• Tidak ada hasil yang ditemukan

Denpasar, November 2016 Penulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Denpasar, November 2016 Penulis"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Korelasi Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Terhadap Perokok Pasif”. Mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat agar menambah pengatahuan terhadap perokok pasif sehingga dapat dengan bijak menyikapi perokok pasif. Dalam penyusunan, penulis telah banyak memperoleh masukan dari berbagai pihak . Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program S1 pendidikan dokter di Universitas Udayana

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana kepada Prof. Dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes

3. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dijabat oleh Dr. dr. Dewa Putu Gde Purwa S., Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program S1 pada Program Study Pendididkan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

4. Kepada Dr.I.G.N Sri Wiryawan, M.Repro dan Dr. dr. Linawati, M. Si sebagai Dosen pembimbing serta penguji yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan dan koreksi sehingga skripsi ini dapat terwujud seperti ini.

5. Keluarga, teman, dan pacar yang senantiasa memberikan dukungan memberi saran dan kritik yang membangun.

(2)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ini masih belum sempurna. Untuk itu dalam kesempatan ini tidak lupa kami memohon kritik serta saran kepada semua pihak guna penyempurnaan selanjutnya. Demikian dan atas partisipasi semua pihak yang telah memberikan saran, penulis haturkan terima kasih.

Denpasar, November 2016 Penulis

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain sebagai hasil pemikiran saya sendiri, maka gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Denpasar, 7 November 2016

Yang menyatakan

(4)

ABSTRAK

Merokok menjadi gaya hidup sebagian orang dikarenakan zat adiktif yang terkandung didalamnya membawa efek kecanduan. Asap rokok dihirup oleh perokok pasif. Kurang pengetahuan masyarakat dipedesaan mengakibatkan sikap terhadap perokok masih kurang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif dan untuk mengetahui korelasi tingkat pengetahuan dan sikap warga terhadap perokok pasif. Perokok pasif adalah yang terpapar asap rokok secara tidak sadar. Secara teori orang dengan tingkat pengetahuan yang lebih akan mengambil keputusan dengan logika dan pengambilan sikap. Penelitian ini merupakan crosssectional dengan populasi warga Desa Tigawasa. Simple random sampling mendapatkan 96. Teknik pengumpulan datanya dengan kuisioner dan analisis data dengan SPSS. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan kategori baik 69 (62,5%) dan sikapnya dikategori kurang (50,0%). Ada korelasi antara tingkat pengetahuan dan sikap (p <0,05). Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif termasuk kategori baik (62,5%) & sikap kategori kurang (50,0%) dan korelasi antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap perokok pasif adalah negative lemah dengan koefisien korelasi 0,02. Penelitian selanjutnya agar membandingkan dengan populasi dipedesaan dan perkotaan.

(5)

ABSTRACT

Smoking be part of lifestyle now because of addictive existence that make addiction. That smoke exactly inhaling by everyone called second hand smoke (SHS). Knowledge from rural community that limited affect to their attitude for smoker. The aim this study is to know the knowledge class from rural community Tigawasa village, Banjar district and Buleleng regency to second hand smoke and their correlation with attitude to second hand smoke. Second hand smoke is the people with high risk factor to inhale smoke. Theoretically, the people with hidh education will make their judge with logic and have a good attitude. This study is cross sectional study with the population is rural community in Tigawasa village. With simple random sampling result 96 sample. The collecting data with questionnaires and analyze with SPSS. The result is knowledge good categorical (62,5%) and attitude in poor categorical (50,0%). The correlation is negative with the coefficient 0,02 (p>0,05). The next study must be compare the population in the village and in the city.

(6)

RINGKASAN

Merokok sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang dikarenakan memang zat adiktif yang ada terkandung didalamnya membawa efek kecanduan. Kecanduan akan rokok inilah yang menyebabkan banyak sekali masalah kesehatan. Pada tahun 2012, jumlah perokok Indonesia sekitar 51,11% dari Negara se-Asia tenggara. Hal ini sungguh memprihatinkan mengingat bahaya yang diakibatkan oleh rokok yang memengaruhi generasi muda di negeri ini. Akan tetapi, asap yang dihasilkan juga mengandung zat-zat yang berbahaya, diperkirakan 4.800 bahan kimia dalam sebatang rokok, 11 diantaranya adalah karsinogen. Sekitar 40.5% dari total populasi adalah perokok pasif (L: 26%, P: 54.5%), 59.1%nya anak balita adalah perokok pasif (L: 59.2, P: 59%). Asap rokok bagi perokok pasif menyebabkan kematian prematur dan banyak penyakit. Sekitar 80% penduduk Indonesia terpapar asap rokok di rumah dan tempat kerja. Kurangnya pengetahuan akan bahaya yang diakibatkan dari asap yang disebar oleh rokok itu menyebabkan masih banyaknya perokok berkeliaran membagikan asap rokok nya yang sama artinya membagikan penyakit. Di pedesaan sendiri perokok tak dipungkiri juga tak kalah jumlah dengan perokok dikota. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif dan untuk mengetahui korelasi tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif.

Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) merupakan istilah untuk orang lain bukan perokok yang terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif.7 Sidestream Smoke (SS) adalah asap rokok sampingan hasil pembakaran rokok itu sendiri sedangkan Mainsteam Smoke (MS) adalah asap rokok utama dihembuskan kembali ke udara oleh perokok aktif. Asap rokok merupakan radikal bebas yang berasal dari sumber eksogenus. Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Secara teori orang dengan tingkat pengetahuan yang lebih akan dapat mengambil keputusan atau menyelesaikan suatu permasalahan dengan akal sehat dan logika dan selalu mempertimbangkan efek dari keputusan atau jalan penyelesaian yang mereka ambil termasuk didalam pengambilan sikap.

(7)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik sampling, random sampling procedure didapatkan 96 sample. Variable Independent adalah tingkat pengetahuan dan variable denpendent ialah sikap. Instrumen penelitian ini adalah berupa kuisioner atau angket yang digunakan untuk mendapatkan data melalui wawancara. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu dimulai dari wawancara dengan kepala desa untuk mengetahui geografis dan tingkat pendidikan penduduk. Dilanjutkan dengan penyebaran angket atau kuisioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan SPSS. 21

Desa Tigawasa merupakan salah satu desa baliaga yang berada diwilayah Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng yang berada disebelah barat Kota Singaraja. Responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 53,1 % dibandingkan dengan reponden berjenis kelamin laik-laki yang hanya 46,9 %. Dari hasil analisa kuisioner didapatkan hasil warga dengan pengetahuan baik 69 responden (62,5%) namun sikap pada kategori kurang yakni 48 responden (50,0%). Dari angka tersebut didapatkan bahwa korelasi tingkat pengetahuan dan sikap negative rendah dengan koefisien korelasi 0,0,2. Dalam penelitian Desiani, 2006 mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku dihubungkan dengan kebiasaan merokok mahasiswa Universitas Kristen Maranatha Bandung juga memiliki hasil yang sama yaitu dengan tingkat pengetahuan yang baik, namun tidak diikuti dengan perilaku yang baik dalam hal kebiasaan merokok. Hal ini didukung juga oleh penelitian oleh Winarni, 2010 mengenai hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009 yang menyatakan bahwa adanya korelasi antara kebisaan merokok dari orang tua dan anggota keluarga dalam satu rumah atau satu ruangan terhadap peningkatan kejadian ISPA pada balita. Dengan itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif termasuk dalam kategori baik (62,5%). Sedangkan untuk sikapnya cenderung dalam kategori kurang (50,0%) dan korelasi antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat usia 17-30 Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif adalah negative lemah dengan koefisien korelasi sebesar 0,306. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pengetahuan individu sikapnya cenderung kurang baik. Penelitian selanjutnya agar membandingkan dengan populasi dipedesaan dan perkotaan untuk melihat perbandingan sikap sebagai perokok pasif.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PENETAPAN PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

RINGKASAN ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penulisan ... 6 1.4 Manfaat Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perokok pasif ... 7

2.2 Asap Rokok ... 8

2.3 Tingkat Pengetahuan ... 10

2.4 Korelasi tingkat pengetahuan dengan sikap ... 12

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 13

(9)

3.3 Hipotesa Penelitian ... 14

3.4 Kuisioner ... 14

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis rancangan penelitian ... 15

4.2 Subyek penelitian ... 15

4.3 Variabel Penelitian ... 16

4.4 Sumber Data Penelitian ... 19

4.5 Instrumen Penelitian ... 19

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 20

4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 20

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22

5.2 Gambaran Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tigawasa... 22

5.3 Hasil Penelitian ... 23

5.3.1 Karakteristik Responden ... 24

5.3.2 Gambaran Pengetahuan Responden ... 25

5.3.3 Gambaran Sikap Responden ... 26

5.3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan dan Sikap pada Indikator Angket ... 27

5.3.5 Korelasi Tingkat Pengetahuan dan Sikap ... 33

5.4 Pembahasan ... 34 BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 39 6.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.3.2 Definisi variabel ... 17

Tabel 5.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tigawasa ... 23

Tabel 5.2 Karakteristik Masyarakat Desa Tigawasa berdasarkan jenis kelamin .. 24

Tabel 5.3 Karakteristik Masyarakat Desa Tigawasa berdasarkan pendidikan terakhir ... 24

Tabel 5.4 Pendidikan * Tingkat_pengetahuan Crosstabulation ... 25

Tabel 5.5 Gambaran sikap responden ... 26

Tabel 5.6 PengetahuanTingkat SD ... 27

Tabel 5.7 PengetahuanTingkat SMP ... 28

Tabel 5.8 PengetahuanTingkat SMA ... 29

Tabel 5.9 Sikap Tingkat SD ... 29

Tabel 5.10 Sikap Tingkat SMP ... 30

Tabel 5.11 Sikap Tingkat SMA ... 31

(11)

DAFTAR DIAGRAM

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Rencana anggaran biaya

Tabel jadwal pelaksanaan proposal dan skripsi Pernyataan peneliti

Lembar persetujuan ( inform consent) Kuesioner

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan kegiatan yang sudah ada sejak zaman dahulu kala dan diwariskan hingga sekarang. Namun, di era globalisasi seperti saat ini rokok bukan lagi hal yang tabu untuk dibahas mengingat semua orang sudah mengetahui bahaya yang diakibatkannya bahkan perokok itu sendiri. Semua media dari cetak hingga digital sudah meliput dan memberikan pemberitaan tentang rokok. Akan tetapi, tetap saja penggemar barang satu ini masih sangat banyak bahkan tak memandang usia. Perokok itu sendiri datang dari berbagai kalangan mulai dari anak sekolahan hingga kakek-kakek, mulai dari yang miskin hingga yang kaya raya. Merokok bahkan sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang dikarenakan memang zat adiktif yang ada terkandung didalamnya membawa efek kecanduan. Kecanduan akan rokok inilah yang menyebabkan banyak sekali masalah kesehatan bagi penggemarnya.

Merokok menyebabkan kematian penyakit degeneratif dan penyakit non-infeksi sebesar 14% dan 5% dari total kematian. Indonesia bahkan menduduki peringkat kedua di dunia sebagai Negara perokok terbanyak.1 Pada tahun 2012, jumlah perokok Indonesia sekitar 51,11% dari Negara se-Asia tenggara. Hal ini sungguh memprihatinkan mengingat bahaya yang diakibatkan oleh rokok yang memengaruhi generasi muda di negeri ini. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa rokok merupakan penyumbang pajak terbesar di Indonesia yang menjadikan rokok tumbuh dan berkembang sangat baik di negara ini. Harganya yang dapat dijangkau dalam hitungan uang saku anak sekolah menjadikannya seperti makanan pokok sekelas nasi dan makanan penutup sekelas permen bagi penikmatnya. Iklan rokok dimana-mana, baik media cetak, media masa eletronik bahkan baliho-baliho besar dijalan terpampang iklan rokok segala merk. Pemerintah melalui kementrian terkait sebenernya sudah mencoba berbagai upaya untuk mengurangi jumlah perokok dengan salah satunya mencoba bermain dengan kemasan pada bungkus rokok. Desain bungkus rokok yang didesai dengan

(14)

gambar yang “seram” memperlihatkan bagaimana sakit yang diderita perokok. Namun, nyatanya hal tersebut belum mampu mengurangi jumlah perokok. Hal tersebut juga dikarenakan masih sangat lemahnya peraturan yang mengatur perkembangan rokok di Indonesia menjadikan kian banyaknya penggemar rokok, padahal ancaman bahaya akibat zat yang terkandung didalamnya sangat mengkhawatirkan.

Zat-zat yang terkandung dalam rokok sangat banyak dan tentunya hampir semua orang sudah pernah mendengar mengenai nikotin. Rata-rata 13.5 mg (11.9 sampai 14.5 mg)1. Nikotin adalah zat penyebab kecanduan dalam rokok, tetapi tidak menyebabkan penyakit-penyakit akibat rokok. Akan tetapi, asap yang dihasilkan juga mengandung zat-zat yang berbahaya, diperkirakan 4.800 bahan kimia dalam sebatang rokok, 11 diantaranya adalah karsinogen. Zat kimia yang berbahaya dalam rokok ini tentunya sangat membahayakan baik bagi penghisapnya maupun penghirupnya. Banyak sekali penyakit yang diakibatkan dari rokok ini utamanya berkaitan dengan kardiovaskuler dan pulmonary, seperti jantung koroner, asma hingga kanker. Bahkan dalam kemasannya juga dicantumkan penyakit apa saja yang bisa menyerang penghisapnya. Namun, penyakit berbahaya itu tidak akan hanya menyerang penghisapnya saja, akan tetapi juga bagi para penghisap asap yang dihasilkan oleh rokok tersebut yang dikenal sebagai perokok pasif. Sekitar 40.5% dari total populasi adalah perokok pasif (L: 26%, P: 54.5%), 59.1%nya anak balita adalah perokok pasif (L: 59.2, P: 59%). Delapan dari sepuluh orang di Indonesia terpapar asap rokok di rumah makan umum. Prevalensi perokok pasif lebih tinggi pada kelompok remaja muda usia sekolah (13 – 15 tahun) dan sebagian besar adalah karena mempunyai orang tua yang merokok.2 Anak-anak, disadari atau tidak, sering menghirup asap rokok yang terpapar di udara, baik yang dihembuskan oleh perokok di tempat-tempat umum atau dari sisa pembakaran di puntung rokok yang tersebar. Di Indonesia jumlah perokok pasif anak-anak sebanyak 43 juta anak, yang 11,4 juta diantaranya baru berusia 0-4 tahun. Anak-anak sangat rawan menjadi perokok pasif karena pernafasan anak-anak lebih banyak dibanding orang dewasa sehingga asap rokok dapat terhirup lebih banyak. Ditambah lagi dengan kurangnya kepedulian dan

(15)

pengetahuan orang tua dan perokok itu sendiri mengenai bahaya asap rokok pada kesehatan anak.

Asap rokok yang dibagikan oleh perokok itu tentunya akan dihirup oleh siapa saja yang menjadikan semua orang bisa menjadi perokok pasif. Asap rokok terdiri atas asap primer yang langsung dihirup perokok dan asap sekunder sebagai hasil pembakaran tembakau pada ujung rokok. Asap sekunder merupakan pencemar ruangan yang paling berbahaya, karena mempunyai kadar racun yang jauh lebih tinggi dari asap primer.3 Asap rokok bagi perokok pasif menyebabkan kematian prematur dan banyak penyakit. Sekitar 80% penduduk Indonesia terpapar asap rokok di rumah dan tempat kerja.1 Mengingat bahwa kandungan dalam asap sekunder lebih toksik dibandingkan asap primer maka akibat yang timbul pada orang yang kontinu terpapar dengan asap rokok atau yang disebut perokok pasif tidak berbeda dengan perokok aktif. Asap rokok tersebut akan memengaruhi kerusakan paru dan jantung dan menyebabkan masalah kesehatan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kandungan tinggi radikal bebas serta zat lain pada rokok yang dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam tubuh dapat memengaruhi struktur traktus respiratorius. Sedangkan asap rokok mengandung molekul radikal bebas sebanyak 1016 molekul per satu hisapan, berbagai bahan kimia, tar, asbestosi, H2O2 dan lainnya.4

Asap rokok dapat mempengaruhi metabolisme makrofag dengan mengaktifkan makrofag untuk melepaskan leukotrien B4, IL-8 dan TNF-á menyebabkan meningkatnya produksi superoksida (O2-) dan H2O2, juga menyebabkan kerusakan oksidatif makromolekul seperti lipid, protein, dan DNA, dapat menghilangkan antioksidan, serta membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO), nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q), semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar.2 Penyakit yang ditimbulkan akibat asap rokok ini pun mempunyai prognosis yang buruk bahkan bisa lebih parah dibandingkan dengan penyakit yang diderita perokok aktif sendiri. Masalah lain yang didapat oleh perokok pasif utamanya anak-anak adalah masalah perkembangan

Salah satu penyakit akibat dari paparan asap ini adalah PPOK atau biasa dikenal dengan penyakit paru obstruktif. Penyakit paru obstruktif kronik

(16)

merupakan penyebab kematian terbanyak ke-5 di dunia (menurut WHO tahun 2002 sekitar 2.500.000 penderita PPOKmeninggal setiap tahun).4,5 Untuk Indonesia, sejauh ini belum ada data nasional mengenai prevalensi PPOK, namun penderita penyakit ini menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahunnya. Pada penderita PPOK, sel makrofag paru-paru akan meningkat pada saat toksin, materi organik dan inorganik terinhalasi sebagai respon awal tubuh. Pemeriksaan paru-paru pada perokok usia muda menunjukkan akumulasi makrofag pada daerah bronkus dan bronkiolus. Selain itu, penyakit paru lain yang mengintai seperti asma dan sesak nafas bahkan hingga kanker paru tak bisa dikesampingkan. Begitu pula dengan penyakit kardiovaskular serta potensi impotensi dan stroke yang tentunya dapat mengancam nyawa. Pada tahun 2010 dilaporkan 450.571 kematian yang terjadi disebabkan oleh rokok, dengan rincian 35% (22.300) kematian karena penyakit saluran pernafasan, 29% (37.500) kematian karena kanker dan 14% (20.600) kematian karena penyakit kardiovaskular.5 Akan tetapi, pengetahuan masyarakat utamanya masyarakat dipedesaan yang kurang informasi dan memiliki tingkat pengetahuan kategori rendah belum mengetahui bahaya besar tersebut. Orang tua bahkan merokok dihadapan anak-anak nya. Hal tersebut tentunya berdampak tidak baik bagi kesehatan anak tersebut.

Kurangnya pengetahuan akan bahaya yang diakibatkan dari asap yang disebar oleh rokok itu menyebabkan masih banyaknya perokok berkeliaran membagikan asap rokok nya yang sama artinya membagikan penyakit. Di pedesaan sendiri perokok tak dipungkiri juga tak kalah jumlah dengan perokok dikota. Kembali lagi mengingat harga yang dibayarkan untuk tembakau tersebut masuk dalam kategori murah. Pemerintah bukan nya tak mengambil tindakan untuk hal tersbut, Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri nomor 188/ Menkes/PB/I/2011 dan nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Asap Rokok.5 Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur kebijakan pelarangan merokok melalui Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang dijabarkan dalam UU nomor 36 tahun 2009 dan Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 serta PP Nomor 109 tahun 2013. Di Bali sudah diterapkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang kawasan tanpa rokok (Perda KTR). Penerapan Perda KTR di

(17)

Bali sudah dilaksanakan di semua Kabupaten di Bali dengan sosialisasi dua tahun pada tahun 2011 dan 2012, dan penegakan Perda KTR di tahun 2013.6 Akan tetapi peraturan tersebut nampaknya belum mampu diterapkan sepenuhnya, mengingat penerimaan masyarakat akan informasi tersebut masih kurang.

Kurang pengetahuan serta informasi bagi masyarakat di pedesaan yang mengakibatkan masih rendahnya pengetahuan akan bahaya menghirup asap rokok yang dengan kata lain menjadi perokok pasif. Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng tergolong desa yang jauh dari perkotaan. Tingkat pendidikan di desa ini masih tergolong rendah. Warga usia 17-30 tahun yang tergolong produktif banyak menghabiskan waktunya di kebun ataupun disawah. Termasuk juga kurangnya sosialisasi dari pemerintah ataupun tenaga kesehatan. Sehingga informasi baru mengenai perokok pasif masih minim. Istilah perokok pasif pun masih dipertanyakan disini. Korelasi antara pengetahuan dan sikap tentunya berdampak terhadap sikap dan upaya untukmenghadapi perokok pasif. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas mengenai korelasi tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif?

2. Bagaimana korelasi tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif ?

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan masalah diatas, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif.

2. Untuk mengetahui korelasi tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat usia 17-30 tahun Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng terhadap perokok pasif.

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis

Bagi masyarakat penelitian dapat memberikan informasi yang baru mengenai perokok pasif dan bahayanya. Dengan demikian masyarakat dapat dengan bijak menyikapi perokok dan menghindari sedini mungkin menghisap asap rokok.

b. Manfaat Teoritis

Penelitian memberikan informasi mengenai korelasi tingkat pengetahuan masyarakat khususnya di daerah pedesaan yang kurang akan pengetahuan dengan sikap nya dalam menghadapi perokok serta menghindari menjadi perokok pasif.

Referensi

Dokumen terkait

Koleksi e-book Ilmu Ghaib http://lontaremas.blogspot.com hari, dan mantra dibaca tengah malam sambil membayangkan wajah orang yang dituju dan harus pada bulan

 Biaya perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak termasuk biaya transaksi..

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Khusus bagi Guru

Kolaborasi penelitian oleh dua orang atau lebih yang berasal lebih dari satu PT jika dilihat dari sudut pandang pemeringkatan PT global mempunyai kelebihan yaitu: Bila artikel

Hibah Kepada Lingkungan Tegal Mawar, Lingkungan Tegal Mawar, Banjar Adat Banjar Bali, Desa Pakraman Buleleng, Kelurahan Banjar Bali, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Peningkatan penyelesaian perkara di peradilan Tata Usaha Negara Pontianak, direalisasikan dengan program Peningkatan Manajemen Peradilan Tata Usaha Negara Pontianak , Indikator

Pada RPP I ini terdapat 22 aspek yang diamati oleh pengamat, pada kegiatan awal terdapat 4 aspek yang harus diamati yaitu: menjawab salam pembuka dari guru,

Semakin positif sikap peserta didik pada pelajaran kimia akan semakin mudah pula bagi peserta didik untuk menguasai materi kimia yang disampaikan dalam proses