• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal Indonesia

Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekenomian, selain itu pasar modal juga merupakan indikator kemajuan suatu negara serta menunjang perkembangan ekonomi negara. Dalam perekonomian suatu negara, sumber dana yang digunakan untuk biaya operasional perusahaan sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dicarikan adanya sebuah solusi pembiayaan jangka panjang. Dengan dukungan dana jangka panjang ini, maka roda pembangunan khususnya dibidang swasta dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pasar modal mempunyai peranan yang besar bagi perekonomian negara. Hal ini dikarenakan, pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi dalam pasar modal untuk menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan investor dan investee (Kemalasari, 2008).

Dengan adanya pasar modal, maka makin banyak perusahaan yang go public. Dengan demikian sebagian saham dari perusahaan-perusahaan tersebut akan ikut dimiliki oleh masyarakat luas. Hal tersebut secara makro ekonomi merupakan pemerataan pendapatan. Sedangkan dari sisi peningkatan kualitas operasional perusahaan, perusahaan-perusahaan yang go public harus

(2)

Oleh karena itu, manajemen perusahaan dituntut mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi karena adanya sorotan positif dari masyarakat luas. Dengan pengolahan yang professional, maka likuiditas perusahaan akan meningkat. Jika makin banyak perusahaan yang go public, berarti makin tinggi kualitas yang dihasilkan oleh perusahaan, baik produk maupun jasa. Hasil dari perekonomian yang efisien akan kembali kepada masyarakat luas untuk dapat dinikmati.

2.2 Dividen

Manurung (2009) menyatakan bahwa dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara propsional sesuai dengan jumlah saham yang di pegang oleh masing-masing pemilik. Besarnya dividen yang dibagikan biasanya tercermin dalam dividend payout ratio (DPR). DPR merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemengang saham biasa.

Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut (Hasnawati dan Septriana, 2008) :

1. Dividen Kas

Dividen yang paling umum oleh perusahaan adalah deviden kas, yang perlu di perhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah uang yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.

(3)

2. Dividen Aktiva Selain Kas

Aktiva yang di bagikan bisa berupa surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang di terimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut.

3. Dividen Utang (Scrip Dividends)

Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.

4. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pembagian modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.

5. Dividen Saham

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

(4)

Tujuan Dividen antara lain (Hasnawati dan Septriana, 2008) :

1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Hal ini beralasan, karena tingginya deviden yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham. Sebagian investor menanamkan dananya di pasar modal adalah untuk memperoleh deviden. Mereka percaya bahwa deviden yang tinggi mencerminkan bahwa prospek perusahaan bagus dimasa yang akan datang, sehingga harga saham naik.

2. Untuk menunjukan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkan deviden diharapkan kinerja perusahaan di mata investor bagus. Sering kita jumpai bahwa sebagian besar perusahaan memberikan deviden dalam jumlah tetap untuk setiap periode. Hal ini dilakukan karena perusahaan ingin diakui oleh investor bahwa perusahaan yang bersangkutan adalah mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor.

3. Sebagian investor memandang bahwa resiko deviden adalah lebih rendah dibandingkan resiko kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga (capital gain).

4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham. Informasi keseluruhan tentang kondisi intern perusahaan sering diketahui oleh investor, sehingga melalui deviden pertumbuhan perusahaan, prospek perusahaan bisa diketahui.

(5)

2.3 Kebijakan Dividen

Dividen merupakan pembayaran dari perusahaan kepada para pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan. Dalam banyak hal, dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan (Sutrisno dalam Rosdini, 2009).

Kebijakan dividen (dividend policy) menetukan berapa banyak dari keuntungan harus di bayarkan kepada pemegang saham, dan berapa banyak harus ditanamkan kembali dalam perusahaan. Dividen yaitu pembagian keuntungan yang di berikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen di berikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Dividen yang di berikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham,

(6)

sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut (Hasnawati dan Septriana, 2008).

Kebijakan dividen mempunyai dampak yang sangat penting bagi investor maupun bagi perusahaan yang membayarkan dividen. Pada umumnya para investor mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidupnya dan memberikan kesejahteraan bagi pemegang saham (Munthe, 2009).

Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings (laba ditahan) dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan (Rosdini, 2009).

(7)

Manurung dan Siregar (2008) menyatakan beberapa teori yang relevan dalam kebijakan deviden adalah smoothing theory, clientele effect theory, tax preference theory, dividend irrelevance theory, bird in the hand theory, residual theory of dividens, teori signal atau isi informasi dividen (information content of dividend).

1. Smoothing Theory

Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Teori ini mengatakan bahwa jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya.

2. Clientele Effect Theory

Teori ini diungkapkan oleh Black and Scholes. Teori mengatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Menurut teori ini dividen tertentu akan menarik segmen tertentu kemudian tugas perusahaan (manajemen keuangan) adalah melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien tersebut, menyebabkan harga saham berubah.

(8)

3. Tax preference theory

Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Selain itu, pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi. Dengan demikian, apabila investor tidak segera merealisasikan capital gain-nya, berarti investor menunda pembayaran pajaknya. Sudah tentu present value (PV) pembayaran pajaknya akan turun. Dengan dua alasan ini (pajak lebih rendah serta dapat ditundakan) maka Litzenberger dan Ramaswarny (1979) menyatakan pandangan negatif dividen bagi value perusahaan.

4. Dividend Irrelevance Theory

Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya Dividend Irrelevance Preposisition. Paper tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia pajak, dan tidak diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apapun pada harga pasar saham tersebut. Menurut MM kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.

(9)

5. Bird inTthe Hand Theory

Teori ini mengatakan pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima di masa mendatang. Gordon mengemukakan bird in the hand theory yang mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it can fly away).

6. Residual Theory Of Dividens

Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: a) Mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan. b) Mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk

menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi.

c) Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin.

d) Membayar dividen hanya jika ada sisa laba.

Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV (Net Present Value) positif.

(10)

7. Teori Signal atau Isi Informasi Dividen (Information Content Of Dividend)

Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Ada argumen lain yang lebih masuk akal. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dividen. Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.

8. Agency Theory

Menurut teori ini konflik terjadi pihak-pihak yang berkaitan di perusahhan. Sebagai contoh, manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan agar tujuan pemegang saham bisa tercapai, tetapi manajer bisa saja mempunyai agenda tersendiri yang tidak selalu konsisten dengn tujuan pemegang saham, misalnya perusahaan mempunyai kelebihan kas dengan NPV positif (free cash flow), yang didefenisikan sebagai kelebihan kas setelah semua investasi dengan NPV positif di danai). Kas tersebut akan lebih baik jika

(11)

dibagikan ke pemegang saham, dan pemegang saham akan memanfaatkan kas tersebut dengan cara mereka tersendiri.

Selain itu digunakan juga teori keuangan. Teori keuangan akan menjelaskan bagian yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai dividen bagi para pemegang saham.

9. Teori Keuangan

Menurut teori keuangan, dividen (atau investasi kembali) tidak sama dengan laba setelah pajak. Dalam teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa dinyatakan sebagai berikut:

D = E + Penyusutan – Investasi pada A.T – Penambahan M.K

Keterangan:

D = Dividen,

E = Earning After Tax (Laba Setelah Pajak),

A.T = Aktiva Tetap, M.K = Modal kerja.

(12)

Sudjadja dan Barlian (2003) dalam Hasnawati dan Sepriana (2008) menyatakan jenis-jenis kebijakan divide ada tiga yaitu :

1. Kebijakan dividen pembayaran konstan (Constant Divident Payout Ratio).

Yaitu kebijakan dividen yang didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan. Rasio pembayaran dividen adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham.

2. Kebijakan dividen teratur (Stable per Share Dividend).

Yaitu kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode.

3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (Reguler Dividend Plus Ekstra).

Yaitu kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan ekstra jika ada jaminan pendapatan.

Macam-macam kebijakan dividen antara lain (Hasnawati dan Septriana, 2008) :

1. Stock Dividend

Adalah pembayaran tambahan saham kepada para pemegang saham, dan menunjukan penyusutan kembali modal

(13)

perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham tetap tidak berubah.

2. Stock Splits

Adalah jumlah saham yang meningkat sesuai dengan penurunan nilai nominal saham (pemecahan saham melalui penurunan nilai nominal). Tujuan utama dari stock splits adalah untuk menjaga agar harga saham tidak terlalu menjadi mahal.

3. Pembelian Kembali Saham (Repurchase Of Stock).

Perusahaan mempunyai kelebihan kas dan tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan, maka dividen yang diutamakan. Dengan pembelian kembali, maka jumlah saham yang beredar menjadi berkurang dan laba perusahaan lebih tinggi dan harga saham akan meningkat.

Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan adalah pembatasan hukum, posisi likuiditas, tak ada atau kutangnya sumber pendanaan lain, kemungkinan pendanaan diramalkan, kontrol kepemilikan, inflasi (Keown, 2000 dalam Manurung, 2009).

(14)

a. Pembatasan hukum

Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan perusahaan. Batasan hukum ini ada dua kategori. Pertama, pembatasan menurut undang-undang. Kedua, unik bagi setiap perusahaan dan hasil dari batasan dalam kontrak utang dan saham preferen. Untuk meminimumkan resiko, investor sering kali menerapkan aturan pembatasan atas manajemen sebagai syarat investasi mereka dalam perusahaan. Batasan ini meliputi aturan bahwa dividen tidak akan diumumkan sebelum utang dibayar kembali. Perusahaan mungkin disyaratkan mempertahankan jumlah modal tertentu. Pemegang saham preferen bisa menuntut agar dividen biasa tidak akan dibayarkan jika saham preferen tidak dibayarkan. b. Posisi likuiditas

Terbalik dengan pendapat umum, fakta bahwa perusahaan menunjukkan jumlah laba ditahan yang besar dalam neraca tak berarti kas tersedia untuk pembayaran dividen. Posisi perusahaan saat ini adalah aset lancar, termasuk kas, pada dasarnya independen atas pos laba ditahan. Secara historis, perusahaan dengan laba ditahan yang besar sukses dalam mengumpulkan kas dari operasi. Tapi dana ini biasanya bila tidak diinvestasikan kembali dalam perusahaan untuk periode pendek atau digunakan untuk membayar utang yang jatuh

(15)

tempo. Maka perusahaan akan dapat sangat untung dan tetap tak memiliki kas. Dividen tunai dibayarkan dengan kas, tidak dengan laba ditahan. Perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk membayar dividen. Maka posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam pembayaran dividen.

c. Tak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain

Perusahaan bisa menahan laba untuk tujuan investasi atau membayar dividen dan menerbitkan utang baru atau sekuritas modal untuk mendanai investasi. Untuk sebagian besar perusahaan kecil atau baru, pilihan kedua ini realistis. Perusahan ini tidak memiliki akses untuk ke pasar modal, jadi mereka akan sangat tergantung pada dana internal. Sebagai akibatnya, rasio pembayaran dividen biasanya jauh lebih rendah untuk perusahaan kecil atau baru daripada perusahaan besar dan milik publik.

d. Kemungkinan pendapatan diramalkan

Rasio pembayaran dividen pada suatu titik tergantung pada tergantung pada kemungkinan diramalkannya laba perusahaan sepanjang waktu. Jika pendapatan berfluktuatif jelas, manajemen tidak bisa bergantung pada dana internal untuk memenuhi kebutuhan dimasa depan. Jika laba tak dihasilkan,

(16)

memastikan bahwa uang tersedia saat dibutuhkan. Sebaliknya perusahaan dengan tren pedapatan yang stabil biasanya akan membayar bagian yang besar dari pendapatannya dalam bentuk dividen. Perusahaan ini tak terlalu memerlukan ketersediaan laba untuk memenuhi kebutuhan modal dimasa depan.

e. Kontrol kepemilikan

Untuk banyak perusahaan besar, kontrol melalui pemilikan saham biasa bukan masalah. Tapi bagi banyak perusahaan kecil dan menengah, mempertahankan kontrol suara merupakan prioritas utama. Jika pemegang saham sekarang tidak bisa berpartisipasi dalam penawaran baru, menerbitkan saham baru tak menarik, dalam arti kontrol pemegang saham yang sekarang tak berarti. Pemilik mungkin lebih suka manajemen mendanai investasi baru dengan utang dan melalui laba daripada melalui penerbitan saham biasa baru. Pertumbuhan perusahaan ini karenanya dibatasi dengan jumlah modal utang yang tersedia dan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

f. Inflasi

Dalam periode inflasi, idealnya setelah aset tetap rusak dan using, dana yang dihasilkan dari depresi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena harga peralatan pengganti terus naik, dana depresiasi tak cukup. Hal ini membutuhkan laba yang

(17)

lebih besar, yang berarti bahwa dividen harus terpengaruh secara tak menguntungkan.

Untuk menentukan investasinya, calon investor perlu menilai perusahaan dari segi kemampuannya untuk memperoleh laba bersih sehingga perusahaan diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi (dividen). Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan arus kas bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait, seperti pemberian kredik kepada pelanggan, investasi dalam persediaan dan perolehan kredit dari pemasok (Manurung, 2009).

2.4 Laba Bersih

Sumber utama yang ditahan untuk kepentingan dividen adalah laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Perkiraan laba yang ditahan bertambah karena laba bersih dan berkurang karena kerugian bersih dari kegiatan perusahaan. Apabila kerugian operasi atau debet lain ke laba yang ditahan mengakibatkan saldo debet dalam perkiraan ini, maka saldo debet itu di sebut sebagai suatu defisit. Laba perusahaan berasal dari transaksi-transaksi dengan perorangan atau badan usaha di luar perusahaan (Smith dan Skousen, 1987).

(18)

Pengertian laba bersih itu sendiri menurut kamus akuntansi cetakan kedua oleh Abdullah (1993) dalam Manurung dan Siregar (2008) : Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang di sajikan dalam laporan laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah “net income” untuk menyatakan kelebihan pendapatan atas biaya dan istilah “net loss” untuk menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan.

Untuk menentukan keputusan investasinya, calon investor perlu menilai perusahaan dari segi kemampuannya untuk memperoleh laba bersih sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Laba bersih ( net income atau earning) dapat dijadikan suatu ukuran kinerja perusahaan selama 1 periode tertentu. Earning merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian).

Menurut Suwardjono (2005) dalam Kemalasari (2008) laba dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain:

a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital).

(19)

c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

d. Alat pengendlian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara. e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan

publik.

f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang. g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. i. Dasar pembagian dividen.

2.5 Laba ditahan

Laba yang ditahan (retained earning) adalah laba dari operasi yang tidak dibagikan dan menjadi tambahan penyertaan pemegang saham.

Manajemen perusahaan dalam menjalankan perusahaannya mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan yaitu :

1. Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.

2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning).

Pada umumnya sebagian EAT (Earning After Tax) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya

(20)

EAT yang dibagikan sebagai dividen. Pembuat keputusan tentang dividen ini disebut kebijakan dividen (dividend policy).

2.6 Arus Kas Operasi

Laporan arus kas sebagai komponen penyusun laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang juga dapat menjadi perhatian investor dalam kaitannya dengan kebijakan dividen. Arus kas dari aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama perusahaan (principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan, umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih dan merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. (Daniati dan Suhairi, 2006)

Dechow (1994) dalam Meythi (2006) meneliti laba akuntansi dan arus kas sebagai ukuran dalam menilai kinerja perusahaan. Sampel terdiri dari perusahaan yang listing di New York stock atau American Stock Exchange. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19.733 Firm-quarter observations, dan 5.175 firm-four years observations. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran penilaian kinerja perusahaan dan dia

(21)

mendukung pernyataan FASB bahwa earning mampu memprediksi arus kas maupun menilai kinerja manajemen.

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat mengahasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 2.3 (AIA : 2009), beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah :

1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.

2. Penerimaan kas dari royality, fee, komisi dan pendapatan lain. 3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.

4. Pembayaran kas kepada karyawan.

5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya.

6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat di identifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.

7. Penerimaan dan pembayaran kas dan kontrak yang di adakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

(22)

Laporan arus kas menunjukan tentang informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari kegiatan operasional, menjaga dan mengembangkan kapasitas operasional, memenuhi kewajiban keuangan dan membayar dividen. Arus kas yang digunakan adalah arus kas operasional, alasanya karena kegiatan yang menghasilkan kas inilah yang digunakan perusahaan untuk membayar dividen, ekspansi atau investasi dan membayar hutang.

2.7 Perusahaan LQ 45

Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45 menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Beberapa kriteria - kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah :

a. Kriteria yang pertama adalah :

1. Berada di top 95 % dari total rata – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler.

(23)

b. Kriteria yang kedua adalah :

1. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.

2. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

Indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut :

1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan Indeks LQ 45, yaitu :

(24)

2. Tingkat toleransi investor terhadap risiko.

3. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabenya merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEI.

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya Indeks LQ 45 adalah :

1. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah dunia.

2. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ 45 ke zona positif.

Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan

2.8 Kerangka Pemikiran

Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari kebijakan dividen yang di tempuh oleh perusahaan. Laba bersih sering dinyatakan sebagai indicator kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) dalam PSAK No. 21 menyatakan bahwa saldo laba menunjukan akumulasi hasil usaha

(25)

periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba atau rugi periode lalu. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya dicadangkan untuk perluasan pabrik atau memenuhi ketentuan undang-undang maupun ikatan tertentu.

Setianingsih (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial laba bersih (EAT) berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dalam salah satu teori kebijakan dividen yaitu smooting theory menyatakan bahwa dengan laba yang stabil maka kemungkinan dividen yang akan dibagikan juga akan stabil karena dividen yang dibagikan merupakan bagian dari laba yang dihasilkan perusahaan. Teori ini mengatakan bahwa jumlah dividen tergantung pada laba perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya (Manurung, 2009).

Selain laba bersih, arus kas dari kegiatan operasi juga dinyatakan sebagai indikator yang menentukan apakah dalam operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk memenuhi kewajibanya termasuk membayar dividen. Dalam penelitian Marpaung (2006) menyatakan bahwa secara teoritis perubahan arus kas operasi berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian Manurung dan Siregar (2008) yang menyatakan bahwa arus kas operasi memiliki pengaruh yang signifikan

(26)

Berdasarkan penelitian Hery (2009), menyatakan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara laba bersih dan arus kas operasi dengan dividen kas. Laba bersih dan arus kas operasi berhubungan cukup kuat dan positif dengan dividen kas.

Laba bersih dan arus kas operasi mempunyai hubungan secara positif terhadap dividen kas perusahaan. Diantara laba bersih dan arus kas operasi, arus kas operasi lebih berpengaruh paling signifikan terhadap pembayaran dividen kas. Manajemen perusahaan maupun para investor menyadari bahwa arus kas operasi yang positif lebih menjamin kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya di masa yang akan datang (Hermi,2004 dalam Kemalasari 2008). Pernyataan ini didukung oleh penelitian Manurung dan Siregar (2008) yang menyatakan bahwa arus kas operasi berpengaruh lebih signifikan terhadap dividend payout ratio disbanding laba bersih.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran X1 X2 Kebijakan Deviden (Y) Laba Bersih (X1) Arus Kas Operasi (X2) H1 H2 H3 H4

(27)

2.9 Hipotesis

Beradasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskah hipotesis sebagai berikut:

H1 : Laba bersih mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen.

H2 : Arus kas operasi mempunyai pengaruh terhadap kebijakan

dividen.

H3 : Laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh secara simultan

terhadap kebijakan dividen.

H4 : Arus kas operasi mempunyai pengaruh lebih besar terhadap

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran X1X2 Kebijakan Deviden (Y) Laba Bersih (X1) Arus Kas Operasi (X2) H1H2H3H4

Referensi

Dokumen terkait

Wicaksono, (2015), berjudul”Hubungan faktor predisposing (tingkat pengetahuan, pendidikan, sikap, pekerjaan) kader dengan keaktifan kader pada kegiatan posyandu di desa

Kepala MTs Al Kautsar me nyatakan: “dalam rangka meningka tkan kecerdasan emosional siswa di sekolah ini kami sengaja tidak membuat program khusus akan tetapi

Customer service sebagai ujung tombak perusahaan dalam melayani pelanggan atau nasabah dan menjual produk atau jasa yang ditawarkan, merupakan divisi terdepan dalam memberikan

persentase 69,8% dan kepala keluarga yang tidak memberikan daun sirih ketika anggota keluarganya mengalami mata merah sebanyak 16 responden dengan persentase

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi teripang Holothuria edulis yang diperoleh dari teluk Manado

Klik Input Rekom Izin Form Input pengajuan izin warnet KlikTambah KlikSimpan Isi Data Data Tersimpan Pilih Data Ubah Data KlikUbah Pilih Data KlikHapus Data Terhapus

1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang relevan di tingkat lokal dan nasional, termasuk berbagai konvensi internasional yang telah diratifikasi