• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Kedokteran yang Mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Kedokteran yang Mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Tahun 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Kedokteran yang Mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter

di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Tahun 2017

Syafitri Khadijah Kesuma1, Rozalina2, Mistika Zakiah3 1

Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN 2

Bagian Psikiatri, RS Jiwa Sungai Bangkong, Pontianak 3

Departemen Histologi Medik, PSPD FK UNTAN Abstrak

Latar Belakang. Pada akhir masa studi tahap kepaniteraan klinik, untuk mendapatkan sertifikat profesi dari perguruan tinggi, mahasiswa kedokteran harus mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD). Ujian merupakan salah satu stressor yang sering dialami oleh mahasiswa kedokteran. Performa mahasiswa pada saat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi dan sedang tidak akan lebih baik dari performa mahasiswa yang mengalami tingkat kecemasan yang rendah. Metode. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross sectional. Sampel adalah semua populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diperoleh dengan menggunakan kuisoner Hamilton Anxiety Rating Scale (HRS-A). Hasil. Hasil yang didapat sebagian besar mahasiswa kedokteran yang mengikuti UKMPPD mengalami kecemasan yang sangat berat. Kesimpulan. Institusi pendidikan dokter diharapkan lebih berperan aktif dalam membantu mahasiswa yang akan mengikuti UKMPPD agar mahasiswa kedokteran dapat menampilkan performa yang maksimal.

Kata kunci : cemas, mahasiswa kedokteran, kuisioner HRS-A

Background. In the last study of clinic secretariat stage, to achieve the profession's certificate from University, the medical student must follow the competence test as doctor profession program (UKMPPD). The test is one of stressor which often happens to medical student. The students performance they are on the high anxiety and medium anxiety will not be better than the students performance that have the lowest anxiety Method. This Research use descriptive method with cross sectional approach. The sample is all of the students of medical faculty, Tanjungpura University, that fulfill the inclusion and exclusion criteria. Data collecting by using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HRS-A) questionnaire. Result.

The obtaining result to the most of medical students that follow the UKMPPD experience the high level of anxiety. Conclusion. Institute of doctor education expected to be more active in helping the students who will follow the UKMPPD, in order to medical students could show the maximum performance.

(2)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

PENDAHULUAN

Kecemasan merupakan suatu sikap yang alamiah dimana selalu dialami oleh setiap manusia sebagai representatif bentuk respon untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya. Namun ketika perasaan cemas itu menjadi berkepanjangan atau maladaptif, maka perasaan itu berubah menjadi gangguan kecemasan atau anxiety disorders.1-3 Tingkat kecemasan merupakan salah satu bentuk dari tingkat jiwa yang sering terjadi dan merupakan gangguan mental terbesar, ini dibuktikan dengan beberapa data yang menyimpulkan bahwa di Indonesia, rentang usia 16-40 tahun sebanyak 6-7% orang dari total populasi mengalami gangguan kecemasan dan seringnya terjadi pada wanita dibandingkan pria.3,4

Definisi ujian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu yang meliputi kepandaian, kemampuan ataupun hasil belajar. Ujian merupakan salah satu stressor yang sering dialami

oleh mahasiswa kedokteran. Kecemasan sendiri dapat mempengaruhi performa mahasiswa ketika menghadapi ujian. Performa mahasiswa pada saat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi dan sedang tidak akan lebih baik dari performa mahasiswa yang mengalami tingkat kecemasan yang rendah.5

Menurut Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dalam upaya menjamin mutu pendidikan tinggi bidang kesehatan yang diatur dalam UU No.12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, pemerintah memiliki kebijakan utama yaitu membuat penyelenggaraan uji kompetensi secara nasional. Uji kompetensi secara nasional dibidang kesehatan Indonesia dikenal dengan uji kompetensi mahasiswa program profesi dokter (UKMPPD). Tahap pendidikan pada program studi pendidikan dokter terdiri dari dua tahapan, yang pertama tahap preklinik atau tahap sarjana yang dimana ditempuh selama 3,5 tahun sampai

(3)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

4 tahun dan tahap kepaniteraan klinik atau tahap profesi dokter.6 Uji kompetensi mahasiswa program profesi dokter (UKMPPD) dilakukan diakhir masa studi tahap kepaniteraan klinik untuk mendapatkan sertifikat profesi dari perguruan tinggi, dan sertifikat kompetensi dari Organisasi Profesi setelah lulus uji. Uji kompetensi mahasiswa program

profesi dokter (UKMPPD)

diselenggarakan secara nasional dengan menggunakan 2 jenis uji, yaitu uji pilihan jamak atau multiple choice questions (MCQ) menggunakan komputer (Computer Based Test/CBT) dan uji keterampilan pemeriksaan klinis (Objective Structured Clinical Examination/OSCE). UKMPPD dilakukan 4 kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November.7 Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran yang mengikuti UKMPPD di FK UNTAN.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura pada bulan Februari dan Mei 2017. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Tanjungpura yang mengikuti UKMPPD. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran Universitas Tanjungpura yang mengikuti UKMPPD yang memenuhi kriteria inklusi dan yang memenuhi kriteria eksklusi. Proses pengambilan data dimulai dari peneliti memberikan informed consent kepada subjek penelitian. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan melakukan pengisian kuesioner Hamilon Rating Scale for Anxiety (HRS-A).

HASIL

Proses Pengambilan Data

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

(4)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

Tanjungpura Pontianak mulai dari bulan Februari 2017 pada UKMPPD periode pertama dan Mei 2017 pada UKMPPD periode kedua. Proses pengambilan data kepada mahasiswa dengan jumlah total sampel pada penelitian ini adalah 34 mahasiswa yang mengikuti CBT dan 33 mahasiswa yang mengikuti OSCE untuk UKMPPD periode pertama pada bulan Februari, lalu dilanjutkan 12 mahasiswa yang mengikuti CBT dan 11 mahasiswa yang mengikuti OSCE untuk UKMPPD periode kedua pada bulan Mei. Pengambilan data dilakukan pada subjek penelitian secara berurutan dengan urutan informed consent, dan pengisian kuisioner dengan teknik wawancara. Hasil yang didapatkan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Microsoft Word for Windows 2013 dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Peserta UKMPPD di FK Untan

UKMPPD Periode Pertama

Prevalensi tingkat kecemasan responden diukur menggunakan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HRS-A) dan setiap skala pertanyaan tersebut diberikan skor oleh peneliti. Skor total kemudian dikonversikan menjadi derajat kecemasan oleh peneliti. Setelah itu hasil penelitian dianalisis menggunakan perangkat lunak di komputer dan dari hasil analisis tersebut pada UKMPPD ujian CBT didapatkan sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan berat sekali sebesar (41,2%), kecemasan berat (35,3%), kecemasan sedang (8,8%), kecemasan ringan (8,8%), dan kecemasan normal (5,9%). Ujian OSCE didapatkan sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan berat sekali sebesar (63,6%), kecemasan berat (15,2%), kecemasan sedang (12,1%), kecemasan ringan (9,1%) dan tidak terdapat mahasiswa yang mengalami kecemasan normal.

(5)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

UKMPPD Periode Kedua

Prevalensi tingkat kecemasan responden UKMPPD periode kedua juga diukur menggunakan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HRS-A) dan setiap skala pertanyaan tersebut juga diberikan skor oleh peneliti. Skor total kemudian dikonversikan menjadi derajat kecemasan oleh peneliti. Setelah itu hasil penelitian dianalisis menggunakan perangkat lunak di komputer dan dari hasil analisis tersebut pada UKMPPD ujian CBT didapatkan sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan ringan sebesar (50%), kecemasan berat (16,7%) kecemasan berat sekali (16,7%), kecemasan sedang (8,3%) dan kecemasan normal 8,3%.

Ujian OSCE didapatkan sebagian besar mahasiswa mengalami kecemasan berat (45,5%), kecemasan berat sekali (18,2%), kecemasan sedang (18,2%), kecemasan ringan (18,2%) dan tidak terdapat mahasiswa yang mengalami kecemasan normal.

Gambaran Tingkat Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Subjek Penelitian

UKMPPD Periode Pertama

Berdasarkan hasil tabel silang antara tingkat kecemasan yang dikategorikan berdasarkan menggunakan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale dan karakteristik subjek penelitian dapat diketahui bahwa subjek penelitian UKMPPD periode pertama untuk peserta CBT yang mengalami kecemasan normal sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki (13,2%), peserta yang berusia 24 tahun (9,5%), dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (6,1%).

Subjek penelitian yang mengalami tingkat kecemasan ringan sebagian besar dialami peserta dengan jenis kelamin perempuan (15,8%), peserta yang berusia 24 tahun (9,5%), dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (9,1%). Selanjutnya untuk subjek penelitian yang mengalami tingkat

(6)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

kecemasan sedang sebagian besar sebagian besar dialami oleh peserta dengan jenis kelamin perempuan (10,5%), peserta yang berusia 23,24 dan 30 tahun yang jumlahnya sama, dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (6,1%).

Tingkat kecemasan berat pada subjek penelitian sebagian besar ditemukan pada peserta yang berjenis kelamin perempuan (36,85%), peserta yang berusia 24 tahun (42,9%), dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (36,3%).

Pada penelitian ini, ditemukan subjek penelitian yang memiliki tingkat kecemasan sangat berat, subjek penelitian tersebut memiliki jumlah yang sama antara kelompok jenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin perempuan, peserta yang berusia 24 tahun (33,3%) dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (42,4%).

Subjek penelitian untuk peserta OSCE, tidak ditemukan adanya peserta

yang mengalami tingkat kecemasan normal antara kelompok jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, usia dan kali keikutsertaan OSCE.

Pada tingkat kecemasan ringan ditemukan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (14,3%), peserta yang berusia 24 tahun (14,2%), dan yang pertama kali mengikuti OSCE atau first taker (9,1%). Selanjutnya untuk subjek penelitian yang mengalami tingkat kecemasan sedang ditemukan sebagian besar berjenis kelamin laki- laki (21,4%), peserta yang berusia 24 tahun (19,1%), dan yang pertama kali mengikuti OSCE atau first taker (12,1%).

Tingkat kecemasan berat ditemukan sebagian besar berjenis kelamin perempuan (26,3%), peserta yang berusia 24 tahun (19,1%), dan yang mengikuti pertama kali OSCE atau first taker (15,2%). Pada penelitian ini juga temukan subjek penelitian yang mengalami tingkat kecemasan sangat berat yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan (63,1%), peserta yang berusia 24 tahun

(7)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

(47,6%) dan yang pertama kali mengikuti OSCE atau first taker (63,6%).

UKMPPD Periode Dua

Berdasarkan hasil tabel silang antara tingkat kecemasan yang dikategorikan berdasarkan menggunakan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale dan karakteristik subjek penelitian dapat diketahui bahwa subjek penelitian UKMPPD periode kedua yang mengalami kecemasan normal sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan (12,5%), peserta yang berusia 24 tahun (25%), dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker maupun retaker memiliki jumlah yang sama.

Pada subjek peneltian, tingkat kecemasan ringan ditemukan sebagian besar berjenis kelamin perempuan (50%), peserta yang berusia 24-25 tahun memiliki jumlah yang sama, dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (45,4%).

Subjek penelitian yang mengalami

tingkat kecemasan sedang pada peserta yang berjenis kelamin perempuan (12,5%), peserta yang berusia 28 tahun (100%), dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (9,1%). Selanjutnya pada tingkat kecemasan berat ditemukan peserta yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah yang sama, peserta yang berusia 25 tahun (40%), dan peserta yang mengikuti CBT pertama kali atau first taker (18,2%).

Tingkat kecemasan sangat berat juga ditemukan pada peserta CBT yang dimana subjek penelitian tersebut memiliki jumlah yang sama antara kelompok jenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin perempuan, peserta berusia 24 tahun dan 25 tahun yang memiliki jumlah sama, dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (18,2%).

Subjek penelitian untuk peserta OSCE, tidak ditemukan adanya peserta yang mengalami tingkat kecemasan normal antara kelompok jenis kelamin

(8)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

laki-laki maupun perempuan, usia dan kali keikutsertaan OSCE. Pada tingkat kecemasan ringan ditemukan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (50%), peserta yang berusia 23 tahun (100%), dan yang pertama kali mengikuti OSCE atau first taker (18,2%). Selanjutnya untuk subjek penelitian yang mengalami tingkat kecemasan sedang ditemukan sebagian besar berjenis kelamin perempuan (28,6%), peserta berusia 24 tahun dan 25 tahun yang memiliki jumlah sama dan yang pertama kali mengikuti OSCE atau first taker (18,2%).

Tingkat kecemasan berat ditemukan sebagian besar berjenis kelamin perempuan (57,1%), peserta yang berusia 24 tahun (75%), dan yang mengikuti pertama kali OSCE atau first taker (45,5%). Tingkat kecemasan sangat berat juga ditemukan pada peserta OSCE yang dimana subjek penelitian tersebut memiliki jumlah yang sama antara kelompok jenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin perempuan, peserta berusia 25

tahun dan 28 tahun yang memiliki jumlah sama, dan peserta yang pertama kali mengikuti CBT atau first taker (18,2%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat oleh peneliti, pada umumnya mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura yang mengikuti UKMPPD periode pertama baik CBT dan OSCE sama-sama mengalami kecemasan sangat berat. Namun pada UKMPPD periode kedua untuk CBT pada umumnya ditemukan kecemasan ringan, dan OSCE pada umumnya ditemukan kecemasan berat. Keadaan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor-faktor yang cukup berperan jenis kelamin, usia, kali keikutsertaan dalam UKMPPD.

Penelitian yang ada sebelumnya, diketahui bahwa kecemasan yang timbul ketika menghadapi ujian akan mempengaruhi performa mahasiswa, karena mahasiswa dengan tingkat kecemasan yang ringan, performanya akan

(9)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

lebih baik dibanding mahasiswa yang mengalami kecemasan sedang, berat ataupun sangat berat.30 Tingkat kecemasan ringan yang ditimbulkan akan memotivasi mahasiswa akan lebih bersemangat untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian. Sebaliknya, jika mahasiswa mengalami kecemasan yang berlebihan memiliki kecenderungan performa yang lebih buruk ketika ujian.30,31

Mahasiswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi dapat menunjukkan perilaku yang berorientasi ke prestasi. Ini terlihat pada saat menghadapi ujian, mereka dapat mengendalikan ketegangan dan tetap tenang. Akan tetapi jika mahasiswa memiliki perasan takut akan kegagalan atau merasa panik dalam menghadapi ujian, walaupun memiliki motivasi untuk berprestasi, tetap saja mereka akan mengalami kesulitan untuk dapat meraih prestasi yang maksimal. Faktor lainnya yaitu kekhawatiran akan hasil atau nilai ujian dan padatnya jadwal akademik juga sejalan dengan apa yang

ditemukan. Kekhawatiran akan hasil atau nilai ujian memungkinkan menyebabkan mahasiswa merasa terbebani dan menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami kegagalan dalam mengatur stress yang dirasakan. Padatnya jadwal akademik juga akan menyebabkan mahasiswa lebih mudah kehilangan fokus sehingga dapat meningkatkan kecemasan. Selain kehilangan fokus padatnya jadwal akademik juga dapat menimbulkan kelelahan fisik pada mahasiswa ketika ujian.32

Pada penelitian ini pada umumnya mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan lebih cenderung mengalami tingkat kecemasan yang berlebih dibanding mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki, dimana ini sejalan dengan penelitian yang ada sebelumnya yang menyatakan bahwa diketahui bahwa mahasiswa perempuan lebih rentan mengalami gejala cemas dibandingkan laki-laki33. Terdapat penelitian lainnya yang juga menyebutkan bahwa mahasiswa

(10)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

yang berjenis kelamin perempuan lebih rentan mengalami perubahan emosional karena memiliki perbedaan hormonal, rendahnya tingkat percaya diri, dan tingginya ekspektasi atau harapan akan hasil ujiannya dibandingkan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki.34 Terdapat sumber yang menyebutkan bahwa angka kejadian gangguan kecemasan pada wanita dua kali lebih banyak daripada pria, hal ini mungkin disebabkan karena wanita memiliki kepribadian yang lebih labil, juga adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga lebih meluap, mudah cemas, dan curiga.17

Berdasarkan penelitian ini juga diketahui rentang usia mahasiswa adalah 23 tahun sampai dengan 30 tahun dengan presentase terbanyak mahasiswa yang berusia 24 tahun. Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan, karena usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik tingkat kematangan emosi

seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan.35

Subjek penelitian pada penelitian ini pada umumnya baru sekali mengikuti UKMPPD (first taker), hanya ditemukan satu subjek penelitian yang telah mengikuti UKMPPD sebelumnya (retaker) di setiap CBT baik di UKMPPD periode pertama maupun periode kedua. Mahasiswa yang pertama kali mengikuti UKMPPD (first taker) pada umumnya mengalami kecemasan yang sangat berat. Mahasiswa yang sebelumnya telah mengikuti UKMPPD (retaker) mengalami kecemasan sedang pada CBT periode pertama dan mengalami kecemasan normal pada CBT periode kedua. Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya melalui wawancara, kecemasan yang timbul pada mahasiswa first taker karena merasa belum siap untuk menghadapi UKMPPD, sedangkan pada mahasiswa yang retaker karena responden takut mengulang kegagalan yang sudah pernah terjadi sebelumnya.8 Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa ada

(11)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

tiga hal dalam dunia pendidikan kedokteran yang paling menyebabkan timbulnya kecemasan pada mahasiswanya antara lain kurikulum kedokteran, materi yang terlalu banyak, dan waktu yang sangat terbatas untuk mengulang kembali pelajaran.36

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada mahasiswa kedokteran yang mengikuti UKMPPD di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, dengan menggunakan Kuisioner HRS-A dapat disimpulkan bahwa:

1. Mahasiswa kedokteran yang mengikuti CBT dalam UKMPPD periode pertama sebagian besar mengalami tingkat kecemasan sangat berat dan mahasiswa kedokteran yang mengikuti OSCE dalam UKMPPD periode pertama sebagian besar juga mengalami tingkat kecemasan sangat berat.

2. Mahasiswa kedokteran yang

mengikuti CBT dalam UKMPPD periode kedua sebagian besar mengalami tingkat kecemasan ringan dan mahasiswa kedokteran yang mengikuti OSCE dalam UKMPPD periode kedua sebagian besar mengalami tingkat kecemasan berat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nutt D, Ballenger J. Anxiety disorders: panic disorder and social anxiety disorder. 2nd edition. Turin: Lundbeck Institute-Blackwell Publishing. 2007. p:1-20. 2. Romadhon YA. Gambaran klinik dan

psikofarmaka pada penderita tingkat cemas. Cermin Dunia Kedokteran. 2002;135. p:24-6.

3. Sadock BJ, Sadock VA. Anxiety disorders. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10 th ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins, 2007:

p:580-633.

4. Ibrahim AS. Panik, neurosis, dan tingkat kecemasan. Jakarta: PT. Dua As As, 2003.

p:26-75.

5. Mary RA, Marslin G, Franklin G, Sheeeba CJ. Test Anxiety Level of Board Exam Going Student in Tamil Nadu, India. Hindawi Publishing Corporation. 2014; 9:

p:1-9.

6. Herman RB, Sukarya WS, Rasmin M Soebono H, Yuniad Y, Soemitro D, dkk. Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.

7. Tim Panitia Nasional Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter. Buku Pedoman Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter. Jakarta: Panitia Nasional Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter. 2014.

8. Wardhana CA, Westa IW. Prevalensi Cemas Pada Mahasiswa Kedokteran yang Mengikuti Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter di Fakultas

(12)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 2. Juli 2017

Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar. 2015.

9. Maramis, FW; Albert AM, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2, Airlangga University Press, Surabaya; 2009.

10. Stuart. Pocket guide tophychiatric nursing. 5rd edition. St. Louis: Mosby. 2007. 11. Ebert, MH; Loosen, PT; Nurcomble, B.

Current Diagnosis & Treatment I Psychiatry. McGraw Hill, New York; 2007.

12. Kaplan HI, Benjamin JS. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. 2010.

13. Murril A.C, et all. Optometric clinical practice guideline. American optometric association: USA; 2004.

14. Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri Ilmu pengetahuan Perilaku Psikiatri klinis. Jilid 1. 10th ed. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2007.

15. Benjamin S, Virginia A. Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. 16. Stuart G, Sundden. Principles and Practive

of psychiatric. Edisi 5. Jakarta: EGC; 2008.

17. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry: anxiety disorder. 9th ed. Vol. Volume 1. Amerika (New York): Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

p:1840-58.

18. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2014. p:261-3.

19. Jahriah. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi Appendictomy Di Ruangan Flamboyan RSUD Tarakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 2012.

20. Departemen Kesehata Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2009. 21. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke

sistem : emosi, prilaku dan motivasi. 8th ed. Jakarta: EGC; 2014. p:168-70.

22. Ismiyati NG. Derajat kecemasan mahasiswa semester V pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Unair dalam melaksanakan tugas modul penelitian [Skripsi]. Univ Airlangga Surabaya. 2010. 23. Khan, M.S., Mahmood, S., Badshah, A.,

Ali, S.U., Jamal, Y., Prevalence of Depression, Anxiety and Their Associated Factors among Medical Students in Karachi, Pakistan, J Pak Med Assoc., 2006.

24. Dyrbye, L.N., Thomas, M.R., Shanafelt, T.D., Medical Student Distress : causes,

consequences and proposed polutions, Mayo Clin Proc, 2005;80(12). p:1613-22. 25. Bahammam AS, Al-khairy O, Al-Taweel

A. Sleep habits and patterns among medical students. Neurosci Riyadh. 2005;10(2): p:447–50.

26. Dyrbye LN, et al. Systematic review of depression, anxiety, and other indicators of psychological distress among United States and Canadian medical students. Acad Med. 2006. p:354–73.

27. Haryono, Andreas. Hubungan Karakteristik Mahasiswa dengan Tingkat Gejala Anxietas pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009; 2011.

28. Mancevska S, et al. Depression, anxiety and substance use in medical students in the Republic of Macedonia. Bratisl Lek Listy. 2008; p:568–72.

29. Beck, Aaron didalam Sharf, R.S. Theories of Psychotherapies and Counseling:

Concepts and Cases. USA: Brooks/Cole.

2012.

30. Mary RA, Marslin G, Franklin G, Sheeeba CJ. Test Anxiety Level of Board Exam Going Student in Tamil Nadu, India. Hindawi Publishing Corporation. 2014; 9: p:1-9.

31. Ans M, Majeed N, Majeed N, Dawood Z. Pattern of Anxiety and Associated Factors among Student of Different Medical Colleges in Pakistan. Kemcolian Journal of Medical Sciences. 2012;1. p :1-8.

32. Hashmat, S. et al. Factors causing exam anxiety in medical students. Journal of

the Pakistan Medical Association.

2008;58(4). p:167–170.

33. Farooqi YN, Ghani R, Spielberger CD. Gender Differences in Test Anxiety and Academic Performances of Medical Students. International Journal of Psychology and Behavioral Sciences. 2012; 2. p:38-48.

34. Rooney DM. Medical Student Anxiety Toward the Male Genitourinary Rectal Examination. University of Illinois Journal. 2012; p:1-9.

35. Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. Buku Saku Keperatawan Jiwa. Edisi 5. Buku Kedokteran Jiwa. Jakarta: EGC. 2000. 36. Yusoof MSB, Rahim AFA, Baba AA,

Ismail SB, Pa MNM, Esa AR. Prevalence and Associated Factors of Stress, Anxiety, and Depression Among Prospective Medical Student. Asian Journal of Psychiatry. 2012; 353. p:1-6.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji terhadap tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2013/2014 yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner

Dari hasil penelitian terhadap tingkat kecemasan secara umum didapatkan hampir setengah dari mahasiswa 48% (12 orang mahasiswa) mengalami tingkat kecemasan ringan

Data dikumpulkan dari 281 mahasiswa menggunakan Beck Anxiety Inventory (BAI). Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Kesimpulan: Sebagian besar mahasiswa PSPD FK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan, perbandingkan persentase kecemasan antara pria dan wanita, dan gambaran faktor demografi dalam kecemasan

Berdasarkan dari laporan tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat kecemasan terhadap prosedur perawatan gigi pada mahasiswa di

Muncul gambaran tingkat kecemasan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rendah pada mahasiswa kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Universitas

Hasil sebaran subjek penelitian tentang perbedaan tingkat kecemasan sebelum menghadapi ujian SOOCA pada mahasiswa tingkat satu sampai tingkat empat di Fakultas Kedokteran

Tingkat kecemasan Mahasiswa D-III tingkat tiga dalam menghadapi uji kompetensi Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon afektif sebagian besar dari