• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERJALANAN KARIR MILITER GATOT SUBROTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERJALANAN KARIR MILITER GATOT SUBROTO"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 36

BAB III

PERJALANAN KARIR MILITER GATOT SUBROTO

A. Riwayat Pendidikan Gatot Subroto

Pada sebuah desa di Jatilawang, Banyumas pada tanggal 10 Oktober tahun 1909 lahir seorang anak lelaki yang diberi nama Gatot Subroto.1 Sejak kecil Gatot Subroto mempunyai watak yang berpendirian teguh, bersolidaritas tinggi dan suka menolong sesamanya serta berjiwa pemimpin. Istrinya bernama Supiah Binti Wangsadikarta, dari pernikahannya ini dikaruniai 6 orang anak. Keenam anaknya bernama: Nining Indratati, Nunung Indratati, Bambang Sujono, Kuncoro,Bambang Utoro,Cahyo.2

Pada masa kecil Gatot Subroto pernah bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) adalah Sekolah Dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.3 ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. ELS atau Sekolah Rendah Eropa tersebut diperuntukkan bagi keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka. ELS yang pertama didirikan pada tahun 1817 dengan lama sekolah 7 tahun. Awalnya hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia Belanda, sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa-Indonesia. Gatot Subroto pernah mengalami masa tidak menyenangkan ketika bersekolah di ELS. Dia

1ALMANAK: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat 1945-1973

katalog C, hlm. 1376 2Ibid.

3 Ibid.

(2)

commit to user

pernah berkelahi dengan seorang anak Belanda karena menghina pribumi sehingga menyebabkan Gatot Subroto dikeluarkan dari ELS.

Setelah dikeluarkan dari ELS kemudian masuk ke sekolah Holands Inlandse School (HIS) adalah sekolah pada zaman penjajahan Belanda.4 Pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis. Sekolah ini ada pada jenjang Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau setingkat dengan Pendidikan Dasar sekarang. HIS termasuk Sekolah Rendah dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs), dibedakan dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa daerah. Sekolah ini diperuntukan bagi golongan penduduk keturunan Indonesia asli, sehingga disebut juga Sekolah Bumiputera Belanda. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak dari golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka, atau pegawai negeri. Lama sekolahnya adalah tujuh tahun. Dari sana, Gatot Subroto akhirnya menyelesaikan pendidikan formalnya. Namun setamat HIS, dia memilih tidak meneruskan pendidikannya ke sekolah yang lebih tinggi, tetapi bekerja sebagai pegawai. Namun pilihannya menjadi pegawai tersebut ternyata juga tidak memuaskan jiwanya. Dia kemudian keluar dari pekerjaanya dan masuk sekolah militer di Magelang pada tahun 1923.

1. Gatot Subroto Sebagai Anggota KNIL

Setelah menyelesaikan pendidikan militer, Gatot pun menjadi anggota KNIL het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (Tentara Hindia Belanda.5

4 Ibid. 5

(3)

commit to user

Meskipun KNIL melayani pemerintahan Hindia-Belanda, banyak di antara anggota-anggotanya yang adalah penduduk bumiputra di Hindia-Belanda dan orang-orang Indo-Belanda, bukan orang-orang Belanda. Gatot Subroto kemudian ditugaskan ke Jatinegara sebagai sersan.

Bergabung dengan KNIL membuat Gatot Subroto paham dan mengerti bagaimana seorang tentara harus bertindak. Sempat menjadi sersan kelas II saat dikirim di Padang Panjang selama lima tahun, Gatot Subroto kemudian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan lanjutan, pendidikan marsose, kesatuan militer dengan tugas-tugas khusus. Selesai pendidikan, ia ditempatkan di Bekasi dan Cikarang (daerah yang kala itu sering dilanda kerusuhan yang bersumber pada tindakan-tindakan para lintah darat). Dengan caranya sendiri ia berusaha membantu keluarga orang-orang yang terpaksa ditangkap dan dihukum dengan memberikan kegiatan dan gajinya untuk modal berdagang kecil-kecilan. Akibat dari tindakannya, ia mendapatkan terguran dari atasannya.

Tahun 1939 ketika Perang Dunia ke II bergolak, pasukan Belanda berhasil ditaklukkan pasukan Jepang. Pada tahun 1941 ketika Indonesia di ambang masuknya Jepang dan kalahnya militer Belanda oleh Jepang Gatot Subroto menerima perintah menjadi inspektur polisi di Banyumas. Jepang berhasil masuk ke Indonesia pada tahun 1942 Indonesia yang sebelumnya merupakan daerah pendudukan Belanda beralih jadi kekuasaan pemerintah Kerajaan Jepang.

(4)

commit to user

2. Gatot Subroto Sebagai Anggota PETA

Pada masa Pendudukan Jepang ini, Gatot Subroto pun langsung mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.6 Latar belakang terbentuknya PETA pada waktu itu berawal dari surat Gatot Mangkupradja kepada Gunseikan (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang.

Pada pembentukannya, banyak anggota Seinen Dojo (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. PETA yang pada waktu itu adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam Masa Pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Gyu Gun.7 Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi Militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan

6Ibid.

7Gelegar di Bagelen, Perjuangan Resimen XX Kedu Selatan 1945-1949 dan Pengabdian Lanjutannya, (Kedu: Ikatan Keluarga Resimen Kedu Selatan, 2003) hlm 12.

(5)

commit to user

Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga akhirnya TNI. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu Cikal Bakal dari Tentara Nasional Indonesia. Di PETA lah karir Gatot Subroto mulai menanjak naik.

Setelah tamat dari pendidikan PETA, Gatot Subroto kemudian diangkat pemerintah Jepang menjadi komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas dan tidak berapa lama kemudian dinaikkan menjadi komandan batalyon.

Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot Subroto dinilai sering memihak kepada rakyat pribumi, maka dari itu ia sering mendapat teguran dari atasannya. Meskipun begitu, tidak menyurutkan niatnya untuk memihak kepada rakyat kecil. Bahkan ia pernah mengancam mengundurkan diri sebagai Komandan Kompi dengan membuang atributnya. Alhasil keinginannya untuk tetap menbantu rakyat kecil diluluskan oleh atasannya.

Kesertaan Gatot Subroto menjadi anggota KNIL maupun PETA tidaklah mengindikasikan dirinya seorang kaki tangan pihak kolonial atau jiwa kebangsaannya yang rendah. Tapi hal itu hanyalah sebatas pekerjaan yang sudah lumrah pada masa itu. Jiwa kebangsaan Gatot Subroto tetap tinggi, di dalam menjalankan tugasnya sebagai tentara pendudukan, perlakuannya sering terlihat memihak kepada rakyat kecil.

Begitu tebalnya perhatian dan solider terhadap kaumnya, sering sebagian dari gajinya disumbangkan untuk membantu keluarga orang hukuman yang ada di

(6)

commit to user

bawah pengawasannya. Begitu juga halnya pada masa pendudukan Jepang, dia sering menentang orang Jepang yang bertindak kasar terhadap anak buahnya. Terhadap bawahannya, Gatot Subroto pun juga terkenal sebagai seorang pimpinan yang sangat perhatian. Namun, sebagai tentara militer dia juga sangat tegas terhadap anak buahnya yang melanggar disiplin.

Kompi Gatot Subroto pada tahun 1944, mengadakan latihan penjagaan pantai. Ia melihat bahwa anak buahnya sudah sangat letih sehingga meminta kepada pelatih untuk menghentikan latihan tersebut. Tetapi pelatihan tetap tidak dihentikan, maka dari itu Gatot Subroto membuang atribut kemiliterannya dan meninggalkan tempat latihan. Melihat hal itu, pelatih tersebut mengambil atribut kemiliteran dan menyerahkan kembali kepada Gatot Subrota serta meminta maaf atas sikapnya terhadap anak buah Gatot Subroto.

Ketika proklamasi berkumandang di Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 Gatot Subroto masih menjadi daidancho di PETA di daerah Banyumas.8 Setelah Proklamasi Kemerdekaan, tahun 1945-1946 di Banyumas Gatot Subroto berhasil mengambil alih kekuasaan kepolisian, Gatot Subroto kemudian diangkat menjadi komandan polisi di Purwokerto dari tahun untuk mengamankan daerah Purwokerto.9 8 Almanak. Op.cit. hlm. 1376 9 Ibid.

(7)

commit to user

B. Awal Karir Kemiliteran Gatot Subroto Di TNI

Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil didapat, Gatot Subroto kemudian membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Bersama dengan TKR ia aktif berunding dengan komandan militer Jepang dalam usaha memperoleh senjata. Setelah Pemerintah membentuk TKR di Banyumas, dibentuklah Divisi V dengan Kol.Sudirman sebagai komandan dan Gatot Subroto menjadi Kepala Siasat. Kemudian di tugaskan di Purwokerto sebagai bagian pengamanan daerah Purwokerto, lalu diangkat menjadi Panglima divisi II Purwokerto.

1. Peran Gatot Subroto dalam Pertempuran di Ambarawa

Sekutu mulai masuk ke Indonesia untuk melucuti Jepang pada 23 Agustus 1945. Setelah itu mulai masuk ke Jawa tepatnya di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang. Maksud kedatangannya adalah untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah.

Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro. Beliau menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di

(8)

commit to user

Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tenatara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan.

TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka.

Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta. Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia gugur terlebih dahulu.

Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor.

(9)

commit to user

Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.

Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng.10 Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar.11

“Ambarawa harus kita rebut dengan serangan serentak Karena Ambarawa merupakan kunci bagi mereka untuk menguasai seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. Ini akan membahayakan posisi Republik. Kita akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi keadaan semacam ini tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu pendadakan serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan penyerangan dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari badan perjuangan sebagai barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30. Selamat berjuang, Allah SWT bersama kita, Amin. Merdeka ! ".

Kemudian Kol. Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto untuk mengkordinir pasukan TKR dan laskar-laskar, dan ditunjuk sebagai Komandan Front dan memegang komando teknis serta bertanggung jawab atas

10 Edi Hartono, Panglima Bambang Sugeng, panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949 dan seorang Diplomat, (Jakarta: Kompas,2000) hlm. 32

11

(10)

commit to user

pasukan dari resimen Purwokerto dan Cilacap. Lalu Kolonel Gatot Subroto pun memerintahkan TKR untuk menggempur sekitar Semarang yang dikuasai sekutu.

Kolonel Gatot Subroto memerintahkan Resimen Kolonel Sarbini mengepung tentara sekutu dari segala penjuru, kemudian Resimen letnan Kolonel Mukohar, letnan Kolonel Bambang Sugeng, letnan Kolonel Sunarwibowo dibantu divisi IV dibawah komando Letnal Kolonel GPH Djatikusumo melakukan Serangan secara cepat ke daerah ambarawa dengan taktik dari Kolonel Sudirman yaitu taktik “supit urang”. Taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang merupakan tata yudha klasik yang pernah digelar pada jaman Majapahit, kemudian digelar kembali oleh Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari Ambarawa.Memutus suplai induk pasukan sekutu dan juga Kolonel Gatot Subroto sebagai komando tehnis.

Tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 letusan karaben mitralyurpun mengisyaratkan serangan umum pembebasan Ambarawa sudah dimulai. Pertempuran yang dipimpin langsung Kolonel Soedirman itupun kemudian berlangsung dengan sangat sengitnya.

Prajurit-prajurit dari berbagai resimen yang gagah perkasa terus maju dari segenap penjuru, bagai banteng ketaton patriot-patriot itu terus menyerbu menerkam musuh, menggagahi tank-tank dan ranjau-ranjau sambil menembus hujan peluru senjata musuh dengan tekad bulat “Rawe-rawe rantas malang – malang putung "membebaskan kota Ambarawa atau gugur sebagai bangsa.

Pasukan-pasukan yang mendapat perintah menguasai jalan besar Ambarawa – Semarang telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Jalan itupun kemudian dipertahankan agar pengepungan atas musuh dalam kota Ambarawa

(11)

commit to user

dapat dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan – pasukan itupun kemudian memasang barikade – barikade serta menerjang setiap konvoi musuh yang pergi dan datang dari arah Ambarawa - Semarang.

Satu setengah jam dari awal penyerbuan, pasukan – pasukan TKR sudah berhasil menghimpit dan mengepung musuh di dalam kota Ambarawa. Bagi Sekutu hanya tinggal satu jalan ke luar, yaitu jalan besar Ambarawa – Semarang. Pergelaran serangan umum di Ambarawa itu berupa pendobrakan oleh pasukan-pasukan pemukul dari arah selatan dan barat ke timur menuju ke arah Semarang. Bersamaan dengan pendobrakan tersebut, diikuti gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung – ujungnya bertemu di bagian luar kota arah Semarang.

Empat hari empat malam serangan yang heroik itu berlangsung, menggempita di seluruh kota Ambarawa. Desing peluru dan gema ledakan serta asap mesiu terus mewarnai udara Ambarawa sepanjang waktu. Semangat bertempur pasukan-pasukan TKR terus bertambah berkat keberhasilan – keberhasilan yang telah dicapai, sebaliknya moril musuh semakin menipis, Persediaan amunisi mereka semakin menipis, bantuan yang mereka harapkan tak kunjung tiba karena jalur perhubungan lewat darat maupun udara terputus. Semakin hari mereka dicekam oleh rasa panik dan putus asa.

Setelah beberapa waktu lamanya mereka berada di front pertempuran, akhirnya mereka sampai kepada keputusan harus meninggalkan Ambarawa, merekapun kemudian mengadakan persiapan untuk menerobos pasukan TKR untuk menuju ke Semarang. Pada tanggal 15 Desember 1945 dengan

(12)

tergopoh-commit to user

gopoh tentara sekutu mundur ke luar kota Ambarawa tanpa sempat menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Mereka didesak terus dan diusir oleh pasukan pemukul TKR sampai ke luar kota Ambarawa.

2. Gerakan Agresi Militer I

Setelah sukses di ambarawa Kolonel Gatot Subroto akhirnya di angkat menjadi Panglima Divisi II Sunan Gunung jati yang semula divisi ini berada di Cirebon. Kemudian dipindahkan ke Purwokerto untuk memperkuat pertahanan akibat dari perjanjian Linggarjati yang berisi Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:12

1.Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia yaitu : Jawa, Sumatera dan Madura, yaitu.

2.Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949. 3.Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.

4.Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth /Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.

Perjanjian Linggarjati menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia, contohnya beberapa Partai seperti Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan bahwa perjanjian itu adalah bukti lemahnya pemerintahan Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Untuk menyelesaikan

12

G.Moedjanto. Indonesia Abad Ke 20 jilid I dari Kebangkitan Nasional sampai l linggarjati. (Jakarta:Kanisius, 1998), hlm. 30

(13)

commit to user

permasalahan ini, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946, dimana bertujuan menambah anggota Komite Nasional Indonesia Pusat agar pemerintah mendapat suara untuk mendukung perundingan Linggarjati.13 Pada akhirnya Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jenderal H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli !947, meletuslah aksi polisionil I yang biasa disebut Agresi Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.

Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatra Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan Tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah di mana terdapat perkebunan Tebu dan pabrik-pabrik Gula

Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang kini berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari

13

(14)

commit to user

Pembantaian Westerling belum pernah beraksi lagi, kini ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera. Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.

Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Mas Agustinus Adisucipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I Adi Sumarmo Wiryokusumo.

Pada saat Agresi Belanda I dimulai Kolonel Gatot Subroto pada waktu itu menjadi Panglima Divisi II Sunan Gunung Jati datang ke Banjarnegara untuk melakukan perlawanan kepada pasukan Belanda. Kolonel Gatot Subroto pun memimpin pasukannya untuk melawan agresi pasukan Belanda dengan pasukannya.

Pertahanan divisi II Sunan Gunung Jati dipusatkan disekitar Cilacap, Purwokerto, Purbolinggo, Brebes dan Tegal. Kemudian oleh Kolonel Gatot Subroto disusun menjadi beberapa sektor:14

1.Sektor I, Gintung dibawah komando Mayor Bronto Sewoyo. 2.Sektor II, Serayu dibawah komando Letnan Kolonel Sapari.

3.Sektor III, Tulis dibawah komando Letnan Kolonel Moh Bahrum.dan, 4.Sektor IV, Mrawu dibawah komando Letnan Kolonel Susman.

14

(15)

commit to user

Kemudian dengan gigih melawan pasukan-pasukan Belanda meskipun pada awalnya mengalami kesulitan tetapi akhirnya bisa melakukan koordinasi dengan baik dengan pasukan-pasukan TKR yang lain, kemudian membentuk kantong-kantong gerilya disekitar kota-kota kedudukannya, sehingga dapat mematahkan dan membuntukan agresi Belanda. Meskipun kemudian Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu Persetujuan Linggajati.

Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari Dunia International, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara Militer. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB, yang kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan.

3. Pembentukan CPM (Corps Polisi Militer)

Dewan Keamanan PBB secara de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara resmi menggunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, yaitu resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kemudian resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 August 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947, serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari

(16)

commit to user

1949, Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik antara Republik Indonesia dengan Belanda sebagai The Indonesian Question.15

Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran.16 Dan pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan Gencatan Senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang Netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.

Kemudian pada tanggal 20 Maret 1948 dikeluarkan Penetapan Wakil Presiden/Menteri Pertahanan AD Interim NO. A/113/1948 yang berisi tentang penghapusan beberapa Badan Kepolisian Tentara yang ada di Jawa seperti PT, PTL dan PTNI. Sebagai pengganti badan-badan Kepolisian Tentara tersebut dibentuklah Corps Polisi Militer (CPM), dengan Komandan Sementara adalah

15

ALMANAK, Op.cit: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat 1945-1973 katalog C, hlm. 1376

16

(17)

commit to user

Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) Komodor Udara S. Suryadarma. Pada awalnya, satuan CPM terdiri dari beberapa bagian, yakni CPM I Polisi Tentara Darat (PT) berkedudukan Di Jl. Bali Medan, CPM II Polisi Tentara Laut (PTL) dan CPM III Pengawas TNI (PTNI). Namun dengan adanya Komando Jawa dan Komando Sumatera, maka struktur Komando dilingkungan CPM dibedakan menjadi Corps Polisi Militer Djawa (CPMD) dan Corps Polisi Militer Sumatera (CPMS). Sebagai Komandan CPMD ditunjuk Kolonel Gatot Subroto, sedangkan Komandan CPMS ditunjuk kepada Kolonel Achmad Tahir.17

Pada tahun 1948, perkembangan organisasi CPMD semakin di sempurnakan. Melalui peraturan Menteri Pertahanan No.A/668/1948 tanggal 27 November 1948 ditetapkan Organisasi Corps Polisi Militer Djawa yang menyangkut susunan dan tugas-tugas CPMD. Disebutkan, bahwa CPMD berada dibawah Komando Djawa, berstatus sama dengan Brigade dan sebagai senjata pembantu yang terdiri atas:

1. Staf Polisi Militer Djawa.

2. Pasukan Penggempur Polisi Militer Djawa. 3. Pusat Latihan Polisi Militer.

4. Batalyon Polisi Militer. 5. Detasemen Polisi Militer.

6. Sub Detasemen Polisi Militer dan 7. Perwira Provoost.

17

Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwi Fungsi ABRI, (Jakarta: LP3ES, 1986), hlm. 89

(18)

commit to user

Adapun tugas-tugas Polisi Militer menurut peraturan ini adalah membantu Pimpinan Angkatan Darat dalam segala tindakannya yang ditujukan kepada usaha untuk menjamin tetap terpeliharanya tata tertib dan keamanan di lingkungan Angkatan Perang. Pada tahun 1948, kedudukan Komodor S. Suryadarma sebagai pimpinan CPM digantikan oleh Kolonel Gatot Subroto.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode inkuiri terbimbing pada pokok bahasan prisma dan limas terhadap hasil belajar dan

Paket Pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang telah terintegrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan berbadan

[r]

Two other cases are discussed: when A is normal it is shown that the sequence of approximating matrices A ( ε ) can be written as a quadratic polynomial in trigonometric functions,

Bila luas alas dinyatakan dengan A(x) dan tinggi benda putar adalah panjang selang [ a,b ] maka volume benda putar dapat dihitung menggunakan integral

The object of this room management study is SWCU ’s central administration building (GAP). The implementation of efficiently room management system will describe about

Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi apakah variabel knowledge sharing dan coaching dapat mempengaruhi turnover

Pada riwayat keluarga yang terkena kanter papdara. riwayal reproduksi, yainr sa.t usia haid pertama sebe)um I 2 lahun, hanil perlama pada usia di atas 30 tahun, menopause