• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 7"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.Definisi Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

2.Budaya sebagai hasil berfikir positif

i.Mekanisme pikiran (mind) menurut ajaran yoga

Ajaran Yoga sangat populer dikalangan umat Hindu. Adapun pembangunan ajaran ini adalah Mahresi patanjali. Ajaran ini merupakan anugerah yang luar biasa dari Maharesi Patanjali kepada siapa saja yang ingin melaksanakan hidup kerokhanian. Bila kitab Veda merupakan pengetahuan suci yang sipatnya teoritis, maka Yoga merupakan ilmu yang sipatnya praktis dari ajaran Veda. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin meningkatkan dibidang kerokhanian.

Tulisan pertama tentang ajaran Yoga ini adalah kitab Yogasutra karya Maharesi patanjali, walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. Ajaran Yoga sebenarnya sudah terdapat didalam kitab suci Sruti maupun Smrti, demikian pula dalam Itihasa dan Purana. Setelah buku Yogasutra muncullah kitab-kitab Bhasta yang merupakan buku momentar terhadap karya Patanjali diatas, diantarnya Bhasya Nitti oleh Bhojaraja dan lain-lain. Komentar - komentar ini menguraikan ajaran Yoga karya Patanjali yang berbentuk Sutra atau kalimat pendek dan padat.

ii.Sifat dualistis pikiran: advaya (advaita)

Perkataan Samkhya terdiri dari dua kata yaitu "sam” yang artinya bersama-sama atau dengan dan "khya" yang artinya bilangan. Jadi Samkhya berarti susunan yang berukuran bilangan. Perkataan Samkhya juga berarti pengetahuan yang sempurna, yang dimaksud adalah filsafat tentang

sesuatu yang memberi pelajaran untuk mengenal diri sendiri secara metafisik. Ajaran Samkhya disebut realistis, dualitis dan pluralitas, disebut realistis karena mengakui realitas Dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena prinsip ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri saling bertentangan dan dapat dipadukan, yaitu purusa dan prakerti dan Samkhya disebut pluralisms karena mengajarkan bahwa purusa itu baranak sekali. Menurut Samkhya tentang kebenaran Tuhan tidak perlu dibuktikan lagi karena itu pula ajarannya disebut Nirisuara Samkhva.

Sumber pokok ajaran Samkhya adalah Samkhya Sutra atau disebut juga Samkhya Prawacana Sutra buah karya Maha Rsi Kapila. Ajaran pokok dari Samkhya adalah adanya dua realitas asasi yaitu Purusa dan Pekerti atau asas kejiwaan dan asas kebendaan yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.

iii.Yoga adalah padamnya pikiran

Kata Yoga sendri berasal dari urat kata Yuj yang artinya berhubungan ( ingat kata yoke atau uga dan lain -lain). Kata Yoga berarti hubungan atau berhubungan, yang dimaksud adalah

(2)

bertemunya roh individu ( Atma/Purusa) dengan Roh universal yang tidak berperibadi ( MahaPurusa/paramatman). Maharsi Patanjali mengartikan Yoga sebagai 'Cittawrttinirodha', yaitu pengentian geraknya pikiran.

3.Pertemuan kebudayaan india-Jawa

Agama dan kebudayaan Hindu–Buddha lahir dan berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindu–Buddha mewarnai kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat India. Agama dan kebudayaan Hindu di India mencapai puncak kejayaan semasa pemerintahan Candragupta dari Dinasti Maurya. Agama Buddha mencapai puncak kejayaannya semasa pemerintahan Raja Ashoka. Dari India, agama dan kebudayaan Hindu–Buddha kemudian berkembang ke Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk juga ke Indonesia.

i.Pengayaan kosakata bahasa jawa

A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Hindu–Buddha di Indonesia Sejak zaman prasejarah penduduk Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung yang sanggup

mengarungi lautan lepas. Pada permulaan pertama tarikh Masehi, telah terjalin hubungan dagang antara Indonesia dengan India. Hubungan ini kemudian juga berkembang ke hubungan agama dan budaya. Hal ini disebabkan para pedagang dari India tidak hanya membawa barang dagangannya, tetapi juga membawa agama dan kebudayaan mereka sehingga menimbulkan perubahan kehidupan dalam masyarakat Indonesia, yakni sebagai berikut.

1. Semula hanya mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme, kemudian mengenal dan menganut agama Hindu–Buddha.

2. Semula belum mengenal aksara/tulisan, menjadi mengenal aksara/tulisan dan Indonesia memasuki zaman Sejarah.

1. Hubungan Dagang Indonesia dengan India dan Cina

Pada awal abad tarikh Masehi, negeri Kepulauan Nusantara telah menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa di Asia. Bentuk hubungan dagang yang berlangsung pada saat itu bermula dari kegiatan perdagangan dan pelayaran. Sebagai akibat dari hubungan perdagangan dan pelayaran, timbullah pertemuan kebudayaan yang melahirkan kebudayaan baru bagi masyarakat Nusantara. Proses percampuran antara dua atau lebih kebudayaan yang saling bertemu dan mempengaruhi itu disebut akulturasi kebudayaan. Adanya hubungan dagang pada awal abad tarikh Masehi, didasarkan adanya sumber-sumber baik ekstern maupun intern.

a. Sumber Ekstern

1 ) Sumber dari India

Menurut Van Leur dan Wolters, kegiatan hubungan dagang Indonesia dengan bangsa-bangsa Asia pertama kali dilakukan dengan India, kemudian Cina. Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat diketahui dari kitab Jataka dan kitab Ramayana. Kitab Jataka menyebut nama Swarnabhumi sebuah negeri emas yang dapat dicapai setelah melalui perjalanan yang penuh bahaya. Swarnabhumi yang dimaksud ialah Pulau Sumatra. Kitab Ramayana menyebut nama

(3)

Yawadwipa dan Swarnadwipa. Menurut para ahli, Yawadwipa (pulau padi) diduga sebutan untuk Pulau Jawa, sedangkan Swarnadwipa (pulau emas dan perak) adalah Pulau Sumatra.

Kitab Jataka dan kitab Ramayana tidak menyebut secara jelas terjadinya hubungan dagang dengan tempat-tempat di Indonesia. Salah satu kitab sastra India yang dapat dipercaya adalah kitab Mahaniddesa yang memberi petunjuk bahwa masyarakat India telah mengenal beberapa tempat di Indonesia pada abad 3 Masehi. Dalam kitab Geographike yang ditulis pada abad ke-2 juga disebutkan telah ada hubungan dagang antara India dan Indonesia. Dari kedua keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara intensif terjadinya hubungan dagang antara Indonesia dan India mulai abad-abad tersebut (abad ke 2-3 Masehi).

2 ) Sumber dari Cina

Kontak hubungan Indonesia dengan Cina diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5. Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antaranya adalah perjalanan seorang pendeta Buddha, Fa Hien. Pada sekitar tahun 413 M, Fa Hien melakukan perjalanan dari India ke Ye-po-ti (Tarumanegara) dan kembali ke Cina melalui jalur laut. Selanjutnya, Kaisar Cina, Wen Ti mengirim utusan ke She-po ( Pulau Jawa). Berdasarkan bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa pada abad ke-5 telah dilakukan hubungan perdagangan dan pelayaran secara langsung antara Indonesia dan Cina.

Barang-barang yang diperdagangkan dari Cina berupa sutra, kertas, kulit binatang berbulu, kulit manis, dan barang-barang porselin. Barangbarang dagangan dari India berupa ukiran, gading, perhiasan, kain tenun, gelas, permata, dan wol halus yang ditukar dengan komoditas dari Indonesia seperti rempah-rempah, emas, dan perak.

3 ) Sumber dari Yunani

Keterangan lain tentang adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan India, dan Cina dapat diketahui dari Claudius Ptolomeus, seorang ahli ilmu bumi Yunani. Dalam kitabnya yang

berjudul Geographike yang ditulis pada abad ke-2, Ptolomeus menyebutkan nama Iabadio yang artinya pulau jelai. Mungkin kata itu ucapan Yunani untuk menyebut Yawadwipa, yang artinya juga pulau jelai. Dengan demikian, seperti yang disebutkan dalam kitab Ramayana bahwa Yawadwipa yang dimaksud ialah Pulau Jawa.

b. Sumber Intern

Adanya sumber dari luar, seperti dari India, Cina dan Yunani, diperkuat adanya sumber-sumber yang ada di Indonesia sendiri. Sumbersumber-sumber sejarah di dalam negeri yang memperkuat adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina, antara lain sebagai berikut. 1) Prasasti

Prasasti-prasasti tertua di Indonesia yang menunjukkan hubungan Indonesia dengan India, misalnya Prasasti Mulawarman di Kalimantan Timur yang berbentuk yupa. Demikian juga prasasti prasasti Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Semua prasasti ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.

(4)

Kitab-kitab kuno yang ada di Indonesia biasanya ditulis pada daun lontar yang ditulis dengan menggunakan bahasa dan tulisan Jawa Kuno yang juga mwerupakan pengaruh dari bahasa Sanskerta dan tulisan Pallawa. Kemampuan membaca dan menulis ini diperoleh dari pengaruh Hindu dan Buddha.

3 ) Bangunan-Bangunan Kuno

Bangunan kuno yang bercorak Hindu ataupun Buddha terdiri atas candi, stupa, relief, dan arca. Banyak peninggalan bangunan-bangunan kuno yang bercorak Hindu atau Buddha di Indonesia. Demikian juga benda-benda peninggalan dinasti-dinasti Cina. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara Indonesia, India, dan Cina.

Hubungan dagang Indonesia dengan India dan Cina telah menempatkan Indonesia di kancah perdagangan dan pelayaran masa Kuno. Namun, pengaruh kebudayaan India dan Cina terhadap perkembangan sejarah Indonesia amat berbeda. Hal itu disebabkan dalam perkembangan selanjutnya, para pedagang India di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu–Buddha.

Para brahmana atau pendeta dengan ikut para pedagang berlayar, mereka singgah di daerah-daerah untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha. Dengan demikian, hubungan dagang dengan India telah memunculkan perubahan besar dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia, baik di bidang sosial, budaya, maupun politik sebagai dampak dari persebaran agama dan kebudayaan Hindu– Buddha. Terbukti di Indonesia muncullah kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Buddha yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan Bali.

ii.pengetahuan agama/ajaran Hindu dan Buddha

Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu–Buddha ke Indonesia? Siapa yang membawa agama dan kebudayaan Hindu–Buddha ke Indonesia? Hal itu menimbulkan berbagai macam interpretasi karena tidak ada bukti yang konkrit. Ada beberapa hipotesis tentang masuknya agama dan budaya Hindu–Buddha ke Indonesia, antara lain sebagai berikut.

a. Hipotesis Waisya

Hipotesis waisya mengungkapkan bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah tahun berganti arah) dan enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu.

Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang umumnya merupakan kelompok pedagang inilah yang berperan besar dalam menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu ke Nusantara. Mereka yang menjadikan munculnya budaya Hindu sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat.. Pada saat itu, para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa dan rakyat. Jalinan hubungan itu yang membuka peluang terjadinya proses penyebaran agama dan budaya Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah N.J. Krom.

b. Hipotesis Kesatria

(5)

Nusantara adalah kaum kesatria. Menurut hipotesis ini, pada masa lampau di India terjadi peperangan antarkerajaan. Para prajurit yang kalah perang, kemudian mengadakan migrasi ke daerah lain. Tampaknya, di antara mereka ada yang sampai ke Indonesia dan mendirikan koloni-koloni melalui penaklukan. Mereka menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Salah seorang pendukung hipotesis kesatria adalah C.C. Berg.

c. Hipotesis Brahmana

Hipotesis brahmana mengungkapkan bahwa pembawa agama dan kebudayaan Hindu ke Indonesia ialah golongan brahmana. Para brahmana datang ke Nusantara diundang oleh penguasa Nusantara untuk menobatkan menjadi raja dengan upacara Hindu (abhiseka = penobatan). Selain itu, kaum brahmana juga memimpin upacara-upacara keagamaan dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Pendukung hipotesis ini adalah J.C. van Leur.

d. Hipotesis Nasional

Hipotesis nasional mengungkapkan bahwa penduduk Indonesia banyak yang aktif berdagang ke India, pulangnya membawa agama dan kebudayaan Hindu. Sebaliknya, orang-orang Indonesia (raja) mengundang para brahmana dari India untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Jadi, bangsa Indonesia sendiri yang aktif memadukan unsurunsur kebudayaan India. Banyak pemuda Indonesia yang belajar agama Hindu–Buddha ke India dan setelah memperoleh ilmu, mereka kembali untuk menyebarkan agama di Tanah Air.

Terlepas dari hipotesis tersebut , orang-orang Indonesia ikut memegang peranan penting dalam masuknya agama dan budaya India. Orang-orang Indonesia yang memiliki pengetahuan dari pada pendeta India kemudian pergi ke tempat asal guru mereka untuk melakukan ziarah dan menambah ilmu mereka. Sekembalinya dari India dengan bekal pengetahuan yang cukup, mereka ikut serta menyebarkan agama dan budaya dengan memakai bahasa mereka sendiri. Ajaran-ajaran yang mereka sebarkan dapat lebih cepat diterima oleh penduduk. Jadi, proses masuknya budaya India ke Indonesia menjadi lebih cepat dan mudah.

iii.pengetahuan agama/ajaran Hindu dan Buddha

Pada sekitar abad ke-2 sampai dengan 5 Masehi, diperkirakan telah masuk agama dan

kebudayaan Buddha ke Indonesia. Kemudian disusul pengaruh Hindu ke Indonesia pada abad ke-5 Masehi. Agama dan budaya Hindu-Buddha dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan pendeta dari India atau Cina,masuk ke Indonesia mengikuti dua jalur.

a. Melalui Jalur Laut

Para penyebar agama dan budaya Hindu –Buddha yang menggunakan jalur laut datang ke Indonesia mengikuti rombongan kapal-kapal para dagang yang biasa beraktivitas pada jalur India Cina. Rute perjalanan para penyebar agama dan budaya Hindu Buddha, yaitu dari India menuju Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, kemudian ke Nusantara. Sementara itu, dari

Semenanjung Malaya ada yang terus ke Kamboja, Vietnam, Cina, Korea, dan Jepang. Di antara mereka ada yang langsung dari India menuju Indonesia dengan memanfaatkan bertiupnya angin muson barat.

(6)

Para penyebar agama dan budaya Hindu –Buddha yang menggunakan jalur darat mengikuti para pedagang melalui Jalan Sutra, dari India ke Tibet terus ke utara sampai dengan Cina, Korea, dan Jepang. Ada juga yang melakukan perjalanan dari India utara menuju Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya kemudian berlayar menuju Indonesia.

iv.Pengetahuan tentang kontruksi bangunan suci Tidak dapat diingkari bahwa arsitektur bangunan suci Hindu-Buddha di Jawa telah mendapat pengaruh yang kuat dari India. Hal itu terjadi seiring dengan diterimanya agama Hindu-Buddha dalam masyarakat Jawa Kuna. Karena sistem keagamaannya diterima, maka sudah tentu didirikanlah tempat-tempat suci sebagai sarana peribadatannya. Dalam perkembangannya, ternyata arsitektur bangunan suci Hindu-Buddha di Jawa telah mendapatkan coraknya tersendiri yang berbeda dengan bangunan sejenis di India.

Kenyataan seperti itu pada dasarnya tidak hanya terjadi di Jawa, tetapi juga dapat dijumpai di wilayah-wilayah lainnya di daratan Asia Tenggara, misalnya pada bangunan suci Campa, Khmer (Kamboja), dan Thailand. Pengaruh India tersebut mungkin masuk ke wilayah Asia Tenggara pada sekitar awal tarikh Masehi, kemudian pengaruh yang datang itu diolah kembali untuk dijadikan seperti milik sendiri oleh penduduk-penduduk pribumi yang menerimanya.

Dalam hal arsitektur bangunan suci Hindu-Buddha di India dan Jawa yang lebih dirasakan adalah adanya kesejajaran (parallelism) setelah agama Hindu-Buddha dari India diterima oleh masyarakat Jawa Kuna. Pada awalnya memang pengaruh India banyak mengilhami pendirian karya monumen keagamaan pada sekitar abad ke-8 M, ketika peradaban Hindu-Buddha baru mulai marak berkembang. Dalam periode selanjutnya karya arsitektur Jawa Kuna mendapatkan jalannya tersendiri untuk berkembang, berlanjut, atau pun punah.

Kesejajaran yang dapat diamati adalah dalam hal konsepsi dasarnya saja, sedangkan dalam segi visualisasi untuk menjadi bentuk kebudayaan materi (bangunan, arca dan relief), terdapat perbedaan yang nyata. Dalam hal konsepsi keagamaan pun apabila dikaji lebih mendalam tetap ada perbedaan, bukankah visualisasi menjadi kebudayaan materi adalah cerminan dari konsepsi. Dengan demikian mengapa candi-candi di Jawa berbeda dengan kuil-kuil pemujaan dewa di India, hal itu sangat mungkin karena cerminan konsepsi yang berbeda pula.

Pengaruh agama dari India yang datang ke Jawa diolah lagi oleh para pendeta-pemikir Jawa Kuna, lalu muncul gagasan yang memadukan hakekat Siva-Buddha. Oleh karena ada perpaduan itu, maka peralatan ritusnya pun menjadi berbeda, tidak lagi sama dengan di tanah asalnya. 4.Kebudayaan materi dan sastra Buddhis

(7)

Kata “candi” mengacu pada berbagai macam bentuk dan fungsi bangunan, antara lain empat beribadah, pusat pengajaran agama, tempat menyimpan abu jenazah para raja, tempat pemujaan atau tempat bersemayam dewa, petirtaan (pemandian) dan gapura. Walaupun fungsinya

bermacam-macam, secara umum fungsi candi tidak dapat dilepaskan dari kegiatan keagamaan, khususnya agama Hindu dan Budha, pada masa yang lalu. Oleh karena itu, sejarah pembangunan candi sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan dan perkembangan agama Hindu dan Budha di Indonesia, sejak abad ke-5 sampai dengan abad ke-14.

Candi-candi Budha umumnya dibangun sebagai bentuk pengabdian kepada agama dan untuk mendapatkan ganjaran. Ajaran Buddha yang tercermin pada candi-candi di Jawa Tengah adalah Budha Mahayana, yang masih dianut oleh umat Budha di Indonesia sampai saat ini. Berbeda dengan aliran Budha Hinayana yang dianut di Myanmar dan Thailand.

ii.Sastra sastra Buddhis

Sastra Peninggalan Budha di Indonesia. Ada beberapa karya sastra peninggalan sejarah yang bercorak Buddha. Salah satu karya sastra bercorak Buddha yang terkenal adalah Kitab Sutasoma. Kitab ini dikarang oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma menceritakan kisah Raden Sutasoma. Kisah ini mengajarkan pengorbanan belas kasih yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai kesempurnaan tertinggi. Salah satu ungkapan yang terkenal dari Kitab Sutasoma adalah

“Bhinneka Tunggal lka Tan Hana Dharma Mangrwa.” Berikut ini daftar karya sastra atau kitab-kitab peninggalan sejarah yang bercorak Buddha.

1. Negara Kertagama ,Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit

Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak kerajaan

Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti.

2. Sutasoma, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit

Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5). Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh mpu Tantular pada abad ke-14.

3. Pararaton, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit

Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup

(8)

singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton.

4. Arjunawiwaha, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit

Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga. Kakawin ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh bidadari ini.

5.Bentuk – bentuk pikiran yang baik (cetasika ) atau brahmavihara Empat Kediaman Luhur (Brahmavihara)

Metta (Cinta kasih), Karuna (Belas kasihan), Mudita (Kegempiraan simpatik), dan Upekkha (Keseimbangan batin) secara bersama disebut Empat Brahmavihara, yaitu empat keadaan pikiran yang luhur (brahma=luhur, vihara=kediaman). Dengan kata lain "tinggal dengan memancarkan pikiran cinta kasih, atau belas kasihan, atau kegembiraan simpatik, atau keseimbangan batin kepada semua makhluk adalah kehidupan yang luhur."

Menjalani hidup dengan sifat-sifat tersebut membuat hidup tidak gersang karena panas

kebencian, iri hati, dan kedengkian. Ini adalah suatu. Kehidupan yang diselimuti oleh sejuknya brahmavihara.

Mengembangkan Metta

Penuhilah pikiran Anda terus-menerus dengan metta, dengan begitu Anda akan sungguh-sungguh mengembangkan metta kepada semua makhluk. Dengan kata lain metta harus dikembangkan agar pikiran menjadi terpenuhi dengan cinta kasih.

Memancarkan Metta.

Ketika Anda memancarkan metta secara langsung kepada seseorang, sementara. Anda

memusatkan pikiran kepada orang tersebut dan berharap :" Semoga dia berbahagia.", metta Anda akan terhubung dengan orang yang menerima metta. Ini terjadi karena seakan metta Anda telah menjangkau pikiran orang itu. Ketika Anda memancarkan metta kepada seseorang, dewasa ini orang bilang "Anda mengirimkan metta kepada seseorang."

(9)

Bagaimana mengirimkan Metta

Untuk mengirimkan metta, uncarkan kalimat pali berikut :

"Sabbe satta avera hontu, abhayapajja hontu, anigha hontu, sukhi attanang pariharantu.", artinya adalah :

1). Semoga semua makhluk bebas dari marabahaya. 2). Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan batin 3). Semoga semua makhluk bebas dari penderitaan jasmani 4). Semoga semua makhluk menjaga diri dengan bahagia.

Cara efektif mengirimkan Metta

Hanya ketika Anda sungguh-sungguh mengharapkan kesejahteraan orang lain atau makhluk hidup lain, kita dapat katakan bahwa metta telah terpancarkan dengan baik. Jika Anda hanya mengatakan "Avera hontu..dst, mencoba menghafal namun pikiran berkeliaran kemana-mana dan tanpa konsentrasi, Anda tidak. Mengirimkan metta secara efektif. Lebih baik memancarkan metta dengan ungkapan kita sendiri daripada dengan bahasa pali, jadi Anda harus menyebutkan nama orang yang Anda tuju ketika Anda memancarkan metta kepada orang tsb.

Contohnya : "Semoga Ibuku terbebas dari bahaya dan kesulitan; semoga Ibuku berbahagia batin dan jasmani; semoga Ibuku sehat dan panjang usia."

Anda harus mengulang kalimat tsb. dengan kesungguhan dan ketulusan yang besar. Demikian pula ketika Anda memancarkan metta kepada ayah, guru, dan lain-lain.

Untuk memancarkan metta kepada semua makhluk, Anda tinggal mengganti nama "Ibuku" dengan "Semua makhluk."

Singkat kata, Anda cukup menguncarkan :" Semoga Ibuku bebas dari bahaya dan baik-baik saja," " Semoga ayahku...Semoga guruku..." Yang paling hakiki dalam memancarkan metta adalah memiliki minat dan kesungguhan yang kuat demi kesejahteraan, kedamaian, dan kemajuan semua makhluk.

Bagaimana Mengirimkan Karuna

Karuna cetasika adalah belas kasihan kepada semua makhluk yang menderita karena kesengsaraan. Intinya adalah mengharapkan dengan tulus untuk meringankan mereka dari kesengsaraan. Untuk menyebarkan karuna, kita menguncarkan kalimat Pali : “ Dukkha muccantu” yang berarti “ Semoga mereka terbebas dari penderitaan”. Karuna sejati adalah pengharapan kuat agar makhluk lain terbebas dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan. Pengharapan “ Semoga dia cepat meninggal” agar dia cepat terbebas dari penderitaan bukanlah karuna, melainkan byapada-duccarita (perbuatan jahat melalui pikiran).

(10)

Karuna sejati berarti sikap luhur belas kasihan kepada orang atau makhluk yag menderita. Hanya dengan mengucapkan “Dukkha muccantu” tanpa dilandasi dengan aksi nyata bukan merupakan karuna sejati.

Bagaimana mengirimkan Mudita

Mudita adalah bersimpati, turut bergembira terhadap kesuksesan, kemakmuran, dan prestasi yang diraih orang lain. Ini adalah pengharapan tulus agar orang lain terus menikmati kekayaan,

kedudukan, kemajuan, kebahagiaan, ketenaran, dan sebagainya. Untuk mengirimkan mudita, seseorang harus menguncarkan “ Yathaladdhasampattito ma vigacchantu”, yang berarti “ Semoga mereka tidak kehilangan keberhasilan atau kebahagiaan yang telah mereka raih “ serta memancarkan kegembiraan simpatik ketika Anda menyaksikan kesejahteraan seseorang. Sekadar mengucapkan kalimat Pali tersebut tanpa dilandasi dengan ketulusan dan kesungguhan bukan merupakan mudita sejati.

Bagaimana memancarkan Upekkha

Upekkha adalah keseimbangan batin, memandang dengan benar dan tidak memihak.

Memancarkan upekkha adalah untuk merenungkan: “ Setiap orang mewarisi kamma masing-masing; apa pun yang terjadi baik atau buruk adalah karena kamma mereka sendiri.”

Dengan kata lain, kita merenungkan :” Meskipun saya memancarkan metta demi kebahagiannya, dia hanya akan berbahagia jika memiliki kamma baik; meskipun saya menaruh belas kasihan kepadanya, dia hanya akan terbebas dari penderitaan jika memiliki kamma baik; meskipun saya berbahagia dengan kemakmurannya dan tidak menginginkan kehilangan kebahagiaannya, dia hanya akan bisa menjaga kesejahteraan dan hidupnya jika memiliki kamma baik. Maka dari itu, saya tidak seharusnya merasa khawatir dengan keadaannya; dia memiliki kamma sebagai hartanya sendiri.”

Referensi

Dokumen terkait

Versi kedua dalam hal seleksi yang merugikan adalah timbul ketika manajer yang mengetahui berita buruk tentang masa depan perusahaan tidak

(1991) in studies on the associations The objectives of the present investigation are to among milk yield, feed intake and efficiency in dairy examine genetic and

Adanya hadiah menarik yang diberikan kepada nasabah yang sering menggunakan produk Bank BNI dalam setiap transaksi perbankan5. Bank BNI menyediakan jenis

Bagi Indonesia sendiri banyak juga hal-hal positif yang bisa dirasakan oleh bangsa dari dinamika bidang politik global saat ini, namun.. rasanya lebih banyak lagi dampak-dampak

Perkebunan terletak di Kecamatan Ciomas, Kecamatan Kota Bogor Selatan, Kecamatan Kemang, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Bojonggede, dan Kecamatan Bogor Barat.. Tabel 3-5:

[r]

PDAM Delta Tirta Sidoarjo adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang jasa dan merupakan BUMN yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan daerah

Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Sani, Berlin and Kurniasih,