• Tidak ada hasil yang ditemukan

d adp 019791 chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d adp 019791 chapter5"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

ANALISIS HASIL-HASIL PENELITIAN

Dalam analisis hasil-hasil penelitian ditujukan untuk menjawab

hal-hal yang menyangkut hasil penelitian terutama untuk menjawab

pertanyaan yang telah dirumuskan pada perumusan masalah. Pada

penelitian terdapat dua tujuan yang menjadi sasaran yaitu memberikan

kesimpulan statistik (Statistic Conclusion) dan memberikan kesimpulan

penelitian (Research Conclusion).

Kesimpulan statistik ditujukan untuk menjawab hipotesis statistik

yang telah dirumuskan yang menyangkut pernyataan apakah hipotesis

penelitian yang diajukan diterima (Hi) atau ditolak (Ho). Pembahasan hasil

hasil penelitian yang akan dipaparkan menyangkut item-item untuk

menjawab hipotesis penelitian dan perumusan penelitian yang telah

diajukan pada bab sebelumnya, dimana pengujian statistik yang

digunakan adalah pengujian statistik parametrik yang ditujukan untuk

mengetahui linear atau tidak linearnya hasil penelitian dengan syarat

bahwa teknik pengambilan sampel harus berdasarkan teknik probability

sampling, skala pengukuran minimal intreval atau rasio.

Pembahasan dari hasil –hasil penelitian dapat dipaparkan yaitu:

1. Pengaruh Job Desain, Pengembangan Pegawai, Pemberian Kompensasi dan Gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja

Sesuai dengan ketentuan diterangkan bahwa apabila antar

variabel terdapat korelasi dibawah atau sama dengan 0,5 menandakan

(2)

keempat variabel independen ternyata ada dua korelasi antar variabel

yang tidak linear yaitu job desain terhadap gaya kepemimpinan (0,46) dan

pengembangan pegawai terhadap gaya kepemimpinan (r=0,49).

Hasil korelasi antara empat variabel independen dengan variabel

dependen yaitu kepuasan kerja adalah bahwa korelasi job desain

terhadap kepuasan kerja sebesar 0,503, pengembangan pegawai dengan

kepuasan kerja sebesar 0,857, pemberian kompensasi dengan kepuasan

kerja 0,467 dan gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja sebesar

0,476. Sedangkan besarnya prosentase pengaruh serempak job desain,

pengembangan pegawai, kompensasi dan gaya kepemimpinan terahadap

kepuasan kerja sebesar 75,0 % dan sisanya merupakan penngaruh faktor

lain yang tidak diidentifikasikan sebesar 25,0%.

Dengan menggunakan Program SPSS, maka diperoleh nilai

parameter dari setiap jalur (koefisien path) yaitu nilai koefisien path job

desain terhadap kepuasan kerja adalah 0,060, nilai koefisien path

pengembangan pegawai terhadap kepuasan kerja adalah 0,834, Nilai

koefisien path pemberian kompensasi terhadap kepuasan kerja adalah –

0,181 dan nilai koefisien path gaya kepemimpinan terhadap kepuasan

kerja adalah 0,120. Dari hasil analisis uji t atau uji signifikan ternyata

pengaruh job desain terhadap kepuasan kerja tidak signifikan dikarenakan

nilai uji t hitung lebih kecil dari t tabel.

Pemahaman tidak signifikan berarti pengaruh antar variabel cukup

kecil dan tidak berarti, maka secara ketentuan jalur yang menghubungkan

(3)

ketiga variabel lainnya yaitu pengembangan pegawai, kompensasi dan

gaya kepemimpinan dikatakan signifikan.

Merujuk pada hasil olahan data , maka hipotesis yang dirumuskan

dan yang diterima adalah Ho bukan Hi yaitu job desain tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Sedangkan hipotesis

yang dirumuskan untuk variabel lainnya dikatakan Hi yang diterima dan

Ho ditolak dimana pengaruh pengembangan pegawai, kompensasi dan

gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan

kerja

Dikaitkan dengan konsep teoritis, bahwa job desain merupakan

perancangan daripada tugas pegawai yang ditujukan untuk efisien dan

efektifitas kerja. Perancangan itu dimaksudkan untuk menjalankan roda

organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan tuntutan masyarakat.

Kantor Dinas Pendidikan kabupaten/kota merupakan organisasi

pemerintah daerah yang ikut membantu tugas kepala daerah dalam

menyelenggarakan program dan pelayanan bidang pendidikan. Sistem,

prosedur dan mekanisme kerja tentunya harus bersifat fleksibel sesuai

dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat yang tidak menentu.

Untuk memenuhi tuntutan masyarakat pada bidang pendidikan yang lebih

berkompetensi maka pimpinan organisasi perlu menyusun tugas dan

fungsi setiap jabatan dan hubungan antar tugas satu dengan tugas yang

lainnya.

Sistem Tata Kerja Organisasi telah disusun berdasarkan berbagai

(4)

penyatuan Kantor Dinas Pendidikan kabupaten/kota dengan Kantor

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/kota maka tersusun

struktur organisasi yang sebelumnya telah dirancang dimana struktur

organisasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya tugas /pekerjaan setiap

pegawai telah tergambar dalam uraian jabatan yang mana setiap jabatan

atau pekerjaan mempunyai tanggung jawab. Hampir Kantor Dinas

Pendidikan kabupaten/kota mempunyai struktur yang terdiri dari jabatan:

- Kepala dinas

- Kabag Tata Usaha

- Kepala Sub bagian

- Kepala Sub dinas seperti Subdin Binas Program,Subdin Ketenagaan,

Sub din Sarana /prasarana,Subdin Pengembangan kurikulum

- Kepala seksi

- Kelompok fungsional

Pada kenyataannya dilapangan job desain tidak berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan kerja , karena para pegawai merasa job

desain sudah ada dimana didalamnya sudah memuat mengenai muatan

pekerjaan, fungsi pekerjaan dan hubungan pekerjaan. Selain itu,struktur

organisasi baru berjalan dua tahun pasca pemekaran dan penyatuan

kantor dinas dan kantor depertemen sehingga hasilnya belum terlihat.

Dalam organisasi sudah terdapat kemajemukan tugas,

kompleksitas tugas, otonomi tugas, tanggung jawab, komunikasi, metode

kerja , hubungan kerja yang jelas. Kondisi ini tentunya menyebabkan

(5)

desain. Job desain merupakan perancangan yang sudah terbentuk dan

jelas sehingga bagi pegawai tidak terlalu membangkitkan kepuasan kerja.

Sedangkan pengaruh pengembangan pegawai terhadap kepuasan

kerja mempunyai nilai yang signifikan yang paling besar, dimana hasil dari

pengembangan pegawai dapat dijadikan salah syarat dalam meniti

jenjang karier atau untuk menduduki jabatan yang ada. Oleh karena itu,

setiap pegawai dapat merasakan kepuasan dalam bekerja bila pimpinan

organisasi memberikan kesempatan untuk mengikuti program

pengembangan pegawai seperti pendidikan dan latihan .

Merujuk dari beberapa konsep teori dikatakan bahwa efektivitas

dari pengembangan pegawai bukan saja terletak dari kemauan dan

kemampuan pegawai tetapi juga ada beberapa faktor yang menunjang

seperti dukungan dan pemberian kesempatan berkembang oleh

organisasi, sarana dan prasarana serta proses seleksi pengembangan

pegawai yang selektif dan objektif.

Pemberian kompensasi mempunyai pengaruh signifikan bernilai

negatif dan rendah nilainya. Hal ini artinya bahwa bagi para pegawai

kebutuhan akan kompensasi tidak begitu lebih besar memberikan

kepuasan pada pegawai. Kompensasi finansial berupa gaji, bonus dan

insentif sudah ada aturannya dan standarnya sesuai dengan golongan

kepangkatan , sedangkan insentif atau bonus hanya berikan oleh

beberapa pimpinan saja terutama pimpinan proyek bila ada kelebihan

dana penyelenggaraan program maka setiap pegawai bawahannya

(6)

Gaya kepemimpinan setiap pemegang job tidak sama satu dan

lainnya, terutama karakter dari pribadi masing-masing memimpin masih

mewarnai prilaku kepemimpinan apalgi seorang pimpinan berdarah biru

dan bergelar seperti Raja,Wan, Said dan sebagainya. Karakter

berdasarkan keturunan inilah yang sering menimbulkan prilaku otoriter

dari seorang pimpinan karena mereka masih beranggapan yang paling

pintar yang paling berkuasa. Oleh sebab itu itu, terdapat beberapa

pegawai yang mempunyai prestasi yang baik , namun sulit untuk

berkembang karena status quo masih dipertahankan oleh pimpinan yang

ada.

2. Pengaruh Job Desain, Pengembangan Pegawai, pemberian kompensasi dan Gaya kepemimpinan serta kepuasan kerja terhadap motivasi kerja

Besarnya nilai korelasi antara job desain dengan motivasi kerja

adalah 0,505, pengembangan pegawai terhadap motivasi kerja adalah

0,769, kompensasi terhadap motivasi kerja adalah 0,406 dan

pengembangan pegawai terhadap motivasi kerja adalah 0,476 dan

korelasi kepuasan kerja terhadap motivasi kerja adalah 0,765. Bila

merujuk dari ketentuan uji non linear maka dikatakan bahwa korelasi

antara kompensasi dan gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja tidak

linear karena nilai korelasinya dibawah 0,50.

Nilai koefisien path antara job desain terhadap motivasi kerja 0,105,

nilai koefisien path pengembangan pegawai terhadap motivasi kerja

(7)

adalah –0,131 dan nilai koefisien path gaya kepemimpinan terhadap

motivasi kerja adalah 0,131.

Dari hasil uji pengaruh maka didapat dua hubungan variabel yang

tidak signifikan dan jalur tersebut dikatakan tidak berarti serta boleh

dihilangkan yaitu job desain terhadap motivasi kerja dan kompensasi

terhadap motivasi kerja. Pada kenyataan di lapangan bagi setiap pegawai

kompensasi yang berupa finansial tidak menjadi dorongan untuk

memotivasi pekerjaan karena sulit bagi mereka untuk banyak menuntut

kompensasi finansial yang telah ditentukan bahkan mungkin kompensasi

yang ditentukan pemerintah seperti gaji dan tunjangan dirasa tidak

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Begitu juga rancangan pekerjaan

dianggap variabel yang tidak banyak mempengaruhi peningkatan motivasi

kerja karena sudah baku.

Tiga variabel lainnya yaitu pengembangan pegawai , gaya

kepemimpinan dan kepuasan kerja merupakan variabel yang signifikan

dapat mendorong motivasi kerja setiap pegawai. Bagi pegawai yang ada

di Kantor Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten mengharapkan pimpinan

dapat merumuskan strategi pengembangan pegawai dan memberikan

kesempatan pada pegawai secara selektif untuk mengikuti pelatihan dan

pendidikan formal kejenjang yang lebih atas dalam rangka peningkatan

mutu pelayanan pendidikan pada masyarakat yang benar-benar

mempunyai nilai kompetensi.

Hasil dari pendidikan dan latihan yang diperoleh pegawai

(8)

efektivitas organisasi. Namun beberapa pegawai merasa prihatin bahwa

hasil pendidikan yang selama ini dilakukan tidak dapat memperoleh

penghargaan dan penempatan dalam menunjang efektivitas organisasi.

Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa jabatan struktural yang

dipegang oleh pegawai dengan latar belakang pendidikan perbeda seperti

bagian kurikulum dijabat oleh seorang sarjana hukum.

Gaya kepemimpinan memberikan suatu dorongan bagi pegawai

untuk mengembangkan kemampuan, berinovatif dan mandiri dalam

pelaksanaan tugas. Perhatian pimpinan yang lebih difokuskan pada

pegawai daripada tugas diperlukan bila para pegawai terlihat belum

mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Oleh karena itu , pencapaian

tingkat dorongan seorang pegawai untuk berprestasi tergantung pada pola

dan prilaku pimpinan itu sendiri. Pola otoriter berkaitan pada disiplin tetapi

tidak memperhatikan aspirasi pegawai.

Kepuasan kerja merupakan kondisi emosi yang diperlihatkan

pegawai atas hasil kerja yang dicapai. Kepuasan kerja tentunya akan

memberikan pengaruh pada tingkat motivasi kerja. Namun tidak

selamanya kepuasan kerja mempengaruhi motivasi kerja bahkan

sebaliknya motivasi kerja akan memberikan kepuasan kerja.

Kepuasan kerja pegawai dapat terlihat pada tingkat semangat

kerja, kecakapan kerja, jarang terjadi mutasi, kreatif dan inovatif yang

semuanya merupakan landasan untuk mendorong setiap pegawai

melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan afiliasi,

(9)

Dorongan prilaku pegawai yang mengarah pada kinerja dan

produktivitas lebih banyak ditekankan pada pengembangan pegawai

sebagai dasar untuk meniti karier yang tentunya didukung oleh prilaku

pimpinan yang selalu mempertimbangkan dan memperhatikan keinginan

pegawai bawahannya sehingga pegawai merasakan adanya kepuasan

sebagai anggota organisasi dan merasakan memiliki.

Uraian di atas menunjukan bahwa terhadap Hi yang diterima yaitu

pengembangan pegawai berpengaruh pada produktivitas kerja dan gaya

kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas.

3. Pengaruh Job Desain, Pengembangan Pegawai, Pemberian Kompensasi dan Gaya kepemimpinan terhadap produktivitas kerja.

Hasil uji korelasi didapat data bahwa terdapat korelasi job desain

dengan produktivitas kerja sebesar 0,442, korelasi pengembangan

pegawai dengan produktivitas kerja adalah 0,612, korelasi pemberian

kompensasi dengan produktivitas kerja sebesar 0,419 dan korelasi gaya

kepemimpinan terhadap produktivitas kerja adalah 0,472 .

Nilai koefisien path antara job desain terhadap produktivitas secara

langsung sebesar 0,094, melalui motivasi kerja adalah 0,030 dan melalui

kepuasan kerja adalah 0,081. Nilai koefisien path pengembangan pegawai

secara langsung pada produktivitas kerja adalah 0,473, melalui motivasi

kerja 0,073 dan melalui kepuasan kerja adalah 0,291. Nilai koefisien path

pemberian kompensasi terhadap produktivitas kerja secara langsung

(10)

adalah 0,05. Nilai koefisien path gaya kepemimpinan terhadap

produktivitas kerja secara langsung adalah 0,218, melalui motivasi kerja

0,128, melalui kepuasan kerja adalah 0,191.

Bila variabel independen mengenai job desain, pengembangan

pegawai , kompensasi dan gaya kepemimpinan secara langsung

berpengaruh terhadap produktivitas kerja maka terdapat jalur yang tidak

signifikan yaitu job desain terhadap produktivitas kerja dan pemberian

kompensasi terhadap produktivitas kerja. Sedangkan jalur lainnya yaitu

pengembangan pegawai dan gaya kepemimpinan memberikan nilai yang

signifikan, bahkan pengembangan pegawai nilai koefisien pathnya yang

paling dominan.

Kaitan dengan hipotesis yang dirumuskan dapat dikatakan bahwa

peneliti menerima Hi dimana ada pengaruh yang signifikan antara

pengembangan pegawai dan gaya kepeimpinan terhadap produktivitas

kerja, sedangkan Ho diterima untuk pengaruh job desain terhadap

produktivitas kerja dan kompensasi terhadap produktivitas kerja tidak

signifikan.

Secara nyata dilapangan bahwa pegawai tidak lagi berbicara

dengan kompensasi yang sifatnya finansial namun telah mengarah pada

pengajuan kompensasi non finansial agar dapat memiliki organisasi dan

diakui sebagai anggota organisasi . Disamping itu pengertian dari

pimpinan untuk ikut memberikan peluang dalam program pengembangan

pegawai tentunya akan memberikan dorongan untuk peningkatan

(11)

kompensasi sudah baku dan sifatnya statis, sedangkan pengembangan

pegawai meerupakan alat untuk meniti karier terutama mendapatkan

penghasialn diluar gaji dengan catatan bahwa prilaku pimpinan mengarah

pada prilaku motivasi dan kreatif.

Tetapi bila disisipkan variabel intervening seperti kepuasan kerja

dan motivasi kerja maka pengembangan pegawai merupakan variabel

yang paling dominan (nilai terbesar) mempengaruhi produktivitas melalui

kepuasan kerja dan motivasi kerja. Dengan demikian dikatakan bahwa job

desain, pengembangan pegawai , kompensasi dan gaya kepemimpinan

tidak dapat mempengaruhi produktivitas secara langsung karena nilai

signifikannya kecil dan harus melalui quality of work life yaitu motivasi dan

kepuasan kerja .

Dari hasil di atas, dikatakan bahwa pegawai yang ada di kantor

Dinas Pendidikan Kabupaten/kota Provinsi Riau tidak langsung

dipengaruhi oleh job desain, pengembangan pegawai, kompensasi dan

gaya kepemimpinan secara langsung namun harus ditingkatkan dulu

motivasi kerja dan kepuasan kerjanya. Walaupun melalui kepuasan kerja

dan motivasi kerja, pengaruh yang paling besar adalah pengaruh dari

variabel pengembangan pegawai. Dengan demikian pengembangan

pegawai merupakan faktor utama dan merupakan kebutuhan dari pegawai

(12)

4. Pengaruh kepuasan kerja terhadap motivasi kerja dan terhadap produktivitas kerja

Nilai korelasi kepuasan kerja terhadap motivasi kerja adalah 0,765

dan nilai korelasi kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja adalah

0,602. Sedangkan nilai koefisien path kepuasan terhadap motivasi kerja

adalah 0,765 dan nilai koefisien path kepuasan kerja terhadap

produktivitas kerja adalah 0,765 dimana pengaruh kepuasan kerja

terhadap kedua variabel dependen adalah signifikan. Artinya bahwa

produktivitas kerja dan motivasi kerja pegawai dapat ditimbulkan oleh

adanya kepuasan para pegawai.

Didasarkan pada hipotesis yang diajukan maka Hi diterima artinya

terdapat pengaruh signifikan kepuasan kerja terhadap motivasi kerja dan

kepuasan kerja terhadap produktivitas kerja. Setiap pegawai harus

terpenuhi kebutuhannya sehingga dapat menimbulkan rasa puas yang

akan memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas yang mengarah

pada kinerja yang tinggi yang akhirnya meingkatkan pada produktivitas

kerja.

Kondisi dilapangan bahwa kepuasan itu biasanya diperoleh oleh

pegawai yang merasakan memiliki organisasi dan hidup mandiri sehingga

pegawai itu sudah kerasan tinggal . Kondisi ini tentunya menjadikan

dorongan bagi pegawai tersebut untuk melakukan tindakan yang produktif

seperti penciptaan kurikulum yang berkompetensi, efektivitas petugas

pengawas, pelayanan guru dan pembenahan program pendidikan yang

(13)

5. Pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja

Nilai koefisien path motivasi kerja terhadap produktivitas kerja

dikatakan signifikan sebesar 0,690. Dengan demikian secara statistik

dikatakan bahwa hipotesis yang dirumuskan dapat diterima (Hi) dan

menolak Ho. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja

terhadap produktivitas kerja pegawai itu sendiri.

Pengamatan dilapangan bahwa produktivitas kerja dapat tercapai

bila pegawai yang melakukan aktivitas telah terpenuhi kebutuhannya baik

itu kebutuhan akan prestasi kerja, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan

kekuasaan. Beberapa kebutuhan sudah terpenuhi, tetapi masih juga

terdapat adanya konflik antar pegawai terutama dalam pencapaian

jenjang jabatan dan promosi. Bila dibiarkan maka akan mengakibatkan

pemenuhan kebutuhan afiliasi terutama kerjasama antar pegawai tidak

akan tercipta. Terciptanya kelompok-kelompok pegawai berdasarkan asal

daerah atau asal suku mewarnai kehidupan berorganisasi di Kantor Dinas

Pendidikan, sehingga terlihat dibeberapa bagian kerja adanya kelompok

orang yang berkumpul dan berasal dari daerah yang sama misalnya

daerah Bangkinang (Kampar).

Dari hasil penelitian lapangan kiranya terdapat beberapa hal yang

tidak sinkron dengan premis yang diajukan berdasarkan pendapat dan

hasil penelitian pakar diantaranya :

a. Tingkat produktivitas kerja tidak secara langsung dipengaruh signifikan

oleh job desain , pengembangan pegawai, kompensasi dan gaya

(14)

faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya keempat

variabel tersebut tetapi dalam kenyataannya tidak satupun dari

keempat variabel berpengaruh signifikan pada produktivitas. Selain itu

konsep Cascio, Dessler, Simamora belum terbukti signifikannya.

b. Tingkat produktivitas kerja dipengaruhi secara langsung dan signifikan

oleh motivasi kerja , tetapi kepuasan kerja tidak dapat langsung dan

signifikan mempengaruhi produktivitas kerja. Hasil ini tentunya

bertentangan dengan konsep Sutermeister, Cascio dan Dessler.

c. Tingkat kepuasan kerja pegawai dipengaruhi secara langsung hanya

oleh pengembangan pegawai, gaya kepemimpinan dan pemberian

kompensasi, sedangkan job desain mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan.

d. Hasil perhitungan mendapatkan nilai koefisien path dari variabel lain

(E) yaitu :

• Untuk E1 sebesar 0,50 atau pengaruh faktor lain terhadap kepuasan

kerja sebesar 25,0 %.

• Untuk E2 sebesar 0,585 atau pengaruh faktor lain terhadap motivasi

kerja sebesar 34,2 %.

• Untuk E3 sebesar 0,695 atau pengaruh faktor lain terhadap

produktivitas kerja sebesar 48,3 %.

Penyimpangan hasil penelitian dari beberapa premis yang telah

dirumuskan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

a. Responden atau sampel penelitian terlalu kecil sehingga perlu

(15)

b. Instrumen penelitian yang dibuat perlu dianalisis kembali terutama

yang menyangkut item-item pertanyaan.

c. Bias oleh responden, dimana terdapat responden yang menjawab

setiap item pertanyaan tidak dipahami dan dianalisis dulu.

Hasil analisis dipaparkan sebelum tentunya harus ditunjang oleh

beberapa faktor sebagai suatu kekuatan pendorong yang berdampak lebih

besar pada tingkat produktivitas kerja pegawai. Kekuatan pendorong itu

sebaiknya bersifat kekal dan dapat memasuki seluruh jiwa para pegawai

serta bersifat fleksibel atau luwes. Artinya dalam kondisi dan situasi

apapun, kekuatan pendorong dapat mengikuti dinamika lingkungan yang

tidak menentu. Keadaan ini tentunya akan selalu menopang tingkat

produktivitas kerja yang stabil.

Terdapat dua hal yang menjadikan asal muasal kekuatan

pendorong yaitu kekuatan pendorong yang ada atau diusahakan oleh

pegawai itu sendiri secara mandiri dan kekuatan pendorong yang

diciptakan oleh pimpinan organisasi. Kekuatan pendorong dalam diri

setiap pegawai yang perlu dieksplorasi adalah kekuatan pendorong rohani

yang selalu dikaitkan dengan ilmu Tauhid. Kondisi ini sangat perlu sekali

karena selama ini kekuatan pendorong yang dimiliki pegawai adalah

kekuatan pendorong jasmani dan rohani yang diperoleh penyerapan ilmu

dan teknologi hasil karya para pemikir ilmu Barat sekuler yang kadang

bertentangan dengan ilmu tauhid.

Pengusaan ilmu barat sekuler oleh para pegawai pada

(16)

budaya rakus. Oleh karena itu perlu adanya pembersihan diri baik yang

diarahkan oleh pimpinan dan yang timbul dengan sendirinya atas

kesadaran dari setiap pegawai. Penciptaan kondisi yang berlandaskan

pada keimanan serta ilmu Tauhid menjadikan para pegawai birokrat

mengurangi tindakan-tindakan penyimpangan tanggung jawab seperti

korupsi, kolusi dan nepotisme.

Herman Soewardi (2003:20) menegaskan ilmu barat yang banyak

diserap masyarakat Indonesia bersifat amarah, konflik dan serakah,

sedangkan ilmu Tauhid lebih mengarah pada Mutmainnah-ukhuwah, hanif

dan karsa yang baik. Ilmu barat selalu menghasilkan jiwa yang resah dan

tidak puas, sedangkan ilmu tauhid menghasilkan jiwa yang tenang, puas

karena berlandaskan pada pengekangan hawa nafsu. Oleh karena itu

perlu duterapkan strategi dorong tangkal yang nantinya akan

menghasilkan pelaksanaan kewajiban yang lurus, daya dorong berupa

karsa yang kuat dan profesionalisme yang tinggi.

Kekuatan-kekuatan pendorong (Driving Force) yang terdapat dalam

diri setiap pegawai harus digali kembali oleh pimpinan organisasi dan

dikembangkan untuk menjadi kekuatan dalam mengantipasi kondisi

organisasi yang tidak menentu dan tidak penuh kepastian. Kekuatan

kekuatan yang ada pada diri pegawai adalah kekuatan yang fundamen

yang sangat berdampak pada tingkat produktivitas kerja secara statis.

Apapun dan bagaimanapun serta sebesar apapun kebutuhan

pegawai dipenuhi oleh organisasi dan bagaimana bagusnya rancangan

(17)

kekuatan rohani dan jasmani pegawai yang bersandar pada ilmu

Tauhidullah maka produktivitas kerja dan efektivitas organisasi tidak akan

pernah tercapai secara efektif sesuai dengan sasaran yang diharapkan.

Oleh sebab itu setiap orang atau pegawai dalam organisasi hendaknya

memiliki Makrifatullah yaitu dengan mengenal Allah sebagai bekal untuk

meraih prestasi hidup, karena tanpa makrifatullah tidak mungkin

seseorang memiliki keyakinan dan keteguhan hidup.

Dari beberapa pendapat yang mengarah pentingnya kita

memberikan ilmu-ilmu Allah kepada diri kita agar kita dapat melangkah

tetap pada jalan yang benar diantaranya dalam menjalankan aktivitas

sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Merujuk pendapat AA

Gymnastiar bahwa bila seseorang mampu memadukan kekampuan

lahir batin, wawasan, pengalaman, latar belakang budaya dan intelektual

akan menjadikan asset yang berharga bila disinergikan dengan formula

yang tepat dan akan menjadikan kekuatan yang dasyat.

Konsep di atas, pada dasarnya bahwa setiap karsa yang dilakukan

oleh para birokrat yang diiiringi dengan kemampuan memahami akidah

Islam sehingga menyadari baik buruknya suatu proses

kegiatan.Pembangunan hati nurani para birokrat sangat perlu dengan cara mensosialisasikan beberapa hal diantaranya sebagai kekuatan

pendorong yaitu:

1. Suri tauladan yang nyata

2. Pendidikan dan pelatihan serta pembinaan secara sistematis dan

(18)

3. Sistem yang kondusif

4. Membangun kekuatan ruhiyah.

Pembangunan hati nurani akan mewujudkan adanya tanggung

jawab memperbaiki akhlak. Paparan AA Gymnastiar mengatakan bahwa

memperbaiki akhlak bangsa dengan cara :

1. Memperbaiki pada diri sendiri.

2. Dapat berbuat dari hal yang kecil

3. Perbaikan akhlak harus pada saat ini dan jangan ditunda-tunda

Pembangunan akhlak dari para birokrat setidaknya dapat

memberikan semangat untuk memperbaiki diri dan membangun harga diri.

Dalam mengelola harga diri dan perbaikan diri tentunya harus melalui hati

yang murni yang ditopang oleh adanya ilmu yang bukan hanya tahu tetapi

harus dipahami .Hasil dari pemahaman kaidah Tauhid oleh hati nurani

akan membuahkan akhlak yang nyata dan kondisi prilaku kerja yang

tenang, terencana, terampil, tertib, tekun,tegar dan tawadhu.

Sekian banyak kekuatan yang ada pada diri setiap pegawai atau

pada hati setiap pegawai seperti kesopanan, malu, jujur, sayang, harga

diri, teguh, bersih hati merupakan suatu keadaan nyata dan bila

ditampilkan pada tempat dan waktu serta pertimbangan akal pikiran akan

membuahkan apa yang disebut Akhlak.

Aktivitas organisasi pemerintahan daerah tentunya dikendalikan

oleh seorang pimpinan. Oleh karena itu dalam penelitian ini terdapat

beberapa unsur yang terkait dalam pencapaian produktivitas kerja yaitu

(19)

kompensasi, unsur pimpinan menyangkut gaya kepemimpinan dan unsur

struktur organisasi yaitu job desain.

Strategi yang diterapkan pada aktivitas manajemen Sumber Daya

Manusia untuk meningkatkan mutu terletak pada proses pelaksanaan

manajemen sumber daya manusia. Program pengembangan sumber

dayamanusia bukan saja ditekankan pada perubahan kemampuan teknis

dan non teknis namun juga perlu adanya strategi memasukan Ilmu

Tauhidullah sebagai pedoman untuk melakukan karsa.

Gaya kepemimpinan dalam Kantor Dinas Pendidikan tentunya

disesuaikan dengan iklim organisasi dan pimpinan harus dapat

mengarahkan bawahan bukan saja dari kemampuan ilmu yang dimiliki

tetapi ditunjang oleh akhlak pimpinan itu sendiri. Gaya kepemimpinan

tentunya harus fleksibel dan memperhatikan kondisi bawahan. Bila

pegawai sangat rajin dan bekerja mandiri dan punya kematangan, maka

diperlukan gaya pimpinan yang rendah hubungan dan rendah tugas.

Tetapi jika kematangan dan kemandirian pegawai tersebut menurun maka

perlu diterapkan gaya hubungan tinggi, prilaku tugas rendah

Wujud daripada produktivitas kerja pada sektor publik, khususnya

Kantor Dinas Pendidikan adalah perubahan prilaku kerja yang mengarah

pada perbaikan atau adanya peningkatan sikap mental pegawai yang

berkaitan dengan individu pegawai yaitu pengetahuan, keterampilan,

disiplin, sikap mental dan keharmonisan kerja. Sedangkan yang berkaitan

(20)

kerja,penghematan biaya, ketepatan waktu kerja dan sistem serta

teknologi yang lebih baik.

Organisasi pemerintah daerah khususnya Kantor Dinas Pendidikan

dapat meningkatkan kualitas organisasi beserta isinya baik itu kualitas

pada awal proses (input) yang menyangkut kualitas efisiensi, kualitas

pada proses atau implementasi aktivitas organisasi dan kualitas pada

output terutama kualitas efektifitas.

Aktivitas Pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/kota di

Provinsi Riau yang berkaitan dengan produktivitas kerja terlihat dari

pencapaian standar kerja dan standar pelayanan jasa yang maksimal

sesuai dengan Keputusan MENPAN Nomor 81 tahun 1993 tentang

pelayanan umum kepada masyarakat.

Beberapa aktivitas pegawai yang mengarah kepada tingkat

produktivitas yang belum terlihat maksimal secara nyata dilapangan yaitu :

a. Berkaitan dengan pribadi pegawai yaitu :

• Pengetahuan yang bervariasi dan belum memadai sehingga tidak

mampu mendongkrak inisiatif dan inovasi bagi organisasi

dikarenakan pendidikan formal yang tidak sesuai dengan uraian

pekerjaan .

• Keterampilan yang terbatas terutama keterampilan dalam

menyusun program kerja atau mengakses informasi melalui

internet.

• Sikap dan upaya pribadi yang statis karena takut dengan pimpinan

(21)

• Tingkat disiplin kerja yang dinamis terutama disiplin pegawai pada

jam kerja dimana terdapat pegawai yang tidak mematuhi jam kerja

(7.30-14.30) , aturan kantor seperti upacara bendera Senin

Pagi,Senam Pagi , pakaian kantor seperti pakaian adat melayu

setiap hari Sabtu.

• Tingkat keharmonisan kerja yang masih belum efektif dimana

dalam kantor itu sendiri masih terdapat kelompok-kelompok

pegawai yang didasarkan pada asal muasal daerah.

b. Berkaitan dengan pekerjaan:

• Metode kerja terutama mekanisme kerja yang selalu dilangggar

antara lain tata birokrasi yang menyimpang seperti jenjang

komunikasi yang dilakukan secara diagonal. Kondisi inni sering

terjadi dan disebabkan ketidaktahuan pegawai mengenai

mekanisme kerja atau hal ini sudah menjadi kebiasaan/budaya.

• Prinsip penghematan yang belum dipahami oleh pegawai

menyebabkan adanya pemborosan dalam pelaksanaan pekerjaan

terutama menghamburan dalam penggunaan perlengkapan kantor.

• Prinsip ketepatan waktu yang bervariasi dimana terdapat pegawai

yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu

dan perintah pimpinan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan

pegawai untuk memahami tugas,ketidakjelaskan instruksi dan

keterbatasan informasi serta perlengkapan kerja.

(22)

mempengaruhi tingkat produktivitas kerja perlu diantipasi dengan meseimbangkan dengan pilar rasio, rasa dan karsa yang berintikan pada akhlak dan hati nurani yang bersih. Selain itu juga ikhtiar secara terus menerus yang ditujukan untuk hidup sukses dalam kesederhanaan , efektif, efisien dan produktif. Kestabilan kondisi kerja diatas dapat menciptakan pandangan bahwa mutu kehidupan kerja pegawai hari ini akan lebih baik daripada mutu kehidupan kerja hari sebelumnya dan mutu kehidupan kerja hari esok akan lebih baik dari mutu kehidupan kerja hari ini.

Proses pemberdayaan organisasi berkaitan dengan budaya

organisasi dimana pemberdayaan berdampak pada perubahan budaya

organisasi yang didukung dengan perubahan iklim organisasi. Pencapaian

kinerja, produktivitas kerja dan pelayanan umum yang optimal

memerlukan perubahan budaya organisasi yang mendasar terutama

budaya peran dari pegawai disamping budaya kekuasaan, budaya tugas

dan budaya individu. Selain itu karakteristik pegawai yang termasuk

dalam unsur driving force dapat mewujudkan profil pegawai yang

mempunyai integritas,inisiatif,keterampilan sosial,penuh daya, imajinasi,

keluwesan,rasa kepentingan dan pandangan yang mendunia.

Tanggapan responden terhadap persepsi tingkat produktivitas kerja

bukan saja dipengaruhi oleh faktor eksternal yang menyangkut hal diluar

individu melainkan juga faktor internal seperti kemampuan pegawai dilihat

dari pendidikan, masa kerja, asal daerah dan gender. Hasil perhitungan

(23)
(24)

Dari tabel di atas dapat dipaparkan beberapa kesimpulan mengenai

kaitan persepsi pegawai didasarkan pada karakteristik pegawai terhadap

tingkat produktivitas kerja yang dihasilkan dalam pemberian pelayanan

maksimal bidang pendidikan pada masyarakat. Rincian dari tabel di atas

sebagai berikut :

a. Karakteristik Masa Kerja

Karakteritik masa kerja pegawai dikelompokan menjadi dua

kelompok yaitu masa kerja dibawah 10 tahun dan masa kerja diatas 10

tahun. Rata-rata (Mean) tanggapan pegawai yang mempunyai masa kerja

dibawah 10 tahun terhadap tingkat produktivitas kerja pegawai sebesar

1,562070 lebih besar tanggapan pegawai dengan masa kerja diatas 10

tahun terhadap produktivitas kerja yaitu sebesar –0,0228.

Jika dilihat dari item-item produktivitas kerja hampir seluruh item

produktivitas kerja , responden yang mempunyai masa kerja dibawah 10

tahun lebih besar dari pegawai yang mempunyai masa kerja diatas 10

tahun. Nilai dominan dari rata-rata terdapat pada item sikap

mengembangkan diri untuk pegawai yang mempunyai masa kerja

dibawah 10 tahun sebesar 0,849903.

Nilai-nilai ini menandakan bahwa pegawai dengan masa kerja

dibawah 10 tahun mempunyai persepsi lebih tinggi bila dibandingkan

dengan pegawai yang mempunyai masa kerja diatas 10 tahun. Hal ini

dikarenakan para pegawai tersebut mempunyai jenjang karier yang masih

panjang, kreatif, mempunyai keinginan untuk selalu mengembangkan diri

(25)

prestasi yang optimal. Sedangkan para pegawai yang mempunyai masa

kerja di atas 10 tahun banyak yang merasa jenuh dengan pekerjaan

rutinnya, pengembangan kariernya terhenti, frustasi, kemampuan kerja

yang berkurang serta kondisi fisik yang semakin melemah.

Nilai eta menyatakan tingkat asosiasi antara karakteristik masa

kerja dengan produktivitas kerja pegawai, dimana nilai eta yang paling

kuat terdapat pada item kompetensi sebesar 0,105. Artinya karakteristik

pegawai dengan masa kerjanya berkaitan paling erat pada kompetensi,

dimana semakin meningkatnya masa kerja pegawai setidaknya semakin

meningkat kompetensi profesional pegawai itu dalam menjalankan

program kerja memberikan pelayanan yang optimal pada masyarakat

untuk bidang pendidikan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya

pengalaman empiris seorang pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas

bidang pendidikan.

2. Karakteritik Pendidikan

karateristik pendidikan individu mempunyai kaitan dengan tingkat

produktivitas kerja baik mengenai pelaksanaan kerja atau persepsi

terhadap produktivitas kerja. Karakteristik pendidikan formal yang

mencerminkan tingkat kemampuan (ability) dan tingkat keterampilan

(skill), diperoleh melalui pendidikan formal dan program pelatihan dan

pengembangan.

Karakteritik pendidikan pegawai dibagi menjadi 3 bagian yaitu

pendidikan SLTA sederajat, Diploma/S1 dan Pascasarjana. Rata-rata

(26)

paling dominan adalah tanggapan responden yang mempunyai

pendidikan formal SLTA sebesar 1,562070,disusul pendapat responden

dengan pendidikan pascasarjana sebesar 0,761526 dan tanggapan

responden dengan pendidikian diploma/sarjana dengan nilai –0,347896.

Jika dilihat dari item-item produktivitas kerja pegawai ternyata

responden dengan pendidikan SLTA memberikan tanggapan dengan

rata-rata 0,432937 untuk item kecakapan kerja. Artinya para pegawai

menyatakan kecakapan kerja sangat penting dalam rangka meningkatkan

produktivitas kerja . Kecakapan kerja mencakup kemampuan untuk

memahami pekerjaan yang menjadi tugas dan fungsinya.

Sedangkan untuk pegawai dengan tingkat pendidikan

diploma/sarjana menyatakan bahwa tindakan perbaikan lebih penting bila

dibandingkan dengan item lainnya yang menyatakan tingkat produktivitas

kerja dengan nilai yang paling dominan yaitu 0,0389. Selain itu untuk

pegawai dengan tingkat pendidikan pascasarjana menyatakan bahwa

tingkat produktivitas kerja pegawai dapat dilihat dari prilaku pegawai dan

kondisi pegawai yang mempunyai kecerdasan dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya. Nilai mean dari item kecerdasan yaitu 1.208247.

Nilai rata-rata di atas menandakan bahwa pegawai yang

mempunyai pendidikan SLTA mempunyai persepsi yang lebih tinggi

terhadap produktivitas kerja bila dibandingkan dengan pegawai yang

mempunyai pendidikan formal diploma, sarjana dan pascasarjana. Hal ini

disebabkan karena kebanyakan pegawai dengan pendidikan SLTA

(27)

teknis sehingga sangat berhubungan dengan produktivitas kerja.

Sedangkan pegawai dengan pendidikan diploma/saraja dan pascasarjana

merupakan pegawai yang menduduki jabatan sehingga pekerjaan mereka

bukan lagi menyangkut pekerjaan teknis melainkan pekerjaan yang

menyangkut konseptual dan human relation.

Nilai eta menyatakan tingkat asosiasi karakteristik pendidikan

pegawai dengan produktivitas kerja dimana nilai eta yang paling kuat

terletak pada item produktif dengan nilai eta adalah 0,147. Hal ini berarti

bahwa pendidikan yang dimiliki pegawai berkaitan sangat erat dengan

tingkat produktif seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang

diperintah atasan dengan tepat waktu, efektif dan mempunyai kualitas

serta inovatif tanpa selalu tergantung pada pimpinannya.

3. Karakteritik Asal daerah

Karateristik asal daerah mewarnai pada persepti tingkat

produktivitas yang dicapai seorang pegawai. Pasca otonomi daerah,

persepsi putra daerah semakin menjadi pemicu dalam mengembangkan

organisasi didaerah. Hal ini tentunya akan menjadi persaingan dalam

pengembangan karier pegawai terutama dalam menduduki posisi jabatan.

Karakteristik asal daerah dibagi menjadi dua kelompok yaitu

pegawai dengan budaya melayu Riau dan lainnya diluar budaya melayu

Riau. Mean persepsi tingkat produktivitas kerja pegawai dari asal daerah

untuk pegawai dengan budaya diluar daerah Riau ternyata lebih besar

dari mean pegawai dengan budaya melayu Riau (PD) dengan nilai

(28)

bekerja bagi pegawai yang bukan putra daerah karena mereka tahun

bahwa pengembangan karier hanya dapat dicapai melalui tingkat prestasi

kerja dan sulitnya rasanya bila pengembangan karier pegawai dilakukan

melalui pendekatan kekeluargaan. Selain itu juga secara psikologi bahwa

mereka harus sungguh-sungguh bekerja, taat pada peraturan karena

setiap langkah dalam penyelesaian suatu pekerjaan selalu merasa

diawasi.

Nilai rata-rata untuk setiap item ternyata pegawai yang termasuk

kelompok putra daerah menyatakan bahwa kecerdasan mempunyai kaitan

yang erat dengan produktivitas kerja pegawai artinya kecerdasan sangat

penting bagi peningkatan produktivitas kerja dimana nilai rata-ratanya

yaitu 0,0871. Sedangkan untuk responden lainnya diluar putra daerah

ternyata tindakan perbaikan dan sikap mengembangkan diri sangat

penting dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawai. Nilai rata-rata

masing-masing untuk sikap mengembangkan diri yaitu 0,527782 dan item

tindakan perbaikan yaitu 0,748582.

Nilai eta digunakan untuk mengetahui asosiasi antara karakteristik

asal daerah dengan produktivitas kerja pegawai, dimana nilai yang paling

dominan yaitu 0,156 terletak pada item sikap mengembangkan diri.

Artinya baik bagi kelompok asal daerah Melayu Riau (PD) dan diluar

putra daerah sikap mengembangkan pegawai memberikan kontribusi

yang lebih tinggi terhadap produktivitas kerja . Dengan keinginan selalu

mengembangkan diri, maka antipasi terhadap perubahan dan tingkat

(29)

harapan masyarakat akan kebutuhan pendidikan baik pendidikan formal,

informal dan non formal.

4. Karakteritik Gender

Karakteritik gender dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok

wanita dan kelompok laki-laki . Kelompok ini dijadikan dasar untuk

mengentahui persepsi responden terhadap tingkat produktivitas kerja

pegawai. Dari hasil perhitungan ternyata nilai rata-rata persepsi laki-laki

terhadap produktivitas kerja pegawai lebih tinggi dari nilai rata-rata

persepsi wanita terhadap produktivitas kerja pegawai yaitu 0,122577

berbanding –0,238180.

Jika dilihat dari setiap item produktivitas kerja pegawai ternyata

pada gender wanita yang paling dominan adalah pada item kecakapan

kerja sebesar 0,207816 dan pada gender laki-laki adalah item tindakan

perbaikan yaitu 0,0645. artinya bahwa untuk meningkatkan produktivitas

kerja pegawai bagi wanita kecakapan merupakan hal yang paling utama

sedangkan tindakan perbaikan bagi gender laki-laki merupakan unsur

yang sangat penting.

Nilai eta menggambarkan adanya asosiasi antara gender dengan

produktivitas kerja, dimana nilai eta yang dominan adalah pada item

kecakapan kerja sebesar 0,080 artinya kontribusi kecakapan kerja bagi

gender sangat penting terhadap tingkat produktivitas kerja pegawai

terutama dalam pelayanan masyarakat bidang pendidikan.

Pembagian karakteristik responden didasarkan pada demografik,

(30)

responden yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan, masa kerja

memberikan kontribusi tanggapan yang signifikan terhadap variabel cara

Belajar Siswa Aktif (CBSA) bagi siswa diperkotan dan pinggiran kota.

Konsep di atas dapat dijadikan acuan bahwa karakteristik responden yang

peneliti buat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produktivitas

kerja. Analisis kontribusi dan keterkaitan karakteristik responden hanya

dikaitkan pada produktivitas kerja pegawai dan tidak pada variabel lainnya

karena produktivitas kerja merupakan target penelitian.

Beberapa kelemahan dari penelitian ini antara lain bahwa penelitian

hanya difokuskan pada faktor organisasi dan tidak pada faktor intrinsik

pegawai dalam kaitannya dengan produktivitas kerja pegawai, pengusaan

konsep teori,instrumen penelitian, besar kecilnya sampel,partisipasi

responden.

Produktivitas kerja merupakan target penelitian dimana hasil

pekerjaan yang ditandai dengan perubahan sikap kearah perbaikan. Hasil

pekerjaan disesuaikan dengan program kerja setiap unit kerja yang ada

baik itu tugas administrasi seperti bagian umum dan

perlengkapan,keuangan, kepegawaian serta tugas teknis seperti bina

program,sarana dan prasarana pendidikan, pendidikan masyarakat,

kurikulum ,Pendidikan dan pengajaran (Pra sekolah, Pendidikan Dasar,

Pendidikan Menengah).

Berdasarkan pandangan di atas , maka dapat disajikan suatu

model untuk menciptakan produktivitas kerja melalui program mutu

(31)
(32)

Berdasarkan model di atas, maka aktivitas manajemen sumber

daya manusia yang didukung oleh kekuatan pendorong dan budaya

organisasi yang tercipta diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

pegawai dalam bentuk kinerja pelayanan optimal terhadap pengguna jasa

yaitu pelayanan berdasarkann pada Menpan nomor 81 tahun 1993.

Dalam menjalankan fungsi manajemen terutama menjalankan

strategi manajemen SDM setidaknya terdapat perhatian khusus untuk

membangun hati nurani yang bersih yang berpedoman kepada ilmu

Tauhid sehingga dapat menciptakan akhlak dan hati nurani yang bersih

sebagai sesuatu kekuatan pendorong .

Perubahan-perubahan organisasi di Kantor Dinas Pendidikan

Kabupaten/kota yang dapat mempengaruhi mutu kehidupan kerja dalam

peningkatan produktivitas kerja perlu diantipasi dengan meseimbangkan

dengan pilar rasio, rasa dan karsa yang berintikan pada akhlak dan hati

nurani yang bersih serta memadukan kekuatan paham

makrifatulah,pengalaman, intelektual ,latar belakang budaya,wawasan

berfikir. Selain itu juga ikhtiar secara terus menerus yang ditujukan untuk

hidup sukses dalam kesederhanaan , efektif, efisien dan produktif.

Kestabilan kondisi kerja diatas dapat menciptakan pandangan bahwa

mutu kehidupan kerja pegawai hari ini akan lebih baik daripada mutu

kehidupan kerja hari sebelumnya dan mutu kehidupan kerja hari esok

akan lebih baik dari mutu kehidupan kerja hari ini.

Pada saat ini Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam

(33)

memerlukan program pengembangan pegawai dan prilaku kepemimpinan

yang efektif sesuai dengan tuntutan individu, organisasi sehingga

memberikan kepuasan kepada stakeholder. Sedangkan untuk

perancangan atau desain pekerjaan dan kompensasi masih dianggap hal

yang baku dan sifatnya statis.

Karakteristik pegawai yang mencakup masa kerja, pendidikan,asal

daerah dan gender mempunyai kontribusi yang bervariasi terhadap

persepsi tingkat produktivitas kerja pegawai. Karakteritik pendidikan dan

asal daerah memberikan nilai rata-rata yang dominan terhadap tingkat

produktivitas kerja pegawai bila dibandingkan dengan karakteritik lainnya.

Artinya bahwa dalam peningkatan produktivitas kerja pegawai terutama

dalam perubahan sikap diperlukan adanya kemampuan pegawai melalui

jalur pendidikan dan tindakan adopsi budaya individu menjadi budaya

organisasi yang menguntungkan.

Nilai asosiasi atau nilai eta antara masa kerja dengan produktivitas

kerja pegawai yang paling tinggi memberikan kontribusinya adalah pada

item kompetensi. Artinya karakteristik pegawai dengan masa kerjanya

berkaitan paling erat pada kompetensi, dimana semakin meningkatnya

masa kerja pegawai setidaknya semakin meningkat kompetensi

profesional pegawai itu dalam menjalankan program kerja memberikan

pelayanan yang optimal pada masyarakat untuk bidang pendidikan. Hal ini

disebabkan oleh bertambahnya pengalaman empiris seorang pegawai

(34)

Nilai eta menyatakan tingkat asosiasi karakteristik pendidikan

pegawai dengan produktivitas kerja dimana nilai eta yang paling kuat

terletak pada item produktif . Hal ini berarti bahwa pendidikan yang dimiliki

pegawai berkaitan sangat erat dengan tingkat produktif seorang pegawai

dalam menyelesaikan pekerjaan yang diperintah atasan dengan tepat

waktu, efektif dan mempunyai kualitas serta inovatif tanpa selalu

tergantung pada pimpinannya

Nilai eta digunakan untuk mengetahui asosiasi antara karakteristik

asal daerah dengan produktivitas kerja pegawai, dimana nilai yang paling

dominan terletak pada item sikap mengembangkan diri. Artinya baik bagi

kelompok asal daerah Melayu Riau (PD) dan diluar purta daerah sikap

mengembangkan pegawai memberikan kontribusi yang lebih tinggi

terhadap produktivitas kerja .

Nilai eta menggambarkan adanya asosiasi antara gender dengan

produktivitas kerja, dimana nilai eta yang dominan adalah pada item

kecakapan kerja sebesar 0,080 artinya kontribusi kecakapan kerja bagi

gender sangat penting terhadap tingkat produktivitas kerja pegawai

terutama dalam pelayanan masyarakat bidang pendidikan.

Kinerja organisasi setiap kantor dinas di Kabupaten/kota tidak

merata tergantung dari pengelolaan pemerintah daerah sehingga terdapat

Kantor Dinas pendidikan yang berinisiatif dan ditunjang oleh anggaran

pemerintah daerah membuat kebijakan mendatangkan para guru dari

Malaysia Contoh Kabupaten Bengkalis. Oleh karena itu perlu dilakukan

elaborasi diantara Kantor Dinas pendidikan yang subur dengan bertahap

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu disusun Perubahan Rencana Kerja Kelurahan Wates Tahun 2017, dengan mendasarkan pada Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 102 Tahun

Ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, peneliti menggunakan berbagai macam teknik seperti wawancara, observassi dan dokumentasi (triangulasi

Dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan, jika harga jual perunit suatu pesanan khusus lebih besar dari pada biaya variabel perunit pesanan khusus,maka suatu

[r]

3) Pembuktian kualifikasi untuk menilai pengalaman sejenis yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dikompetisikan dilakukan dengan melihat dokumen kontrak asli dan

[r]

Animasi iklan sebuah produk merupakan suatu iklan animasi yang berisi tentang informasi barang / jasa, dengan animasi visualisasi dinamis yang dihasilkan Macromedia Flash MX 2004

Pada motor bensin, terdapat busi pada celah ruang bakar yang dapat memercikkan bunga api.. yang kemudian membakar campuran bahan bakar dan udara pada suatu titik tertentu