• Tidak ada hasil yang ditemukan

lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa definisi auditing yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa definisi auditing yang"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

A. Auditing

1. Pengertian Auditing

Auditing bagi suatu perusahaan merupakan hal yang cukup signifikan karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengetahui auditing secara lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa definisi auditing yang

dikemukakan oleh para ahli.

Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke (2000:9):

Auditing adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti mengenai informasi untuk menetapkan dan melaporkan apakah bahan bukti yang diperoleh sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Menurut The American Accounting Association's Committee on Basic Auditing Concepts yang dikutip oleh Jerry R.Strawser dan Robert H.Strawser (2001:1 -2):

Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bahan bukti yang berkaitan dengan kejadian dan kegiatan ekonomi secara objektif dalam rangka memastikan tingkat kesesuaian antara hasil yang dilaporkan dengan kriteria yang ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

(2)

a. Audit Uporan Keuangan (Financial Statement Audit).

Audit Iaporan keuangan adalah audit yang diiakukan oleh auditor independen terhadap Iaporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran Iaporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran Iaporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit, laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor

Pelayanan Pajak.

b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit).

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.

(3)

hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:

1. Mengevaluasi kinerja

2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan

3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih

lanjut

Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit

tersebut.

3. Tujuan dan Manfaat Auditing

Audit digunakan sebagai suatu kerangka dasar dalam pengumpulan bukti-bukti yang kompeten yang diperlukan untuk memutuskan bukti mana yang perlu dikumpulkan. Tujuan Audit menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

(4)

Tujuan audit meniirut Mulyadi (2002:72) secara umum dapat diklasifikasikan:

a. Keberadaan (Existence)

Tujuannya untuk meyakinkan bahwa semua aktiva, kewajiban, modal dan transaksi yang tefah tercatat benar-benar terjadi selama periode.

b. Keabsahan (Validity)

Maksudnya bahwa angka-angka yang ada dalam laporan keuangan yang diperiksa dapat dipertanggungjawabkan.

c. Kelengkapan (Completeness)

Tujuannya adalah untuk meyakinkan semua saldo-saldo perkiraan dan transaksi yang harus masuk dalam laporan keuangan sudah dicatat sebagaimana mestinya.

d. Penilaian (Valuations)

Tujuannya adalah untuk meyakinkan apakah prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum telah diterapkan dengan

benar.

e. Klasifikasi (Clasifications)

Maksudnya adalah angka-angka yang ada dalam laporan keuangan telah digolongkan dalam kelompok tepat.

(5)

f. Ketepatan (Accuracy)

Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa semua transaksi telah dicatat dalam saldo perkiraan yang tepat serta diikhtisarkan dalam buku besar secara akurat.

g. Pengungkapan (Disclosure)

Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya salah tafsir dalam pengambilan keputusan dan memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan. Cara penyajian disclosure tersebut ada yang berbentuk footnote (catatan kaki), tanda kurung dan narasi (uraian dalam bentuk kalimat).

h. Pisah batas (Cut off)

Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa semua transaksi telah dicatat pada periode yang benar. Transaksi yang mungkin salah dicatat adalah transaksi yang mendekati akhir periode

akuntansi.

Adapun manfaat dari auditing menurut Mulyadi (2002:75) dapat dikelompokkan menjadi tiga, dilihat dari pihak yang menikmati manfaat auditing tersebut yaitu:

1) Bagi pihak yang diaudit (auditee):

a) Menambah kredibilitas laporan keuangannya.

b) Mengurangi kecurangan yang dilakukan baik oleh pihak manajemen maupun karyawan.

(6)

c) Memberikan dasar-dasar yang lebih dipercaya untuk penyimpanan surat pembentahuan pajak (SPT) yang diserahkan kepada pemerintah.

d) Membuat peluang bagi masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar.

e) Menyingkapkan kesalahan dan penyimpangan

moneter dalam catatan keuangan klien.

f) Memberikan jaminan yang tidak memihak bahwa kebijaksanaan dan prosedur perusahaan tersebut benar-benar ditaati dengan cermat dan konsisten. 2) Bagi para pihak lain dalam dunia usaha :

a) Memberikan dasar yang meyakinkan kepada rekanan dan kreditur untuk mengambil laporan yang berkaitan dengan pemberian kredit.

b) Memberikan dasar yang terpercaya bagi para investor

untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.

c) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang bisa diasuransikan.

d) Memberikan dasar yang obyektif pada serikat buruh dan pihak yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa.

(7)

3) Bagi pemerintah dan pihak yang bergerak dibidang hukum : a) Surat pemberitahuan pajak (SPT) dan laporan keuangan yang berisi informasi yang dikutip dan laporan keuangan yang sah diaudit memberikan

tambahan kepastian.

b) Laporan yang sudah diaudit memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak dibidang hukum, untuk menggunakan harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan

dengan cara semestinya.

B. Jenis Auditor

Menurut Mulyadi (2002:28), orang atau kelompok yang melaksanakan audit dapat dikeiompokkan menjadi tiga golongan : auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern.

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti kreditur,

(8)

investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah

(terutama instansi pajak).

Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengaiaman kerja

tertentu. Auditor independen harus telah lulus dari jurusan

akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.

Profesi auditor independen ini mempunyai ciri yang berbeda dengan profesi lain (seperti profesi dokter dan pengacara). Profesi dokter dan pengacara dalam menjalankan

keahtiannya memperoleh honorarium dari kliennya, dan mereka berpihak kepada kliennya. Profesi auditor independen memperoleh honorarium dari kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun auditor independen harus independen, tidak memihak kepada kliennya. Pihak yang memanfaatkan jasa auditor independen terutama adalah pihak selain kliennya. Oleh karena itu, independensi auditor dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun auditor tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya

(9)

2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun banyak terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak. BPKP adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia dalam bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Auditor yang bekerja di BPKP mempunyai tugas pokok melaksanakan audit atas laporan keuangan instansi pemerintahan, proyek-proyek pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Proyek pemerintah, dan Perusahaan-perusahaan swasta yang pemerintah mempunyai penyertaan modal yang besar di dalamnya.

BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban Keuangan Presiden RI dan aparat di bawahnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat

(10)

(DPR). Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah Departemen Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemenntah. Tugas pokok auditor yang bekerja di instansi pajak adalah mengaudit pertanggungjawaban keuangan masyarakat wajib pajak kepada pemerintah dengan tujuan untuk memverifikasi apakah kewajiban pajak telah dihitung oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang pajak yang berlaku.

Dibawah ini adalah gambar struktur hubungan antara Auditor Pemerintah (BPKB), kliennya dan Pemakai laporan

(11)

Gambar2-1

Struktur Hubungan antara Auditor Pemerintah (BPKB), kliennya dan Pemakai Laporan Akuntan Pembuat Asersi Pemakai Informasi Keuang, ■¥-■*■ ' ■ ,' * 11 ■ *V • '' ^'"~ " '*' IS* ' ' ;, * Menyajikan

(.) "

KeuanganLaporan (4) Mengaudit (melakukan atestasi) Auditor Pemerintah (2) Menyajikan Laporan Keuangan Auditan Laporan Audit Menyusun Sumber: Mulyadi (2002) Keterangan :

(1) = Menyajikan pertanggungjawaban keuangan (2) = Melaksanakan pemeriksaan akuntan

(3) - Menyusun laporan keuangan auditan

(12)

3. Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Umumnya pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur Utama Perusahaan.

C. Standar Audit

Akuntan publik sangat dipengaruhi oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai satu-satu organisasi profesional akuntan di Indonesia. IAI terutama kompartemen Akuntan Publik, menetapkan persyaratan profesional bagi seorang akuntan publik, menyelenggarakan penelitian dan menerbitkan bahan bacaan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan akuntansi, audit, konsultasi manajemen dan perpajakan. Anggota IAI-KAP (Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik) terbatas pada

anggota-anggota IAI yang bekerja pada kantor akuntan publik, dan sekarang ini berjumlah lebih dari 800 orang dari sekitar 10.000 anggota

(13)

IAI berwenang menetapkan standar yang merupakan pedoman dan aturan yang hams dipatuhi oleh seluruh anggota dan akuntan publik lain

yang beroperasi sebagai auditor Independen. Persyaratan-persyaratan ini dirumuskan oleh komite-komite yang dibentuk oleh IAI. Ada empat bidang utama dimana IAI berwenang menetapkan standar dan membuat aturan, yaitu Standar Auditing, Standar Kompilasi, Dan Penelaahan Laporan Keuangan, Standar Atestasi Uinnya serta Kode Etik Profesi. Standar auditing, standar atestasi, dan standar review dibukukan menjadi

satu sebagai Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP).

Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional mereka, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan dan bahan bukti. Pedoman utama dalam sepuluh standar auditing yang disusun oleh AICPA pada tahun 1947, kemudian diadaptasi oleh IAI di Indonesia sejak 1973 dan disebut dengan Standar Auditing Yang Ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (SA-IAI). Standar-standar ini tidak cukup spesifik untuk dapat dipakai sebagai pedoman kerja oleh auditor, tetapi menggambarkan suatu kerangka sebagai landasan interpretasi oleh AICPA atau IAI. Kesepuluh standar tersebut adalah :

(14)

1. Standar Umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teicnis cukup sebagai

auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh

auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan sebaiknya. b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian

intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan ruang lingkup pengujian yang harus dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas Iaporan keuangan yang diaudit.

(15)

3. Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum.

b. Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam

penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam

hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan

dalam periode sebelumnya.

c Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan

audit.

d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat tanggung jawab

(16)

Pemyataan standar auditing atau PSA merupakan pedoman kerja yang paling utama bagi para auditor. Pemyataan ini dikeluarkan oleh IAI dan merupakan penjabaran atau interpretasi dan sepuluh butir standar auditing yang ditetapkan IAI. Pemyataan standar auditing baru akan dibuat apabila timbul masalah auditing yang cukup penting, sehingga menghendaki suatu interpretasi yang resmi dari IAI.

D. Pembentukan Persepsi

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari. Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya keharusan akan kesamaan sikap dan perilaku, hal ini dapat mempersempit perbedaan atau variasi antar individu yang satu dengan yang lainnya (Desraini, 1993:6)

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam rangsangan baik yang menyangkut dirinya sendiri sebagai makhluk sosial. Reaksi terhadap rangsangan berbeda antara satu dengan yang lain, hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara Iain : Pengalaman, Pikiran, dan Harapan pada diri manusia itu sendiri. Dengan kata lain perbedaan reaksi ini disebabkan oleh karena adanya perbedaan persepsi pada setiap individu (Ludigdo dan Machfoedz, 1999:17).

(17)

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia* (1995) Persepsi

didefinisikan sebagai tanggapan langsung dari suatu atau merupakan

proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.

Sedangkan menurut (Rahmi Desraini, 1993:6) persepsi adalah :

Tanggapan individu terhadap suatu kejadian atau obvek vane

terbentuk melalui rangsangan yang diterimanya, proses perleps'Tni

dmiuki dan panca ndra sebagai resepsor da, diteruski^ '^

L01^ ^^ T^ PSikli ^

menvL01^ ^^ T^ PSik°l0gi ^ ^

menyadan dan mengetahui apa yang telah diinderainya.

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan

tanggapan menyeluruh dari individu terhadap rangsangan yang diterima

oleh panca inderanya yang dipengaruhi oleh pengalaman, dan

pikiran-pikiran individu pada suatu proses pembentukan persepsi. E. Persepsi sebagai Kegiatan Psikologis

Peran dan tanggung jawab auditor merupakan hal yang pokok yang

harus diperhatikan dan dipenuhi oleh setiap auditor dalam setiap

penugasannya. Bila harapan masyarakat agar laporan keuangan bebas dari

salah saji material dan auditor juga dapat memberikan sinyal kalau ada kesangsian pada kelangsungan hidup perusahaan masa yang akan datang,

• besar kemungkinan auditor semakin dipercaya oleh masyarakat luas

pengguna jasa audit. Karena profesi akuntan publik bergantung kepada

kepercayaan masyarakat, maka terpenuhi atau tidak harapan masyarakat

terhadap realisasi peran dan tanggung jawab auditor tersebut, tergantung

(18)

Persepsi merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku

seseorang. Persepsi adalah bagaimana individu melihat dan menafsirkan

kejadian/obyek. Individu akan bertindak berdasar persepsi mereka tanpa memperhatikan apakah persepsi tersebut menggambarkan realita yang sebenarnya. Proses persepsi dimulai dari panca indra, yaitu proses diterimanya stimulus melalui alat reseptornya, kemudian diteruskan kepusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dialaminya, dan ini dikatakan ia mengalami persepsi.

Jadi persepsi adalah suatu proses pemberian arti kepada stimulus untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya dengan jalan menyeleksi dan mengorganisir masukan-masukan serta menginterprestasikannya. Karena setiap orang memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda akan melihat hai yang sama secara

berbeda pula.

F. Akuntan Publik sebagai Suatu Profesi

Kegiatan yang dilakukan seorang akuntan publik, bila dikategorikan sebagai profesi, karena kriteria suatu pekerjaan disebut profesi telah terpenuhi, antara lain:

I. Memiliki disiplin ilmu tertentu, dimana akuntan publik harus terlebih dahulu melalui proses pendidikan dan memiliki pengalaman praktik.

(19)

2. Memiliki persyaratan tertentu untuk memasuki profesi tersebut dan diatur UU, yaitu dalam SK Menteri Keuangan RI no. 763/KMK. 001/1986.

3. Memiliki kode etik yang bertujuan untuk mengatur moral anggota.

4. Mengutamakan kepentingan masyarakat.

5. Memilki organisasi profesi, yaitu IAI yang dibentuk pada tahun 1957.

G. Peran dan Tanggung Jawab Auditor

Auditor (akuntan publik) mempunyai peran yang sangat strategis. Pendapat yang dinyatakan auditor akan berguna bagi pihak pengguna laporan keuangan hasil auditan untuk membuat keputusan ekonomi. Auditor berfungsi melindungi pihak yang berkepentingan, dengan menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar perusahaan maupun bagi pihak manajemen dalam mendukung pertanggungjawaban kepada pemilik dan memberikan kepastian bahwa laporan keuangan tidak mengandung informasi yang menyesatkan pemakainya (Baridwan, 1996:363). Untuk itu, auditor harus mematuhi prinsip akuntansi diterima umum, standar auditing dan kode etik

(SPAP,2001).

Peran dan tanggung jawab auditor saat ini dirasakan semakin luas, sesuai dengan perkembangan kemajuan dan didukung juga oleh perhatian pemerintah. Hal ini sangat jelas terlihat setelah dibukanya kembali pasar

(20)

modal dan dihaoiskannya perusahaan yang akan go public mengaudit

laporan keuangannya minimal dua tahun terakhir.

Pemakai laporan keuangan mengharapkan auditor lebih

bertanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan tindakan

illegal, memperbaiki keefektifan audit dengan mendeteksi salah saji

material, mengkomunikasikan kepada pemakai laporan keuangan informasi yang lebih berguna termasuk peringatan awal kemungkinan kegagalan bisnis, dan mengkomunikasikan dengan lebih jelas dengan

komite audit.

Tetapi harapan pemakai ini dirasakan tidak terpenuhi oleh auditor. Kegagalan bisnis dan kerugian investasi justru juga terjadi setelah laporan keuangan diaudit dengan menerima pendapat wajar tanpa pengecualian {unqualified opinion) dari auditor. Kegagalan bisnis dan kerugian investasi disamakannya dengan kegagaian audit. Untuk kasus ini, auditor

menyatakan bahwa dia telah memenuhi tanggung jawabnya dengan melakukan audit sesuai dengan standar pemeriksaan yang berlaku.

Sebenarnya peran dan tanggung jawab yang hams diemban auditor

yang merupakan harapan masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kekeliruan dan ketidakberesan, terutama kecurangan (fraud).

PSA No.32, Tanggung jawab Auditor untuk Mendeteksi dan Melaporkan Kekeliruan dan ketidakberesan (SA 316.02 dan

(21)

.03) merumuskan pengertian kekeliruan dan ketidakberesan

sebagai berikut:

Istilah kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja. Kekeliruan dapat berupa:

a. Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengelolaan data akuntansi yang dipakai sebagai dasar pembuatan laporan keuangan.

b. Kesalahan estimasi akuntansi yang timbul sebagai dari akibat

dari kekhilafan atau salah menafsirkan keadaan.

c. Kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang menyangkut jumlah klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.

Istilah ketidakberesan {irregularities) adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja. Ketidakberesan mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan, yang seringkali disebut kecurangan manajemen (management fraud), dan penyalahgunaan aktiva, yang sering kali disebut dengan unsur penggelapan. Ketidakberesan dapat terdiri dari perbuatan:

(22)

a. Yang mengandung unsur manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang merupakan sumber untuk pembuatan laporan keuangan.

b. Penyajian salah atau penghilangan dengan sengaja peristiwa,

transaksi atau informasi signifikan yang lain.

c. Penerapan salah prinsip akuntansi yang dilakukan dengan

sengaja.

PSA No.32, (SA 316.05) menetapkan bahwa tanggung jawab auditor dalam kaitannya dengan kekeliruan dan

ketidakberesan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan risiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan laporan keuangan berisi salah saji

material.

b. Berdasarkan penentuan ini, auditor hams merancang auditnya untuk memberikan keyakinan memadai bagi pendeteksian kekeliruan dan ketidakberesan.

c. Melaksanakan audit dengan saksama dan tingkat skeptisme profesional yang semestinya dan temuannya.

Auditor hams lebih sensitive terhadap kemungkinan ketidakberesan (irregularities) yang material dalam setiap audit yang dilakukan. Auditor hams hati-hati mempertimbangkan dan mengevaluasi resiko kemungkinan terdapat salah salah saji material karena disengaja oleh karyawan atau manjemen senior.

(23)

Dalam penentuan resiko salah saji material, auditor mendesain auditnya untuk memberikan keyakinan memadai (reasonable assurance). Audit hams direncanakan dan

dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional, dimana auditor

tidak boleh menganggap manajemen orang yang tidak jujur, juga

tidak boleh menganggap tidak diragukan lagi kejujurannya.

Auditor juga dapat mempertimbangkan SPI klien.

Tanggung jawab menghindari konflik dan mempertahankan

sikap independensi.

Independen maksudnya tidak mudah dipengaruhi. Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap manajemen maupun terhadap pemilik (SPAP. Seksi 220).

Auditor independen berkewajiban mempertahankan fakta bahwa dia independen {independent in fact), dan juga harus menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya (independent in appearance). Independensi merupakan state of mind yang tidak bisa diatur. Independensi berarti kemampuan bertindak obyektif dan dengan penuh integritas. Seorang yang independen bebas dari

(24)

3.

Tanggung jawab mengkonmnikasikan kepada pemakai

laporan keuangan informasi yang lebih bergnna tentang sifat dan hasil proses audit, serta memberi peringatan awal tentang kemungkinan kegagalan bisnis (going concern).

Informasi akuntansi adalah sarana komunikasi yang efektif antara investor dan kreditor di satu pihak serta manajemen di pihak lain. Agar komunikasi efektif, data akuntansi harus lebih akurat, dapat dipercaya serta dapat diproses lebih lanjut oleh penerimanya. Akuntan adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan kedua pihak. Sebagai perantara, akuntan harus jujur,

bijaksana dan profesional.

Selama pelaksanan audit, apabila auditor menemukan kelemahan yang material struktur pengendaiian intern (SPI) klien dan harus diketahui komite audit atau yang setara dengannya, auditor bertanggung jawab mengkomunikasikannya. Karena ini dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan. Auditor juga dapat mengkomunikasikan kepada klien berbagai

pengamatan yang menyangkut aktivitas perusahaan klien diluar

SPI, misalnya, efisiensi operasi atau administrasi, strategi usaha yang mungkin bermanfaat bagi klien, juga kebijakan akuntansi,

(25)

estimasi akuntansi, penyesuaian yang dilakukan, dan kesulitan

yang dijumpai selama pelaksanaan audit.

Pengkomunikasian pada pihak luar, mencakup tanggung jawab menilai apakah terdapat kesangsian besar pada kemampuan

satuan usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk periode 1 tahun mendatang sejak tanggal laporan keuangan

auditan.

Tanggung jawab yang dimaksud bukanlah berarti auditor bertanggung jawab memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Apabila auditor tidak mencantumkan dalam laporan auditnya adanya kesangsian besar, ini tidak boleh dianggap sebagai jaminan kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kalau memang berakhir kelangsungan hidup perusahaan setelah menerima laporan tersebut, bukan berarti kinerja auditor tidak memadai (SPAP Seksi 341 (04)).

Dalam SPAP Seksi 341 dinyatakan, jika hasil evaluasi yang dilakukan mengindikasikan adanya ancaman terhadap kelangsungan hidup perusahaan, auditor wajib mengevaluasi

rencana manajemen untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bila ternyata tidak memuaskan, auditor boleh tidak memberikan pendapat dan perlu diungkapkan.

(26)

4.

Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari

klien.

Dalam SPAP Seksi 317, pengertian unsur pelanggaran hukum oleh klien adalah pelanggaran terhadap hukum atau perundang-undangan oleh suatu satuan usaha (manajer atau karyawan) yang laporan keuangannya diaudit. Penentuan suatu perbuatan melanggar hukum bukanlah kompetensi auditor, tetapi

hasil peniJaian ahli hukum.

Auditor hams waspada terhadap adanya kemungkinan unsur pelanggaran hukum (illegal act) oleh klien. Tetapi bukan berarti harus mendesain suatu prosedur audit khusus untuk mendeteksinya. Jika ada indikasi yang berdampak langsung dan material terhadap laporan keuangan, baru auditor melaksanakan prosedur audit yang dirancang khusus, agar diperoleh keyakinan memadai apakah unsur pelanggaran hukum telah dilakukan.

SA Seksi 317.09 menyatakan bahwa selama audit berlangsung informasi berikut bisa memberikan petunjuk mengenai kemungkinan adanya unsur pelangaran hukum: (1) transaksi tanpa otorisasi, (2) penyelidikan oleh instansi pemerintah, dan (3) keterlambatan pengisian dan pengembalian surat pemberitahuan pajak. Apabila auditor menduga bahwa unsur pelagaran hukum telah terjadi, maka ia harus membicarakan hal tersebut dengan manajemen pada tingkat yang sesuai dan berkonsultasi dengan

(27)

penasehat hukum klien. Apabila diperlukan, auditor harus

menerapkan prosedur tambahan untuk mendapat pemahaman mengenai peraturan hukum dan pengaruhnya terhadap laporan

keuangan.

5.

Tanggung jawab raeningkatkan kualitas sumber daya manusia

dan memperbaiki keefektifan audit.

Dengan makin berkembangnya perekonomian, semakin dibutuhkan pula sumber daya manusia yang berkualitas. Akuntan publik dituntut agar selalu meningkatkan kualitasnya agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat pengguna jasa audit.

Peningkatan sumber daya manusia merupakan tanggung jawab profesi dan individu. Pemakai laporan keuangan mengharapkan laporan keuangan bebas dan salah saji material dan informasi yang disajikan berguna bagi pengambilan keputusan. Menurut Soedajono (mantan ketua IAI), baik kompetensi bidang auditing maupun dalam teknologi informasi dan komunikasi perlu

disiapkan untuk menghadapi abad 21.

Suyono Salaraun (1999) dalam Media Akuntansi memberikan pendapat tentang sifat-sifat yang harus selalu melekat pada din seorang akuntan, diantaranya: betul-betul menghayati profesionalismenya sebagai etos kerjanya, benvawasan luas dan bervisi ke depan, benvawasan dan berorientasi internasional dan multikultural, berkarakter secara enterprenur atau wirausahawan,

(28)

mempunyai kemampuan teknis terter.tu (spesialis), dan mempunyai kepekaan terhadap tanggung jawab sosial kemasyarakatan.

Perbaikan keefektifan audit juga merupakan tugas profesi. Profesi akuntan publik selalu melakukan berbagai upaya untuk mengurangi expectation gap (kesenjangan harapan) ini, baik di Amerika maupun di Indonesia sendiri. IAI dalam rangka memperbaiki keefektifan audit, berbagai masukan dari instansi pemerintah, IAI Cabang, KAP, BUMN, Perusahaan swasta, perguruan tinggi dan perorangan turut memberi kontribusi dan proses penyusunan buku Standar Profesional Akuntan Publik, agar mutu jasa yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan masyarakat. Semua yang telah dilakukan, tidak lain agar keefektifan audit dapat

senantiasa terpelihara.

H. Review Hasil Penelitian Terdahulu

Studi expectation gap reiatif masih sedikit yang melakukannya. Secara umum hasil penelitian menunjukkan adanya gap atau kesenjangan antara apa yang diharapkan masyarakat dari auditor dengan apa yang auditor yakini tanggung jawabnya. Penelitian Lowe dan Pany (1993) terdapat ahli hukum dan auditor menunjukkan, ahli hukum secara sistematis mengharapkan lebih dari apa yang auditor yakini tanggung

(29)

Humprey, Moizer dan Turley (1993) melakukan penelitian di Britania menyimpulkan, ada ketidakpastian sekitar peran audit dan selalu mengkritik auditor dalam hubungannya dengan kecurangan, going concern

dan aktifitas bisnis secara umum.

Hal yang sama juga diteliti kembali oleh Gramling, Schatzberg dan Wallace (1996) untuk membuktikan dugaannya bahwa pendidikan dan pengalaman praktek dapat mengurangi expectation gap yang ada. Hasil penelitiannya menunjukkan, persepsi tentang peran dan tanggung jawab auditor berubah setelah mahasiswa menyelesaikan studi auditingnya, dan persepsi yang berbeda tetap ada antara auditor dengan mahasiswa yang telah menyelesaikan studi auditing tersebut. Perbedaan itu mungkin disebabkan oleh pengalaman auditor, dimana auditor lebih mengetahui iingkungan bisnis, persaingan kompetitif jasa audit dan trade-off

biaya/manfaat auditing.

Porter (1993) juga melakukan penelitian expectation gap di New Zealand tahun 1989. hasil penelitiannya menunjukkan, terjadinya kesenjangan ekspektasi terdapat kinerja auditor oleh perusahaan yang diaudit, analis keuangan, akademisi, jurnalis keuangan, dan ahli hukum dengan kinerja yang diyakini auditor harus diberikan.

Untuk di Indonesia sendiri, Nadirsyah (1993) telah melakukan penelitian tentang persepsi pemakai informasi akuntansi, akuntan dan masyarakat umum terhadap independensi akuntan publik. Hasil penelitiannya menunjukkan, pemakai informasi akuntansi, akuntan dan

(30)

masyarakat umum tidak mempersepsikan akuntan publik independent,

dimana ketidak independenannya berbeda bagi tiap kelompok responden.

Penelitian Iain dilakukan oleh Erlina (1993), yaitu tentang persepsi

akuntan publik dan pemakai laporan pemeriksaan terhadap laporan

akuntan negatif, yang berarti pemakai laporan keuangan kurang mau menggunakan laporan akuntan untuk membantu dalam pembuatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi pemanfaatan serta mengetahui arahan pengembangan kawasan eko karst di Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep

FM dan depresi jelas terkait pada perobaan dan tingkat pengukuran.+enilaian terhadap kuesioner depresi mengungkapkan berbagai item somatik pada pasien yang menderita

Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan

Djamil, Penyelesaian Pembiayaan …, hal.. sampai dengan 180 hari, penyampaian laporan keuangan tidak teratur dan meragukan, dokumentasi perjanjian piutang kurang

melakukan eksperimen fisika karena sangat tidak mungkin untu mengukur tumbukan secara langsung. Oleh karena itulah penulis terdorong untuk melakukan analisis tumbukan

Menurut (Pajak) Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang,

Hasil penelitian Sunyono (2009) dan Sunyono (2010) menunjukkan bahwa untuk pembelajaran sains (misalnya kimia) banyak konsep sains yang masih dianggap sulit untuk diajarkan

Pengukuran intensitas shot peening dilakukan dengan metode strip Almen dari jenis A ( Almen strip type A ). Benda uji dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu benda uji standar yang