• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

18

Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan maka lembaga keuangan harus merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh lembaga keuangan untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya dapat dilakukan dengan melalui prosedur penilaian yang benar.21

Kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh lembaga keuangan untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan “analisis 5C yaitu Character, Capacity, Capital,

Collateral dan Condition Of Ekonomi”.22 Prinsip analisis pembiayaan tersebut dilakukan untuk menghindari dan meminimalisir terjadinya risiko kredit / pembiayaan. Dimana pembiayaan macet yang nantinya akan menimbulkan profitabilitas dari lembaga keuangan akan berkurang. Dalam penelitian ini konsep dari 5C yang diterapkan, penulis hanya meneliti dua konsep yaitu karakter dan kemampuan.

A. Risiko Pembiayaan 1. Pengertian Risiko

“Secara umum definisi risiko adalah eksposur terhadap ketidakpastian. Definisi lain, risiko adalah penyimpangan hasil aktual

21 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 108. 22

(2)

dari hasil yang diharapkan”.23

Menurut Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, “risiko merupakan unsur penting dalam dunia keuangan syariah”.24

Dari berbagai definisi tersebut secara garis besar dapat dikatakan bahwa risiko selalu berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak diinginkan atau tidak terduga dan besar-kecilnya risiko yang terjadi tergantung pada tingkat eksposur dan tingkat ketidakpastian yang dihadapi.

Dalam keuangan syariah terdapat dua kaidah fiqh yang terkait dengan risiko, yakni al kharaj bi al dhaman dan al ghummu bi al

ghurm. Kedua kaidah fiqh ini memiliki arti bahwa setiap return yang

didapatkan dari asset, secara intrinsik terkait dengan tanggung jawab atas kerugian yang muncul dari asset tersebut.25 Jadi dalam dunia keuangan syariah dari asset yang didapatkan pasti adanya risiko dan pihak yang terkait siap menanggung apabila adanya kerugian.

2. Pengertian Pembiayaan

Yang dimaksud dengan pembiayaan, berdasarkan Pasal 1 butir 25 UU. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan/ piutang yang dapat dipersamakan dengan itu dalam transaksi investasi yang didasarkan atas Akad Mudharabah dan/atau

Musyarakah, transaksi sewa yang didasarkan atas Akad Ijarah atau

Akad Ijarah dengan opsi perpindahan hak milik (Ijarah Muntahiyah

23

Suharjdono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), hal. 73.

24 Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko: Lembaga Keuangan Syariah,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal.136.

25

(3)

bit Tamlik), Transaksi jual beli yang didasarkan atas Akad Murabahah, Salam, dan Istishna, transaksi pinjaman yang didasarkan

atas Akad Qardh, dan transaksi multijasa yang didasarkan atas Akad

Ijarah atau Kafalah.26

Hal ini ditegaskan oleh Faturrahman sebagai berikut :

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah serta atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.27

Menurut veihtzal pengertian “pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga”.28

Dalam hal memberikan pembiayaan berarti pihak yang memberikan pinjaman atau lembaga keuangan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dipinjami atau nasabah untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh peminjam atau lembaga keuangan.

Kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang dibuatnya. Dalam perjanjian

26 Undang-Undang Perbankan Syariah 2008 (UU RI No. 21 Tahun 2008), (Jakarta: Sinar

Grafika, 2008), hal. 92.

27 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2012) . hal.65.

28 Veihtzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan

(4)

kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.29

Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang utang piutang, seperti yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 282





























“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (seperti jual beli, utang piutang dan sewa menyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar…”. (QS. Al-Baqarah ayat 282) 30

3. Pengertian Risiko Pembiayaan

Menurut Darmawi, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Sedangkan pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.31 Jadi, risiko pembiayaan adalah kejadian yang dapat diperkirakan maupun tidak yang muncul jika bank tidak memperoleh

29

Kasmir, Bank dan Lembaga …, hal. 96-97.

30

Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kitab Qur‟an

Al-Fatih Dengan Alat Peraga Tajwid Kode Arab, (Jakarta: PT Insani Media Pustaka, 2013), hal. 48.

(5)

kembali pokok pinjaman dan bagi hasil dari pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah.

Risiko kredit menurut Tariqullah dan Habib adalah “risiko kegagalan nasabah untuk memenuhi kewajibannya secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan”.32

“Risiko kredit bagi perbankan adalah risiko kerugian yang dapat diderita sebagai akibat dari kemungkinan counterparty-nya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang jatuh waktu pada bank”.33

Sedangkan Menurut veithzal dan arviyan pengertian “risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan memenuhi kewajibannya”.34

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bawa risiko pembiayaan adalah kerugian yang diderita pemberi pembiayaan yang disebabkan kegagalan peminjam untuk memenuhi kewajibannya secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan.

Veihtzal berpendapat bahwa:

Setiap bisnis sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai risiko sehingga tidak ada suatu bisnis yang tiada risiko, tingkat risiko yang berbeda satu sama lain. Pemberian pembiayaan sudah pasti mengandung risiko, dan di sinilah peran Account

Officer untuk memperkecil atau bahkan menghindarkan risiko

dengan berbagai rambu yang dipersiapkan sebelumnya.35

Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank atau lembaga keuangan memberikan pinjaman atau

32 Khan, Manajemen Risiko …,hal. 12.

33 Masyhud Ali, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan Dan Dunia Usaha Menghadapi

Tantangan Globalisasi Bisnis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 444.

34 Rivai, Islamic Banking …, hal.966.

35 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Manajemen: Teori,

Konsep dan Aplikasi: Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 213.

(6)

melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian pembiayaan kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.36 Jadi dalam memberikan pembiayaan pihak penganalisis harus mempertimbangkan dahulu, calon nasabah tersebut layak atau tidak diberikan pembiyaan sehingga dapat meminimalkan risiko dalam pembiayaaan.

4. Penggolongan Kualitas Pembiayaan

Faturrahman menjelaskan kualitas pembiayaan dapat digolongkan menjadi lima, yaitu: 37

a. Lancar, yaitu apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tidak ada tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, serta dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Dalam Perhatian Khusus, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin sampai dengan 90 hari, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat, serta pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian piutang yang tidak prinsipil.

c. Kurang Lancar, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 90 hari

36 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah., (Jakarta: Pustaka Alvabet,

2009), hal. 226.

37

(7)

sampai dengan 180 hari, penyampaian laporan keuangan tidak teratur dan meragukan, dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat, terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang, dan berupaya melakukan perpanjangan piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. d. Diragukan, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari. Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya, dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta terjadi pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang.

e. Macet, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 270 hari, dan dokumentasi perjanjian piutang dan/atau pengikatan agunan tidak ada.

Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa dari lima golongan tersebut yang termasuk golongan pembiayaan bermasalah adalah kurang lancar, diragukan dan macet, apabila nasabah pembiayaan termasuk dalam tiga golongan yang bermasalah tersebut maka pihak lembaga keuangan harus mempunyai solusi untuk mengatasi hal tersebut agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

(8)

5. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Dalam prakteknya kemacetan suatu kredit atau pembiayaan disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:38

a. Dari pihak perbankan

Dalam melakukan analisis pembiayaan, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat juga terjadi akibat kolusi dari pihak analisis pembiayaan dengan pihak nasabah sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif dan akal-akalan.

b. Dari pihak nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu:

1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak membayar kewajibannya kepada lembaga keuangan sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar. 2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya nasabah mau membayar,

tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran, dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.

38

(9)

Sepandai apapun analisis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada. Sehingga pihak analisis harus lebih teliti dan harus bisa memprediksi di masa yang akan datang.

6. Teknik Penyelamatan Kredit Macet

Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara sebagai berikut: 39

a. Rescheduling

1) Memperpanjang jangka waktu kredit

Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. 2) Memperpanjang jangka waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentusaja jumlah angsuran pun mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

b. Reconditioning

Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut ini:

39

(10)

1) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok.

2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar sepeti biasa.

3) Penurunan suku bunga dimaksud agar lebih meringankan beban nasabah. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.

4) Pembebasan bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjaman sampai lunas.

c. Restructuring

a) Dengan menambah jumlah kredit

b) Dengan menambah equity ialah dengan menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik.

d. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang di atas. e. Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah

benar-benar tidak punya etiket baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya.

Dalam hal kredit macet atau pembiayaan bermasalah pihak lembaga keuangan perlu melakukan penyelamatan sehingga tidak

(11)

akan menimbulkan risiko yang mengarah pada kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi nasabah terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi nasabah yang sengaja tidak mau membayar.

B. Penilaian Karakter Nasabah

1. Pengertian Karakter (Character)

“Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu”.40

Menurut kasmir “karakter merupakan suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya”.41 Sedangkan Menurut Veithzal Rivai pengertian “Karakter adalah keadaan watak/ sifat dari customer, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha”.42

Dalam berbagai pengertian di atas karakter yang di maksud adalah menilai sifat atau watak untuk mengetahui sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian yang telah ditetapkan.

Menurut veithzal karakter merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon nasabah pembiayaan tersebut cukup mampu

40Setiawan Dimas, “Definisi Pengetahuan” dalam

http://www.definisimu.blogspot.co.id/2012/09/definisi-karakter.html?m=1, diakses 28 Mei 2017

41 Kasmir, Bank dan Lembaga …, Hal.109. 42

(12)

untuk menyelesaikan utangnya, kalau tidak mempunyai itikad baik, tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan tersebut dikemudian hari.43

Konsep karakter, dalam kaitannya dengan transaksi kredit ialah kesediaan untuk melunasi kredit dan memiliki niat yang kuat menepati kewajiban sesuai dengan persyaratan dalam perjanjian. Seseorang mempunyai karakter yang baik biasanya mempunyai sifat seperti jujur, terhormat, rajin, dan bermoral tinggi. Tapi karakter adalah sesuatu yang sulit diukur. Mungkin saja ada seseorang yang tidak memiliki semua sifat ini tetapi malah berkeinginan untuk melunasi kewajiban keuangannya.44

Dalam dunia White Color Crime, ciri-ciri seseorang yang mempunyai bakat criminal justru di luar dugaan kita pada umumnya. Ciri-ciri tersebut digambarkan sebagai orang yang pandai bergaul, orang yang cerdas, orang yang mempunyai motivasi tinggi serta suka menghadapi tantangan, dan umur relatif muda sampai dengan 45 tahun.45

Jadi, karakter merupakan suatu hal yang sulit dinilai karena yang terlihat baik belum tentu lancar dalam pembayaran angsuran pembiayaan dan sebaliknya yang terlihat tidak baik justru di luar dugaan dan lancar dalam pembayaran angsuran pembiayaan. Maka

43 Ibid., hal 348.

44 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal.108. 45

(13)

pihak yang menganalisis harus benar-benar teliti dan sungguh-sungguh.

2. Cara Menganalisis Karakter

Hal yang perlu ditekankan pada nasabah di lembaga keuangan syariah adalah “bagaimana sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang nasabah”.46 Cara untuk membaca watak atau sifat dari calon nasabah dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya.47 Dari dua penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa cara-cara yang dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah untuk membayar itu dapat dilihat dari segi sifat maupun watak dari calon nasabah.

Menurut Veithzal penilaian karakter pemberian pembiayaan harus atas dasar:48

a. Kepercayaan

Yang mendasari suatu kepercayaan yaitu dengan adanya keyakinan dari pihak lembaga keuangan, bahwa nasabah mempunyai:

1) Moral, yaitu perbuatan/ tingkah laku/ ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia

46 Asiyah, Manajemen Pembiayaan …, hal. 80. 47 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan …, hal. 109. 48

(14)

2) Watak, yaitu sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku budi, pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makluk hidup lainnya.

3) Sifat-sifat pribadi yang positif, yaitu kepribadian yang memuat sifat-sifat baik.

4) Dan sifat-sifat pribadi yang kooperatif, yaitu sikap yang menunjukkan kerjasama dan tidak melakukan penentangan. b. Mempunyai rasa tanggung jawab, dalam hal:

1) Kehidupan pribadi sebagai manusia

2) Kehidupannya sebagai anggota masyarakat, 3) Menjalankan kegiatan usahanya.

Dalam hal pemberian suatu pembiayaan dari penjelasan di atas ialah dengan memberikan suatu kepercayaan kepada calon nasabah yang akan diberikan suatu pembiayaan dan mengetahui calon nasabah tersebut mempunyai rasa tanggung jawab dalam mengelola pembiayaannya sehingga pihak lembaga yang memberikan suatu pembiayaan dapat mempunyai kemantapan untuk memberikan pembiayaannya. Jadi dengan mengetahui karakter dengan melakukan penilaian tersebut dapat menetukan nasabah yang benar-benar layak.

Menurut Veithzal Rivai untuk memperoleh gambaran tentang karakter calon nasabah dapat ditempuh langkah sebagai berikut: 49

a. Meneliti riwayat hidup calon Customer

49

(15)

b. Meneliti reputasi calon Customer c. Meminta bank to bank information

d. Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon mudharib berada

e. Mencari informasi apakah calon Customer memiliki hobi berfoya-foya.

Apabila melakukan wawancara dengan calon customer, untuk menilai karakter seseorang perlu memerhatikan nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya. Adapun nilai (value) yang perlu diamati adalah Social Value, Theorical Value, Esthetical Value, Economical

Value Religious Value dan Political Value. Seorang calon customer

yang mempunyai value yang sangat dominan di bidang economical

value dan political value akan ada kecenderungan mempunyai iktikad/

karakter yang tidak baik.50 Jadi Idealnya, karakter calon nasabah mempunyai nilai-nilai yang berimbang dalam diri pribadinya.

Karakter calon debitur perlu diteliti oleh analisis kredit sebelum diputuskan apakah calon debitur tersebut wajar atau tidak mendapatkan kredit. Kalau wajar mendapatkan kredit berapa besarnya plafon kredit yang diberikan. Karakter dimaksudkan adanya kesediaan untuk membayar utang. Karakter seseorang sulit diketahui secara pasti, tetapi dengan mengumpulkan informasi dari berbagai pihak mengenai “kejujuran”, nama baik, ketaatan memenuhi perjanjian,

50

(16)

keadaan keluarga dan pergaulannya maka dapat diketahui apakah kartakter seseorang baik atau buruk. Jika karakter baik maka pemohon dapat diberikan kredit, sebaliknya jika karakternya buruk maka ia tidak pantas diberikan kredit.51 Perlunya analisis kredit meneliti karakter seseorang calon nasabah sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari agar kredit yang diberikan jangan sampai macet.

C. Penilaian Kemampuan Usaha Nasabah 1. Pengertian Kemampuan Usaha (Capacity)

Menurut kasmir capacity ialah

untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini.52 Sedangkan menurut Ismail, “kemampuan (capacity) adalah kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya guna memperoleh laba sehingga dapat mengembalikan pinjaman atau pembiayaan dari laba yang dihasilkan”.53

Jadi dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (capacity) adalah untuk melihat kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanya sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan.

51 Malayu S.P Hasibun, Manajemen Perbankan dan Kunci Kehidupan Perekonomian,

(Jakarta: CV Haji Masagung, 1994), hal. 110.

52 Kasmir, Bank dan Lembaga …, hal.109. 53

(17)

Kemampuan usaha nasabah sangat penting karena merupakan sumber utama untuk memperoleh pendapatan. Yang mana nantinya dari pendapatan yang didapat itu akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk mengembalikan pembiayaan yang dipinjamnya.54 Jadi, semakin baik kemampuan usaha nasabah, maka semakin baik pula pendapatan dan kualitas pembayaran pembiayaan, artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan syariah dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.

Darmawi juga berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk menghasilkan pendapatan tergantung pada semua faktor yang mempengaruhi volume penjualan/ harga jual, biaya dan harga pokok. Ini juga mencangkup lokasi perusahaan, mutu barang dan jasa, efektifitas iklan saingan mutu moral dan angkatan kerja, ketersediaan bahan baku, dan mutu manajemennya.55 Jika pinjaman akan dibayar dengan penghasilan, maka penting untuk menilai kemampuan peminjam untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk melunasi pinjaman, seperti pendidikan, umur, stabilitas pekerjaan dan bakat.

54 Ibid., 122. 55

(18)

2. Pengukuran Kemampuan

Menurut Veithzal Rivai, pengukuran capacity ini dapat dilakukan dengan: 56

a. Pendekatan Historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.

b. Pendekatan Finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini untuk menjamin profesionalitas kerja perusahaan.

c. Pendekatan Yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank atau tidak.

d. Pendekatan Manjerial, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan dan ketrampilan Customer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan.

e. Pendekatan Teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon musyarik mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan/ mesin-mesin, administrasi keuangan,

industrial relation, sampai dengan kemampuan merebut pasar.

Dengan pendekatan-pendekatan di atas maka pihak penganalisis dapat dengan mudah mengukur sejauh mana kemampuan seorang calon nasabah, dapat dilihat dari kemampuan mengelola usaha yang dijalankan maupun perkembangan usahanya.

(19)

Capacity pemohon kredit harus dianalisis oleh analisis kredit

untuk mengetahui apakah calon debitur mampu dan trampil dalam memimpin usahanya. Capability adalah kemampuan untuk membayar utangnya atau ability to pay. Kemampuan dan ketrampilan calon debitur dalam memimpin usahanya, akan menjadi salah satu jaminan berkembangnya perusahaan itu. Jika perusahaanya maju atau sehat ini berarti likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya baik, maka ia akan mampu membayar utangnya atau pinjamannya ke bank, jadi kredit yang diberikan lancar.57

Di sinilah letak pentingnya kemampuan calon nasabah pembiayaan dianalisis secara cermat dan obyektif oleh analisis pembiayaan sebelum plafon kredit disetujui. Jika analisisnya benar diharapkan pembayaran kredit yang diberikan akan lancar. Analisis

capacity yang cermat dan obyektif merupakan tindakan preventive control dalam pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan.

D. Pembiayaan Musyarakah

1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah

Menurut Syafi’i definisi Al-musyarakah adalah

Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.58

57 Hasibun, Manajemen Perbankan …, hal. 110-111.

58 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani

(20)

Sedangkan menurut Mauludi pembiayaan musyarakah adalah

Akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal, melakukan usaha bersama dan pengelolaan bersama dalam suatu hubungan kemitraan. Bagi hasil ditentukan dengan kesepakatan, apabila terjadi kerugian ditanggung bersama secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.59

Kemudian menurut Ascarya pengertian musyarakah adalah “akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik dana atau modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan”.60

Dari ketiga definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha bersama, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

2. Rukun dan Syarat Musyarakah a. Rukun Musyarakah61

1) Pihak yang berakad 2) Obyek yang diakadkan

(a) Modal

(b) Kegiatan usaha atau kerja

59

Ali Mauludi, Teknik Memahami Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Alim’s Publishing, 2013), hal. 151.

60 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal.

51.

61

(21)

(c) Keuntungan 3) Sighat

(a) Serah (ijab) (b) Terima (Kabul) b. Syarat Musyarakah62

1) Pihak yang berakat (para mitra)

(a) Pihak (mitra) yang melakukan akad musyarakah harus dalam kondisi cakap hukum.

(b) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

2) Objek yang diakadkan

(a) Modal diberikan dalam bentuk uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.

(b) Modal dapat pula berupa asset perdagangan, misalnya barang-barang properti, perlengkapan, dan sebagainya termasuk pula asset tidak berwujud seperti hak paten dan lisensi.

(c) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah. 3) Sighat

(a) Berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan.

(b) Akad dianggap sah jika diucapkan secara verbal, atau dilakukan secara tertulis dan disaksikan.

62 Fitri Nurhartati dan Ika Saniyati Rahmaniyah, Koperasi Syariah, (Surakarta: PT Era

(22)

3. Landasan Syariah Al-Qur’an:



































































Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat lalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.. (QS. Shaad: 24)63

4. Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah

Menurut Adiwarman ketentuan-ketentuan umum pembiayaan musyarakah ialah: 64

a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama.

63 Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kitab Al-Qur‟an …,

hal. 453.

64 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, ( Jakarta: RajaGrafindo

(23)

b. Biaya yang timbul dalam pelaksananaa proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.

c. Proyek yang akan dijalankan harus disebut dalam akad setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.

Hal di atas perlu diperhatikan karena ketentuan-ketentuan umum pembiayaan musyarakah tersebut harus dijalankan agar tidak terjadi masalah dalam pembiayaan musyarakah.

5. Jenis-Jenis Musyarakah

Musyarakah terdiri dari dua jenis yaitu:65

a. Musyarakah pemilikan

Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan salah satu asset oleh dua orang atau lebih.

b. Musyarakah akad

Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana

dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah serta sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

Musyarakah akad terbagi menjadi al-„inan, al-mufawadahah, al-a‟maal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Beberapa ulama

65

(24)

menganggap al-mudharabah termasuk kategori al-musyarakah dan ulama lain menganggap mudharabah tidak termasuk

al-musyarakah.66 Ascarya juga menjelaskan dari “pandangan berbagai ulama, syirkah akad ada empat (Madzab Hambali memasukkan syirkah mudharabah sebagai syirkah akad yang kelima), ada satu yang disepakati dan tiga yang diperselisihkan”.67

1) Syirkah Al-„inan merupakan penggabungan harta atau modal

antara dua orang atau lebih yang tidak harus sama jumlahnya dan keuntungannya dibagi secara proporsional dengan jumlah modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan.68 Para ulama sepakat memperbolehkan bentuk syirkah ini.69

2) Syirkah Al-mufawadhah merupakan kontrak kerjasama antara

dua orang atau lebih dimana semua pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.70 Mazhab Hanafi dan Maliki memperbolehkan bentuk syirkah ini. Sementara itu Mazhab Syafi’i dan Hambali melarangnya karena secara realita sukar terjadi persamaan

66

Ibid., hal. 92.

67 Ascarya, Akad & Produk …, hal. 49-50.

68 Muhamad, Manajemen Keuangan Syari‟ah: Analisis Fiqh & Keuangan, (Yogyakarta:

UPP STIM YKPN, 2014), hal. 249.

69 Ascarya, Akad & Produk …,hal. 50. 70

(25)

pada semua unsurnya, dan banyak mengandung unsur gharar atau ketidakjelasan.71

3) Syirkah Al-a‟maal merupakan kontrak kerjasama dua orang

yang mempunyai profesi sama untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan tersebut.72 Jumhur (mayoritas) ulama, yaitu dari Mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali, membolehkan bentuk syirkah ini. Sementara itu, Mazhab Syafi’i melarangnya karena Mazhab ini hanya membolehkan syirkah modal dan tidak boleh syirkah kerja.73

4) Syirkah Al-wujuh merupakan perserikatan tanpa modal.

Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra.74 Mazhab Hanafi dan Hambali membolehkan bentuk syirkah ini, sedangkan Mazhab Maliki dan Syafi’i melarangnya.75

5) Syirkah Al-mudharabah merupakan bentuk kerjasama antara

pemilik modal dan seseorang yang punya keahlian dagang

71

Ascarya, Akad & Produk …, hal. 50.

72 Antonio, Bank Syariah …, hal. 92. 73 Ascarya, Akad & Produk …, hal. 50. 74 Antonio, Bank Syariah …, hal. 93. 75

(26)

dan keuntungan perdagangan dari modal itu dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.76

Dari jenis syirkah akad di atas, macam syirkah yang diperbolehkan oleh semua ulama ialah Syirkah Al-„inan. Karena semua mitra ikut andil menyertakan modal dan kerja yang tidak harus sama porsinya, jadi sesuai kemampuan dari pihak yang bermitra.

E. BMT (Baitul Mal wa Tamwil) 1. Pengertian BMT

BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil.77 Menurut Fitri pengertian BMT (Baitul Mal wa Tamwil) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkan serta mengembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kaum fakir miskin.78

Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan

penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat, infaq, dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran komersial. Usaha–usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi

76 Muhamad, Manajemen Keuangan …, hal. 250. 77 Ridwan, Manajemen Baitul Maal …, hal.126. 78

(27)

masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.79 Jadi, usaha yang dijalankan BMT tersebut sangatlah membantu dan bermanfaat bagi masyarakat kecil atau pengusaha mikro.

2. Visi dan Misi80

Visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil-pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya.

Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran-berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan berlandaskan Syariah dan ridho Allah SWT.

3. Tujuan BMT

Menurut Soemitra tujuan BMT yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut dapat dipahami mengingat BMT berorientasi pada usaha peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri.81

79 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2015),

hal. 170.

80 Ridwan, Manajemen Baitul Maal …, hal. 127. 81

(28)

4. Azas dan Dasar Hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) berazazkan pada pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 serta berlandaskan pada prinsip syari’ah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme. 82

5. Prinsip Utama BMT

Dalam melaksanakan usahanya BMT berpegang teguh pada prinsip utama sebagai berikut: 83

1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syari’ah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.

2) Keterpaduan yaitu nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan berakhlaq mulia.

3) Kekeluargaan yaitu mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

4) Kebersamaan yaitu kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua elemen BMT.

5) Kemandirian yaitu mandiri di atas semua golongan politik. Mandiri berarti juga tidak tergantung dengan dana-dana pinjaman dan bantuan tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.

82 Ridwan, Manajemen Baitul Maal …, hal.129. 83

(29)

6) Profesionalisme yaitu semangat kerja yang tinggi („amalus

sholih/ahsanu amala) yang dilandasi dengan dasar keimanan.

7) Istiqomah; konsisten, konsekuen, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa putus asa.

6. Fungsi BMT

Soemitra berpendapat bahwa fungsi BMT meliputi lima aspek, yaitu : 84

a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya.

b. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih professional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya sebagai shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana social seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll

e. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun

84

(30)

menyimpan dengan pengguna dana (mudhorib) untuk pengembangan usaha produktif.

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Jurnal yang ditulis oleh Diah (2016). Yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakter nasabah, jangka waktu pinjaman dan kemampuan mengelola kredit terhadap kredit macet. Didapatkan data bahwa Populasi dari penelitian ini adalah 359 orang dan yang menjadi sampel sebanyak 78 orang. Metode penelitian kuantitatif yang memperoleh data dari angket dan wawancara. Hasil penelitian menemukan bahwa semua variabel (X) yaitu karakter nasabah, jangka waktu pinjaman dan kemampuan mengelola kredit adalah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel (Y) yaitu kredit macet. Hasil hitung menggunakan uji T diketahui variabel karakter nasabah adalah sebesar t hitung 7,050 > t tabel 1,666 dengan tingkat signifikansi 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial atau individu karakter nasabah berpengaruh negatif terhadap kredit macet dan signifikan. Variabel jangka waktu pinjaman adalah 6,273 > t tabel 1,666 dan signifikan pada alpha 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini menunjukkan bahwa secara parsial atau individu variabel jangka waktu pinjaman berpengaruh negatif terhadap variabel kredit macet dan signifikan. Variabel kemampuan mengelola kredit adalah 3,283 > t tabel 1,666 dan signifkan pada alpha 5%, sehingga H1 diterima. Ini menunjukkan bahwa secara parsial atau individu variabel kemampuan

(31)

mengelola kredit berpengaruh negatif terhadap variabel kredit macet dan signifikan. Dari hasil nilai uji F adalah 92,628 dan signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti bahwa model penelitian ini adalah baik untuk digunakan.85

Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada variabel penelitian, pada penelitian diah variabel yang diteliti ialah karakter nasabah, jangka waktu pinjaman dan kemampuan mengelola kredit, sedangkan variabel penulis meneliti karakter dan kemampuan usaha nasabah. Persamaannya adalah jenis metode yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif.

Skripsi yang dilakukan oleh Selvia (2015). Yang bertujuan untuk menguji pengaruh modal, karakter dan kemampuan usaha anggota terhadap kredit macet produk pembiayaan murabahah pada tahun 2015 di BMT Sinar Amanah Boyolangu. Popolasi dan sampel berjumlah 32 anggota. Metode penelitian kuantitatif asosiatif dengan sumber data primer yang diperoleh dari hasil angket yang telah diisi oleh anggota pembiayaan murabahah yang mengalami kredit macet di BMT Sinar Amanah Boyolangu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal, karakter dan kemampuan usaha anggota secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik terhadap kredit macet produk pembiayaan murabahah tahun 2015. Hasil hitung menggunakan uji T diketahui variabel

85 Diah Yuliana, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Dana Bergulir

Di PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, (Semarang: STIE Semarang,

2016), Hal. 163. http://jurnal3.stiesemarang.ac.id., diakses pada tanggal 04 Mei 2017, pukul 08.00 WIB.

(32)

modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kredit macet dengan nilai sig. 0,007. Variabel karakter anggota mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit macet di BMT Sinar Amanah Boyolangu dengan nilai sig. 0,113 dan variabel kemampuan usaha anggota mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kredit macet di BMT Sinar Amanah Boyolangu dengan nilai sig. 0,005. Sedangkan dari hasil simultan uji F sesuai batas signifikansi < α (0,05), berarti menolak H 0 atau menerima H 1. Telah diketahui F hitung > F tabel (> 7,64) berarti menolak H 0 atau menerima H 1 yang artinya pada BMT Sinar Amanah menunjukkan bahwa modal, karakter dan kemampuan usaha secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kredit macet pembiayaan murabahah pada tahun 2015.86

Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada variabel dependen, pada penelitian Selvia variabel dependen adalah kredit macet produk pembiayaan murabahah sedangkan pada penulis adalah risiko pembiayaan musyarakah. Persamaannya adalah pada variabel independen yakni karakter dan kemampuan usaha nasabah serta metode penelitian yaitu kuantitatif asosiatif.

Skripsi yang dilakukan oleh Muhamad (2015). Yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara/sarana untuk mengenali character nasabah dan pengaruhnya dalam meminimalisir resiko pembiayaan kredit di BPRS

86 Selvia Hendrianita, Pengaruh modal, karakter dan kemampuan usaha anggota terhadap

kredit macet produk pembiayaan murabahah pada tahun 2015 di BMT Amanah Boyolangu Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi diterbitkan, 2015), http://repo.iain-Tulungagung.ac.id,

(33)

ASAD ALIF Semarang. Metode penelitian kualitatif dengan sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu mengenai subyek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari variabel yang diperoleh, dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sarana yang digunakan BPRS ASAD ALIF semarang untuk mengetahui karakter nasabah yaitu melakukan on the spot/ kunjungan aktif, wawancara calon nasabah, melihat status daftar riwayat hidup nasabah, cheking in

club, pengecekan DHN, melakukan BI cheking, pengecekan ke supplier

dan mempelajari karakter setempat calon nasabah. Adapun pengaruh dari mengetahui karakter nasabah yaitu untuk meminimalisir kemungkinan resiko pembiayaan macet yang disebabkan watak nasabah yang kurang baik sehingga berdampak kurang baik pula terhadap kualitas BPRS ASAD ALIF.87

Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada metode penelitian, pada penelitian Muhamad metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif sedangkan pada penulis metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Persamaannya adalah meneliti karakter nasabah berpengaruh terhadap risiko pembiayaan.

87

Muhamad Yusuf, Analisis Karakter Nasabah Dalam Meminimalkan Resiko Pembiayaan

Murabahah (Studi Kasus) Pada BPRS ASAD ALIF Cabang Dr.Cipto Semarang, (Semarang: UIN

Walisongo, 2015), http://enprints.walisongo.ac.id, diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pukul 08.00 WIB.

(34)

Jurnal yang ditulis oleh Saparuddin (2013). Yang bertujuan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi sebab pembiayaan bermasalah, bagaimana perilaku debitur di bank syariah dan menganalisis korespondensi teori weber di bidang ini. Tulisan ini bermula dari penelitian sosiologis religious dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Populasi penelitian adalah Bank Syariah di Sumatera Utara, di mana sample yang diambil adalah BPRS Puduarta Insani yang beralamat di Kabupaten Deli Serdang. Sumber data penelitian ini terdiri dari dokumen, catatan BPRS berupa daftar pembiayaan bermasalah posisi bulan Agustus 2011. Selain menghimpun data melalui studi dokumen, dilakukan pula wawancara kepada pejabat dan staf Bank Syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memberi pengaruh bagi penyebab pembiayaan bermasalah adalah Character yang buruk (33%), diikuti dengan Condition yang kurang mendukung bagi nasabah (27%) dan kekurangan Collateral (23%). Adapun faktor Capacity hanya menyumbang 10% sedangkan faktor Capital hanya 7%. Penurunan jumlah pembiayaan bermasalah di BPRS dengan pendekatan keagamaan, kegigihan, maupun

preasure yang kuat, tampak memberi hasil positif pada penyelesaian

kewajiban nasabah.88

Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada metode penelitian, pada penelitian Sapparudin metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif sedangkan

88 Saparuddin Siregar, “Character Debitur Bank Syariah Dalam Memenuhi Kewajiban”,

(Sumatera: IAIN Sumatera Utara Medan, 2013), Vol.9, No. 1. https://ejournal.unida.gontor.ac.id, diakses pada tanggal 25 Maret 2017, pukul 13.30 WIB.

(35)

penulis menggunakan metode kuantitatif asosiatif. Persamaannya adalah meneliti karakter nasabah pembiayaan.

Skripsi yang dilakukan oleh Cicik (2012). Yang bertujuan untuk menguji pengaruh prosedur pemberian kredit, pencairan kredit, dan pengawasan kredit ini terhadap risiko terjadinya kredit macet, baik secara parsial maupun simultan. Metode penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif dan survey dengan sumber data dari kuesioner dan dokumentasi. Populasi yang diambil adalah nasabah yang menjadi debitur kredit prorangan dan kredit badan pada BRI Malang. Sampel sebanyak 50 nasabah. Hasil penelitian ini prosedur pemberian kredit sudah memenuhi syarat prinsip-prinsip 5c & 7p kredit, secara simultan dengan level of

significant 10%, prosedur pemberian kredit, pencairan kredit dan

pengawasan kredit berpengaruh signifikan dalam mengurangi tingkat risiko kredit macet.. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah pengawasan kredit dengan pendekatan kekeluargaan. Variabel bebas yang terdiri dari (prosedur pemberian kredit, pencairan kredit, dan pengawasan kredit) dapat menjelaskan model variabel terikat yaitu kredit macet sebesar 61,2% sedangkan sisanya 38,8% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.89

Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada variabel independen, pada penelitian cicik variabel dependen adalah prosedur

89 Cicik Rochmani Fatich, “Pengaruh Prosedur, Pencairan dan Pengawasan Pemberian

Kredit Terhadap Risiko Kredit Macet Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Unit Sawojajar Malang”, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012),

(36)

pemberian kredit, pencairan kredit, dan pengawasan kredit sedangkan pada penulis adalah penilaian karakter dan kemampuan usaha nasabah. Perbedaan yang kedua pada lokasi penelitian, pada penelitian cicik di Bank sedangkan pada penulis adalah di BMT. Persamaannya adalah pada variabel dependen yakni pada penelitian cicik risiko kredit macet dan pada peneliti risiko pembiayaan.

G. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini ada dua variabel independen dan satu variabel dependen. Dua variabel independen yaitu pengaruh peniaian karakter dan kemampuan usaha nasabah, satu variabel dependen yaitu risiko pembiayaan musyarakah. X1= Y= X2= Keterangan:

: garis yang menggambarkan hubungan/ pengaruh. Penilaian Karakter Nasabah Penilaian Kemampuan Usaha Nasabah Risiko Pembiayaan Musyarakah

(37)

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan proporsi atau hubungan antara dua atau lebih konsep atau variable (generalisasi konsep) yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian empiris.90 Jadi berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis dalam penelitian “Pengaruh Penilaian Karakter dan Kemampuan Usaha Nasabah terhadap Risiko Pembiayaan Musyarakah di BMT Berkah Trenggalek” adalah:

1. Ha : adanya pengaruh yang signifikan antara penilaian karakter nasabah terhadap risiko pembiayaan musyarakah di BMT Berkah Trenggalek (Ha:r = 0, Ho:r ≠ 0).

2. Ha : adanya pengaruh yang signifikan antara penilaian kemampuan usaha terhadap risiko pembiayaan musyarakah di BMT Berkah Trenggalek (Ha:r = 0, Ho:r ≠ 0).

3. Ha : adanya pengaruh yang signifikan antara Penilaian karakter dan kemampuan usaha nasabah terhadap risiko pembiayaan musyarakah di BMT Berkah Trenggalek (Ha:r = 0, Ho:r ≠ 0).

90 Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan dan Praktis,

Referensi

Dokumen terkait

Ancaman merupakan keadaan yang tidak memberikan keuntungan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman bisa dikatakan sebuah rintangan bagi.. perusahaan dalam

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

2 Dimensi yang diperoleh setelah direduksi dengan PCA 10 3 Akurasi organisme dikenal menggunakan k=3 pada KNN (dalam %) 11 4 Akurasi organisme dikenal menggunakan k=5 pada KNN

Selanjutnya dilakukan analisis hasil jawaban siswa berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep matematis dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil jawaban

tentang manfaat sekolah dengan minat belajar pada siswa kelas X SMK Abdi Negara Binjai. Hasil penelitian dilakukan menggunakan SPSS Version 20.0. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penilaian dan resiko yang ada, dapat disimpulkan bahwa tingkat efektitas pengendalian keluaran (Output Controls) sistem aplikasi adalah kurang, karena tidak selalu

Bunga yang rendah tersebut dikarenakan pembiayaan yang dikhususkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, selain itu marjin yang rendah ini ada dikarenakan

Tidak dilakukan proses hardening sama sekali, dengan kata lain material berada dalam kondisi as anneal karena AISI 4140 bila sudah di (Hardening dan Tempering) disuplai dengan