• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satu Tahun Menuju Dua Abad, Garut Terus Perkuat Infrastruktur Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Satu Tahun Menuju Dua Abad, Garut Terus Perkuat Infrastruktur Wilayah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Satu Tahun Menuju Dua Abad, Garut Terus Perkuat Infrastruktur Wilayah

Secara umum, Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, berbagai dinamika pembangunan terus berlangsung baik bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya, sehingga berbagai perkembangan hampir terjadi pada semua sektor.

Secara administratif, sampai saat ini Kabupaten Garut mempunyai jumlah kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 410 desa, 14.761 RT dan 4.003 RW, dengan luas wilayah 306.519 Ha. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari wilayah Kabupaten Garut atau seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas 1.650 Ha atau 0,54%.

Sebagai Kabupaten yang mempunyai wilayah cukup luas, tentu saja Kabupaten Garut tidak terlepas dari permasalahan intern maupun ekstern dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, Pemerintah Kabupaten Garut berusaha untuk menerapkan arah kebijakan pembangunan dan strategi yang tepat, bertekad untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Kabupaten Garut, berjuluk Swis Van Java, beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana menurut hasil studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pengunungan dengan ketinggian mencapai 3.500-4.000 meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 240C - 270 C.

Garut memiliki ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000 - 1.500 mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu, wilayah yang

(2)

berada pada ketinggian 500 - 1.000 mdpl terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100 - 500 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak didaratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk.

Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0 – 2% sebesar 10,51% atau 32.229 Ha, kemiringan lahan antara 2 – 15% adalah seluas 38.097 ha atau seluas 12,43%, kemiringan lahan antara 15 – 40% adalah seluas 110.326 ha atau sebesar 35,99%. Lahan dengan kemiringan di atas 40% adalah seluas 125.867 ha atau sebesar 41,06%.

Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan daerah dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan gunung Berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanah

aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah andosol.

1. Potensi Agibisnis

Sampai dengan tahun 2010, sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar didominasi oleh sektor Pertanian. Pada Tahun 2010 sektor pertanian diproyeksikan memberikan sumbangan nilai tambah mencapai sebesar Rp.11,379 trilyun (angka sangat sementara) yang dihitung atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp.5,108 trilyun (angka sangat sementara) yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000. Apabila diperbandingkan atas dasar harga berlaku terhadap tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar Rp.1,143 trilyun, dimana pada tahun 2009 diperoleh sebesar Rp.10,236 trilyun (Angka Perbaikan). Selanjutnya apabila diperbandingkan atas dasar harga konstan tahun 2000, pada periode 2009-2010 terdapat peningkatan sebesar Rp.241,245 milyar, dimana pada tahun 2009 diperoleh sebesar Rp.4,867 trilyun (Angka Perbaikan). Dalam kurun waktu Tahun 2005-2010, sektor pertanian diproyeksikan mengalami peningkatan sumbangan nilai tambah atas dasar harga berlaku sebesar Rp.4,524 Trilyun (angka sangat sementara) dari sebesar Rp.6,855 trilyun (Angka Perbaikan) pada tahun 2005, sementara atas dasar harga konstan diproyeksikan meningkat sebesar Rp.834,722 milyar dari sebesar Rp.4,273 trilyun (Angka Perbaikan) pada tahun 2005. Kondisi di atas dapat dipahami mengingat sektor pertanian saat ini menyerap lapangan kerja terbesar di Kabupaten Garut.

Memang, Kabupaten Garut masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian masyarakat, terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap perekonomian, yaitu masih sebagai penyumbang tertinggi. Pada tahun 2009 kontribusi sektor pertanian diproyeksikan sebesar 46,09% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor ini telah berperan besar dalam

(3)

pembangunan Kabupaten Garut, baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sektor lainnya.

Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan), beberapa komoditas dapat dikatagorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif. Saat ini pengembangan agribisnis komoditas unggulan muncul menjadi salah satu alternatif peluang investasi dalam pembangunan sektor pertanian. Mengemukanya fenomena tersebut dalam konteks perencanaan wilayah dan otonomi daerah, terjadi karena pendekatan tersebut diyakini dan telah teruji sebagai model yang layak dikembangkan menuju pertanian yang tangguh, khususnya dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani, serta pendapatan asli daerah.

Sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Garut ditetapkan berdasarkan program revitalisasi pertanian, meliputi kegiatan peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan peningkatan kesejahteraan petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah adanya usaha di sektor hulu usahatani (on farm), hilir (agroindustri) dan usaha penunjang lainnya, peningkatan pertumbuhan PDRB sektor pertanian, peningkatan ekspor produk pertanian segar maupun olahan, peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani, penguatan kelembagaan petani, peningkatan akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan peningkatan pendapatan petani.

Unggulan daerah ini di bidang agribisnis padi sawah, salah satunya adalah beras, sebagai komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian kedepan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus akan meningkat, produksi padi tahun 2010 diproyeksikan sebesar 770.409 ton GKG. Realisasi produksi padi tahun 2010 mencapai 918.735 ton GKG atau naik sebesar 14,21 % bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 (804.457 ton GKG).

Pemerintah berkeinginan mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Peningkatan produktivitas padi 5,03 % per tahun dengan indeks panen 1,52 diperkirakan dapat mempertahankan swasembada beras hingga tahun 2014. Untuk mencapai sasaran tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah dan akan menghasilkan varietas unggul padi hibrida dan padi tipe baru. Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan teknologi budi daya dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).

Dalam penggunaan varitas unggul, varitas Sarinah merupakan varitas unggul lokal Garut, penggunaan varitas ini tidak kurang dari 80 % dari total luas pertanaman. Secara umum, Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler, Karang Pawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, dan Bayongbong.

(4)

Selain itu agribisnis jagung dalam beberapa tahun terakhir proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50 % dari total kebutuhan nasional. Realisasi produksi jagung Kabupaten Garut tahun 2010 mencapai 394.579 ton biji kering atau naik 21,15 % bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 (325.687 ton). Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi jagung di Kabupaten Garut adalah Kecamatan Wanaraja, Karangpawitan, Peundeuy, Caringin, Pamulihan, Cikajang, Banyuresmi, Cibalong, Samarang, dan Leuwigoong.

Begitu pula dengan pertumbuhan permintaan kedelai selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan impor dalam jumlah yang cukup besar. Harga kedelai impor yang murah dan tidak adanya tarif impor menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai di dalam negeri.

Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri umumnya dan di Kabupaten Garut khususnya untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang tersedia, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usaha tani. Disamping itu, pasar komoditi kedelai masih terbuka lebar.

Produksi kedelai tahun 2010 mencapai 18.601 ton biji kering atau naik sebesar 47,08 % dari produksi kedelai tahun 2009 (12.647 ton biji kering). Beberapa kecamatan yang potensial sebagai sentra produksi kedelai di Kabupaten Garut adalah Talegong, Pamulihan, Cikelet, Cibalong, Cisompet, Peundeuy, Bayongbong, Wanaraja, Tarogong Kidul, Cibatu, dan Karang Tengah.

Dalam komoditas sayuran, sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan pertama adalah kentang, cabe merah, dan tomat. Sedangkan komoditas sayuran lainnya masuk kedalam kelompok unggulan prioritas kedua, namun sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Beberapa daerah sentra produksi utama tanaman sayuran adalah Kecamatan Cikajang, Bayongbong, Samarang, Cisurupan, dan Wanaraja.

Produksi tanaman sayuran tahun 2010 mencapai mencapai 671.980 ton atau meningkat 7,74% dari realisasi produksi tahun 2008 sebesar 623.680 ton dan mencapai 119 % dari sasaran tahun 2009 sebesar 563.211 ton.

Kentang, misalnya, sebagai komoditas yang mempunyai syarat tumbuh yang cukup khusus sangat potensial di kembangkan di beberapa daerah Kabupaten Garut. Secara ekologis, faktor alam (tipe iklim dan ketinggian tempat) di beberapa daerah Kabupaten Garut sangat cocok untuk pengembangan kentang. Bentang alam yang dimiliki oleh Kabupaten Garut sangat mendukung untuk penanaman kentang, karena Garut mempunyai daerah dataran tinggi yang cukup luas. Dataran tinggi ini tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Pamulihan, Cikajang, Cigedug, Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Wanaraja, Pangatikan dan Pasirwangi.

Produksi kentang Tahun 2010 mencapai 143.342 ton atau mengalami peningkatan 19,40 % dari Tahun 2009 sebesar 120.048 ton.

(5)

Komoditas cabe merah yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Produksi Cabe Besar tahun 2010 mencapai 79.492 ton atau mengalami peningkatan 112,53 % dari Tahun 2009 sebesar 70.641 ton. Sedangkan produksi Cabe Rawit Tahun 2010 mencapai 17.178 ton atau mengalami penurunan 89,18 % dari Tahun 2009 sebesar 19.263 ton.

Selain kentang dan cabe, tomat juga merupakan komoditas unggulan Kabupaten Garut. Produksi tomat pada tahun 2010 mencapai 100.248 ton atau mengalami peningkatan 99,34 % dari tahun 2009 sebesar 100.912 ton. Komoditas tomat yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Penggunaan benih hibrida yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan benih dalam dan luar negeri menunjukan angka penggunaan yang tinggi. Kondisi ini disebabkan karena untuk melakukan perbanyakan benih tanaman tomat memerlukan teknologi berbiaya tinggi. Kemudahan mendapatkan benih tomat secara perlahan telah menciptakan suatu ketergantungan petani terhadap benih impor. Oleh karena itu pembinaan kepada petani penangkar perlu terus ditingkatkan, agar kebocoran (leakages) devisa dapat dikurangi.

Garut mempunyai potensi keragaman agroklimat yang sesuai untuk pengembangan berbagai jenis komoditas hortikultura, salah satu diantaranya adalah tanaman jeruk siam garut (citrus nobilis var.Micocarpa) dan keprok garut (citrus nobilis var.Chrysocarpa). Selain itu masih ada jenis lain yang dikembangkan yakni konde (Citrus nobilis var.Raticula) serta jeruk manis (Citrus nobilis var.sinensis). Dari beberapa jenis jeruk tersebut, keprok garut merupakan terbaik di Indonesia, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya jika dibandingkan dengan jeruk lainnya.

Produksi jeruk keprok/siam tahun 2010 mencapai 9.180 ton atau mengalami penurunan 85,33 % dari tahun 2009 sebesar 10.758 ton. Jeruk dapat tumbuh baik hampir di setiap jenis tanah kecuali pada lahan-lahan yang tergenang. Jeruk sebaiknya dibudidayakan pada tanah-tanah gembur berpasir hingga lempung berliat dengan pH tanah optimum antara 4,5 – 8,0. Kesesuaian agroklimat ini dapat ditemui di Kabupaten Garut, diantaranya tanaman jeruk Garut terdapat di Kecamatan Pasirwangi, Samarang, Cilawu, Cisurupan, Bayongbong dan Karangpawitan.

Tujuan pasar untuk buah jeruk di Garut ditujukan untuk konsumen di wilayah Garut dan sekitar wilayah Jawa Barat serta Jakarta . Tingginya permintaan di Jawa Barat sendiri mengakibatkan harga jual di tingkat konsumen yang tinggi pula. Keadaan ini pula mengundang masuknya hasil produksi dari luar Jawa Barat dan produk jeruk impor untuk varietas-varietas tertentu.

Keunguulan agrbisnis lainnya adalah Minyak akarwangi, sebagai sebuah komoditi ekspor nasional yang hanya dihasilkan dari Kabupaten Garut. Prospek pasar dunia minyak akarwangi cukup besar, antara lain ke Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Jerman, Itali, Belanda, Spanyol, Swiss, Inggris, dan negara lainnya, permintaan atas minyak akar wangi mencapai angka lebih dari 250 ton (tahun 2000) dan Indonesia hanya mampu memproduksi 60-70 ton per tahun. Artinya, jika

(6)

seluruh produksinya diekspor ke luarnegeri, maka Indonesia hanya mampu mengisi pangsa pasar sekitar 24-30% dari pasar dunia. Produksi minyak akarwangi tahun 2010 mencapai 73,60 ton atau mengalami sedikit penurunan dari tahun 2009 yang mencapai 75 ton.

Secara sosiologis dan agroekologis, daerah yang merupakan basis bagi pengembangan akar wangi di Kabupaten Garut adalah di Kecamatan Samarang (1.141 Ha), Pasirwangi (75 Ha), Leles (750 Ha), Bayongbong (112 Ha), dan Cilawu (240 Ha).

2. Potensi Kehutanan

Kabupaten Garut mempunyai sumber daya hutan yang cukup luas yaitu 107.865 ha (35%) dari luas wilayah Kabupaten. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 195/Kpts-II/2003, tanggal 4 Juli tahun 2003, fungsi hutan dan luasannya yang ada di Kabupaten Garut adalah:

a. Hutan Konservasi : 26.727 Ha (24,77 %) b. Hutan Lindung, : 75.572 Ha (70,06 %) c. Hutan Produksi Terbatas : 5.400 Ha (5,02 %) d. Hutan Produksi : 166 Ha (0,15 %).

Selain kawasan hutan negara tersebut. Kabupaten Garut mempunyai lahan milik yang cukup luas dan layak untuk ditanami tanaman kayu. Populasi (tegakan) tanaman kayu pada lahan milik yang biasa disebut Hutan Rakyat diharapkan menjadi sumber utama penghasil kayu mengingat Hutan Negara yang mempunyai fungsi produksi sudah semakin terbatas untuk dapat mensuplai kebutuhan hasil hutan berupa kayu. Saat ini, populasi tersebut sudah memiliki luasan 44.101 Ha.

Sampai dengan akhir tahun 2009 sisa lahan kritis yang belum tertangani adalah 31.553,40 ha. Pada tahun 2010 telah dilakukan penanaman lahan kritis seluas 6.010 ha. Kegiatan rehabilitasi ini berasal dari berbagai sumber anggaran yaitu DAK seluas 1.000 ha, GRLK luncuran tahun 2009 seluas 3.000 ha, GRLK tahun 2010 seluas 1.340 ha, RHL lindung (APBN 2010) seluas 575 ha, bantuan provinsi tahun 2010 berupa hutan pantai seluas 20 ha, dan agroforestri seluas 75 ha. Dengan demikian sampai dengan akhir tahun 2010 sisa lahan kritis yang belum ditangani adalah 25.523,40 ha.

Upaya penanganan lahan kritis dilakukan melalui metode vegetatip atau penanaman dan sipil teknis. Selain itu dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Hasi Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa budidaya jamur kayu dan lebah madu. Pada tahun 2010 produksi jamur kayu yang tercatat oleh dinas kehutanan sebesar 60.820 Kg, sedangkan produksi lebah madu sebesar 557,4 Liter.

Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu upaya dalam penanganan lahan kritis antara lain dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR ) yang bersumber dari APBN. Setiap unit KBR menghasilkan minimal 50.000 batang bibit yang ditujukan guna memenuhi kebutuhan bibit untuk penanaman dalam rangka rehabilitasi lahan kritis. Pada tahun 2010 ini telah dibangun 30 unit KBR yang tersebar di 21 kecamatan dan 30 desa.

(7)

Keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis tidak terlepas dari pembinaan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangannya. Adapun prestasi yang dicapai Dinas Kehutanan di Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

• Juara Pertama Lomba Hutan Kota Tingkat Provinsi Jawa Barat dan masuk 10 besar tingkat nasional

• Pada tahun yang sama pemerintah Kabupaten Garut menjadi nominator dalam memperoleh Innovation Government Award (IGA) dan masuk 12 Kabupaten Kota se Indonesis. melalui Program Penghijauan Partisipatif Calon Pengantin dan Pasangan Suami Isteri yang Akan Bercerai

• Pemenang Kategori Lomba Kabupaten Peduli Kehutanan Peringkat II atas nama KH. Aceng Fikri Kabupaten Garut.

• Pemenang Kategori Lomba Kelompok Tani Hutan / Penghijauan (KTH/KTP) Peringkat III atas nama Mukti/Abdalloh Desa Maroko Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut.

• Pemenang Kategori Lomba Hutan Kota Peringkat I atas nama Kerkof (Ir. Usnadi) Jln. Merdeka Desa Haur Panggung Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. • Pemenang Kategori Lomba Pelaku Usaha Peringkat I atas nama PT. Chevron

Geothermal Indonesia Kabupaten Garut.

• Pemenang Kategori Lomba Kader Konservasi Alam (KKA) Peringkat I atas nama Rudi Arifin, SE Desa Cikembulan Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut.

• Pemenang Kategori Lomba Kelompok Pecinta Alam (KPA) Peringkat II atas nama Belantara (Yusuf Shidiq) Desa Pataruman Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut.

• Pemenang Kategori Lomba Penyidik Pegawai Sipil (PPNS) Peringkat I atas nama Untung Wartono Kabupaten Garut.

• Kategori Penerima Penghargaan dalam rangka Penghijauan Partisipatif Calon Pengantin dan Pasangan Suami Istri yang akan Bercerai Kabupaten Garut Tahun 2010 atas nama :

a. Drs. H. Ade Saroni, M. Ag. Jln. Otista No. 63 Tarogong Kaler berupa Piagam Penghargaan.

b. Drs. H. Rahmat Surur (Kepala KUA Kec. Cikajang Jln. Raya Cikajang berupa Piagam Penghargaan.

3. Potensi Industri

Sektor industri pengolahan selama 5 (lima) tahun terakhir memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Garut setiap tahun meningkat secara signifikan. Proyeksi tahun 2009, sektor ini memberikan kontribusi sebesar 7,78 %, meningkat 0,27% dibanding tahun 2008 dan meningkat 1,32 % dibandingkan tahun 2005. Hal ini berarti kecepatan sektor industri pengolahan dalam pembentukan nilai tambah cukup tinggi, dan mampu menggeser struktur ekonomi Kabupaten Garut yang didominasi sektor pertanian.

Sektor industri mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Garut, yaitu mampu menarik pertumbuhan sektor lain, terutama sektor pertanian sebagai sumber penyedia bahan baku

(8)

industri, serta mampu mendorong pertumbuhan sektor tersier , yaitu antara lain sektor perdagangan, pariwisata dan jasa lainnya.

Sebagian besar pelaku industri di Kabupaten Garut merupakan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Jumlah IKM di Kabupaten Garut tahun 2010 mencapai 12.622 unit usaha, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 58.627 orang.

Potensi Industri kecil yang menjadi komoditas andalan Kabupaten Garut terdiri dari industri penyamakan kulit, jaket kulit, industri batik, sutera alam, dodol, minyak akar wangi dan industri kerajinan anyaman bambu. Dari berbagai komoditi yang ada, tercatat beberapa diantaranya telah menembus pasar ekspor seperti: teh hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, kulit tersamak dan kain sutera.

4. Potensi Perdagangan

Perkembangan usaha ekspor ditandai dengan keragaman komoditas dan nilai ekspor. Jenis komoditas yang diekspor terdiri dari teh hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, kulit tersamak dan kain sutera dengan negara tujuan ekspor yaitu: USA, Inggris, Belanda, Rusia, Mesir, Jepang, Singapura, Irak, Iran, Srilanka, India, Korea, Kanada, Jerman Taiwan, Thailand, Vietnam dan Malaysia.

Kegiatan perdagangan di Kabupaten Garut ditopang oleh 15 buah pasar kabupaten (tradisional) dan 53 pasar modern dan 3 unit STA (Sub Terminal Agribisnis) yang berada di Kec. Bayongbong, Kec. Cikajang dan Kec. Mekarmukti. Dilihat dari klasifikasi pedagang berdasarkan golongan, baik kecil, menengah maupun besar pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 14,51% yakni dari 16.288 pedagang pada tahun 2009 menjadi 18.653 pedagang pada tahun 2010. Sementara itu jumlah agen/grosir mengalami peningkatan sebesar 30,76 % dari kondisi tahun sebelumnya.

Di tengah pelaksanaan otonomi daerah dan menyongsong diberlakukannya ACFTA (Asean China Free Trade Area), Kabupaten Garut menghadapi berbagai masalah yang harus segera ditangani baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Permasalahan yang masih nampak menonjol antara lain sistem perdagangan belum berjalan secara optimal, yang tercermin dari pola aliran barang dari Kabupaten Garut masih berkisar di seputar lokal, Jawa Barat dan luar Jawa Barat;

5. Pariwisata

Kabupaten Garut memiliki sumberdaya alam, peninggalan budaya dan peninggalan sejarah yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang menarik dan kompetitif. Beberapa peninggalan budaya yang menjadi tujuan wisata (ODTW) antara lain Cagar Budaya Situ Cangkuang dan Situs Ciburuy. Demikian pula potensi sumberdaya alam diantaranya, kawah Darajat yang merupakan pusat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Dalam upaya pengembangan wilayah yang lebih merata, peranan sektor pariwisata cukup penting, mengingat panjangnya mata rantai kegiatan usaha kepariwisataan. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud meliputi: biro perjalanan,

(9)

pengangkutan, perhotelan, restoran pemandu wisata/ pramuwisata, kerajinan rakyat, kesenian daerah, pemeliharan dan pengembangan obyek wisata. Rantai kegiatan pariwisata ini jelas akan membutuhkan hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan cinderamata, bahan dan alat bangunan. Dengan demikian pengembangan sektor pariwisata dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya atau dengan kata lain sektor ini mempunyai imbas secara multisektoral

Potensi usaha pariwisata seperti usaha sarana, usaha jasa dan usaha obyek dan daya tarik wisata mengalami pertumbuhan yang cukup berarti. Salah satu keberhasilan yang dinilai adalah peningkatan jumlah wisatawan, yaitu pada tahun 2009 jumlah wisatawan sebanyak 1.650.913 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 1.802.853 orang.

Perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dilihat dari lama tinggal pada tahun 2010, kunjungan wisatawan mancanegara ke Hotel Berbintang selama 4 hari dan wisatawan nusantara selama 2 hari, dibandingkan tahun 2009 adalah 3 hari untuk wisatawan mancanegara dan 2 hari untuk wisatawan nusantara, hal ini terjadi kenaikan lama tinggal pada wisatawan mancanegara selama 1 hari.

Pada tahun 2009, tersedia sarana akomodasi hotel sebanyak 87 buah, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 584 orang. Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor pariwisata dari retribusi yang dikelola Disbudpar Kab. Garut pada tahun 2010 sebesar Rp.922.535.816,- mengalami peningkatan dibanding target pada tahun 2009 yaitu Rp.513.043.000,-

6. Ternak Domba

Kabupaten Garut juga merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh wilayah. Beberapa kecamatan dengan populasi domba dan terbanyak berada di Kecamatan Cikajang, Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Bungbulang, Cibalong, Singajaya, Samarang, Wanaraja, dan Malangbong. Di beberapa kecamatan seperti Cikajang, Cilawu, Bayongbong, Samarang dan Cisurupan, ternak domba berkembang dalam lokasi yang sama dengan peternakan sapi perah. Sebelum peternakan sapi perah berkembang di daerah ini, domba merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini, dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba Priangan.

Populasi domba tahun 2010 mencapai 718.720 ekor yang mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebanyak 601.469 ekor.

Secara umum domba-domba yang dipelihara di wilayah selatan berbeda dengan domba yang dipelihara di wilayah utara. Daerah Cibalong, Bungbulang, Singajaya sebagian besar jenis domba yang dipelihara adalah domba lokal, dengan performa badan yang lebih kecil dari domba Garut. Di daerah selatan, karena lahan yang relatif luas, pola pemeliharaan domba dilakukan dengan cara diangon (ekstensif) atau semi intensif.

Dari semua kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Garut, hanya wilayah kecamatan Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan yang hampir semua pakan hijauannya sudah termanfaatkan, bahkan untuk kecamatan Cisurupan nilai

(10)

pemanfaatan hijauan mencapai 130%. Artinya di daerah tersebut sudah jenuh untuk tidak dilakukan pengembangan ternak ruminansia apabila tidak diimbangi dengan usaha penanaman hijauan pakan secara intensif atau pemenuhan kebutuhan ternak akan hijauan sudah mendatangkan dari wilayah kecamatan lain.

Kecamatan Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan merupakan daerah budidaya sapi perah. Ketiga wilayah kecamatan tersebut sangat kecil peluangnya untuk menambah lagi ternak ruminansia besar terutama apabila tidak usaha membuka lahan baru untuk penanaman rumput unggul. Dengan kata lain ke tiga kecamatan tersebut sudah jenuh untuk penambahan populasi ternak ruminansia.

Tujuan akhir dari pengembangan produksi peternakan adalah untuk memenuhi penyediaan pangan produk peternakan bagi masyarakat dalam takaran yang cukup sesuai dengan norma kebutuhan gizi. Pangan produk peternakan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah daging, telur dan susu. Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan memberikan kontribusi nyata bagi kegiatan industri, yaitu produksi kulit sapi dan kerbau serta kulit domba dan kambing.

Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Garut Tahun 2005 s.d. 2010

No Uraian Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010*

Proyeksi Pertum buhan 2009-2010 1 IPM 68,7 69,50 69,99 70,52 70,98 71,51 0,75% INDEKS KESEHATAN 64,17 65,10 65,70 66,33 67 67,35 0,52% Angka Harapan Hidup (tahun) 63,5 64,10 64,42 64,80 65,2 65,41 0,32% Angka Kematian Bayi

(per 1000 kelahiran

hidup) 54,83 53,80 52,77 52,42 51,65 50,89 -1,47% Angka Kematian Ibu

(Per 100.000 kasus

kelahiran) 255 246 237 228,43 219,64 210,86 -4,00% INDEKS

PENDIDIKAN 80,44 81,70 81,70 81,71 82,15 82,48 0,40% Angka Melek Huruf

(%) 98 98,90 98,89 98,89 98,93 99,12 0,19% Rata-Rata Lama sekolah (tahun) 6,8 7,10 7,10 7,10 7,29 7,38 1,23% INDEKS DAYA BELI 61,49 61,70 62,56 63,54 63,78 64,69 1,43% Kemampuan Daya Beli (000 Rp) 626,1 626,90 630,72 634,95 636,01 639,92 0,61% 2 Jumlah penduduk (jiwa) 2.239.091 2.274.973 2.309.774 2.345.108 2.380.981 2.417.404 1,53%

3 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,58 1,60 1,53 1,53 1,53 1,53 0,00%

4 Jumlah penduduk miskin (jiwa) 368.100 434.481 435.460 410.564 365.392 364.137 -0,34% 5 PDRB berlaku (Trilyun Rp) 13,70 15,890 17,72 20,361 22,271 24,862 11,63% 6 Inflasi Regional (%) 20,83 8,44 7,72 12,07 4,17 5,27 26,38% 7 Konsumsi pemerintah (juta Rp) 1.185.352 1.607.567 1.868.749 2.268.612 2.400.322 2.679.530 11,63%

(11)

No Uraian Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010* Proyeksi Pertum buhan 2009-2010 9 PDRB Perkapita (Rp) 6.117.609 6.984.822 7.669.678 8.682.261 9.353.884 10.284.612 9,95% 10 Investasi (Miliar) 1.983,70 2.293,70 2.462,37 2.761,77 2.998,03 3.346,76 11,63% 11 Laju Investasi (%) 10,43 15,63 7,35 12,16 8,55 11,63 36,02%

12 Jumlah Penduduk Yang Bekerja 10

Tahun Ke Atas 799.481 839.688 886.746 890.740 899.372 918.703 2,15% 13 Jumlah Pengangguran

Terbuka (Jiwa) 50.726 49.671 49.829 50.134 50.091 49.242 -1,69%

Sumber : BPS Kabupaten Garut, Februari 2011 *) Angka Sangat Sementara

Dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut Tahun 2011, beberapa hal yang harus mendapatkan fokus dan dikategorikan sebagai permasalahan/hambatan mendesak yang dihadapi dalam pembangunan daerah sehingga penetapan kebijakan umum anggaran itu dapat tepat sasaran serta mampu menjawab permasalahan yang nyata dapat diidentifikasi setidaknya ada tujuh permasalahan yang mesti segera diupayakan, antara lain :masih rendahnya aksesibilitas dan pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat, rendahnya kemampuan sosio-ekonomi masyarakat, terutama kemampuan daya beli serta masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, rendahnya nilai tambah dan daya saing produk lokal karena faktor informasi dan kurangnya pemanfaatan teknologi. Di sektor pariwisata sebagai sektor unggulan belum memberikan kontribusi yang signifikan baik dalam pertumbuhan perekonomian maupun sebagai penggerak sektor-sektor lainnya, belum optimalnya kinerja aparatur pemerintah dan kualitas pelayanan publik, juga rendahnya kualitas dan kuantitas ketersediaan infrastruktur dan prasarana wilayah di Kabupaten Garut, bahkan dengan hampir 80 persen areal hutan sebagai kawasan hutan lindung, masih pula terdapat lahan kritis yang belum tertangani baik di luar maupun di dalam kawasan hutan serta kerawanan bencana alam.

Berdasarkan hasil evaluasi pembangunan daerah pada tahun sebelumnya serta isue pembangunan di tingkat nasional maupun regional, maka teridentifikasi isue strategis pembangunan daerah yang perlu mendapat perhatian khusus pada tahun 2011, terutama dari sisi kebijakan anggaran, yaitu:

1. Aksesibilitas dan Pelayanan Pendidikan.

2. Aksesiblitas dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 3. Peningkatan Kemampuan Sosio-Ekonomi Masyarakat.

4. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

5. Apresiasi dan Pengembangan Budaya Daerah serta Menggali Potensi Wisata. 6. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Penciptaan Lapangan

Pekerjaan.

7. Peningkatan Kinerja Aparatur dan Kualitas Pelayanan Publik. 8. Kualitas Lingkungan dan Penanganan Bencana.

(12)

9. Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah. 10. Pemenuhan Kebutuhan Energi Berkelanjutan.

Guna mendukung arah pembangunan Kabupaten Garut tahun 2011 sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka ditetapkan tema pembangunan tahun 2011 yaitu “Penguatan Infrastruktur Wilayah Terhadap Aksesibilitas Pengembangan Potensi Ekonomi Disertai Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik”. Seluruh program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2011 secara langsung maupun tidak langsung, diarahkan untuk mendukung tema tersebut.

Dalam upaya mewujudkan tema pembangunan tahun 2011 tersebut, dirumuskan 10 isu strategis dan 26 Prioritas Pembangunan Tahun 2011 yaitu :

Peningkatan Kualitas Pendidikan, Diprioritaskan pada Penuntasan Wajar Dikdas

9 tahun tuntas paripurna dan pencanangan Wajar 12 tahun; Peningkatan partisipasi sekolah pada semua jenjang dan jalur pendidikan; Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan pada semua jenjang dan jalur pendidikan; Pemberdayaan pemuda dan peningkatan prestasi olah raga; dan Peningkatan partisipasi SMK.

Sedangkan dalam Peningkatan Kualitas Kesehatan diprioritaskan pada pemantapan kualitas tenaga dan fasilitas kesehatan dalam melakukan pelayananan kesehatan masyarakat; Intensifikasi penyuluhan, pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; Implementasi kesetaraan gender dan peran pemuda dalam proses pembangunan. Untuk Peningkatan Sosio Ekonomi Masyarakat diprioritaskan pada peningkatan daya beli masyarakat.

Isu lainnya yang menjadi prioritas pembangunan adalah Peningkatan

Daya Saing Usaha dan Nilai Tambah Produk Lokal, diprioritaskan pada

pembangunan Pusat Informasi Potensi, Produksi dan Pasar dan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk lokal. Disektor Pariwisata Pengembangan Budaya

Daerah serta Menggali Potensi Wisata, di Kabupaten Garut belum sepenuhnya

tergali, sehingga untuk mendukungnya diprioritaskan pada peningkatan daya tarik pariwisata.

Meseki demikian, Kabupaten Garut dengan jumlah penduduk sekitar 2,4 juta jiwa masih menyandang julukan sebaghai daerah tertinggal, hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang berbalut kemiskinan. Maka Penanggulangan

Kemiskinan menjadi upaya nyata nantinya mengubah image sebagai daerah

tertinggal. Penanggulangan kemiskinan ini diprioritaskan pada peningkatan pelayanan dan pemberdayaan fakir miskin, KAT, dan PMKS lainnya; Implementasi pemahaman nilai-nilai Agama, budaya dan kearifan lokal melalui keluarga; serta meningkatnya jumlah tenaga kerja yang bersertifikasi.

Peningkatan Kinerja Aparatur dan Kualitas Pelayanan Publik

sebagai upaya menjawab tuntutan masyarakat saat ini, tahun ini diprioritaskan pada profesionalisme aparatur untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang akuntabel; perwujudan pelayanan prima bagi masyarakat; serta menata sistem pengawasan internal pemerintah.

Di bidang lingkungan, Pemkab Garut melalui isu Peningkatan Kualitas

(13)

risiko bencana, percepatan penanganan korban manusia dan penanggulangan akibat bencana serta pelestarian dan perluasan kawasan lindung.

Guna mendukung tahun 2011 sebagai Tahun “Penguatan Infrastruktur Wilayah Terhadap Aksesibilitas Pengembangan Potensi Ekonomi Disertai

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik”, maka isu Ketersediaan dan

Kualitas Infrastruktur Wilayah pun akan diprioritaskan pada pengembangan

infrastruktur jalan dan jembatan; pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman; pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi; pengembangan infrastruktur perhubungan; dan penanganan infrastruktur wilayah akibat bencana;

Isu lain yang menjadi perhatian seirus pemerintah adalah Pemenuhan

Kebutuhan Energi Berkelanjutan, hal ini diprioritaskan pada pengembangan

energi alternatif dan listrik perdesaan, serta infrastruktur penyedia air baku.

Penguatan Infrastruktur Wilayah Terhadap Aksesibilitas Pengembangan Potensi Ekonomi Disertai Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, bukan hanya cita-cita pemerintah saja, namun mesti didukung seluruh komponen masyarakat, karena byukan tidak mungkin, selangkah menuju dua abad, Kabupaten Garut akan semakin memberikan daya pesona bagi mata dunia, seprti julukan Swiss Van Java yang kerap terngiang di telinga kita. SELAMAT HARI JADI GARUT KE-199

Referensi

Dokumen terkait

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagai bukti pemenuhan persyaratan bakal calon Anggota DPRD Kabupaten sebagaimana

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengenali potensi desa adalah dengan pengamatan langsung terhadap keadaan desa dan menjaring i.. desa adalah dengan pengamatan langsung

dengan biaya pengelolaan verifikasi lapangan dibandingkan dengan realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, kecukupan dilihat dari waktu yang diperlukan

Pengujian dilakukan untuk menentukan apakah sistem informasi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan fungsional sistem yang telah ditentukan pada awal proes

-:-ik internal merupakan bagian penting yang harus diperhatikan relntions dalam upaya menciptakan suasana ouqDqltq yang harmonis di /art6, rr4rutulllD ut :.:an atau

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Seram Bagian Barat mengalami

Yang diteliti adalah pengaruh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja (studi kasus pada tahun 2011-2014 di Kabupaten Pati)..

Metode yang akan digunakan oleh peneliti metode Numbered Head Together (NHT) yang merupakan model pembelajaran yang bersifat berkelompok dengan Discovery Learning