• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009

TINGKAT

PENGANGGURAN

TERBUKA

DI

PROVINSI

DAERAH

ISTIMEWA

YOGYAKARTA

PADA

FEBRUARI

2009

SEBESAR

6,00

PERSEN

1. PENDAHULUAN

Strategi peningkatan kesejahteraan rakyat secara nasional oleh pemerintah Indonesia 2004-2009 dikenal dengan istilah Triple Track Strategy. Suatu strategi ekonomi holistik yang mengutamakan: 1. Pro-Growth : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengedepankan investasi dan ekspor; 2. Pro-Employment : Menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja;

3. Pro-Poor : Merevitalisasi pertanian, kehutanan, kelautan, dan ekonomi perdesaan untuk menanggulangi kemiskinan, serta program lain yang langsung menyentuh masyarakat miskin.

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

; Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi DIY pada Februari 2009 sebesar 6,00 persen. Dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2008 (6,04 %), TPT Februari 2009 mengalami penurunan. Akan tetapi bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 (5,38 %), TPT Februari 2009 mengalami kenaikan.

; Jumlah penganggur di Provinsi DIY pada Februari 2009 diperkirakan sebesar 122,97 ribu orang, bertambah sekitar 3.190 orang bila dibandingkan keadaan Februari 2008 yang sebesar 119,78 ribu orang, atau sekitar 15.440 orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 yang sebesar 107,53 ribu orang.

; Penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) sebesar 26,5 persen dari orang yang bekerja. Jika dihitung jumlahnya mencapai sekitar 509,9 ribu orang.

; Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2009 diperkirakan sebesar 1,93 juta orang, bertambah sekitar 63 ribu orang bila dibandingkan keadaan Februari 2008 yang sebesar 1,86 juta orang, atau bertambah sekitar 33 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 yang sebesar 1,89 juta orang.

; Penduduk yang bekerja paling banyak di sektor pertanian dan perdagangan yaitu masing-masing sebesar 35,7 persen dan 22,3 persen. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah jasa kemasyarakatan (17,3 %) dan industri (12,9 %) .

; Pada Februari 2009 sekitar 65,7 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan informal, tidak jauh berbeda bila dibandingkan kondisi Februari 2008 yang sekitar 64,3 persen.

(2)

Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) ditujukan sebagai bahan evaluasi pembangunan nasional maupun daerah dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Sakernas menghasilkan indikator secara makro situasi ketenagakerjaan. Sakernas yang terakhir diselenggarakan pada Februari 2009.

2. BEBERAPA KONSEP DASAR

Data ketenagakerjaan yang dihasilkan Sakernas dan survei lain oleh BPS menggunakan konsep baku angkatan kerja (Standard Labour Force Concept) rekomendasi ILO (International Labor

Organization). Sakernas mengumpulkan datanya dengan pendekatan rumah tangga.

Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu angkatan kerja (AK) dan bukan angkatan kerja (BAK). Angkatan kerja (AK) meliputi penduduk usia kerja yang bekerja dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan BAK merupakan penduduk usia kerja yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan, tapi melakukan kegiatan bersekolah, mengurus rumahtangga, atau kegiatan lainnya. Periode rujukan (time reference) pengamatan terhadap kegiatan adalah selama seminggu yang lalu ketika disurvei.

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Mereka yang punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok dan sebagainya, tergolong sebagai bekerja.

Dikategorikan sebagai penganggur terbuka adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dapat dihitung dari perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja.

3. PERKEMBANGAN ANGKA PENGANGGURAN DI PROVINSI DIY

Dari tahun ke tahun TPT di Provinsi DIY cenderung tidak mengalami perubahan besar kecuali pada Nopember 2005 yang nilainya cukup tinggi yaitu sekitar 7,59 persen. Kenaikan harga BBM yang cukup besar dan musim kemarau panjang pada saat itu kemungkinan dapat menjadi penjelas. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa TPT di Provinsi DIY hanya sekitar 6 persen. TPT di Provinsi DIY pada Februari 2009 sekitar 6,00 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan keadaan pada Februari 2008 (6,04 %), atau meningkat bila dibandingkan terhadap keadaan Agustus 2008 (5,38 %). Meskipun demikian, jumlah penganggur di Provinsi DIY masih terus meningkat. Pada Februari 2009 diperkirakan terdapat 122,97 ribu orang, bertambah bila dibandingkan keadaan Februari 2008 yang sekitar 119,78 ribu orang.

Sementara TPT secara nasional pada Februari 2009 sebesar 8,14 persen atau sekitar 9,26 juta orang penganggur. TPT nasional ini mengalami penurunan dari kondisi Februari dan Agustus 2008 yang masing-masing sebesar 8,46 dan 8,39 persen.

(3)

Gambar 1.

Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DIY dan di Tingkat Nasional, Nopember 2005 – Februari 2009 (%) 7,59 6,25 6,31 6,08 6,10 6,04 5,38 6,00 11,20 10,45 10,28 9,75 9,11 8,39 8,14 8,46 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nop-05 'Feb 06 Ags 06 'Feb 07 Ags 07 'Feb 08 Ags 08 'Feb09

DIY Nasional

Pada Februari 2009 TPT di daerah perkotaan Provinsi DIY sekitar 7,62 persen, sementara di perdesaan hanya 4,03 persen. TPT di perkotaan selalu lebih tinggi dibanding di perdesaan. Tingginya TPT di perkotaan dipengaruhi oleh beragamnya lapangan pekerjaan di perkotaan yang biasanya sebagai pusat perekonomian, sementara di perdesaan umumnya didominasi pertanian dengan daya tampung yang terbatas. Angkatan kerja baru yang mencari pekerjaan pindah atau mondok di perkotaan, sehingga pengangguran menjadi lebih nampak di daerah perkotaan. Sementara itu, penduduk daerah perdesaan biasanya tidak terlalu selektif dalam memilih pekerjaan, sehingga mereka akan melakukan kegiatan apa saja walaupun hanya sebagai pekerja keluarga. Penganggur yang tersisa di daerah perdesaan mungkin sebagian di antaranya memang mencari pekerjaan di perdesaan juga, dan sebagian lagi tetap tinggal di desanya sambil mencari pekerjaan dengan cara melaju (melajo, commute, ulang-alik, pulang-pergi) ke perkotaan.

Bila dibedakan menurut jenis kelamin, pada Februari 2009 TPT perempuan di Provinsi DIY (5,21 %) lebih rendah daripada TPT laki-laki yang sebesar 6,61 persen. Hal ini dapat dimengerti, karena budaya yang lebih menempatkan perempuan untuk mengurus rumah tangga dan hampir sepertiga jenis pekerjaan perempuan sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar.

Di antara penduduk yang sudah bekerja masih terkandung di dalamnya pekerja setengah pengangguran, yakni yang waktu kerjanya kurang dari 35 jam seminggu. Keadaan Februari 2009 setengah pengangguran ini mencakup 26,5 persen dari orang yang bekerja. Jika dihitung jumlahnya mencapai 509,9 ribu orang. Lebih dari separohnya (62,73 %) tergolong ”setengah pengangguran sukarela” karena tidak mau/tidak berusaha mencari pekerjaan lain, dan selebihnya (37,27 %) tergolong ”setengah pengangguran terpaksa” karena masih mau/berusaha mencari pekerjaan lain. Sekitar 54,4 persen dari ”setengah pengangguran” tersebut adalah perempuan.

(4)

4. STRUKTUR KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY

Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Provinsi DIY pada Februari 2009 mengalami perubahan yang berarti dibanding kondisi periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2009 diperkirakan sebesar 1,93 juta orang, bertambah sekitar 63 ribu orang bila dibandingkan keadaan Februari 2008 yang sebesar 1,86 juta orang, atau sekitar 33 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 yang sebesar 1,89 juta orang.

TPAK (tingkat partisipasi angkatan kerja) yang merupakan perbandingan antara penduduk tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa TPAK di Provinsi DIY pada Februari 2009 sekitar 71,70 persen, meningkat dibandingkan keadaan pada Agustus 2008 (70,51 %). Pola perkembangan TPAK di Provinsi DIY pada periode 2005-2008 pada umumnya juga menunjukkan pola yang menarik. TPAK pada bulan Agustus cenderung lebih rendah bila dibandingkan kondisi bulan Februari.

Tabel 1.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan di Provinsi DIY, Februari 2006 - Februari 2009 (dalam ribuan)

Uraian Feb 2006 Agst 2006 Feb 2007 Agst 2007 Feb 2008 Agst 2008 Feb 2009

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Angkatan kerja 1.871,97 1.868,52 1.954,42 1.889,44 1.983,53 1.999,73 2.048,60

Bekerja 1.754,95 1.750,58 1.835,54 1.774,24 1.863,75 1.892,20 1.925,63

Pengangguran Terbuka 117,02 117,95 118,88 115,20 119,78 107,53 122,97

Bukan Angkatan Kerja 790,80 831,75 771,87 866,35 852,24 836,45 808,74 Penduduk Usia Kerja 2.662,78 2.700,27 2.726,29 2.755,80 2.835,77 2.836,18 2.857,34

TPAK 70,30% 69,20% 71,69% 68,56% 69,95% 70,51% 71,70%

TPT 6,25% 6,31% 6,08% 6,10% 6,04% 5,38% 6,00%

Sektor pertanian dan perdagangan menyerap pekerja paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sekitar 35,7 persen dan 22,3 persen pada Februari 2009. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah jasa kemasyarakatan (17,3 %) dan industri (12,9 %). Bila ditinjau dari lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang bekerja di sektor Pertanian pada kondisi Februari lebih tinggi dibandingkan keadaan Agustus. Hal ini dapat dimengerti, karena sifat pekerjaan di sektor pertanian yang sangat tergantung pada musim.

Dari 1,93 juta orang yang bekerja di Provinsi DIY, terdapat 30,7 persen penduduk bekerja sebagai buruh/karyawan. Jika dilihat dari sisi gender, masih sekitar 32,6 persen tenaga kerja perempuan bekerja dengan status pekerja tidak dibayar. Kegiatan formal dan informal dapat didekati berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal hanya terdiri dari kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan

(5)

klasifikasi formal dan informal, maka pada Februari 2009 sekitar 65,7 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan informal. Kondisi ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan kondisi Februari 2008 yang sekitar 64,3 persen.

Lapangan Pekerjaan Utama 2006 2007 2008 2009

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,

Perburuan dan Perikanan 37,6 35,0 32,1 30,8 35,3 29,6 35,7

Pertambangan, Penggalian, dan Listrik,

Gas, Air 0,8 1,1 1,5 1,5 1,1 1,1 1,3

Industri 13,7 10,9 14,3 11,8 13,2 13,2 12,9

Konstruksi 5,5 7,6 9,7 8,6 5,6 8,0 4,7

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa

Akomodasi 22,1 23,5 21,9 24,5 23,0 24,1 22,3

Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi 3,2 3,3 3,1 3,3 3,2 4,7 4,2

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa

Perusahaan 2,2 2,6 2,3 2,7 2,3 2,2 1,6

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan 15,0 16,0 15,1 16,8 16,3 17,0 17,3

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Status Pekerjaan Utama 2006 2007 2008 2009

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Berusaha Sendiri 12,4 11,1 13,3 13,3 12,6 16,5 15,3

Berusaha dibantu Buruh Tidak

Tetap/Buruh Tidak Dibayar 23,6 24,2 23,0 23,0 24,6 22,8 23,8

Berusaha dibantu Buruh Tetap 2,7 2,9 3,0 3,1 3,9 4,0 3,7

Buruh/Karyawan/Pegawai 31,9 31,7 31,7 33,9 31,8 30,8 30,7

Pekerja Bebas di Pertanian 3,2 1,8 2,9 2,4 2,9 3,0 2,8

Pekerja Bebas di Non Pertanian 4,4 7,7 8,3 7,6 5,2 6,5 4,9

Pekerja Keluarga/tak Dibayar 21,8 20,6 17,8 16,7 18,9 16,4 19,0

Tabel 2.

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi DIY, Februari 2006 – Februari 2009

Tabel 3.

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai wujud sila keempat yaitu Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang Demokratis. Demokrasi Sebuah kata yang setiap Negara/ bangsa selalu mengagungkannya. kata tersebut

Waktu yang digunakan mahasiswa mengunakan internet antara10 sampai 40 jam per bulannya, artinya mahasiswa Universitas Bina Darma termasuk dalam kategori medium users ,

Langkah-langkah utama yang dilakukan dalam perancangan awal antara lain 1) Membuat kerangka modul pembelajaran biologi berbasis metakognisi tentang materi sistem koordinasi yang

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah dan gambaran perilaku merokok di dalam rumah kepada masyarakat

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel penelitian, pada penelitian terdahulu variabel yang digunakan adalah earning per share, debt

Menurut hemat saya, posisi Pemerintah Tiongkok sebenarnya sudah jernih dan ada ketegasan terhadap Huakiao, orang Tiongkok yang tetap mempertahankan WN-Tiongkok dan

Desain bendung Batang Air Haji berdasarkan hasil perhitungan sebagai berikut, lebar efektif bendung 37 meter, mercu bendung tipe ogee, tinggi bendung 3 meter, tipe kolam

berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Sandjaja No. Saat ini Universitas Katolik Soegijapranata Semarang memiliki 13 program studi yaitu Arsitek, Sipil, Manajemen,