• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum... 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum... 7"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

xii DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PENETAPAN PANITIA UJIAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang . ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.3.1 Tujuan Umum ... 7 1.3.2 Tujuan Khusus ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8 1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10 2.2 Konsep ... 12 2.2.1 Kakawin ... 12 2.2.2 Dharma ... 13 2.2.3 Sawita ... 13 2.2.4 Rasa ... 14 2.3 Landasan Teori ... 14 2.3.1 Teori Struktural ... 15

(2)

xiii

2.3.2 Teori Semiotik ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 JenisPenelitian ... 19

3.2 Metode dan Teknik Penelitian ... 19

3.2.1 Metode dan Pengumpulan Data ... 20

3.2.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 20

3.2.3 Metode dan Teknik Penyajan Hasil Analisis Data ... 21

3.3 Sumber Data ... 21

3.4 Jangkauan ... 24

3.5Sistematika Penyajian ... 25

BAB IV ANALISIS STRUKTURKAKAWIN DHARMA SAWITA ... 27

4.1 Struktur Formal Kakawin Dharma Sawita. ... 27

4.1.1 Guru-Laghu, Wrětta, Mātra, Gana, Canda ... 27

4.1.2 Baris atau Larik atau Carik, Bait atau Pada dan Pupuh ... 38

4.1.3 Komposisi Hubungan Antar larik Bait dan Pupuh ... 39

4.1.4 Alamkara dalam Kakawin Dharma Sawita ... 45

4.2 Struktur Naratif ... 51

4.2.1 Manggala ... 51

4.2.2 Korpus ... 52

4.2.3 Epilog ... 65

4.2.4 Piranti Kesinambungan Satuan Naratif Kakawin Dharma Sawita ... 69

BAB V PEMAKNAAN KAKAWIN DHARMA SAWITA ... 73

(3)

xiv

5.2 Makna ... 75

5.2.1 Kaitan Antara Basa (bumbu) dengan Basa (Bahasa) dalam KDS ... 76

5.2.2 Sang Sadrasa Sebagai Cerminan Diri ... 81

5.2.3 Perjalanan Sang Sadrasa Menuju Dharma Sawita ... 85

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1 Simpulan ... 88

6.2 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(4)

ix ABSTRAK

Kakawin Dharma Sawita memiliki daya tarik dari segi isi cerita, yang mengisahkan dialog antara dua orang tokoh, yaitu antara guru dan seorang muridnya. Adapun isi dari percakapan tersebut secara garis besar, membahas prihal mengolah rasa, yaitu mengolah rasa yang dapat dirasakan oleh lidah, yang disebut dengan Sadrasa, dan mengolah rasa batin atau perasaan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur Kakawin Dharma Sawita, baik dari struktur formal maupun struktur naratif. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji makna yang terkandung dalam Kakawin Dharma Sawita.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode pembacaan naskah. Pada tahap analisis data, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode diskriptif analitik dan data kemudian dianalisis menurut prinsip dan cara kerja teori semiotik sebagai landasan utama. Pendekatan semiotik sesungguhnya merupakan lanjutan dari pendekatan strukturalisme. Oleh karena itu teori struktur tidak di bahas secara khusus dalam penelitian ini.

Penelitian ini menghasilkan kajian terhadap struktur formal dan naratif Kakawin Dharma Sawita. Struktur formal Kakawin Dharma Sawita meliputi: guru laghu, wrěta, mātra, gaṇa, canda, carik, pada, pupuh, dan alamkara. Struktur naratif kakawin Dharma Sawita meliputi manggala, corpus, epilog dan satuan-satuan naratif serta piranti kesinambungan satuan naratif Kakawin Dharma Sawita. Analisis makna Kakawin Dharma Sawita terlebih dahulu dilakukan melalui analisis matriks dan model. Matriks dari Kakawin Dharma Sawita adalah rasa sedangkan modelnya adalah sadrasa. Adapun makna dari Kakawin Dharma Sawita yaitu Kaitan antara basa (bumbu) dengan basa (bahasa) dalam Kakawin Dharma Sawita, Sang Sadrasa Cerminan Sang Diri, dan Perjalanan Sang Sadrasa menuju Dharma Sawita.

(5)

x ABSTRACT

Kakawin Dharma Sawita have appeal in terms of the content of the story, which tells of dialogue between two characters, namely betweena teacher and a student. As the content of the conversation in outline, discuss the process sense, namely process flavots that can beperceived by the tongue, called sadrasa, and culltivate an inner sense or feeling.

The purpose of this study was to examine the structure of Kakawin Dharma Sawita, both from the formal structure and narrative structure. In addition, this study aims to assess the meaning contained in Kakawin Dharma Sawita.

The methods used in data collection is a method of reading the script. At this stage of data analysis, the data obtained were processed using descriptive analytic methods and data are then analyzedaccording to the principles and workings of semiotic theory as the primary basis. Semiotic approach is actually a continuation of the approach of structuralism. Therefore, the theory of the structure is not formally discussed in this study.

This research resulted in a review of the formal and narrative structure Kakawin Dharma Sawita. Kakawin Dharma Sawitaformal structure includes: guru laghu, Wreta, Matra, gana, canda,carik, pada, pupuh, and Alamkara.Kakawin

Ananda Bhuwana narrative structure includes manggala, corpus, epilogue and units

as well as the narrative device of narrative continuity unit Kakawin Dharma Sawita. The Analysis meaning of Kakawin Dharma Sawita first performed through matrix analysis and models. The matrix of Kakawin Dharma Sawita is sense, while the model sadrasa. As for the meaning of Kakawin Dharma Sawita that is the link between spice (bumbu) to the language (bahasa) in the Kakawin Dharma Sawita, sadrasa as a reflection self, and sadrasa journeytoward Dharma Sawita.

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karya Sastra Jawa Kuno merupakan karya sastra yang istimewa dan tergolong tua, karena sebagian besar karya-karya sastranya berasal dari abad IX dan XV (Zoetmulder, 1985 : 18-25). Walaupun karya sastra Jawa Kuno tergolong tua, namun masih dapat diwarisi sampai sekarang, baik karya sastranya maupun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karya-karya sastra Jawa Kuno masih banyak kita temukan di Pulau Bali.

Sebagaimana diketahui bahwa kedatangan agama Islam di Pulau Jawa dan runtuhnya kerajaan Majapahit mengakibatkan banyak karya sastra Jawa Kuno diselamatkan ke Bali. Zoetmulder ( 1985: 47) pernah mengatakan kepada Bali-lah kita berhutang budi karena di sana Sastra Jawa Kuno diselamatkan. Ditegaskan olehnya kembali bahwa kumpulan naskah Sastra Jawa Kuno yang disimpan dalam berbagai perpustakaan berasal dari Bali (Zoetmulder, 1985: 47).

Karya- karya Sastra Jawa Kuna di Bali, disimpan di berbagai lembaga baik formal maupun non formal, karya-karya tersebut kebanyakan masih berupa naskah lontar, dan ada sebagaian yang sudah ditransliterasi ke aksara latin. Adapun lembaga formal yang menyimpan naskah-naskah lontar tersebut antara lain, Gedong Kirtya Singaraja, Pusat Dokumentasi Kebudayaan Provinsi Bali, Perpustakaan Lontar Fakultas Ilmu Budaya Unud, Museum Bali, Perpustakaan Lontar Yayasan Dwijendra

(7)

2

Denpasar, Perpustakaan Universitas Hindu Indonesia, Perpustakaan Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, dan lain lain. Tempat tempat penyimpanan naskah nonformal terdapat di rumah-rumah penduduk seperti di geria, jero, puri, dan para pecinta naskah lontar.

Karya-karya sastra Jawa Kuno, begitu diminati oleh sebagian besar masyarakat Bali, lebih-lebih di hati masyarakat pecinta sastra. Ini terbukti dari begitu banyaknya terbentuk kelompok-kelompok mabĕbasan di berbagai desa pekraman di Bali. Mabĕbasan secara morfologis terbentuk dari kata basa yang berarti „bahasa‟ , mendapat dwipurwa bĕ dan sufiks –an sehingga menjadi bentuk bĕbasan yang berarti “perihal berbahasa” atau “cara mengartikan bahasa” bentuk ini kemudian mendapat perfiks ma- yang menjadi bentuk mabĕbasan dan secara leksikal kata ini berarti “ menyayikan kakawin dengan diberi arti atau terjemahan” (Anom, dkk, 2009 : 61). Istilah mabĕbasan adalah kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau sekelompok orang, salah satu ada yang membaca dengan menyanyikan atau menembangkan syair kakawin dan mengartikan, kadang-kadang ada yang mengulas berupa komentar (Sukartha, 2015 : 2-3). Tradisi mabĕbasan ini merupakan tradisi yang lahir secara turun temurun di kalangan masyarakat Bali yang dijadikan sebagai sebuah pedoman ataupun tuntunan dalam kehidupan yang berlandaskan dengan dharma ( kebenaran). Adapun materi yang sering digunakan dalam tradisi tersebut adalah kakawin (Zoetmulder, 1985 : 56).

Istilah kakawin berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kawi, dan dalam Sansekerta klasik kawi berarti “penyair”. Kata kawi diserap ke dalam bahasa Jawa

(8)

3

Kuno dan terbentuklah kata benda baru yang berakar pada kata kawi, yakni mengalami afiksasi penambahan afiks ka- -ĕn, selanjutnya vokal /ĕ/ pada sufiks ĕn luluh karena mengalami persandian dengan vokal /i/ pada kata kawi sehingga terbentuk kata kakawin, berarti “karya seorang penyair, syairnya” ( Zotmulder, 1985 : 119). Menurut Medera (1982 : 11-12) Kakawin ialah karya sastra berbentuk puisi Jawa Kuno. Kakawin merupakan syair Jawa Kuno yang dibangun dalam bentuk wirama dan diikat oleh aturan guru- laghu.

Tradisi penulisan karya sastra kakawin di Bali berlangsung pada kurun waktu yang panjang. Karya sastra kakawin pertama kali ditulis di Jawa pada periode Jawa Tengah hingga periode Jawa Timur sejak abad ke-9 sampai ke-15. ( Zoetmulder, 1985 : 18-25). Berdasarkan waktu penulisannya kakawin dapat dibedakan menjadi dua yaitu kakawin mayor dan kakawin minor. Kakawin mayor adalah kakawin yang dihasilkan pada abad ke-9 sampai abad ke-15. Adapun kakawin yang tergolong kakawin Mayor antara lain Kakawin Ramayana, Kakawin Bharata Yudha, Kakawin Smaradahana, Kakawin Kresnayana, Kakawin Arjuna Wiwaha, dan lain lain. Sedangkan yang tergolong kakawin minor, adalah kakawin yang lebih muda, dan kemunculannya mulai dari akhir jaman Majapahit, hingga kini. Adapun yang tergolong kakawin minor antara lain : Kakawin Subadra Wiwaha, Abimanyu Wiwaha, Kakawin Naraka Wijaya, Kakawin Ratna Wijaya, Kakawin Partha Yajnya, Kakawin Partha Wijaya, Kakawin Hari Wijaya ( Zoetmulder, 1985 : 480-507).

Di Bali, Kakawin berkembang pada masa kerajaan Gelgel dan juga Klungkung. Kakawin yang muncul pada masa kerajaan Gelgel, yaitu Kakawin

(9)

4

Anyang Nirartha dan Kakawin Sarakusuma Karya Dang Hyang Nirartha (Berg, 1927 : 31). Sementara itu kakawin yang muncul pada masa kerajaan Klungkung, antara lain Kakawin Astikayana, Kakawin Irawantaka, dan Basa Wewatekan karya Dewa Agung Istri Kanya; Kakawin Prĕtuwijaya dan kakawin Sakraprajaya karya Anak Agung Gde Pemeregan bersama Dewa Agung Istri Kanya (Vickers, 1982 : 492-493 ). Pada abad 21 dewasa ini, masih berlangsung kegiatan mengarang kakawin, walaupun tidak seproduktif dulu, adapun karya sastra kakawin tersebut, karya Made Degung dari Sibetan Karangasem yaitu Kakawin Nilacandra, Kakawin Ekadasa siwa, dan Kakawin Candrabhanu; selanjutnya karya I Wayan Pamit dari Kayu Mas Denpasar yaitu Kakawin Rawana, Kakawin Nilacandra, dan Kakawin Candrabanu; selanjutnya karya I Wayan Sregeg dari Pangastulan Buleleng yaitu Kakawin Karnantaka dan Kakawin Ananda Buana; dan karya I Nyoman Adi Putra dari Susut Bangli yaitu Kakawin Bali Dwipa, Kakawin Bali Sabha Lango, Kakawin Kala Kali, Kakawin Rajapatni Mokta ( Suarka 2007 : 43-45).

Perkembangan studi bahasa dan sastra Jawa Kuno khususnya dalam bentuk karya sastra kakawin mengalami perkembangan. Begitu banyak para sarjana Indonesia maupun sarjana asing yang telah mengkaji sastra Jawa Kuno secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena karya sastra Jawa Kuno memliki nilai-nilai budaya adiluhung yang patut diketahui relevansinya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu pada kesempatan ini akan dikaji sebuah kakawin Yaitu Kakawin Dharma Sawita.

(10)

5

Melihat dari perkembangan sejarah sastranya, Kakawin Dharma Sawita tergolong ke dalam periode pembaharuan. Sastra pembaharuan ialah karya sastra yang di dalamnya terdapat perubahan dan kesinambungan yang didasarkan pada karya sastra sebelumnya. Lebih jelas lagi karya sastra pembaharuan ini memasukkan unsur mitologi, kepercayaan , sejarah, asal-usul, adat-istiadat, dan budaya lingkungan pencipta karya sastra tersebut (Suarka, 2002:37). Pernyataan tersebut didasari atas pertimbangan bahwa kakawin Dharma Sawita berada dalam tegangan antara konvensi dan kreasi (inovasi). Fenomena tersebut tidak hanya dialami dalam sastra modern, tetapi juga dalam sastra tradisional, sebagaimana terlihat dalam karya sastra kakawin. Memang pada prinsipnya pola aturan seperti wreta, matra, dan guru laghu, masih tetap sama dengan konvensi sebelumnya. Akan tetapi dari segi naratif terjadi penyimpangan yang signifikan. Penyimpangan itu dapat dilihat dari isi naratifnya yang tidak lagi mengambil sumber penulisan dari epos besar Mahabrata dan Ramayana.

Kakawin Dharma Sawita ini dari segi strukturnya terdapat keunikan tersendiri, karena kakawin Dharma Sawita ini, adalah salah satu kakawin yang non naratif. Di dalam Kakawin Dharma Sawita hanya terdapat percakapan dua orang tokoh, yaitu percakapan antara seorang guru dan muridnya.

Dari segi temanya kakawin ini mengambil tema berkaitan dengan rasa. Kakawin Dharma Sawita menceritakan tentang percakapan antara seorang guru yang bernama Mpu Sura Rasa dengan muridnya yang bernama Sang Sadrasa. Adapun isi dari percakapannya secara garis besar membahas tentang tujuh belas macam bumbu

(11)

6

makanan, diantaranya adalah bumbu yang digunakan dalam pembuatan sate upacara. Memaparkan bagaimana caranya membuat rasa dari suatu makanan agar menjadi nikmat. Selain membahas tujuh belas jenis bumbu makanan, Mpu Sura Rasa juga memberikan ajaran dharma kepada muridnya Sang Sadrasa. Adapun ajaran dharma tersebut disebut dengan Asta Dasa Dharma yaitu delapan belas ajaran dharma.

Adapun yang menarik dari kakawin ini adalah terletak pada isi percakapan dari kedua tokoh tersebut, yang membahas prihal bumbu dan delapan belas ajaran Dharma. Apakah kaitan antara bumbu dan ajaran Dharma tersebut, siapakah sesungguhnya Sang Sadrasa ?. Hal tersebut akan dapat kita temukan, setelah karya ini dimaknai sebagai sebuah rangkaian sistem tanda yang bermakna. Kakawin ini bukan hanya sebuah karangan tanpa isi, melainkan karya sastra bernilai luhur, bermakna, dan perlu dikaji lebih lanjut.

Maka kakawin Dharma Sawitā ini dipilih untuk dikaji dan sepengetahuan penulis kakawin ini belum pernah diteliti sebelumnya. Kakawin ini akan dikaji melalui kajian semiotik dengan judul Kakawin Dharma Sawita Analisis Semiotik. Kajian tersebut akan mengungkap sistem tanda bermakna yang terdapat dalam karya ini. Dengan demikian pemaknaan menyeluruh dari Kakawin Dharma Sawita ini dapat diungkap secara lebih mendalam.

(12)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur Kakawin Dharma Sawita ? 2. Bagimanakah pemaknaan Kakawin Dharma Sawita ? 1.3 Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian secara ilmiah, sudah seharusnya memiliki tujuan yang jelas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan ikut menyelamatkan, melestarikan, membina, dan mengembangkan karya-karya sastra Jawa Kuno sebagai warisan budaya bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan karya sastra Jawa Kuno, salah satunya adalah karya sastra kakawin. Disamping itu penlitian ini bertujuan untuk menunjang penyediaan bahan studi dalam penelitian sastra tradisional khsusnya sastra Jawa Kuno dan diharapkan bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi penikmat karya sastra.

(13)

8

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur Kakawin Dharma Sawita, baik dari struktur formal maupun struktur naratif. Di samping itu, penelitian ini bertujuan memahami makna yang terkandung di dalam Kakawin Dharma Sawita. Serta sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S1 pada Program Studi Sastra Jawa Kuno, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

1.4.Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian ilmiah pasti dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat maupun terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas maka manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1.4.1.Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang bahasa dan sastra Jawa Kuno, khususnya di dalam penelitian Karya Sastra Kakawin, dan diharapkan dapat dijadikan acuan untuk para peneliti pada penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menumbuhkembangkan bahasa dan Sastra Jawa Kuno yang kini sudah semakin ditinggalkan oleh masyarakat Bali. Bahasa Jawa Kuno merupakan salah satu aset budaya yang diwariskan kepada kita

(14)

9

yang harus tetap kita lestarikan dan kita jaga agar tidak semakin punah. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1.Generasi muda, yaitu untuk memberikan inspirasi agar ikut memperhatikan bahasa dan Sastra Jawa Kuno sebagai salah satu budaya Bali, karena generasi muda adalah ujung tombak perkembangan budaya Bali.

2. Masyarakat luas, yaitu untuk memberitahukan kepada masyarakat nilai-nilai yang positif yang terkandung di dalam Kakawin Darma Sawita dapat diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hubungan career plateauing ( hierarchical plateauing & job content plateauing ) dengan sikap kerja (kepuasan kerja & komitmen

Penelitian ini mengintegrasikan entrepreneurial leadership yang mengandung unsur etika yaitu satya laksana serta knowledge sharing untuk mendorong inovasi

mengenai tingkat permasalahan kesehatan mental dan keterbatasan kehidupan sosial pada penderita akne vulgaris, dari 3775 sampel, prevalensi penderita akne vulgaris yang

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat kecemasan pada penderita KNF di RSUP Sanglah tahun 2016 secara umum serta berdasarkan jenis kelamin, usia dan

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Untuk itu, tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jarak dari jalan terhadap keberadaan mamalia kecil di hutan pendidikan Wanagama I, dengan

Pengaruh kepemimpinan, partisipasi anggaran, budaya organisasi dan total quality management (TQM) terhadap kinerja keuangan koptan di Bali. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1

Kebijakan rebalancing juga menjadi salah satu bentuk komitmen Amerika Serikat dalam meningkatkan aliansi dengan Jepang serta sebagai upaya Amerika Serikat dalam menekan