• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BUNGURAN UTARA, PULAU BUNGURAN, KABUPATEN NATUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BUNGURAN UTARA, PULAU BUNGURAN, KABUPATEN NATUNA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BUNGURAN UTARA,

PULAU BUNGURAN, KABUPATEN NATUNA

Tri Haryoko

Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46, Cibinong 16911

Email: trih007@gmail.com

ABSTRAK

Haryoko, T. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung Di Bunguran Utara, Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna. Zoo Indonesia 20(2), 17-25. Penelitian keanekaragaman jenis burung di Bunguran Utara, Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data keanekaragaman jenis burung, sehingga bermanfaat untuk mengevalua-si dan menilai potenmengevalua-si jenis-jenis burung yang ada di kawasan tersebut. Metode yang digunakan adalah dengan survei garis transek dan penangkapan dengan jaring kabut (mistnet). Jenis burung yang teridentifi-kasi sebanyak 487 ekor dari 50 jenis, terdiri dari 27 famili dan 10 ordo. Hasil analisis menunjukkan indeks keanekaragaman (H’)=2,621, indeks kesamarataan (J’)= 0,670 dan kekayaan jenis indeks Margalef (DMg) = 7,918. Berdasarkan kurva pertemuan jenis terlihat bahwa peningkatan waktu pengamatan menyebabkan peningkatan jumlah jenis burung yang teramati.

Kata kunci: Keanekaragaman, Burung, Pulau Bunguran, Natuna ABSTRACT

Haryoko, T. 2011. Diversity of birds in Northern Bunguran, Bunguran Island, Natuna Regency. Zoo Indonesia 20(2), 17-25. The study of bird diversity in Northern Bunguran, Bunguran Island, Natuna Re-gency, Riau Archipelago Province was conducted in August 2011. The aims of this research were to get the diversity of bird species re- evaluating and re-inventory of the bird species that exist in the region. The meth-ods used were the line transect survey and capture-release by using mist nets. In total 487 individuals belonging to 50 species, 27 families and 10 orders were identified during the study in the region with the diversity index (H’)=2,621, Shannon evenness index (J’)= 0,670 and species richness with Margalef’s index (DMg)= 7, 918. The species discovery curve shows that an increase in observation time causes an increase in the number of bird species observed.

Keywords: Diversity, Bird, Bunguran Island, Natuna PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman jenis burung yang tinggi dengan jumlah sekitar 1598 jenis (17 %) dari total burung di dunia. Jumlah burung endemik sebanyak 372 jenis (23,28 %) dan 149 (9,32 %) jenis burung migran (Sukmantoro et al. 2007). Namun pengelolaan sumber daya alam ini belum dilakukan secara optimal, sehingga beberapa jenis burung terancam punah. Penyebab utamanya adalah hilang atau rusaknya habitat dan perburuan untuk perdagangan (Metz 2005). Oleh karena itu penting untuk mengetahui keberadaan dan kekayaan sumber daya hayati pada suatu wilayah

atau suatu habitat sehingga dapat diambil langkah -langkah untuk mengatasi ancaman yang dihadapi habitat tersebut.

Inventarisasi keanekaragaman hayati terma-suk jenis-jenis burung yang ada pada suatu wila-yah atau habitat menjadi salah satu acuan dalam pengelolaan sumber daya hayati. Burung ber-peran penting dalam kehidupan di alam, burung mengendalikan populasi serangga, membantu penyerbukan dan penyebaran biji. Burung juga berperan dalam dinamika ekosistem serta bioindi-kator dari ekosistem yang ada (Gill 2007). Inven-tarisasi keanekaragaman juga penting untuk mengetahui perubahan komposisi jenis dalam

(2)

sua-Zoo Indonesia 2011. 20(2): 17-25

tu komunitas (Futuyma 1998). Perubahan kelim-pahan burung sangat penting diamati karena terkait dengan perubahan habitat yang sangat cepat pada suatu wilayah (Loery et al. 1997). Karr (1976) menemukan bahwa variasi musiman pada keragaman jenis burung dipengaruhi oleh struktur habitat dan ketersediaan makanan.

Kepulauan Natuna yang terdiri atas beberapa pulau dan berada pada kawasan perbatasan antara wilayah Indonesia dengan Malaysia, Vietnam, Singa-pura menjadi kawasan yang penting dari sudut pan-dang politis maupun biologi. Oleh karena itu inven-tarisasi keanekaragaman burung dan fauna lainnya maupun flora yang ada di wilayah Kepulauan Natuna menjadi agenda penting bagi pemerintah daerah maupun pusat dalam rangka pengelolaan dan pe manfaatan potensi wilayah.

Penelitian burung di Kepulauan Natuna su-dah dimulai sejak September dan Oktober 1893 oleh kolektor burung bernama A. Everett. Kemudian koleksi kedua dilakukan oleh Charles Hose pada Juli -Oktober 1894. Selanjutnya pada 23 Mei-13 Agustus 1900 Dr. WL. Abbott mengumpulkan 205 spesimen untuk United States National Museum dari beberapa

pulau di kepulauan Natuna yaitu Pulau Midei (di Kepulauan Natuna Selatan), Pulau Seraia, Pulau

Brian, Pulau Sirhassen (Natuna Selatan), Pulau Subi, Pulau Lingung, Pulau Kombeh, Pulau Bunguran (Natuna Besar) dan Pulau Laut. Distribusi burung di Kepulauan Natuna di publikasikan oleh Dr. Ernst Hartert (1894 dan 1895) yang melaporkan catatan Dr. WL. Abbott dan Charles Hose, dan sebanyak 22 subjenis dideskripsi dari Natuna. Oberholser (1932), mencatat 127 jenis burung di Kepulauan Natuna yang berasal dari 11 pulau utama di Kepu-lauan Natuna yaitu Pulau Midei, Pulau Seraia, Pu-lau Brian, PuPu-lau Sirhassen, PuPu-lau Subi, PuPu-lau Lingung, Pulau Kombeh, Pulau Bunguran (Natuna Besar), Pulau Pandak, Pulau Panjang, dan Pulau Laut.

Walaupun penelitian sudah dimulai lebih dari seabad tahun yang lalu, namun setelah tahun 1932 penelitian dan data tentang keanekaragaman jenis burung di Kabupaten Natuna masih sangat kurang. Seiring dengan waktu yang berjalan, Kabupaten Natuna terus berkembang dan melakukan berbagai pembangunan. Adanya pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekosistem dan habitat kehidupan organisme yang ada pada wilayah terse-but. Perubahan juga terjadi pada habitat burung dan fauna lainnya di wilayah Kabupaten Natuna. Oleh karena itu diperlukan informasi dan data terbaru tentang keanekaragaman jenis burung di wilayah tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data keanekaragaman jenis burung di wilayah Bu nguran Utara, bagian dari Pulau Bunguran (Natuna Besar) di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengevaluasi dan menilai potensi jenis-jenis burung yang ada di kawasan tersebut. Oleh karena itu penelitian dan inventarisasi untuk melakukan revisi daftar jenis burung di Kepulauan Natuna men-jadi sangat penting, karena dapat mengetahui data perubahan yang terjadi pada keragaman jenis burung di Kepulauan Natuna setelah masa yang panjang.

MATERI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mencakup kegiatan lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan dilakukan melalui pengamatan dan penangkapan burung untuk men-dapatkan data jenis burung dan karakter morfolo-ginya. Penelitian lapangan dilakukan di Bunguran Utara, Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna, Provin-si Kepulauan Riau (03096’27,9”N; 108008’92,0”E dan 03°96'71,5"N; 108°09'48,0"E) pada 4-16 Agus-tus 2011. Penelitian laboratorium diperlukan untuk konfirmasi identifikasi jenis berdasarkan spesimen koleksi di Muzeum Zoologicum Bogoriense (MZB) Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI.

(3)

Pengambilan Data

a. Metode survei garis transek

Metode garis transek dilakukan oleh penga-mat dengan berjalan dan mencatat semua jenis bu-rung yang ditemui di sepanjang kedua sisi jalur per-jalanannya (Bibby et al. 2000). Jarak antar titik pengamatan sekitar 50 m dengan lama waktu penga-matan 10 menit dengan panjang garis transek sekitar 1 km. Pengamatan dilakukan di 3 garis transek sela-ma 11 jam pengasela-matan. Pengasela-matan menggunakan bantuan alat binokuler pada pagi hari antara pukul 06.00 sampai dengan 09.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.30 WIB.

b. Metode penangkapan menggunakan jaring kabut Peralatan yang digunakan untuk pengambi-lan data antara lain jaring kabut (mistnet), jangka sorong, penggaris, timbangan pegas (10 g, 50 g, 100 g), buku panduan lapangan, cincin, tang, Global Position System (GPS) dan kamera. Burung ditang-kap dengan menggunakan jaring kabut berukuran tinggi 2,4 m dan lebar mata jaring/mesh 30 mm dengan panjang jaring 12 m (5 buah), 9 m (3 buah) dan 6 m (2 buah). Jaring kabut dipasang bersambungan 2-5 buah sesuai dengan kondisi lokasinya dari pukul 06.00 sampai 18.00 WIB. Total waktu penangkapan dilakukan selama 48 jam/jaring kabut. Burung yang tertangkap diidentifikasi berda-sarkan buku panduan (MacKinnon et al. 1998), diukur karakter morfologi dan diambil fotonya. Sebanyak 2 ekor burung pada masing-masing jenis diawetkan sebagai koleksi spesimen untuk konfir-masi identifikasi berdasarkan koleksi di Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Apabila dalam penangkapan diperoleh lebih dari 2 ekor untuk setiap jenisnya maka dilakukan pencincinan. Data morfologi yang diukur yaitu pan-jang sayap, panpan-jang ekor, panpan-jang tarsus, paruh (panjang, lebar dan tebal), panjang rentang sayap, panjang total tubuh serta berat badan (Leisler et al. 1997). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

jangka sorong dan penggaris. Penimbangan berat badan menggunakan timbangan pegas.

Analisis data

Analisis data yang dilakukan adalah nilai kelimpahan relatif berdasarkan tingkat pertemuan, kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis. Tingkat pertemuan diperoleh dengan membagi jumlah bu-rung yang tercatat dengan jumlah jam pengamatan, yang memberikan jumlah burung per jam untuk se-tiap jenis. Nilai yang diperoleh menunjukkan nilai kelimpahan relatif. Kekayaan jenis dianalisis dengan menggunakan nilai indeks Margalef (Magurran, 2004). Margalef’s indeks : DMg = (S-1)/ ln N, dimana (S) : jumlah seluruh jenis dan N : jumlah seluruh individu. Keanekaragaman jenis dihitung dengan menggunakan 2 nilai indeks yaitu kemerataan diuji dengan menggunakan indeks kemerataan Shannon (J) dan nilai indeks keanekaragaman yang digunakan adalah dengan indeks Shannon (H’) (Magurran 2004). Tingkat kemerataan (evenness) dihitung dengan menggunakan rumus: J’ = H’/ln S, sedangkan rumus indeks keanekaragaman (H’) adalah ,

, dimana H’: merupakan nilai indeks diversitas Shannon, pi: merupakan proporsi kelimpahan spesies ke- i atau ni/N dan ni: jumlah individu spesies ke-i.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian keanekaragaman jenis burung di Bunguran Utara, Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau adalah jenis bu-rung yang tertangkap sebanyak 37 ekor dari 20 jenis, sedangkan hasil pengamatan sebanyak 487 ekor dari 50 jenis, yang terdiri atas 10 ordo dan 27 famili. Sebagian jenis burung termasuk dalam kate-gori keterancaman menurut IUCN, status peraturan perdagangan internasional menurut CITES dan status perlindungan dalam hukum Negara Republik Indo-nesia (Tabel 1). Sebanyak 2 jenis burung termasuk

  s i pi pi H 1 ln '

(4)

Zoo Indonesia 2011. 20(2): 17-25

dalam kategori status NT= Near Threatened (mendekati terancam) menurut Redlist IUCN 2007 yaitu Psittacula longicauda (Betet Ekor Panjang) dan Alcippe brunneicauda (Wergan Coklat). Ter-dapat 4 jenis termasuk dalam kategori Appendix II CITES yaitu Pernis ptilorhynchus (Sikep Madu Asia), Haliaeetus leucogaster (Elang Laut Perut Putih), Psittacula longicauda (Betet Ekor Panjang) dan Gracula religiosa (Tiong Emas). Burung yang termasuk dalam daftar status perlindungan dalam Peraturan Republik Indonesia yaitu UU No.5 Tahun 1990 sebanyak 14 jenis, 15 jenis termasuk PP No. 7 Tahun 1999 (Tabel 1).

Tingkat kelimpahan relatif berdasarkan ana-lisis tingkat pertemuan dapat diketahui bahwa jenis burung di Bunguran Utara terbagi dalam 4 kategori yaitu 3 jenis melimpah, 3 jenis umum, 15 jenis ser-ing dan 29 jenis tidak umum. Data ini menunjukkan tingkat kemudahan suatu jenis ditemukan pada suatu lokasi. Burung yang mempunyai tingkat kelimpahan melimpah maka jenis burung yang ada di wilayah tersebut berjumlah banyak dan berada pada beberapa lokasi sehingga mudah dijumpai oleh pengamat.

Hasil analisis indeks keanekaragaman Shan-non (H’) menunjukkan nilai 2,621 (skala 1-4). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis burung di Bunguran Utara adalah cukup. Se-dangkan indeks kesamarataan 0,670 (skala 0-1) yang berarti bahwa kesamarataan antar komunitas mempunyai kategori sedang. Berdasarkan hasil ter-sebut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman burung di wilayah tersebut cukup tinggi dengan ting-kat kelimpahan yang merata pada setiap lokasi pengamatan. Dengan demikian keberadaan burung pada wilayah tersebut cukup beragam dengan popu-lasi yang cukup melimpah.

Hasil analisis kekayaan jenis menunjukkan nilai indeks margalef adalah 7,918, hal ini berarti kekayaan jenis wilayah tersebut cukup. Nilai se-makin tinggi menunjukkan sese-makin tingginya

kekayaan jenisnya. Komposisi vegetasi mem-pengaruhi kekayaan jenis burung (Wiens 1989). Hubungan erat antara komunitas burung dengan indeks keragaman habitat menunjukkan bahwa bu-rung tergantung pada keragaman dan kompleksitas dari pohon, tiang dan semak (Chettri et al. 2005). Berbagai penelitian juga telah menunjukkan adanya perbedaan struktur komunitas burung pada daerah yang mempunyai struktur vegetasi yang berbeda, ataupun antara vegetasi alami dan yang terganggu (Aleixo 1999; Pearman 2002; Waltert et al. 2005; Zakaria et al. 2005). Perubahan struktur vegetasi yang menimbulkan areal hutan sekunder yang luas menyebabkan peningkatan kekayaan dan keane-karagaman spesies burung. Pola gangguan ini memungkinkan jenis burung hutan dan burung ping-giran hutan bisa hidup secara bersamaan dalam satu tipe habitat (Aleixo 1999).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 31 jenis burung tidak termasuk dalam daftar jenis Oberholser (1932) sedangkan sebanyak 19 jenis termasuk dalam daftar jenis tersebut. Dengan demikian jenis-jenis yang tersebut dapat digunakan sebagai catatan tambahan jenis burung yang ada di Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna. Menurut Oberholser (1932), menyatakan bahwa jenis burung di Pulau Bunguran (Natuna Besar) ada-lah sebanyak 101 jenis. Sedangkan berdasarkan kurva penemuan jenis burung di Bunguran Utara, menunjukkan bahwa jumlah burung yang berhasil diidentifikasi selama 11 jam pengamatan adalah 50 jenis (Gambar 1). Kurva juga menunjukkan pola peningkatan jumlah jenis sejak awal sampai akhir pengamatan, dengan kenaikan tertinggi pada jam pengamatan ke-4 sampai ke-8. Hal ini berarti bah-wa pada wilayah tersebut masih memungkinkan terjadi penambahan jenis apabila dilakukan penam-bahan waktu pengamatan.

Jumlah hasil pengamatan yang lebih sedikit dibanding daftar jenis yang ada disebabkan oleh

(5)

Gambar 1. Kurva penemuan jenis burung di Bunguran Utara, Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna

kemungkinan perbedaan lokasi penelitian. Di-samping itu lokasi penelitian yang terbatas hanya di wilayah Bunguran Utara belum bisa mewakili keanekaragaman jenis burung di seluruh Pulau Bun-guran. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut pada wilayah dan lokasi lainnya yang lebih banyak untuk mendapatkan gambaran keane-karagaman di seluruh Pulau Bunguran.

KESIMPULAN

Jenis burung di Bunguran Utara, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau mempunyai tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi. Jumlah jenis yang teridentifikasi mencapai 50 jenis, dimana sebanyak 31 jenis merupakan jenis yang tidak ter-catat dalam daftar jenis yang ada sebelumnya. Keanekaragaman jenis burung di wilayah tersebut dimungkinkan bisa bertambah sesuai dengan kurva penemuan jenis.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih disampaikan kepada Kepala Dinas, Kepala Bidang dan staff Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Natuna serta Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau atas dukungan penuh dalam penelitian ini. Terima-kasih juga disampaikan kepada Kepala Bidang Zoologi dan Kepala Pusat Penelitian Biologi-LIPI yang memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bird Community in The Brazilian Atlantic Forest. Condor 101: 537-548.

Bibby, C., M. Jones, S. Marsden. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan: Survei Burung. BirdLife International-Indonesian Pro-gramme, Bogor.

Chettri, N., D.C.Deb, E.Sharma, R. Jackson. 2005. The Relationship Between Bird Communities and Habitat a Study Along a Trekking Corri-dor in The Sikkim Himalaya. Mountain Re-search and Development 25: 235-243. Futuyma, D.J. 1998. Evolutionary Biology. 3rd Ed.

Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associ-ates, Inc Publisher.

Gill, F.B. 2007. Ornithology, 3rd Edition, NewYork : W.H Freeman and Company. Karr, J.R. 1976. On The Relative Abundance of

Mi-grants from The North Temperate Zone in Tropical Habitats. Wilson Bulletin 88: 433-458.

Leisler, B., P.Heidrich, K.S. Hagen, M. Wink. 1997. Taxonomy and Phylogeni of Reed Warblers (Genus Acrocephalus) Based on mtDNA

Se-quences and Morphology. J.Ornithol 138: 469-496.

Loery, G., J.D.Nichols, J.E. Hines. 1997. Capture-Recapture Analysis of Wintering Black-Capped Chickadee Population in Connecti-cut, 1958-1993. Auk 114: 431-442.

MacKinnon, J., K. Phillipps, B.V. Balen.1998. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor. Magurran, A.E. 2004. Measuring Biological

Diversi-ty. Blackwell Publishing.

Metz, S. 2005. The Current Status of Indonesian Cockatoos in the Wild: Returning Smuggled Parrots to their Forest Homes. Parrot Society of Australia 15: 34-37.

Oberholser, H.C. 1932. The Birds of The Natuna Islands, Bulettin 159, Smithsonian Institution United States National Museum, Washington. Pearman, P.B. 2002. The Scale of Community

Struc-ture: Habitat Variation and Avian Guilds in Tropical Forest Understory. Ecological Mon-ographs 72: 19-39.

Sukmantoro, W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp, M. Muchtar. 2007. Daftar Burung Indonesia No.2. Indonesian Ornithologist’Union, Bogor.

Wiens, J.A. 1989. The Ecology of Bird Communi-ties II. Cambridge. Cambridge University Press.

Waltert, M., A.Mardiastuti, M.Mühlenberg. 2005. Effects of Deforestation and Forest Modifi-cation on Understorey Birds in Central Sula-wesi, Indonesia. Bird Conservation Interna-tional 15: 257-273.

Zakaria, M., P.C.Leong, M.E.Yusuf. 2005. Compari-son of Species Composition in Three Forest Types: Towards Using Birds as Indicator of Forest Ecosystem Health. Journal of

(6)

Biologi-Zoo Indonesia 2011. 20(2): 17-25 T ab el 1. Daf tar jen is b ur un g d i B un gu ran Utara, P ulau B un gu ran , Kab up aten Nat un a, P ro vin si Kep ula uan R ia u dib an din gk an d en ga n Da ft ar J en is B ur un g di P ulau B un gu ra n ( Ob er ho ls er 1 93 2) s er ta St atu s Keter an ca m an ( IUC N), Stat us P er dag an gan ( C IT ES), Stat us P er lin du ng an ( A B ) d an Keli m pah an R elati f No Na m a ilm ia h Pen ga m ata n Pen an gk ap an Ch ec k li st O be rh ols er 19 32 IUCN CI TES AB K eli m pa ha n Re la tif 1. O RD O : CI CO NI FOR M ES I. F A M IL I : A RDEID A E 1 Eg re tt a in ter me dia ya T id ak T id ak a da -- AB ti da k um um 2 Eg re tt a ga rz ett a ya T id ak T id ak a da - - AB ti da k um um 3 Eg re tt a sa cra ya T id ak T id ak a da -AB ti da k um um 2. O RD O : FALCO NI FOR M E S II. F A M IL I : A CCIP IT RID A E 4 Per nis pti lo rh yn ch us Ya T id ak T id ak a da -II AB ti da k um um 5 Ha li ae etu s le uc og aste r Ya T id ak T id ak a da -II AB ti da k um um 3. O RD O : CH AR AD RI FOR M ES III. F A M IL I : S COL OP A CID A E 6 Actit is hy po leu co s Ya T id ak A da -- --ti da k um um IV . F A M IL I : LA RID A E 7 Ster na h iru nd o Ya T id ak T id ak a da -AB m eli m pa h 4. O RD O : CO LUMB IFO RM E S V .F A M IL I : COL UMBID A E 8 T re ro n ve rn an s Ya T id ak T id ak a da -- um um 9 Du cu la a en ea Ya T id ak T id ak a da -ti da k um um 10 Du cu la b ico lo r Ya T id ak T id ak a da -um um

(7)

No Na m a ilm ia h Pen ga m ata n Pen an gk ap an Ch ec k li st O be rh ols er 19 32 IUCN CI TES AB K eli m pa ha n Re la tif 5. O RD O : PS ITT AC IFO RM E S V I. F A M IL I : P S IT TA CID A E 11 Psit ta cu la lo ng ica ud a Ya T id ak A da NT II - um um 6. O RD O :CU CU LIFO RM ES V II. F A M IL I : CUCU L ID A E 12 Ca co ma nti s me ru lin us Ya T id ak T id ak a da -- ti da k um um 7. O RD O : APO DI FOR M ES V III. F A M IL I : A P OD IDA E 13 Co lo ca lia li nc hi Ya T id ak T id ak a da - -m eli m pa h 8. O RD O : CO RA CI FOR M ES IX . F A M IL I : A L CEDINI D A E 14 Al ce do me ni nti ng Ya Ya T id ak a da -AB ti da k um um 15 Ce yx ru fi do rs a Ya Ya A da -AB ti da k um um 16 Ha lcy on c hlo ris Ya T id ak T id ak a da -AB se rin g 9. O RD O : PICI FOR M ES X . F A M IL I : C A P IT ON ID A E 17 Ca lo rh amp hu s f uli gin osu s Ya T id ak T id ak a da -- - ti da k um um 10 . O RD O : PAS S ERI FOR M E S X I. F A M IL I :HIRUN DIN ID A E 18 Hiru nd o ru stic a Ya Ya A da - - -ti da k um um 19 Hiru nd o ta hi ti ca Ya T id ak T id ak a da -se rin g X II. F A M IL I : CA M P E P HA G ID A E 20 Co ra cin a la va rta Ya T id ak T id ak a da -- ti da k um um

(8)

Zoo Indonesia 2011. 20(2): 17-25 No Na m a ilm ia h Pen ga m ata n Pen an gk ap an Ch ec k li st O be rh ols er 19 32 IUCN CI TES AB K eli m pa ha n Re la tif XX .F A M IL I : P L AT YS T EIRID A E 36 Ph il en to ma p yrh op ter um Ya Ya A da - - - se rin g XX I. F A M IL I :M ON A RCHI D A E 37 Hy po th imis azu re a Ya Ya A da - -- ti da k um um XX II. F A M IL I : DICA EID A E 38 Prio no ch ilu s p erc uss us Ya Ya T id ak a da -- ti da k um um 39 Dic ae um t rig on ostig m a Ya Ya A da -se rin g XX III. F A M IL I : NECTA RINIID A E 40 An tre ptes simp lex Ya T id ak A da - -B se rin g 41 An tre ptes ma la ce nsis Ya Ya A da -- AB ti da k um um 42 L ep to co m a ca lc oste th a Ya T id ak A da - - AB ti da k um um 43 Cin ny ris j ug ula ris Ya T id ak T id ak a da -- AB se rin g 44 Aeto ph yg a si pa ra ja Ya Ya A da - - AB se rin g 45 Ara ch no th era lo ng ir ostra Ya Ya A da - - AB um um XX IV .F A M IL I : P L OCEIDA E 46 Pa ss er mo nt an us Ya T id ak T id ak a da -- - m eli m pa h XX V.F A M IL I : S T URN ID A E 47 Ap lo nis pa na ye nsis Ya T id ak A da -- se rin g 48 Gr ac ula re li gio sa Ya T id ak A da - II AB se rin g XX VI.F A M IL I : DICRU RID A E 49 Dic ru ru s a nn ec ta ns Ya T id ak T id ak a da - - - ti da k um um

(9)

No Na m a il m ia h Peng am at an Pena ng ka pa n Ch ec k lis t O ber ho ls er 1932 IUCN CI T E S AB K eli m pa ha n Rela tif XXVII .FAMIL I : AR T A MI D A E 50 Art amu s leu co rh yn ch us Ya T id ak T id ak a da - - - ser in g In dek s kean ek ar ag am an ( H’ ) : 2 ,6 21 In dek s kes am ar ataan S ha nn on ( even nes s) ( J) : 0,6 70 In dek s kek ay aa n j en is / Mar ga lef ’s in de ks ( DMg ) : 7,9 18 K et er an ga n : I U C N : I nt er na tio na l U ni on fo r C on se rv at io n of N at ur e an d N at ur al R eso urc es C IT ES : C on ve nt io n on I nt er na tio na l T ra de o f E nd an ge re d Sp ec ie s of Wi ld F au na a nd Fl or a A : U U N o. 5 T ah un 1 99 0 te nt an g K on se rv asi S umb er D ay a A la m H ay at i d an E ko si st em ny a B : P P N o. 7 T ah un 1 99 9 te nt an g Pe ng aw et an Je ni s T um bu ha n da n Sa tw a

Gambar

Gambar 1. Kurva penemuan jenis burung di Bunguran Utara,  Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna
Tabel 1. Daftar jenis burung  di Bunguran  Utara, Pulau Bunguran, Kabupaten  Natuna, Provinsi Kepulauan  Riau dibandingkan dengan Daftar Jenis Burung di Pulau Bunguran (Oberholser  1932) serta Status Keterancaman (IUCN), Status Perdagangan (CITES), Status

Referensi

Dokumen terkait

Terjadinya penurunan produksi tanaman jagung manis sebanyak 30,51 % akibat pemupukan tanpa N (hanya PK) bila dibandingkan dengan produksi jagung manis akibat

Beberapa contoh Aplikasi Hukum I Newton(Wardani, T , 2013) dalam kehidupan sehari-hari misalnya: Pena yang berada di atas kertas di meja akan tetap disana ketika

Korupsi sudah menjadi gaya hidup di Indonesia begitu juga khususnya yang sedang terjadi di SATAP 9 Sojol di Daerah Kabupaten Donggala. Banyak orang yang begitu

Berdasarkan hasil analisis univariat responden berdasarkan riwayat keluarga Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari Tahun 2020 sebanyak

Kecamatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan

Dengan tersusunnya Laporan Tahunan tahun 2018 ini, sebagai Pimpinan Pengadilan Agama Banggai mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, para hakim, seluruh pejabat

Sistem informasi akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen

Penelitian ini bertujuan untuk menguji fotostabilitas produk imobilisasi ekstrak pigmen bixin pada bentonit yang diawali dengan aktivasi bentonit dengan larutan