derivatif.

Kata kunci:nomina variabel, morfem, augmentasi derivatif, pola, derivasi.

Pengantar

P

erkembangan sebuah bahasa selalu diikuti oleh perkembang an kosakatanya, semakin banyak kosakata yang muncul semakin kuat pula eksistensi bahasa tersebut. Kehadiran kosakata baru dalam sebuah bahasa terbentuk melalui proses-proses tertentu yang terstruktur yang disebut dengan proses morfologis.

Dalam linguistik Arab, morfologi adalah parameter (mîzan) bahasa Arab2 yang sangat dibutuhkan dalam subsistem sintaksis, karena kata berperan sebagai satuan input untuk membentuk suatu kalimat3 dan kata merupakan dasar dalam sebuah bahasa4.

1 Penulis adalah alumni pascasarjana Universitas Gadjah Mada tahun 2011 2 Ibnu Jinni, Al-Munshif, (Kairo: Idârah ats-Tsaqâfah al-‘Âmah, 1954), p.2.

3 Ibnu‘Ushfûr al- Isybiliy, Al-Mumtî’ al-Kabîr fî at-Tashrîf, (Beirut: Maktabah

(2)

Dalam bahasa Arab, kata yang berjenis nomina memiliki ruang lingkup yang luas karena terdiri dari beberapa jenis kata5. Walaupun demikian, tidak semua nomina dapat mengalami proses morfologis. Hanya nomina yang berkategori variable (mutasharrif) yang dapat mengalami proses ini adapun yang berkategori invariable (ghairu

mutasharrif) tidak dapat mengalami proses ini.

Untuk mengetahui proses pembentukan nomina variable digunakan metode linguistik umum dengan pendekatan morfemis. Pendekatan ini dipakai untuk mengkaji secara terperinci struktur-struktur pembentuk sebuah kata. Adapun model analisis yang digunakan adalah teknik model kata dan paradigma, teknik model tata nama, dan teknik model proses. Metode ini menjadi landasan utama untuk memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan sistem morfologi nomina bahasa Arab yang meliputi karakter morfologi nomina, jenis-jenisnya, dan proses morfologisnya.

Pembahasan

A. Karakter Morfologi Nomina dalam Linguistik Arab

Dalam kajian linguistik Arab, morfologi atau ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan pembentukan kata disebut dengan

as-Sharf. Secara bahasa sharf berarti perubahan atau pergantian6,

dan secara istilah adalah ilmu yang mempelajari struktur dan bentuk kata7, serta aturan-aturan atau kaidah dalam pembentukan kata8.

Lebih terperinci lagi, Qabawah (1998:13) mendefinisikan sharf sebagai ilmu yang mempelajari tentang asal dan kaidah pembentuk-an kata, seperti bentuk dasar dpembentuk-an afik, jenis kata, bentuk kata berdasarkan waktu, dan perubahan posisi konsonan dan vokal dalam kata.

4 Andrew Charstair dan Mc Charthy, An Introduction to English Morphology,

(Edinburgh: Edindburgh University Press, 2002),p.4.

5 Agus Shahib Khaironi, Awdhâhu Manâhij fî Mu’jami Qawâ’id Lughah

al-Arabiyyah, (Jakarta: WCM Press, 2001), p.18

6 Hâdî Nahr, Ash-Sharf al-Wâfi dirâsât washfiyyah wa tathbiqiyyah,(Yordania: ‘Âlam

al-Maktab al-Hadîtsah, 2010),p.9.

7 Aiman Amin Abdul Ghani, Ash-Sharf al-Kâfî, (Mesir: Dâr Ibnu Khaldun, 2007),

p.23.

8 Musthafâ Ghulâyainî, Jâmi’ ad-Durûs al-Arabiyah (Beirut: Maktabah

(3)

Objek pembahasan ilmu ini adalah kata, terkhusus pada kata-kata yang mengalami proses morfologis seperti nomina variabel(ism mutasharrif); ); ﺮﹶﻘﺑ /baqar/ ‘sapi’ menjadi ﹲﺓﺮﹶﻘﺑ /baqarah/ ‘sapi betina’ dan

verba variabel(fi’l mutasharrif); ﹶﻝﹶ /sa`ala/ ‘bertanya’ menjadi ﹲﻞﺋﺎﺳ / sâ`il/ ‘yang bertanya’9.

Sebagai bahasa yang berkategori akar disalibis berupa tiga konsonan10, sistem morfologi bahasa Arab berlandaskan pada akar radikal konsonan dan pola. Oleh karena itu proses dan analisis harus berdasarkan pada kedua hal ini. Bentuk akar dalam bahasa Arab terdiri dari tiga konsonan yang tidak dapat diucapkan sehingga setiap konsonan harus memiliki vokal yang tersusun sesuai dengan polanya11.

Sistem akar dan pola sangat produktif untuk mengetahui proses morfologis dan menganalisis sebuah kata. Dengan sistem ini, komponen makna yang terkandung dalam akar radikal konsonan akan teridentifikasi sesuai dengan perubahan bentuknya, misalnya akar radikal konsonan

-

-

/q-r-a/ mempunyai komponen makna yang berhubungan dengan bacaan. Akar ini dapat melahirkan pembendaharaan kata bahasa Arab yang berkaitan dengan membaca sesuai dengan polanya, seperti;

ﺃ

ﺮﹶ

/qara‘a / - ﺉﹺﺭﺎﹶﻗ /qâri‘/ - ﹲﺓَﺀﺍ/qirâah/ - ٌ/maqrû‘ /

‘Membaca’ –‘pembaca’ – ‘bacaan’ - ‘sesuatu yang terbaca’

Akar radikal konsonan dalam bahasa Arab merupakan satuan gramatikal terkecil bermakna yang disebut dengan wahdah

sharfiyyah12. Dalam linguistik umum, akar radikal ini merupakan

wujud morfem akar yang terikat.

Menurut Ryding akar dan pola merupakan morfem terikat dan keduanya merupakan morfem dasar dalam bahasa Arab13. Morfem akar adalah morfem terikat yang relatif tidak berubah, terdiri 9 Lorna Joy Hawes, Some Theories of Language Typology and Language Change,

(Kanada: The University of British Columbia,2010),p.10.

10I bid.,p.4

11Leonard Bloomfield, Language (New York: Henry Holt and Company, 1995),p.234 12Ahmad Muhammad Qadûri, Mabâdi‘u al-Lisâniyât al-‘Ãmah. (Kairo: Mudiriyyah

al-kutub wa al-mathbû’ah al-jâmi’ah,2006),p.133

13Karin C Ryding, A Reference Grammar of Modern Standard Arabic, (Cambridge:

(4)

dari tiga sampai lima fonem14. Kebanyakan berasal dari tiga konsonan yang selalu berkaitan dengan pola untuk membentuk stem/pangkal dan memiliki makna leksikal. Adapun pola merupakan morfem terikat yang terdiri dari beberapa jenis vokal untuk konsonan radikal pada bentuk dasar dan juga dapat berkombinasi dengan afik derivasional untuk membentuk kata turunan.

Berdasarkan bentuk kata yang terdiri dari akar dan pola, bahasa Arab hanya mengenal morfem terikat, karena semua satuan gramatikalnya terikat satu sama lain dan tidak bisa berdiri sendiri. Perpaduan antara kedua morfem dasar ini akan menciptakan bentuk dasar15 kemudian berkembang menjadi berbagai macam kata turunan sesuai dengan jenis dan maknanya melalui proses morfologis.

Selain memiliki morfem dasar berupa akar dan pola, bahasa Arab juga memiliki morfem afiks. Morfem afik pada nomina terdiri dari dua jenis yaitu morfem derivatif dan inflektif.

a. Morfem derivatif, yaitu morfem yang dapat merubah identitas leksikal sebuah kata dari bentuk dasarnya16. Misalnya prefik / ma/ atau kombinasi konsonan mîm dan vocal a (ó) berpola

ﻞﻌﹾﻔﻣ /maf’all pada verba /kataba/ ‘menulis’ menjadi ﺐﺘﹾﻜﻣ / maktab/ ‘tempat menulis atau meja’. Perubahan terjadi pada jenis kata dari verba ke nomina, dan pada makna dari menulis menjadi tempat menulis. Bentuk-bentuk morfem augmentatif nomina sama dengan morfem augmentatif verba.

b. Morfem inflektif dalam nomina merupakan morfem yang dapat menciptakan bentuk nomina baru akan tetapi tidak merubah makna leksikal kata yang dirubah. Morfem inflektif dalam nomina berupa pronomina yang berbentuk dua belas rangkaian konsonan baku: :

ﻱ

/i/ -

ﺎﻧ

/nâ/ -

ﻙ

/ka/ - /kumâ/ -

ﻢﹸ

/kum/ -

ﻙ

/

ki/- /kumâ/ - /kunna/ -

/hu/ -

ﹶﳘ

/humâ/ - 

ﻢﻫ

/hum/ - ﻲﻫ/ hiya/ -

ﹶﳘ

/humâ/ - ﻦﻫ/hunna/. Morfem-morfem inflektif ini

14 Ibnu ‘Ushfur al-Isybiliy,1979, p.16

15 Gene M Schramm, An Outline of Classical Arabic Verb Structure. Language.

Vol.38.No.4, (USA : Linguistic Society of America, 1962), p.360. www.j-stor.org,

16 J.D, Parera, Kajian Linguistik Umum, Historis Komparatif, dan Tipologi Struktural.

(5)

berbentuk sufik atau disematkan di akhir kata, seperti {

ﻱ

} pada

ﻲﹺ

ﺑﺎ

ﺘ

ﻛ /kitâbî/ ‘bukuku’.

B. Nomina dalam Bahasa Arab

Istilah nomina dalam linguitik Arab disebut dengan al-ism, yaitu kata yang menunjukkan makna dari dzat atau sifat yang tidak terikat dengan waktu tertentu17. Menurut Hamalawi ism adalah kata yang mengacu pada makna yang terkandung di dalamnya tanpa menunjukkan hubungan dengan waktu18. Menurut Nahr ism adalah ungkapan yang memiliki makna tersendiri tanpa terikat dengan waktu tertentu19. Kemudian, secara sederhana Amîn dan Jârim menjelaskan bahwa ism adalah setiap ungkapan yang menunjukkan manusia, hewan, tumbuhan, dan benda mati20. Dari definisi-definisi ini dapat dipahami bahwa kata yang memiliki makna sendiri yang tidak terikat dengan waktu dan menunjukkan makna dzat atau sifat termasuk dalam kategori ism atau nomina.

Bentuk nomina dalam bahasa Arab bermacam-macam, setiap bentuk memiliki karakter tersendiri baik dalam proses pembentukan maupun fungsinya. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk nomina ini dengan benar dibutuhkan pengklasifikasian sesuai dengan karakter masing-masing. Dahdah mengklasifikasikan nomina ke dalam dua kategori, yaitu mutasharrif (variabel) dan ghoiru

mutasharrif (invariabel)21.

Nomina variabel (ism mutasharrif) merupakan nomina yang mengalami proses morofologis. Apabila disepadankan dengan linguistik umum maka sifat yang dimiliki oleh nomina ini sama dengan kriteria kelas kata terbuka, yaitu kelas kata yang mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa, kelas kata ini meliputi nomina, verba, dan ajektifa22.

17 Agus Khaironi, 2001, p.16.

18 Ahmad Hamalâwî, Syazzu al-‘Arfi fî fanni as-Sharf, (Kairo: Maktabah

al-Âdâb,2007),p.13.

19Hadi Nahr, 2008, p.8.

20 Amîn dan Jârim, An-Nahwu al-Wâdhih Fî Qawâ’id al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Mesir:

Dâr Ma’ârif, 2005),p.14.

21 Antonie Dahdâh, Mu’jam Qawâid al-Lughah al-‘Arabiyyah fî Jadâwil wa lauhât.

Beirut: Librarie du Liban Publilsher,2001),p.38.

22 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta,

(6)

Sedangkan nomina invariabel adalah nomina yang tidak mengalami proses morfologis dan harus dalam satu keadaan23. Nomina ini mencakup nomina numeral adjektifa (ismu al-‘adad), demonstratif pronoun atau kata isyarat / petunjuk (ism isyârah), konjungsi atau kata sambung (ism mausûl), personal pronoun atau kata ganti (dhomîr), interogatif atau kata tanya (ism istifhâm), nomina kondisional (ism syarth), nomina sircumstansial atau keadaan

(zharf), dan antonomasia (kinâyah).

Berdasarkan asal pembentukannya, para ahli bahasa Arab tradisional dan modern sepakat membagi nomina variabel menjadi dua, yaitu primitif (jâmid) dan derivatif (musytaq)24.

1. Nomina Primitif (

Ism Jâmid

)

Nomina primitif (ism Jâmid) yaitu nomina yang memiliki gambaran atau bentuk yang jelas dan tidak terderivasi dari nomina atau verba, seperti:

/syams/ ‘matahari’,

/badr/ ‘bulan’, ﻢﹶﻠﹶﻗ / qolam/ ‘pena’. Khaironi dan Dahdâh mengklasifikasikan nomina primitif (ism Jâmid) ke dalam dua bagian, yaitu nomina konkrit (ism dzât) dan nomina abstrak (ism ma’nâ)25.

1.1 Nomina Konkrit (

Ism Dzât

)

Nomina konkrit adalah nomina yang menunjukkan suatu dzat atau benda yang dapat dirasakan oleh indera kebanyakannya. Kata benda yang termasuk dalam kategori nomina ini tidak terbentuk dari kata-kata lain akan tetapi berdiri sendiri, seperti ﺽﺭﹶﺃ /ard/’bumi, ﺖﻴﺑ /bait/ ‘ rumah’, dan ﺏﻮﹶﺛ /tsaub/ ’pakaian’. Nomina ini terbagi menjadi dua yaitu nomina proper (ism‘âlam) dan nomina genus (ism jins).

1.1. 1 Nomina Proper (

Ism ‘Âlam

)

Nomina proper adalah kata penjelas terhadap sesuatu, seperti kata-kata yang menunjukkan nama orang, lembah, daerah, sungai, gunung26, seperti ﹺﱀﺎﺻ /Shâlih/, /Mahmud/, ﺱﺎ

ﺒ

/’Abbas/. Selain

23 Dahdah, 2001, p.38.

24 Makârim, At-Ta’rîf bi at-Tashrîf, (Kairo: Muassasah al-Mukhtâr, 2010),p.221. 25 Agus Khaironi,2007, p.25.

26Fakhruddin Qabawah, Tashrîful asmâ’ wa al-Af’âl, (Beirut: Maktabah

(7)

itu, nomina proper juga dapat berbentuk kalimat seperti ﻯﹶﺃﺭﻦﻣﺮﺳ/ Surra man ra‘â/ ‘nama daerah’, kemudian berbentuk aneksasi

(idhâfah), seperti ِﷲﺍﺢﺘﹶﻓ /Fathullah/ ‘nama orang’27.

1.1.2 Nomina Genus (

Ism Jins

)

Nomina genus adalah kata yang menunjukkan keumuman suatu benda dan menjelaskan suatu jenis yang dapat dirasakan oleh indera. Seperti ungkapan-ungkapan yang umum tentang manusia;

;

ﻞ

ﺟ

rajul/ ‘lelaki, ﹲﻞﹾﻔﻃ /thifl/ ‘anak kecil’, ﹲﺓﹶﺃﺮﻣﺍ /imra`ah/ ‘perempuan/,

tentang hewan;

ﺱ

ﺮﹶ

/faras/ ‘kuda’, ﺐﻠﹾﹶﻛ/kalb/ ‘anjing’,

ﺭﺎ

ﻤ

/himâr/ ‘keledai’, tentang tanaman;

ﹲﺓ

/wardah/ ‘mawar’, ﺦﻴﱢﻄﹺﺑ/ biththîkh/ ‘semangka’, tentang benda mati; ﹲﻞﻤﻌﻣ /ma’mal/ ‘laboratorium’.

1.2 Nomina Abstrak (

Ism Ma’nâ

)

Sebagai nomina yang berfungsi untuk menunjukkan sebuah kejadian atau peristiwa yang dapat diketahui oleh akal pikiran namun tidak dapat diinderakan secara langsung, nomina ini disebut juga dengan nomina original (mashdar)28. Qabawah mendefinisikan nomina original sebagai nomina yang menunjukkan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak terikat dengan waktu, seperti

ﻡﺎ

ﻴ

/qiyâm/ ‘berdiri’, /qu’ûd/ ‘keadaan duduk’, dan

/naum/ ‘keadaan tidur’29.

2. Nomina Derivatif (

Ism Musytaq

)

Nomina derivatif adalah nomina yang menunjukkan suatu dzat dan kejadiaan atau keadaan yang disandarkan kepadanya dan berasal dari kata lain30. Dalam proses morfologis bahasa Arab, pembahasan mengenai nomina derivatif memiliki ruang yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh perkembangan dan perluasan kosakata bahasa Arab terjadi pada jenis nomina ini.

27 Hadi Nahr,2008, p.56-58

28 Tamâm Hasan, Al-Lughah Al-‘Arabiyah Ma’nâhâ Wa Mabnâhâ. Cetakan Ketiga.

(Mesir: Al-Haiyah Al-Misriyah Al-‘Âmah Li-al-Kitâb, 1985),p.91.

29 Qabawah,1998, p.130.

30 Abdul ar-Râjihiyy, At-Tahbiq Ash-Sharfiyy, (Beirut:Dâr an-Nahdhah

(8)

C. Proses Morfologis Nomina Variabel (Ism Mutasharrif) Bahasa

Arab

Proses morfologis nomina bahasa Arab berbentuk Ziyâdah atau augmentasi. Ziyâdah merupakan penambahan konsonan dan vokal pada bentuk dasar untuk membentuk kata turunan31. Dalam teori linguistik umum, ziyâdah sesuai dengan konsep afiksasi, yaitu proses penambahan afiks pada akar atau bentuk dasar32. Proses morfologis ini sangat produktif untuk pembentukan kata, apalagi bahasa Arab yang bertipe inflektif.

Dalam proses morfologis nomina variabel, nomina derivatif menjadi objek kajian utama. Dari segi bentuk, nomina ini terdiri dari bentuk dasar berupa morfem dasar dan afiks pembentuk berupa morfem afik. Bentuk dasar dalam nomina ini secara garis besar terdiri dari dua jenis kata, yaitu nomina dan verba. Nomina derivatif yang terderivasi dari bentuk dasar nomina disebut denomina dan yang terderivasi dari bentuk dasar verba disebut deverba33. Dari kedua bentuk dasarnya ini muncullah berbagaimacam jenis nomina.

1. Pembentukan Nomina Derivatif (

Ism Mustyaq

) dari Nomina

(

Ism

)

Terdapat 12 jenis nomina yang diturunkan dari bentuk dasar berjenis nomina. Masing-masing nomina memiki karakter tersendiri sehingga makna dan bentuknya berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh proses augmentasi yang terjadi pada setiap bentuk dasar. Nomina-nomina tersebut adalah:

1.1 Nomina Original Artifikal

(Mashdar Shinâ’I)

Nomina original artifikalmerupakan nomina derivatif yang menunjukkan suatu keadaan atau kejadian yang abstrak dan tidak terikat dengan waktu34, seperti ﹲﺔﻴﹺﻧﺎﺴﻧﺇﹺ /insaniyyah/ ‘kemanusiaan’, /uluhiyyah/ ‘ketuhanan’, /hurriyah/ ‘kebebasan’, dan

/ kamiyyah/ ‘kuantitas’.

31 Hadi Nahr, 2010,p.23.

32 J.W.M. Verhaar,Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press,2006),p.107.

33 Willliam Wright, A Grammar of The Arabic Language, Cambridge :

Cambridge University Press, 1962),p.106.

(9)

Nomina original artifikalditurunkan dari nomina melalui proses morfologis berupa sufiksasi, yaitu penambahan sufik

/yyah/. Proses morfologis nomina original artifikal dirumuskan dengan; nomina konkrit +

ﺔﻳ

. Misalnya kata

ﻥﺎ

/insân/ ‘manusia’ diimbuhkan dengan sufik

/yyah/ menjadi ﹲﺔﻴﹺﻧﺎﺴﻧﹺﺇ /insaniyyah/ ‘kemanusiaan’.

1.2 Nomina Unitatis (

Ism Wahdah

)

Nomina unitatis merupakan nomina derivatif yang menunjuk-kan kesatuan dari sebuah jenis benda, seperti ﹲﺔﻣﺎﻤﺣ /hamâmah/ ‘seekor merpati’,

ﹲﺓ

ﺮﹶ

ﻘ

/baqarah/ ‘seekor sapi’. Selain menandakan kesatuan, nomina unitatis juga menunjukkan satu bagian dari keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian serupa, seperti

ﺔﹶ

ﻠﺼ

/ bashlah/ ‘sebutir bawang’35.

Proses morfologis nomina unitatis terjadi melalui sufiksasi, yaitu penambahan sufik

/h/. Rumusan proses morfologis nomina unitatis adalah; nomina konkrit +

. Misalnya kata

ﺮﹶ

ﻘ

/baqar/ ‘sapi’ diimbuhkan dengan sufik É /h/ menjadi ÈóÞóÑóÉñ /baqarah/ ‘seekor sapi’.

1.3 Nomina Abundansi (

Ism Katsrah

)

Nomina abundansi merupakan nomina derivatif yang menunjukkan keadaan yang berlimpah-limpah atau tempat perkumpulan sesuatu dalam jumlah banyak, seperti /madabbah/ ‘tempat yang dipenuhi beruang’, ﹲ

ﺔ

ﺑﹺ

ﺮﹾ

ﻘ

ﻌ

/mu’aqribah/ ‘tempat yang dipenuhi oleh kalajengking’,

/maktabah/ ‘tempat yang dipenuhi oleh buku’36.

Proses morfologis nomina abudansi terjadi melalui konfiksasi, yaitu penambahan konfik

-

/ma-h/ dan

-

/mu-h dengan pola

/maf’alah/ dan /mufa’lilah/. Adapun bentuk dasar yang

35William Wright, 1979,p.147 36Ibid.,p.148.

(10)

digunakan dalam proses ini adalah nomina genus. Rumusan proses morfologis nomina abundansi adalah;

+ nomina konkrit +

. Misalnya kata ﺏ/ ‘beruang’ diimbuhkan dengan konfik

-

/ma-h/ menjadi

/madabbah/ ‘tempat yang dipenuhi beruang’.

1.4 Nomina Vasis (

Ism Wi’â‘

)

Nomina vasis adalah nomina derivatif yang menyatakan sebuah wadah yang berisi sesuatu, seperti:ﺐﹶﻠﺤﻣ /mihlab/ ‘wadah penyimpan susu atau ember susu’ atau kata ﻦﻫﺪﻣ /mudhun/ ‘kendi minyak’, dan /mibwalah/ ‘tempat menyimpan air kencing atau pispot’37.

Proses morfologis pada nomina vasis terjadi melalui dua jenis afiksasi, yaitu prefiksasi dan konfiksasi. Adapun bentuk dasar dalam proses morfologis ini adalah nomina genus.

Pertama, penambahan prefik

/mi/ dengan pola /mif’al/.

Rumusan proses morfologis nomina ini adalah;

ﹺﻡ

+ nomina genus, seperti kata ; ﺐﹶﻠﺣ /halb/ ‘susu’ diimbuhkan dengan prefik

/mi/ menjadi

ﺐﹶ

ﻠ

ﺤ

/mi–lab/ ‘wadah penyimpanan susu’. Selain berpola pola

/mif’al/, nomina vasis juga berpola /muf’al/, seperti

ﻦ

ﻫ

ﺪ

/mudhun/.

Kedua, penambahan konfiks

-

/mi-h/ dengan pola

/

mif’alah/. Rumusan proses morfologis nomina ini adalah

ﹺﻡ

+ nomina genus + ﺓ, seperti kata

ﹲﻝ

ﻮ

/baul/ ‘air kencing’ diimbuhkan dengan konfik ﺓ-ﹺﻡ /mi-h/ menjadi /mibwalah/ ‘tempat menyimpan air kencing atau pispot’.

1.5 Nomina Relatif (

Ism Mansûbah

)

Nomina relatif adalah nomina derivatif yang terbentuk untuk menunjukkan identitas yang melekat pada sesuatu atau berkenaan dengan sesuatu, seperti berkenaan dengan asal-usul; ﻱﹺﻮﺟ /jawiyy/ ‘orang jawa’, berkenaan dengan keluarga; ﻲﹺﻨﺴﺣ/hasaniyy/ ‘keturunan

(11)

hasan’. Adapun bentuk nomina relatif yang melekat pada sesuatu adalah ﻱﹺﺮﻤﺣﹶﺃ /ahmariy/ ‘pecinta atau penggemar warna merah’ dan ﻲﹺﺟﻮﹸﻟﻮﻴِﺴﻓ /fisiyûlûjiyy/ ‘Hal-hal yang berkaitan dengan psikologi’38, ﻧﺍ /’askarâniyyah/ ‘militerisme’39.

Proses morfologis nomina relatif terjadi melalui dua jenis sufiksasi, yaitu: pertama, penambahan sufik ﻱ /yy/ dengan rumusan proses morfologis nomina ini adalah nomina + ﻱ. Misalnya kata

/hasan/ ‘nama orang’ diimbuhkan sufik ﻱ /yy/ menjadi ﻲﹺﻨﺴﺣ/

hasaniyy/ ‘keturunan hasan (lk)’. Kedua, penambahan sufik

ﺔ

ﻴﹺ

ﻧﺍ

/ âniyyah/ dengan rumusan nomina +

ﺔﻴﹺﻧﺍ

. Misalnya kata ﹲﻞﹾﻘﻋ /’aql/ ‘akal’ menjadi

ﹶﻼﹾ

/’aqlâniyyah/ ‘rasionalisme’.

1.6 Nomina Diminutif (

Ism Tashghîr

)

Nomina diminutif adalah nomina derivatif yang memiliki makna pengecilan terhadap eksistensi sesuatu. Pengecilan bisa bermakna untuk pengecilan suatu benda seperti; ﹲﻞﻴﺒﺟ /jubail/ ‘bukit’ dari ﹲﻞﺒﺟ /jabal/ ‘gunung’, pengecilan terhadap derajat seseorang sehingga berupa penghinaan; ﹲﻞﻴﺟﺭ ‘orang tua tetapi berperilaku atau berpikiran anak muda’ berasal dari kata ﹲﻞﺟﺭ /rajul/ ‘anak lelaki dewasa’.

Proses morfologis nomina diminutif terjadi melalui infiksasi, yaitu penambahan infik

ﻱ

/i/. Berdasarkan jumlah konsonan dalam bentuk dasar, proses morfologis nomina diminutif terbagi atas tiga pola, yaitu ﹲﻞﻴﻌﹸﻓ /fu’ail/, ﹲﻞﻌﻴﻌﹸﻓ /fu’ai’il/, dan ﹲﻞﻴﻌﻴﻌﹸﻓ /fu’ai’ai’îl/.

a. /fu’ail/, diterapkan untuk mendiminutasikan nomina yang terdiri dari tiga konsonan, seperti kata ﺮﻬﻧ /nahr/ ‘sungai’ menjadi 

ﺮ

ﻴ

ﻬ

/nuhair/ ‘sungai kecil atau selokan’.

38 Muhammad ‘Ali Zarkâni, Al-Juhûd Lughawiyyah fî Mushthala– al’Ilmiyy al-Hadîts, (Damaskus: Mansyûrât Ittihâd al-Kitâb al’Arab,1998),p.78.

39 Muhammad Hasan Abdul Aziz, Fî Tathowwuri al-Lughah al-‘Arabiyyah, (Kairo:

(12)

b. ﹲﻞﻌﻴﻌﹸﻓ /fu’ai’il/, diterapkan untuk mendiminutasikan nomina yang terdiri dari empat konsonan, seperti kata ﺪﹺﺠﺴﻣ /masjid/ ‘masjid’ menjadi

/musaijid/ ‘masjid kecil’.

c. ﹲﻞﻴﻌﻴﻌﹸﻓ /fu’ai’îl/, diterapkan untuk mendiminutasikan nomina yang terdiri dari lima konsonan, seperti kata ﺡﺎﺘﹾﻔﻣ /miftâ–/ ‘alat pembuka atau kunci’ menjadi ﺢﻴﺘﻴﹶﻔﻣ /mufaitî–/ ‘kunci kecil’.

1.7 Nomina Original Konfirmatif (

Mashdar Taukîd)

Nomina original konfirmatifmerupakan nomina derivatif yang digunakan untuk menetapkan atau mengukuhkan suatu pekerja-an40, seperti kata

ﹰﻼ

/qatlan/ ‘keadaan membunuh’ dalam kalimat

ﹰﻼ

ﻌﻟﺍ

ﺖﹾ

/qataltu al-aduwwa qatlan/ ‘saya benar-benar telah mem-bunuh musuh’.

Proses morfologis nomina original konfirmatif terjadi melalui transfiksasi, yaitu transfik ð /an/ atau penambahan vokal an (ð) pada konsononan akhir nomina original. Bentuk dasar yang digunakan dalam proses morfologis ini adalah nomina original radikal (mashdar

ashl).

1.8 Nomina Original Unity

(Mashdar Marrah)

Nomina original unity adalah nomina derivatif yang berfungsi untuk menunjukkan frekuensi tindakan pelaku atau subjek dalam sekali tindakan41, seperti kata ﺿ /dharbah/ ‘sekali pukulan’.

Proses morfologis nomina original unity terjadi melalui sufiksasi, yaitu penambahan sufik

/h/ dengan bentuk dasar berupa nomina original radikal (mashdar ashl). Rumusan dalam proses morfologi nomina original unity adalah nomina original +

.

1.9 Nomina Original Manner (

Mashdar Nau’)

Nomina original manner adalah nomina derivatif yang berfungsi untuk menunjukkan sifat atau keadaan suatu peristiwa

40 Qabawah, 1998, p. 142.

41Muhammad Mukhtar Muhammad Muhdi, Ash-Sharf al-Muyassar li al-Asmâ’I, ttp,

(13)

ketika terjadi, seperti

‘kehidupan’. Proses morfologis nomina original manner hampir menyerupai proses morfologis nomina original unity, yaitu sufik

/h/. Bentuk dasar yang digunakan adalah nomina original radikal (mashdar ashl) sedangkan polanya adalah

ﺔﹶﻠﻌﻓ /fi’lah/. Rumusan dalam proses morfologis nomina original manner adalah nomina original + ﺓ. Misalnya kata ﻲﺸﻣ /masyy/ ‘berjalan’ menjadi

ﺔ

ﻴ

ﺸ

/misyyah/ ‘gaya berjalan’

1.10 Nomina Original Mîmi (

Mashdar Mîmî)

Nomina original mîmi merupakan nomina yang menunjuk-kan suatu peristiwa atau kejadian. Nomina ini seperti nomina original radikal dalam makna dan penggunaan, seperti

/madzhab/ ‘pemikiran’, ﹲﺓﺮﻔﻐﻣ /maghfirah/ ‘ampunan’,

ﺎ

ﻴ

ﺤ

/mahyâ/ ‘kehidupan’,

ﹲﺓﺪﺴﹾﻔﻣ /mafsadah/ ‘kerusakan’42.

Proses morfologi nomina mîmi pada bentuk dasar tiga konsonan radikal terjadi melalui dua afiksasi, yaitu:

Pertama, penambahan prefik ﻡ /ma/ pada bentuk dasar yang

berupa nomina original radikal (mashdar ashl) dengan pola ﹲﻞﻌﹾﻔﻣ /

maf’al/. Rumusan morfologis nomina original mîmi adalah ﻡ + nomina original. Misalnya kata ﹲﻞﺘﹶﻗ /qatl/ ‘pembunuhan’ menjadi

ﻞ

ﺘﹾ

ﻘ

/maqtal/ ‘pembunuhan’. Dan berpola ﹲﻞﻌﹾﻔﻣ seperti kata ﻊﹺﺟﺮﻣ /

marji’/ ‘pulang’.

Kedua, penambahan konfiks

-

/ma-h/ pada bentuk dasar

dengan pola

ﺔﹶ

ﻠ

ﻌﹾ

ﻔ

. Rumusan morfologis nomina original mîmi adalah

ﻡ+ nomina original +

ﹲﺓ

. Misalnya kata

ﺮﹾ

ﻔﹶ

/ghafr/ ‘ampunan’ menjadi

ﹲﺓ

ﻐ

/maghfirah/ ‘ampunan’. Dan dengan pola

seperti kata

ﹲﺓ

/mafsadah/ ‘kerusakan’.

Proses morfologis nomina original mîmi dari bentuk dasar lebih dari tiga konsonan terjadi melalui pola verba imperfek pasif (fi’l

mudhâri’majhûl) dengan menggantikan konsonan imperfektif (harf

mudâhra’ah) dengan konsonan mîm (

), seperti ‘penghormatan’
(14)

diturunkan dari verba imperfek pasif

ﻡ

ﺮﹾ

ﻜ

, kata ﺝﺮﺣﺪﻣ ‘penggulingan’ diturunkan dari verba imperfek pasif ﺝﺮﺣﺪﻳ , kata ﹲﻞﺠﻌﺘﺴﻣ ‘penyegeraan’ diturunkan dari verba imperfek pasif ﹸﻞﺠﻌﺘﺴﻳ.

1.11 Nomina Similar Qualiti (

Ism Shifah Musyabbahah)

Nomina similar qualiti adalah nomina derivatif yang me-nunjukkan sifat yang melekat pada sesuatu43, seperti ﻢﻳﹺﺮﹶﻛ /karîm/ ‘orang yang mulia’,

ﺖ

/mayyit/ ‘mayat’, ﻊﹶﻄﹾﻗﹶﺃ /aqtha’/ ‘yang terpotong (anggota tubuhnya)’.

Dalam proses morfologis nomina similar qualiti terdapat dua belas pola, yaitu: ﹲﻞﻌﹾﻓﹶﺃ /af’al/, ٌﺀﹶﻼﻌﹶﻓ /fa’lâ‘/, ﹲﻥﹶﻼﻌﹶﻓ /fa’lân/ ,ﻰﹶﻠﻌﹶﻓ/fa’lâ, ﹲﻞﻌﹶﻓ /fa’il/ ,ﹲﺔﹶﻠﻌﹶﻓ /fa’ilah/, ﹲﻞﻴﻌﹶﻓ /fa’îl/, ﹲﺔﹶﻠﻴﻌﹶﻓ /fa’îlah/, ﹲﻞﻌﹶﻓ/fa’l/, ﹲﺔﹶﻠﻌﹶﻓ /fa’lah/, ﹲﻞﻌﻴﹶﻓ /fai’al/, al/, / fai’alah/.

1.12 Nomina Preferensi (

Ism Tafdhîl)

Nomina preferensi adalah nomina adjektifa derivatif yang berfungsi untuk menunjukkan kualitas sesuatu, seperti

/ajwad/ ‘lebih baik (lk)’, ﻯﺮﻐﺻ /shughrâ/ ‘lebih kecil (pr)’, ﹸﻞﻀﹾﻓﹶﺃ /afdhal/ ‘lebih mulia (lk)’, ﻰﹶﻟﻮﹶﻃ /thawlâ/ ‘lebih panjang (pr)’.

Nomina preferensi terderivasi dari nomina original adjektifa atau nomina original yang mengandung makna adjektifa dengan proses morfologis berupa afiksasi. Terdapat dua jenis afiksasi yang terjadi pada nomina ini, yaitu: Pertama, penambahan prefik

/‘a/ dengan pola ﹸﻞﻌﹾﻓﹶﺃ /‘af’’al/. Pola ini menunjukkan jenis maskulin sebuah kata, seperti

ﺮ

ﺒ

/‘akbar/ ‘lebih besar’ diturunkan dari ﺮﺒﻛ /kibar/ ‘besar’.’.

Kedua, penambahan sufik

/â/ dengan pola

ﻰﹶ

ﻠ

ﻌﹶ

/fa’lâ/. Pola ini

me-nunjukkan jenis feminim, seperti ﻯﺮﺒﹸﻛ /kubrâ/ ‘lebih besar’ merupa-kan bentuk feminim dari ﺮﺒﹾﻛﹶﺃ /akbar/.

(15)

2. Pembentukan Nomina Derivatif dari Verba (

Fi’l)

Terdapat lima jenis nomina yang terderivasi dari verba, yaitu nomina original augmentatif (mashdar mazîd), nomina agentis (ism

fâ’il), nomina patientis (ism maf’ûl), nomina loci (ism makân) dan

temporer (zamân), nomina instrumen atau alat (ism âlah).

2.1 Nomina Original Augmentatif (

Mashdar Mazîd

)

Nomina original augmentatif merupakan nomina yang menunjukkan suatu peristiwa atau kejadian yang tidak berkaitan dengan waktu dan tidak dapat diindera secara langsung.

Nomina original augmentatif terbentuk melalui proses analogis

(qiyâs) dari verba augmentatif (fi’l mazîd). Oleh karena itu,

penge-tahuan tentang bentuk dasar sangat penting untuk membentuk nomina original. Bentuk dasar dalam proses morfologis nomina original augmentatif adalah verba augmentatif yang terdiri dari 16 pola. Dari verba augmentatif ini terbentuklah pola nomina original augmentatif yang bermacam-macam pola sesuai dengan bentuk dasarnya, seperti bentuk dasar

/bayyana/ ‘menjelaskan’ menjadi

/tabyîn/ ‘penjelasan’, atau bentuk dasar

ﹶﻝ

ﺩﺎ

/jâdala/ ‘berdebat’ menjadi ﺩﺎ /mujâdalah/ ‘perdebatan’.

2.2 Nomina Agentis (

Ism Fâ’il)

Nomina agentis adalah nomina derivatif yang menunjukkan pelaku dalam sebuah peristiwa atau pekerjaan, seperti ﺗﺎ /kâtib/ ‘penulis’, ﻡﹺﺮﹾﻜﻣ /mukrim/ ‘yang memuliakan’, ﺮﻔﻐﺘﺴﻣ /mustaghfir/ ‘yang meminta ampunan atau peminta ampunan’.

Bentuk dasar dalam proses morfologis nomina agentis adalah verba. Berdasarkan bentuk dasarnya, proses morfologis nomina agentis terbagi menjadi dua, yaitu nomina agentis yang terbentuk dari bentuk dasar verba triliteral denudatif (fi’l tsulâtsi mujarrad) dan selain verba triliteral denudatif seperti triliteral augmentatif

(tsulâtsi mazîd), kuadriliteral denudatif (rubâ’i mujarrad) dan

kuadriliteral augmentatif (rubâ’i mazîd).

Proses morfologis nomina agentis dari triliteral denudatif berupa infiksasi, yaitu infik

/â/ atau penambahan konsonan alif (

) setelah konsonan radikal pertama kemudian disertai perubahan
(16)

vokal pada konsonan radikal kedua menjadi vokal i (ö) dengan pola ﹲ

ﻞﻋﺎﹶﻓ /fâ’il/. Misalnya nomina agentis dari verba transitif (fi’l muta’addi);

/fata–a/ ‘membuka’ menjadi ﺢﺗﺎﹶﻓ /fâtih/ ‘yang membuka atau pembuka’.

Sedangkan proses morfologis nomina agentis dari selain verba triliteral denudatif terjadi melalui prefiksasi, yaitu prefik

/mu/ penambahan konsonan mîm (

) bervokal u(

ُ

) di awal bentuk dasar,,

kemudian perubahan vokal a

(

َ

)

menjadi i

(

ِ

)

pada konsonan radikal kedua. Misalnya;

/mukrim/ berasal dari kata

/akrama

2.3 Nomina Patientis (

Ism Maf’ûl)

Nomina patientis adalah nomina derivatif yang menunjukkan sesuatu yang dikenai pekerjaan atau objek suatu pekerjaan yang dilakukan oleh subjek (fâ’il) seperti

/majrû–/ ‘yang terluka’,

/mujrah/ ‘yang terlukai’,

/maksûr/ ‘yang pecah’.

Proses morfologis nomina patientis juga terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama, proses morfologis nomina patientis dari bentuk dasar verba triliteral denudatif terjadi melalui konfiksasi, yaitu konfik

-

-

/ma-u/ dengan pola ﹲﻝﻮﻌﹾﻔﻣ /maf’ûl/, seperti kata

ﺏ

/maktûb/ ‘sesuatu yang tertulis’ diturunkan dari verba ﺐﺘﹶﻛ /kataba/ ‘menulis’. Pola ini hanya digunakan untuk verba triliteral normal.

Adapun pola yang digunakan untuk verba selain verba ini adalah: (1) ﹲﻞﻌﹸﻔﻣ /mafu’l/ digunakan untuk nomina patientis berbentuk dasar verba cekung yang berinisial konsonan wâw (

) seperti kata ãóÕõæúäñ /mashûn/ ‘yang terjaga’. (2) ﹲﻞﻌﻔﻣ /mafi’l/ digunakan untuk nomina patientis berbentuk dasar verba cekung yang berinisial konsonan ya` (

), seperti kata

‘yang terbangun’. (3) ﱞﻞﻌﹾﻔﻣ /maf’ull/ digunakan untuk nomina patientis berbentuk dasar verba defisient yang berinisial konsonan wâw (

), seperti kata

ﻭ

ﺰﻐ

‘ yang diserang’. (4)

/maf’ill/ digunakan untuk nomina patientis berbentuk dasar verba defisient yang berinisial konsonan ya` (

),
(17)

seperti kata

ﻐ

‘yang terpanggang’.

Proses morfologis nomina patientis selain verba triliteral denudatif yang meliputi triliteral augmentatif (tsulâtsi mazîd), kuadriliteral denudatif (rubâ’i mujarrad) dan kuadriliteral augmentatif

(rubâ’i mazîd) terjadi melalui prefiksasi, yaitu prefik mu- (

),

misal-nya:

/mustabra‘/ ‘yang dibebaskan’ berasal dari verba

ﺳﺍ

/ istabra‘/ ‘meminta bebas’.

2.4 Nomina loci (

Ism Makan)

dan Nomina Temporer (

Ism

Zaman

)

Nomina loci adalah nomina derivatif yang menunjukkan tempat suatu kejadian atau peristiwa, seperti;

ﹾﻄ

/math’am/ ‘tempat makan atau dapur’. Jenis nomina ini memiliki pola yang sama dengan nomina temporer atau nomina waktu (ism zaman) yaitu nomina yang menunjukkan waktu sebuah kejadian44, seperti

/majma’/ ‘waktu berkumpul’.

Nomina loci atau nomina tempat dan nomina temporer atau nomina waktu memiliki kesamaan dalam segi bentuk, akan tetapi berbeda dalam makna. Keduanya terderivasi dari verba melalui proses morfologis berupa afiksasi yang berbentuk prefiksasi, yaitu prefik ã / ma/ atau penambahan konsonan mîm (

) di awal kata dasar dengan pola yang bermacam-macam sesuai dengan bentuk dasarnya. Bentuk dasar dalam kedua nomina ini ada dua macam, yaitu:

Pertama, bentuk dasar dari verba triliteral denudatif berpola

/maf’al/ dan ﹲﻞﻌﹾﻔﻣ /maf’il/, seperti:

/mafta–/ ‘tempat/waktu membuka’, dan yang berpola

/maf’il/ seperti;

/majlis/ ‘tempat/waktu duduk’.

Kedua, Bentuk dasar dari verba selain triliteral denudatif

menciptakan nomina loci dan temporeri berafik mu- (

) atau penambah-an konsonpenambah-an mîm (

) bervokal u (

ُ

). Misalnya: ﺝﺮﺣﺪﻣ /mudahraj/

‘tempat/waktu bergulir’ berasal dari ﺝﺮﺣﺩ /dahraja/ ‘bergulir’. 44 Nahar, 2010, p.157

(18)

2.5 Nomina Instrumental (

Ism Âlah

)

Nomina instrumental adalah nomina derivatif yang menunjuk-kan alat yang sesuai dengan makna leksikal bentuk dasar. Misalnya

ﻀ

/mibdha’/ alat untuk membedah’, ﹲ

ﺔﹶ

ﻗ

ﺮﹾﻄ

/mithraqah/ ‘alat untuk mengetuk’, dan

ﺭﺎ

/mansyâr/ ‘alat untuk menggergaji atau gergaji’. Nomina instrumental terderivasi dari verba melalui proses morfologis berupa afiksasi. Afiksasi yang digunakan dalam pem-bentukan nomina ini bermacam-macam sesuai dengan polanya. Terdapat tujuh pola dalam proses morfologis nomina instrumen, yaitu:

Tabel Pola-Pola Nomina Instrumental

No Pola Instrumen Nomina Makna Bentuk Dasar Makna

1

ﻀ

Alat bedah

ﻀ

Membedah 2

Alat menyapu atau sapu

Menyapu 3

ﹲﻝ

ﺭﺎ

Gergaji

Menggergaji 4

ﻟﺎ

ﻋﺎ

Earphone/headphone

Mendengar 5

ﹲﻝ

ﹲﻁ

Alat pengikat

Menggikat 6

ﻋﺎ

ﻓﺍ

Pengungkit/dongkrak

Menaikkan 7

ﹲﻝ

ﻋﺎ

ﺭﺎ

Sekop atau serok

Menyapu

bersih

Dari ketujuh pola nomina instrumen di atas, hanya tiga pola yang terbentuk melalui proses derivasi secara analogis (qiyâsiy) yaitu

mif’al/,

/mif’’alah/, dan

ﹲﻝ

/mif’’âl/. Ketiganya berasal dari bentuk dasar berupa verba triliteral denudatif, sedangkan bentuk dasar selain verba triliteral denudatif tidak memiliki pola analogis
(19)

Kesimpulan

Sebagai bahasa yang bertipe inflektif dengan akar disalibis, bahasa Arab memiliki karakter tersendiri dalam pembentukan nomina yaitu integritas akar dan pola. Bentuk akar dalam bahasa Arab terdiri dari tiga konsonan yang tidak dapat diucapkan sehingga setiap konsonan harus memiliki vokal yang tersusun sesuai dengan polanya. Sedangkan pola berupa rangkaian unsur-unsur vokal dan konsonan augmentatif yang dapat dianalogikan untuk menciptakan kata baru.

Dalam bahasa Arab nomina memiliki ruang lingkup yang luas karena menaungi jenis-jenis kata selain verba dan partikel. Dalam ruang lingkup nomina, jenis-jenis kata yang ada diklasifikasikan menjadi dua yaitu nomina variabel dan invariabel. Nomina variabel menjadi fokus utama dalam proses morfologis karena fleksibelitas perubahannya sangat terbuka, nomina ini memiliki dua jenis, yaitu nomina primitif dan derivatif. Nomina primitif terdiri dari dua jenis yaitu nomina konkrit dan abstrak, keduanya menjadi landasan atau bentuk dasar dalam proses morfologis nomina derivatif. Sedangkan nomina derivatif terdiri dari tujuh belas jenis yang terklasifikasikan dalam dua kelompok berdasarkan bentuk dasarnya yaitu nomina derivatif berasal dari verba dan nomina.

Proses morfologis nomina variabel terjadi melalui sistem augmentasi derivasional. Sistem ini terdiri dari tiga komponen dasar dalam pembentukan nomina variabel yaitu morfem afik (konsonan augmentatif), morfem dasar (bentuk dasar), dan pola. Integritasi ketiga komponen dasar ini dapat membentuk nomina derivatif. Diantara empat jenis morfm afik yang ada, produktivitas konfik paling tinggi dan infik paling rendah.

Daftar Pustaka

Amîn dan Jârim. 2005. An-Nahwu al-Wâdhih Fî Qawâ’id al-Lughah

al-‘Arabiyyah. Mesir: Dâr Ma’ârif.

Aziz, Muhammad Hasan Abdul. 2007. Fî Tathowwuri Lughah

al-‘Arabiyyah. Kairo: Maktabah Adab.

Bloomfield, Leonard. 1993. Language. New York: Henry Holt and Company.

(20)

_____.2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Charstair, Andrew dan McCharthy. 2002. An Introduction to English

Morphology. Edinburgh: Edindburgh University Press.

Dahdâh al-Antonie. 2001. Mu’jam Qawâid al-Lughah al-‘Arabiyyah

fî Jadâwil wa lauhât. Beirut: Librarie du Liban Publilsher.

Ghani, Aiman Amin Abdul. 2007. Ash-Sharf al-Kâfî. Mesir: Dâr Ibnu Khaldun

Ghulâyainî, al-Musthafâ. 1993. Jâmi’ ad-Durûs al-Arabiyah. Beirut: al-Maktabah al-Anshariyah.

Hamalâwî, Ahmad. 2007. Syazzu al-‘Arfi fî fanni as-Sharf. Kairo: Maktabah al-Âdâb.

Hasan, Tamâm. 1985, Al-Lughah Al-‘Arabiyah Ma’nâhâ Wa

Mabnâhâ. Cetakan Ketiga. Mesir: Haiyah Misriyah

Al-‘Âmah Li-al-Kitâb.

Hawes, Lorna Joy. 1975. Some Theories of Language Typology and

Language Change. Kanada: The University of British Columbia

Isybiliy, Ibnu‘Ushfûr. 1979. Al-Mumtî’ al-Kabîr fî at-Tashrîf. Beirut: Maktabah Lubnân.

Jinni, Ibnu. 1954. Al-Munshif, Kairo: Idârah ats-Tsaqâfah al-‘Âmah. Khaironi, Agus Shahib, 2001. Awdhâhu al-Manâhij fî Mu’jami

Qawâ’id al-Lughah al-Arabiyyah, Jakarta: WCM Press

Makârim. 2007. At-Ta’rîf bi at-Tashrîf. Kairo: Muassasah al-Mukhtâr. Nahr, Hâdî. 2010. Ash-Sharf al-Wâfi dirâsât washfiyyah wa

tathbiqiyyah.Yordania: ‘Âlam al-Maktab al-Hadîtsah.

Parera, J.D. 1991. Kajian Linguistik Umum, Historis Komparatif, dan

Tipologi Struktural. Jakarta: Erlangga.

______ 2007. Morfologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Qadûri, Ahmad Muhammad. 2006. Mabâdi‘u al-Lisâniyât al-‘Ãmah. Td: Mudiriyyah al-kutub wa al-mathbû’ah al-jâmi’ah.

Qabawah, Fakhruddin. 1998. Tashrîful asmâ’ wa al-Af’âl. Beirut: Maktabah al-Ma’ârif.

Ryding, Karin C. 2005. A Reference Grammar of Modern Standard

(21)

Schramm, Gene M. 1962. An Outline of Classical Arabic Verb

Structure. Language. Vol.38.No.4. USA : Linguistic Society of

America. www.j-stor.org.

Verhaar. J.W.M. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wright, Willliam. 1962. A Grammar of The Arabic Language, Cambridge : Cambridge University Press.

Zarkâni, Muhammad ‘Ali. 1998. Al-Juhûd al-Lughawiyyah fî

Mushthala– al’Ilmiyy al-Hadîts. Damaskus: Mansyûrât Ittihâd

www.j-stor.org,

Gambar

Tabel  Pola-Pola Nomina Instrumental No  Pola  Nomina

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan observasi dan melakukan wawancara kepada beberapa warga dan Ketua RW, kami melihat bahwa di Kampung Pondok Pucung terdapat nilai-nilai yang positif yang

Gambar 12 menunjukkan bahwa interaksi antara jumlah karagenan dan lama pengeringan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya serap air bubuk cincau

Mengakui bahwa pembangunan kapasitas tidak hanya tentang sumber daya manusia yang ditingkatkan, proyek ini juga akan mendukung bantuan teknis terhadap peningkatan kerangka

Sebuah fenomena sosial terkait dengan dampak globalisasi dan pandangan masyarakat saat ini dalam menentukan arah kemajuan menjadi hal yang menarik untuk diangkat sebagai

4.3 Upaya Pengembangan Fasilitas Sesuai dengan Tipe Pengunjung di Air Terjun Tujuh Tingkat Pengunjung yang datang ke Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat adalah tipe

Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) seperti yang disebutkan dengan nama sebagai

Apabila menghadapi kesulitan dalam diskusi, sering satu himbauan untuk menumbuhkan ra sa kebersamaan (perasaan”kita”). Lalu, sukses yang diraih bersama hingga saat ini,

Dalam Islam, kelangkaan sifatnya relatif bukan kelangkaan yang absolut dan hanya terjadi pada satu dimensi ruang dan waktu tertentu dan kelangkaan tersebut timbul