Seminar Nasional 2012 “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menghadapi UKG”
Jurusan PTBB FT UNY, 15 Desember 2012 Page 1
IMPLEMENTASI STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
Riana T. Mangesa
Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
ABSTRAK
Riana Mangesa, (2012). Strategi pendidikan karakter melalui pendekatan konstruktivistik untuk meningkatkan kompetensi guru, di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Prinsip pendidikan kejuruan di SMK yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, akan efektif jika guru mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik dalam proses pembelajaran, sebagai salah satu implementasi strategi belajar melalui pemahaman konsep (konstruktivis), memahami prosedur (prosedural knowledge) yang berada dalam teori kognitif dan pembiasaan (behavioristik).
Berkaitan dengan sistem pendidikan karakter dalam proses belajar berbasis kompetensi di SMK, guru membutuhkan strategi pembelajaran yang dapat dilakukan sebagai bagian dari implementasi proses belajar dengan lingkungan. Melalui rekayasa faktor lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik dan budaya sekolah, kurikulum, manajemen sekolah dan strategi mengajar, diharapkan dapat menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Teori belajar konstruktivistik yang muncul akibat terjadinya revolusi ilmiah dari sistem pembelajaran yang penekanan pokoknya pada situasi belajar, dimaknai sebagai pendekatan konstruktivistik. Dimana dalam proses belajar, siswa sendiri yang aktif melakukan penalaran melalui pengalaman dan mampu mengintegrasikan dengan lingkungannya. Guru dapat merencanakan strategi belajar menurut pandangan konstruktivistik ini dengan kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuan melalui pembentukan sikap dan karakter. Sehingga proses perubahan yang terjadi dibangun secara personal dan bertanggung jawab atas hasilnya.
Kata kunci: Pendekatan Konstruktivistik, Strategi, Kompetensi Guru SMK PENDAHULUAN
Seiring dengan tujuan pendidikan berbasis kompetensi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), maka SMK dituntut untuk menyiapkan siswa menjadi individu yang mandiri, berpengetahuan serta mampu mengembangkan kompetensi bidang keahlian yang diminatinya. Hal ini berimplikasi pada kualifikasi akademik dan kompetensi guru, baik pada penguasaan materi maupun pada proses dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda-beda.
Berdasarkan peraturan mendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, maka ada 4 kompetensi utama, yang perlu dikembangkan: (1) kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru berkenaan untuk
Seminar Nasional 2012 “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menghadapi UKG”
Jurusan PTBB FT UNY, 15 Desember 2012 Page 2
melihat karakteristik siswa, dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual; (2) kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan guru yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian; (3) kompetensi sosial; yaitu guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif; (4) kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Melalui kompetensi profesional ini, guru diharapkan mempunyai penguasaan terhadap konsep atau strategi dan materi secara luas dan mendalam sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Sekaitan dengan adanya tujuan pendidikan karakter yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan untuk berkembangnya potensi siswa menjadi individu beriman berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, maka pembentukan karakter melalui rekayasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui strategi: (1) keteladanan, (2) intervensi, (3) pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan (4) penguatan, (Ditjen Dikti, 2010).
Kemampuan guru mengarahkan siswa dalam proses belajar, adalah bagian dari kompetensi profesional guru yang harus mampu merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Karena strategi belajar sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi, untuk menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills), untuk menyiapkan siswa menjadi individu yang mandiri, berpengetahuan serta mampu mengembangkan kompetensi bidang keahlian yang diminatinya.
Berdasarkan tujuan pembelajaran berbasis kompetensi yang menuntut penyusunan rencana pembelajaran untuk membantu guru menjadi pemain, memfasilitasi kreatifitas siswa yang bernilai dalam mengembangkan kompetensinya untuk memiliki kecakapan sebagai individu yang mandiri. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih strategi pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa, merupakan salah satu upaya penting untuk
Seminar Nasional 2012 “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menghadapi UKG”
Jurusan PTBB FT UNY, 15 Desember 2012 Page 3
mengoptimalkan proses pembelajaran. Strategi belajar melalui pendekatan konstruktivistik yang dipergunakan dalam pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, diintervensi melalui proses belajar, pelatihan, pembiasaan terus-menerus, yang secara konsisten dilakukan dalam penguatan dan secara ekplesit tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sehingga melalui konsep pembelajaran berbasis kompetensi yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, sangat relevan dalam pencapaian setiap kompetensi yang terkait erat dengan pembentukan karakter sebagai tolok ukur pencapaian kompetensi.
PEMBAHASAN
Sekaitan dengan strategi belajar yang efektif dalam pencapaian kompetensi, maka makna strategi yang merupakan suatu kegiatan perencanaan pembelajaran, akan melibatkan guru dan siswa dalam proses untuk mencapai tujuan belajar. Sehingga dalam pelaksanaan strategi pembelajaran melalui pendekatan konstruktivistik dapat diartikan sebagai sebuah perencanaan yang bersifat konsep tentang langkah-langkah atau metode yang tepat dipergunakan dalam pelaksanaan proses belajar untuk menjadikan siswa aktif, kreatif dan menyenangkan.
Salah satu konsekuensi dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses pembelajaran, yang diharapkan dapat dipergunakan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar baik di kelas maupun di laboratorium, yang difokuskan pada pengembangan kompetensi setiap individu. Artinya setiap siswa akan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan latihan mengembangkan kompetensi di setiap mata pelajaran, sehingga kompetensi itu dikuasai dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten.
Melalui pembelajaran berbasis kompetensi pendekatan dan metode perencanaan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu: (a) berpusat pada siswa, dimana dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek; (b) belajar dengan contoh-contoh aktual dalam kehidupan sehari-hari; (c) mengembangkan kemampuan sosial, karena siswa butuh interaksi
Seminar Nasional 2012 “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menghadapi UKG”
Jurusan PTBB FT UNY, 15 Desember 2012 Page 4
dengan guru, untuk membangun kerangka pemikiran tentang ilmu yang dipelajari. Komponen pokok pembelajaran berbasis kompetensi yaitu:(1) kompetensi yang akan dicapai; (2) strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi; (3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai kompetensi, Abdul Majid (2008). Sehingga untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi siswa, dilakukan evaluasi penilaian pada hasil tes yang dirancang untuk mengukur perubahan perilaku siswa, yang dapat dirumuskan dalam rubrik penilaian.
Pemanfaatan modul sebagai media/sumber belajar yang dikembangkan oleh guru, disesuaikan dengan dimensi kompetensi dalam SKKD dengan struktur kurikulum di SMK. Sehingga melalui indikator-indikator kompetensi, pendidikan karakter dapat diinternalisasi sesuai pendekatan pembelajaran yang cocok, pada berbagai mata pelajaran yang sudah dikelompokkan, sesuai organisasi program adaptif, normatif dan produktif.
Program adaptif adalah kelompok mata diklat, berfungsi membentuk siswa sebagai individu, untuk memiliki pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyelesaikan sendiri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, mampu mengembangkan diri sesuai perkembangan teknologi. Melalui program normatif, pendidikan karakter dapat direncanakan dalam penegasan-penegasan untuk membentuk siswa menjadi individu yang memiliki norma kehidupan dan dapat hidup bermasyarakat. program ini memberi penegasan pendidikan karakter, yang lebih menitikberatkan pada norma, sikap, perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan dan dilatihkan pada siswa. Pada program produktif, kelompok mata diklat untuk memiliki kompetensi kerja sesuai standar kompetensi, penekanan pendidikan karakter dapat diimplementasikan dalam sikap jujur, teliti dan disiplin.
Melalui internalisasi pada penekanan pendidikan karakter, implementasi strategi belajar dengan pendekatan konstruktivistik dapat direncanakan oleh guru dalam RPP. Untuk itu strategi pendekatan ini, sebaiknya menggunakan modul sebagai sistem pembelajaran. Karena modul merupakan paket belajar mandiri, yang direncanakan serta dirancang secara sistematis untuk membantu siswa mencapai tujuan belajar yaitu menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Menurut Dirjen PMPTK (2010) bahwa modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara
Seminar Nasional 2012 “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menghadapi UKG”
Jurusan PTBB FT UNY, 15 Desember 2012 Page 5
mandiri oleh siswa. Melalui sistem modul dalam pembelajaran di sekolah akan memperoleh keuntungan yaitu (a) keutuhan dan ketuntasan penguasaan kompetensi, (b) kesinambungan proses pembelajaran, (c) efisiensi penggunaan sumber daya pendidikan.
Melalui penggunaan modul, pemahaman konsep (konstruktivistik) ini lebih dicirikan pada aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan, tes yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu (1) meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, (2) menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, (3) menghargai pandangan siswa, (4) materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, (5) menilai pembelajaran secara kontekstual, (Santyasa, 2009).
Menurut paradigma konstruktivistik, penekanan pada siswa yang aktif, sering disebut pengajaran yang terpusat pada siswa. Oleh karena itu dalam rangka mencapai tujuan pembentukan karakter melalui rekayasa faktor lingkungan keteladanan disiplin jujur, pembiasaan secara konsisten, dan penguatan, bahkan melalui kerjasama dengan siswa yang lain, jujur saling menghargai untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
Pembentukan dan rekayasa lingkungan yang mencakup diantaranya lingkungan fisik dan budaya sekolah, manajemen sekolah, kurikulum, pendidik, dan metode mengajar. Pembentukan karakter melalui rekasyasa faktor lingkungan dapat dilakukan melalui strategi: (1) keteladanan, (2) intervensi, (3) pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, dan (4) penguatan. Dengan kata lain perkembangan dan pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan, intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, pembiasaan terus-menerus dalam jangka panjang yang dilakukan secara konsisten dan penguatan serta harus dibarengi dengan nilai-nilai luhur.
Terkait dengan belajar mandiri dengan lingkungannya, membutuhkan strategi belajar yang dapat membentuk dan membawa perubahan tingkah laku pada setiap siswa, baik dalam tugas mandiri maupun tugas kelompok. Sehingga dengan belajar mandiri, pendekatan konstruktivistik memiliki tujuan dan yang sangat mendukung bagi terlaksannya nilai-nilai karakter individu. Melaui peran modul, sebagai
Seminar Nasional 2012 “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menghadapi UKG”
Jurusan PTBB FT UNY, 15 Desember 2012 Page 6
media/sumber belajar yang harus direncanakan sesuai RPP untuk mencapai hasil belajar kompetensi dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk mencapai hasil belajar tersebut, maka individu menggunakan kemampuan pada tiga ranah kompetensi, yaitu : (1) kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran; (2) afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran, seperti kategori penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; (3) psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani,yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing dan gerakan kompleks, kreatifitas, Sagala (2010).
Sehubungan dengan implementasi strategi pembelajaran dalam pendidikan karakter melalui pendekatan konstruktivistik, maka guru harus mampu memanfaatkan dan merekayasa lingkungan dalam; (1) learning to live together yaitu membekali siswa, mampu hidup bersama dengan orang lain yang berbeda, dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka; (2) learning to be, yaitu keberhasilan pembelajaran untuk mencapai tingkatan learning to know, learning to do, dan learnig to live together, yaitu kemampuan siswa mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan, memecahkan masalah, dan mampu bekerja sama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan.
KESIMPULAN
Pendekatan konstruktivistik dalam proses belajar, dapat memotivasi siswa aktif melakukan penalaran melalui pengalamannya untuk mengintegrasikan dengan lingkungannya. Sehingga belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya. Proses perubahan akan terjadi yang dibangun secara personal dan bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasilnya.
Berkaitan dengan sistem pendidikan karakter dalam proses belajar berbasis kompetensi di SMK, dibutuhkan sebuah strategi yang dapat dilakukan sebagai bagian dari implementasi proses belajar dengan lingkungan. Melalui rekayasa faktor lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik dan budaya sekolah, kurikulum, manajemen sekolah, metode dan strategi mengajar. Kemampuan guru dalam mengarahkan siswa pada proses belajar, adalah bagian dari kompetensi profesional
Seminar Nasional 2012 “Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menghadapi UKG”
Jurusan PTBB FT UNY, 15 Desember 2012 Page 7
guru yang harus mampu merencanakan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (Eds.) (2001). A taxonomy for Learning, teaching and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman.
Baedowi, A. (2008). Konstruktivisme dan Sekolah Kejuruan. Media Indonesia Online http://www.mediaindonesia.com/index.ar_id. Diakses 8 Juli 2010.
Benny, P. A. (2009). Model Desain Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Bloom, Madaus & Hasting. (1981). Methods grading in summative evaluation. New York: McGraw-Hill.
Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Direktorat tenaga kependidikan.Dirjen PMPTK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya. Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran.Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Mukminan, (1998). Belajar dan Pembelajaran. IKIP Yogyakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan Profesi Guru.
Pardjono. (2008). Urgensi Penerapan Konstruksivisme dalam Pendidikan Kejuruan. Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Teknik Mesin. Universitas Negeri Yogyakarta.
Sagala, S. (2010). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.
Santrock, John, W.(2008). Educational psychology and technology 2nd edition (terjemahan Tri Wibowo, BS). Texas: McGraw-Hill Company, Inc.(buku asli terbit tahun 2004)
Santyasa, I.W. (2009), Model Pembelajaran Inovatif dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan dalam Pelatihan Bagi Guru SD,SMP, SMA & SMK. Bandung : Universitas Pendidikan Ganesha.
Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.