PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI MODEL JIGSAW DAN STAD DILENGKAPI PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI
GAYA BELAJAR SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN GERAK HARMONIK SEDERHANA
Skripsi
Oleh : Titin Hariyani
K.2305043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPrestasi belajar siswa SMA N 1 Rembang kelas XI semester 1 tahun ajaran 2008/2009 pada pokok bahasan gerak harmonik sederhana cukup rendah, ini ditunjukkan dari nilai rata-rata siswa 47,09; nilai maximum siswa 92; nilai minimum siswa 22; simpangan nilai siswa 2,75. Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari beberapa faktor, diantaranya faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar meliputi metode, kurikulum, kedaan keluarga dan lingkungan, disiplin sekolah, serta sarana dan prasarana sekolah. Faktor dari dalam meliputi intelegensi, minat, bakat, keadaan jasmani dan rohani, serta motivasi.
IG. A. K. Wardani (1994:289) menyatakan bahwa “Rendahnya mutu lulusan SD, SLTP, dan SMU banyak dibahas dalam berbagai diskusi. Hal ini terkait dengan rendahnya Nilai Ebtanas Murni (NEM) serta kurang mampunya para siswa bernalar dan berpikir kritis. Kemampuan para siswa lebih banyak berfokus pada menghapal tanpa diimbangi dengan kemampuan menerapkan teori dan menguasai keterampilan”. Fisika merupakan ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala atau kejadian- kejadian alam yang bersifat fisik salah satu contohnya adalah konsep gerak harmonik sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari banyak penerapan dari gerak harmonik sederhana, misalnya mainan anak ayunan. Konsep gerak harmonik sederhana merupakan salah satu pokok bahasan pelajaran fisika yang dipelajari pada tingkat SMA kelas XI semester 1. Dalam proses pembelajaran guru diharapkan bisa mengajar dengan baik yaitu menguasai materi pelajaran, bisa menyampaikan bahan ajar secara efektif, efisien dan tepat sasaran serta bisa mengetahui kondisi siswa. Proses belajar mengajar yang lebih baik yaitu melibatkan semua unsur dalam proses belajar mengajar itu sendiri meliputi siswa, pendidik, fasilitas pendidikan, lingkungan dan model pembelajaran. Pembelajaran fisika yang seharusnya diharapkan pengajar tidak terus menerus menyampaikan materi kepada
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Fisika a. Hakikat fisika
Pengertian fisika menurut Gerthsen (1985), ”Fisika adalah suatu teori yang menerapkan gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalan-persoalan ialah mengamati gejala-gejala tersebut” (Herbert Druxes,1986: 3). Sedangkan Brockhaus (1972) mengatakan bahwa: ”Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan. Pengukuran yang didapat, disajikan secara sistematis dan didasarkan pada peraturan-peraturan umum” (Herbert Druxes,1986: 3). Berdasarkan kutipan ini fisika merupakan teori yang mempelajari gejala-gejala alam, hasilnya dirumuskan dalam bentuk definisi ilmiah dan persamaan matematika berdasarkan hasil pengamatan dan penyelidikan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian-kejadian dalam alam dengan gambaran menurut pemikiran manusia.
Berdasarkan pengertian fisika tersebut, maka dalam fisika meliputi proses, sikap ilmiah, produk. Proses dalam kegiatan fisika berupa aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mempelajari, menggali, mencari, dan menyelidiki kejadian alam. Sedangkan sikap ilmiah dalam kegiatan fisika adalah sikap suatu mental yang diperlakukan selama melakukan proses kegiatan fisika. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jujur, terbuka, kritis, dan menghargai pendapat orang lain. Produk fisika adalah hasil kegiatan fisika berupa konsep, hukum, dan teori yang tersusun dalam fakta-fakta alam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Rembang pada tahun ajaran 2009/2010 yang berlokasi Jalan Gajah Mada No. 5 Rembang.
2. Waktu Penelitian Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Tahap Penelitian Kegiatan
Tahap Persiapan Pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing dan ijin penelitian.
Tahap Pelaksanaan Semua kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi uji coba instrumen (try out), pelaksanaan penelitian,
pengambilan data maupun tes.
Tahap Penyelesaian Analisa data, penyusunan laporan, konsultasi pembimbing dan penggandaan.
Jadwal penelitian secara lengkap disajikan pada lampiran1 B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 3. Terdapat dua kelompok yang diasumsikan sama dalam hal kemampuan dan intelegensinya, tetapi berbeda dalam pemberian perlakuan pengajaran. Adapun desain faktorial dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Desain Faktorial Penelitian B A B1 B2 B3 A1 A2 A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 3 1B A A2B3
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan kreativitas siswa, variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi Fluida Statis.
Pada penelitian ini jumlah siswa yang dilibatkan sebanyak 80 siswa dari kelas XI IPA 3 dan XI IPA 5 di SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Data dalam penelitian ini yaitu data kreativitas siswa dan nilai kemampuan kognitif Fisika pada materi Fluida Statis. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok eksperimen (XI IPA 5) dan kelompok kontrol (XI IPA 3). Berikut ini disajikan deskripsi data hasil penelitian dari masing-masing variabel.
1. Data Keadaan Awal Siswa
Dalam penelitian ini data keadaan awal yang digunakan yaitu nilai UAS pelajaran Fisika pada semester I. Deskripsi data keadaan awal siswa dapat ditunjukkan pada tabel 4.1 sedang data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22. Tabel 4.1. Deskripsi Data Keadaan Awal Siswa
Kelompok Jumlah Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Standar Deviasi Variansi Eksperimen Kontrol 40 40 88 88 60 60 73.70 72.03 6.56 7.11 43.04 50.54
Distribusi frekuensi keadaan awal untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan pada tabel 4.2 dan 4.6, kemudian diperjelas dengan histogram pada gambar 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen Frekuensi
Kelas Interval Titik Tengah Mutlak Relatif
60-64 62 4 10.00 % 65-69 67 7 17.50 % 70-74 72 12 30.00 % 75-79 77 10 25.00 % 80-84 82 4 10.00 % 85-89 87 3 7.50 % Jumlah 40 100 %
Nilai keadaan awal siswa kelas eksperimen memiliki rentang antara 60 sampai 88 dengan rata-rata 73,70, standar deviasi 6.56 dan variansinya 43.04. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 22. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam histrogram berikut:
Gambar 4.1. Histogram Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol Frekuensi
Kelas Kelas Titik Tengah Mutlak Relatif
60-64 62 6 15.00 % 65-69 67 9 22.50 % 70-74 72 11 27.50 % 75-79 77 7 17.50 % 80-84 82 6 15.00 % 85-89 87 1 2.50 % Jumlah 40 100 %
Nilai keadaan awal siswa kelas kontrol memiliki rentang antara 60 sampai 88 dengan rata-rata 72.03, standar deviasi 7.11 dan variansinya 50.54. Hasil
selengkapnya disajikan pada lampiran 22. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam tabel histrogram berikut :
Gambar 4.2. Histogram Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol
2. Data Kreativitas Siswa
Data kreativitas siswa diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa tentang kreativitas siswa dalam belajar Fisika.
Kreativitas siswa dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki kreativitas tinggi apabila skor kreativitasnya lebih dari atau sama dengan skor rata-rata gabungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan dikatakan memiliki kreativitas rendah apabila nilainya kurang dari skor rata-rata gabungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Skor rata-rata gabungan kelas eksperimen dan kontrol adalah 112.81, sehingga siswa yang memiliki skor lebih besar atau sama dengan 112.81 termasuk
pada kategori tinggi sedangkan siswa memiliki nilai di bawah 112.81 termasuk pada kategori rendah. (Lampiran 27)
Deskripsi data kreativitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel 4.4 sedang data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 27.
Tabel 4.4. Deskripsi Data Kreativitas Siswa
Kelompok Jumlah Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata- rata Rata- rata Gabungan SD Variansi Eksperimen 40 138 94 116.98 112.81 11.49 132.03 Kontrol 40 128 93 108.65 112.81 8.01 64.18
Distribusi Frekuensi kreativitas siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan pada tabel 4.5 dan 4.6, kemudian diperjelas dengan histogram pada gambar 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen Frekuensi
No Kelas
Interval
Titik
Tengah Mutlak Relatif
1 91-97 94 2 5.00 % 2 98-104 101 5 12.50 % 3 105-111 108 6 15.00 % 4 112-118 115 8 20.00 % 5 119-125 122 10 25.00 % 6 126-132 129 5 12.50 % 7 133-139 136 4 10.00 % Jumlah 40 100 %
Nilai kreativitas kelas eksperimen memiliki rentang antara 94 sampai 138 dengan nilai rata-rata 116.98, standar deviasi 11.49 dan variansinya 132.03. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 27. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam histrogram berikut:
Gambar 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas Kontrol Frekuensi Kelas Kontrol No
Kelas
Interval Titik Tengah Mutlak Relatif
1 68-73 70.5 4 10.00 %
2 74-79 76.5 6 15.00 %
3 80-85 82.5 11 27.50 %
4 86-91 88.5 10 25.00 %
6 98-103 100.5 3 7.50 %
Jumlah 40 100 %
Nilai kreativitas kelas kontrol memiliki rentang antara 93 sampai 128 dengan nilai rata-rata 108.65, standar deviasi 8.01 dan variansinya 64.18. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 27. Deskripsi datanya dapat dilihat dalam histrogram berikut:
Gambar 4.4. Histogram Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa Kelas Kontrol
3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa
Data nilai kemampuan kognitif diperoleh setelah siswa mendapat perlakuan, untuk kelas eksperimen diberi pembelajaran Fisika dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen, sedangkan kelas kontrol diberi pembelajaran Fisika dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi. Nilai kemampuan kognitif Fisika siswa diambil dari nilai postest materi Fluida Statis. Adapun nilai kemampuan kognitif Fisika hasil penelitian dari masing-masing kelompok disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7. Deskrispi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelompok Jumlah Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Standar Deviasi Variansi Eksperimen Kontrol 40 40 94 89 60 54 79.93 71.23 8.48 9.18 71.87 84.33
Distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 4.8 dan tabel 4.9. Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai kemampuan kognitif Fisika tersebut, disajikan histogram pada gambar 4.5 dan 4.6.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen
Frekuensi Kelas Eksperimen Kelas
Interval
Titik
Tengah Mutlak Relatif
60-65 62.5 2 5.00 % 66-71 68.5 5 12.50 % 72-77 74.5 9 22.50 % 78-83 80.5 11 27.50 % 84-89 86.5 8 20.00 % 90-95 92.5 5 12.50 % Jumlah 40 100 %
Nilai kemampuan kognitif Fisika kelas eksperimen yang diberi pengajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen memiliki rentang antara 60 sampai 95 dengan rata-rata 79.93, standar deviasinya 8.48 dan variansinya 71.87. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 27. Deskripsi datanya dapat dilihat histrogram berikut ini:
Gambar 4.5. Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol
Frekuensi Kelas Eksperimen Kelas Interval Kelas Interval Mutlak Relatif 54-59 56.5 4 10.00 % 60-65 62.5 7 17.50 % 66-71 68.5 9 22.50 % 72-77 74.5 10 25.00 % 78-83 80.5 8 20.00 % 84-89 86.5 2 5.00 % Jumlah 40 100 %
Nilai kemampuan kognitif Fisika kelas kontrol yang diberi pengajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi memiliki rentang antara 54 sampai 89 dengan rata-rata 71.23, standar deviasinya 9.18 dan variansinya
84.33. Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran 27 Deskripsi datanya dapat dilihat histrogram berikut ini :
Gambar 4.6. Histogram Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol
B. HASIL ANALISIS DATA 1. Uji Kesamaan Keadaan Awal
Data yang digunakan untuk uji kesamaan keadaan awal dalam penelitian adalah nilai UAS Fisika semester I. Uji kesamaan keadaan awal dilakukan dengan menggunakan rumus uji t-dua pihak. Sebelum dilakukan Uji-t dua pihak terlebih dahulu dilakukan Uji Prasyarat yaitu Uji Normalitas dan Homogenitas.
Hasil uji normalitas keadaan awal siswa dengan rumus Liliefors diperoleh hasil :
a. Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0.0835
dan harga kritik L0.05; 40 = 0.1401. Karena Lobs < L0.05;40, maka dapat dikatakan
b. Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0.0907 dan harga
kritik L0.05;40 = 0.1401 atau (Lobs < L0.05;40), yang berarti sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. (lampiran 24)
Hasil uji homogenitas menggunakan uji Bartlett untuk sampel kelas eksperimen dan kontrol diperoleh harga χ2hitung = 0.25. Harga ini tidak melebihi harga
2 tabel
χ = 3.841 untuk dk = 1 dan taraf signifikansi 5 %, yang berarti sampel berasal dari populasi yang homogen. (lampiran 25)
Uji kesamaan keadaan awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keadaan awal yang sama sebelum diberi perlakuan. Dari tabel distribusi t diketahui harga ttabel = 2,00 dengan
dk = (40+40-2) = 78 dan taraf signifikansi 5 % dan dari hasil perhitungan uji t didapatkan thitung = 1.0951 sehingga - ttabel = -2.00 < thitung = 1.0951 < ttabel = 2.00.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara keadaan awal kemampuan kognitif Fisika siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. (Lampiran 26)
2. Uji Prasyarat Analisis
Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas dan Uji Homogenitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai pos tes kemampuan kognitif pada materi Fluida Statis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan Uji Lilliefors. Hasil perhitungan antara Lobs
dan Ltabel dibandingkan, jika Lobs < Ltabel maka sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Lobs>Ltabel maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui: 1) Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0580 dan harga
kritik L0.05; 40= 0,1401. Karena Lobs tidak melebihi harga Ltabel (L0.05; 40) maka
dapat dikatakan bahwa sampel pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Lampiran 30)
2) Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0909 dan harga
kritik L0.05; 40 = 0,1401. Karena Lobs < Ltabel, maka dapat dikatakan bahwa sampel
pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Lampiran 31)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Bartlett. Dari hasil perhitungan diperoleh χ2hitung =0.246. Apabila dikonsultasikan dengan χ2tabel dengan taraf signifikansi 5% diperoleh
2 0.05;1
χ = 3.841. Karena χ 0.246 χ20.05;1 3.841
2
hitung= < = maka dapat dikatakan bahwa sampel
berasal dari populasi yang homogen.(Lampiran 32) 3. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Analisis Variansi
Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas. Pertama adalah penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi. Kedua adalah tingkat kreativitas siswa yang dibedakan menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Untuk variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi Fluida Statis.
Analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama. Hasil Anava dua jalan isi sel tak sama terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa yang diberi pembelajaran Fisika dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran ditinjau dari kreativitas siswa adalah sebagai berikut: Tabel 4.10. Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel
Tak Sama Sumber
Variansi JK dk RK Fobs Ftab P
B (kolom) 2946.18 1 2946.18 72.30 3.98 < 0.05 AB (Interaksi) 38.15 1 38.15 0.94 3.98 > 0.05
Galat 3096.77 76 40.75 − − −
Total 6592.70 79 − − − −
Keputusan uji:
Berdasarkan tabel 4.10. dapat disimpulkan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1) Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses
melalui metode eksperimen (A1) dan demonstrasi (A2) terhadap kemampuan
kognitif Fisika siswa. Hal ini karena FA = 12.56 > F0.05; 1.76 = 3.98. (Lampiran
33)
2) Ada perbedaan pengaruh antara kreativitas siswa kategori tinggi (B1) dan rendah
(B2) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Hal ini karena FB = 72.30 >
F0.05; 1.76 = 3.98. (Lampiran 33)
3) Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran (A) dan kreativitas siswa (B) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Hal ini karena FAB = 0.94 < F0.05; 1.76 = 3.98. (Lampiran 33)
b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan antar rerata pada Anava, maka dilakukan uji komparasi ganda antar kolom dan antar baris dengan metode Scheffe, dengan rangkuman komparasi ganda sebagai berikut:
Tabel 4.11. Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Anava Rerata Statistik Uji Harga Kritik Komparasi Rerata 1 2 (F) (a = 0,05) P Kesimpulan mA1 vs mA2 79.93 71.23 35.15 3,98 < 0,05 mA1 >mA2 mB1 vs mB2 82.79 68.71 97.35 3,98 < 0,05 mB1 > mB2
Keputusan uji:
Berdasarkan tabel 4.11. dapat disimpulkan hasil uji coba rerata yaitu: 1) FA12 = 35.15 > F0.05; 1.76 = 3,98 maka Ho ditolak
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A1 (penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen)
dan kolom A2 (penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode
demonstrasi) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Karena mA1>mA2. , maka
jika ditinjau dari keefektifan perlakuan, perlakuan 1 lebih efektif daripada perlakuan 2. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. (Lampiran 34)
2) FB12 = 97.35 > F0.05; 1.76 = 3,98 maka Ho ditolak
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (kreativitas kategori tinggi) dengan baris B2 (kreativitas kategori rendah)
terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Karena mB1 > mB2, maka jika ditinjau
dari keefektifan perlakuan, perlakuan 1 lebih efektif daripada perlakuan 2. Hal ini berarti bahwa kreativitas siswa kategori tinggi lebih efektif dibandingkan kreativitas siswa kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. (Lampiran 34)
C. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS DATA
Berdasarkan analisis variansi dan uji lanjut anava dapat diuraikan hal-hal sebagai hasil penelitian :
1. Uji Hipotesis Pertama
0 α :
H0A i = Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan
ketrampilan proses melalui metode eksperimen (A1) dan
demonstrasi (A2) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
0 α :
ketrampilan proses melalui metode eksperimen (A1) dan
demonstrasi (A2) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Berdasarkan dari hasil analisis data, dapat diketahui bahwa ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen (A1) dan demonstrasi (A2) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Pada uji lanjut anava, didapatkan nilai FA12 = 35.15 lebih besar dari F0,05;1,76 = 3,98.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Rerata kelas eksperimen adalah 79.93 sedangkan rerata kelas kontrol adalah 71.23. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen menghasilkan kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik daripada penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi. Dalam pembelajaran Fisika dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen, siswa dapat mengalami proses ilmiah secara langsung semisal diantaranya mengamati, mengidentifikasi, mengobservasi, menganalisis dan menyimpulkan, yang mana pemahaman yang diperoleh dengan pengalaman secara langsung jauh lebih efektif. Hal ini berbeda dengan pembelajaran Fisika dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi. Dengan metode ini siswa hanya mendapatkan penjelasan dengan melihat seorang guru yang melakukan demonstrasi dan siswa kurang aktif sehingga kurang bisa memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2. Uji Hipotesis Kedua
0 β :
H0B j = : Tidak ada perbedaan pengaruh antara kreativitas siswa kategori tinggi (B1) dan rendah (B2) terhadap kemampuan kognitif
Fisika siswa. 0
β :
tinggi (B1) dan rendah (B2) terhadap kemampuan kognitif
Fisika siswa.
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara kreativitas siswa kategori tinggi (B1) dan rendah (B2) terhadap
kemampuan kognitif siswa. Pada uji lanjut anava, didapatkan nilai FB12 = 97.35 lebih
besar dari F0,05;1,76 = 3,98. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata
yang signifikan antara kreativitas siswa kategori tinggi dan kreativitas siswa kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Rerata siswa yang memiliki kreativitas belajar kategori tinggi adalah 82.79, sedangkan siswa yang memiliki kreativitas belajar kategori rendah adalah 68.82. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas belajar tinggi memiliki kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah. Hal ini disebabkan karena siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dapat menciptakan gagasan baru dari angan-angan, ingatan, keterangan dan konsep yang dimilikinya, sehingga dapat melahirkan ide-ide yang sesuai dengan konsep ilmiah. Dengan demikian dapat tercipta pula sesuatu yang baru yang sesuai dengan konsep Fisika. Selain itu siswa yang kreatif akan mempunyai mental dan kepribadian yang tangguh dalam melakukan suatu percobaan. Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah cenderung pasif dan malas dalam mengikuti pelajaran sehingga cenderung kurang dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dengan perbedaan semacam ini, maka penguasaan terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah.
3. Uji Hipotesis Ketiga
0 αβ : H0AB ij =
:
Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran (A) dan kreativitas siswa (B) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
0 αβ : H1AB ij ¹ :
Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran (A) dan kreativitas siswa (B) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran (A) dan kreativitas siswa (B) terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama didapatkan nilai FB12 = 97.35 lebih besar dari F0.05;1.76 = 3,98. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode pembelajaran dengan kreativitas siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap pencapaian kemampuan kognitif Fisika siswa.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan:
1. Ada pengaruh penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model jigsaw dan STAD terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang diberi pembelajaran fisika dengan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model jigsaw memiliki kemampuan kognitif fisika yang lebih baik daripada melalui model STAD.
2. Ada pengaruh antara gaya belajar kategori auditory, visual dan kinestetik terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada pada pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana. Siswa yang memiliki gaya belajar kategori auditory memiliki kemampuan kognitif fisika yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki gaya belajar kategori visual dan kinestetik.
3. Tidak ada interaksi penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap kemampuan kognitif fisika siswa pada pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana. Jadi antara penggunaan pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model pembelajaran dan gaya belajar siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri tehadap kemampuan kognitif fisika siswa pada pokok bahasan Gerak Harmonik Sederhana.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan implikasi penelitian sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif dilengkapi pemberian tugas melalui model jigsaw dan STAD dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi, Babatunde A. 2008. “Effects of Cooperative Learning and Problem-Solving Strategies on Junior Secondary School Students’ Achievement in Social Studies” Electronic. Journal of Research in Educational Psychology. ISSN.1695-2095. No.16. Vol 6 (3) 2008, pp: 691-708.
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Arends, Richard I..1998. Learning To Teach. Mc Graw Hill.
Arifah. 2008. “Kemampuan Menulis Angka Penting Hasil Kegiatan Praktikum
Fisika pada Siswa SMU”. Jurnal Ilmu Kependidikan. ISSN 1829-596X.
Armstrong, Scott. 1998. “Student Teams Achievement Divisions (STAD )in a Twelefth Grade Classrooms: Effect on Student Achievement and Attitude”.
Journal of Social Studies Research. April 2008, Pages 3.
Bauwens, Jeanne.1995. Cooperative Teaching.Texas:Pro-ed. Bob Foster. 2003. Terpadu Fisika SMU Kelas 3. Jakarta: Erlangga. Budiyono.2004. Statistika Untuk Penelitian.Surakarta:UNS Press. Cruickshank, Donald R.1995. The Act of Teaching. Mc. Graw Hill. De Porter, Bobbi. 1992. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Dewi Marginingsih. 2008. Metode Belajar Efektif Fisika. Surakarta: MKP Ekspresi. Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika 1 Edisi Ke-5. Terjemahan Cuk Imawan. Jakarta:
Erlangga.
H. J. Gino. 1993. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press.
Herbert Druxes. 1986. Kompendium Didaktik Fisika. Terjemahan Soeparmo.Bandung: CV. Remadja Karya.
Hisyam Zaini.2007. Strategi Pembelajaran Aktif.Yogyakarta:CTSD.
Kurnia Prihatini. 2003. ”Remidiasi Pengajaran Fisika Dengan Pendekatan Cooperative Learning Model Jigsaw Dan Field Study Pada Pokok Bahasan Suhu Dan Pemuaian Di Kelas 1 Semester 2 MAN 2 Surakarta Tahun Ajaran
2002/2003”. Skripsi Pendidikan Fisika Universitas Sebelas Maret. Tidak dipublikasikan.
Sholikhati. 2007. ”Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pokok Bahasan Gelombang Di SMP Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007”. Skripsi Pendidikan Fisika Universitas
Sebelas Maret. Tidak dipublikasikan.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Terjemahan Nurulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Suciati, dkk. 1993. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Dikti Depdikbud. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Suharsimi Arikunto. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Supiyanto. 2006. Fisika SMA Jilid 2 Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: PT Phibeta
Gama.
Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Terjemahan Lea Prasetio,dkk. Jakarta: Erlangga.
W. S. Winkel. 1995. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Willis, Judy. 2007. ”Cooperative Learning Is a Brain Turn-On”. Middle School