• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataubentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataubentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ROKOK

2.1.1. Pengertian Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu ataubentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan ( PP No.19, 2003).

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan karena merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung walaupun pada kenyataanyaitu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Gondodiputro, 2007).

Berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok telah disebutkan bahwa rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau

(2)

9

sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

2.1.2. Kandungan Rokok

Menurut Gondodi putro tahun 2007 bahan utama rokok adalah tembakau, dimana tembakau mengandung kurang lebih 4000 elemen – elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada tembakau adalah tar, nikotin, dan CO. Selain itu, dalam sebatang tembakau juga mengandung bahan – bahan kimia lain yang juga sangat beracun. Zat – zatberacun yang terdapat dalam tembakau antara lain:

1. Karbon Monoksida (CO) adalah unsur yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja.Seorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja yaitu arustengah sedangkan arus pinggir akan tetap berada di luar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan keluar.

2. Nikotin adalah suatu zat yang memiliki efek adiktif dan psikoaktif sehingga perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan. Banyaknya nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah adasekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1ml nya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik.

(3)

10

3. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/ batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.

4. Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal. 5. Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna terdiri dari nitrogen dan

hydrogen, zat ini mempunyai bau yang tajam dan sangat merangsang. Karena kerasnya racun yang terdapat pada amoniak sehingga jika masuk sedikit saja kedalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

6. HCN ( Asam Sianida ) merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran pernafasan.

7. Nitrous Oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.

8. Formaldehid adalah sejenis gas yang mempunyai bau tajam, gas ini tergolong sebagai pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun terhadap semua organisme hidup.

9. Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini

(4)

11

beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi aktivitas enzim.

10. Asetol adalah hasil pemanasan aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.

11. H2S (Asam Sulfida) adalah sejenis gas yang beracun yang mudah terbakar dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.

12. Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

13. Metil Klorida adalah zat ini adalah senyawa organik yang beracun.

14. Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Jika meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

15. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), Senyawa ini merupakan senyawareaktif yang cenderung bersifat genotoksik. Senyawa tersebut merupakan penyebab tumor.

16. Volatik nitrosamine merupakan jenis asap tembakau yang diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial ( Gondodiputro, 2007).

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Untuk merokok

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk merokok yaitu terdiri dari :

1. Faktor Psikologik yang terdiri dari faktor perkembangan sosial yaitu menetapkan kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri,

(5)

12

penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman - teman sebayanya yang merokok,faktor psikiatrik yang dilihat dari suatu studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan hubungan antara merokok dengan gangguan psikiatrik seperti gangguan jiwa, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat –zat tertentu dan remaja yang memperlihatkan gejala depresi dan cemas mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk memulai merokok daripada remaja yang tidak menampakkan gejala.

2. Faktor Biologik yang terdiri dari lima bagian yaitu faktor kognitif merupakan faktor lain yang mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotinadalah merasakan adanya efek yang bermanfaat dari nikotin. Telah dibuktikan bahwa nikotin dapat mengganggu perhatian dan kemampuan, tetapi hal iniakan berkurang apabila mereka diberi nikotin atau rokok, faktor jenis kelamin dimana belakangan ini kejadian merokok meningkat pada remaja wanita.Wanita perokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan secara sosial baik, keadaan ini berbeda dengan lelaki perokok yang secara sosial tidakaman, faktor etnik dapat ditunjukkan bahwa di Amerika serikat angka kejadian merokok tertinggi pada orang – orang kulit putih dan penduduk asli Amerika,serta terendah pada orang –orang Amerika keturunan Afrika dan Asia, Faktor genetik pada faktor ini variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamine

(6)

13

dan enzim hati yang memetabolisme nikotin. Konsekuensinya adalah meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu.

3. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media.

4. Faktor peraturan berupa peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yangtinggi, akan menurunkan pembelian dan konsumsi. Tetapi kenyataannya terdapat peningkatan kejadian memulai merokok pada remaja, walaupun telahdibuat usaha – usaha untuk mencegahnya.

2.1.4. Bahaya Merokok

Merokok mempunyai dampak yang sangat besar pada manusia, dimana merokok pada umumnya telah dimulai dari masa sekolah atau remaja. Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun setelah dikonsumsi. Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (active smoker), tetapi juga bagi perokok pasif (pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif (Rahmadini, 2010).

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia,diantaranya:

1. Kanker

Menurut Lembaga Internasional untuk riset kanker, rokok memegang peranan penting dalam terjadinya beberapa jenis kanker yang sering menyerang

(7)

14

manusia, seperti kanker paru-paru ,kanker mulut dan tenggorokan, kanker ginjal dan kandung kemih, kanker pankreas,kanker perut, kanker liver atau hati, kanker leher rahim, kanker payudara, dan leukimia.

2. Asma

Hasil studi Finlandia menunjukkan bahwa merokok pasif menimbulkan penyakit asma diantara orang dewasa. Merokok yang dilakukan oleh orang tua berdampak terhadap timbulnya asma diantara anak-anak. Bagi anak yang sudah menderita asma, orang tua yang merokok menyebabkan semakin parahnya penyakit yang diderita.

3. Diabetes

Pada penderita diabetes akan memperparah resiko kematian jika terus merokok.

4. Penyakit Jantung

Perokok mempunyai resiko dua hingga tiga kali lebih mungkin menderita serangan jantung dibanding yang tidak merokok. Resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) bagi perokok dapat bersifat independen, resiko PJK pada pria peroko 60-70 % lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang tidak merokok. Merokok mempercepat pembekuan darah sehingga agregasi trombosit lebih cepat terjadi yang merupakan salah satu faktor pembentukan aterosklerosis sebagai penyebab PJK ( Mangku, 2000).

5. Impotensi

Para ahli mengaitkan terjadinya impotensi dengan peran rokok yang merusak jaringan darah dan syaraf. Karena hubungan seks yang sehat memerlukan

(8)

15

kerjasama seluruh komponen tubuh, maka adanya gangguan pada komponen vital menyababkan gangguan bahkan kegagalan seks seperti halnya impotensi.

6. Gangguan kehamilan.

Pada wanita perokok, anak yang dikandung akan mengalami penurunan berat badan, kadang-kadang bayi baru lahir dibawah berat badan ideal, bayi lahir prematur. Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian mendadak pada bayi. Wanita hamil perokok juga mengganggu perkembangan kesehatan fisik da intelektual anak-anak yang akan tumbuh (Caldwell, 2001).

7. Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. 20 Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi.

2.1.5. Alasan Merokok

Ada beberapa alasan umum yang menjadikan seseorang menjadi perokok menurut Monique tahun 2000 yaitu :

a. Menambah kepercayaan diri/ jati diri, alasan ini sering juga menjadi alasanremaja terutama pria di dalam pergaulanya selalu mencari jati diri dan menambah kepercayaan diri.

b. Menghilangkan waktu senggang, ini juga merupakan alasan yang sering dijumpai pada beberapa golongan usia.

(9)

16

c. Mengusir rasa dingin sementara pada tubuh, alasan ini merupakan alasan pada beberapa golongan masyarakat yang tinggal didaerah dingin karena dapat mengusir rasa dingin pada tubuh.

d. Dapat menghilangkan sakit kepala dan stress, alasan ini dijumpai pada orang yang terbiasa merokok dan sudah lama menjadi perokok sehingga apabila tidak merokok seperti ada sesuatu yang hilang yang menyebabkan sakit kepala dan stres.

2.1.6. Tipe Perokok

Tipe perokok dapat dibagi menjadi 2 :

a. Perokok aktif adalah orang –orang yang langsung menghisap atau mengkonsumsi rokok. Dalam kehidupan sehari – hari kita sering menjumpai orang yang merokok disekitar kita, seperti dikantor, dipasar, tempat umum lainya atau dalam rumah tangga kita sendiri.

b. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi terpaksa menghisap asap rokok. Hal ini bisa terjadi pada saat perokok aktif mengeluarkan asap utama yang dihisap perokok itu sendiri dan yang keluar ke udara sehingga terhisap oleh orang – orang yang ada disekitar perokok (Monique, 2001).

(10)

17 2.2. KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)

2.2.1. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2010) Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok. Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Secara umum, penetapan KTR bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok, dan secara khusus, tujuan penetapan KTR adalah mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman, memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok, menurunkan angka perokok, mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif ( NAPZA).

Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan KTR. Adapun tujuan dari penetapan KTR antara lain adalah :

1. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untukhidup sehat.

2. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.

3. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok. 4. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

(11)

18

Selanjutnya Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh Belas, Pengamanan Zat Adiktif, Pasal 115 ayat ( 1 ) Kawasan tanpa rokok antara lain :

1. Fasilitas pelayanan kesehatan 2. Tempat proses belajar mengajar 3. Tempat anak bermain

4. Tempat Ibadah 5. Angkutan Umum 6. Tempat Kerja

7. Tempat Umum dan tempat lain yang di tetapkan.

2.2.2. Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok

Dasar hukum kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak yaitu Undang-Undang (UU) No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik

(12)

19

Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok.

2.3. PENGETAHUAN

2.3.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Sumber pengetahuan bisa berupa banyak bentuk contohnya adalah koran, majalah, email,artikel, iklan, dan manusia. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dimana penginderaan dapat melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba, tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2013).

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki yang diketahui atau disadari ; yang kemudian melekat di benak seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang benar atau berguna.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika

(13)

20

seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. 22

2.3.2. Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan 1. Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mudah menemukan informasi, makin banyak pengetahuan sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut.

3. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di faktor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi, termasuk informasi kesehatan.

(14)

21 4. Paparan informasi

Paparan informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan . Paparan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain buku kesehatan, media massa seperti koran ataupun televisi, serta saling bertukar informasi.

Pengetahuan seseorang dapat didapat dari pendidikan atau pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber. Pengetahuan juga merupakan hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.

2.4. SIKAP (attitude) 2.4.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku atau sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2013).

2.4.2. Tingkatan sikap

Tingkatan sikap dapat dibagi menjadi empat yaitu menerima (Receiving) yang berarti subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek, merespon (Responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,

(15)

22

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, yang ketiga adalah menghargai (Valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, dan yang paling tinggi adalah bertanggung jawab (Responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2013).

2.4.3. Sifat Sikap

Sikap dibagi menjadi dua sifat yang pertama adalah sikap positif yaitukecenderungan tindakanya mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentudan yang kedua sikap negatif yaitu terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Azwar, 2005).

2.4.4. Ciri – Ciri Sikap

Menurut Azwar ( 2012) ada 5 ciri-ciri sikap yaitu :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

(16)

23

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikapterhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman Pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikapakan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media Massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif

(17)

24

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor Emosional, kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.5. PERILAKU MEROKOK

Pada kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan aktivitas, kemudian aktivitas tersebut menciptakan suatu perilaku yang dapat diamati melalui panca indera. Sarwono (2000) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan yang lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Sedangkan merokok merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang.

Perilaku merokok merupakan salah satu salah satu kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh Ray (Kurniawan, 2002) perilaku merokok adalah perilaku yang membahayakan kesehatan baik bagi perokok sendiri maupun orang lain yang kebetulan menghisap asap rokok tersebut, namun kenyataannya dari hari ke hari semakin banyak orang yang merokok dan semakin bertambah muda (Komalasari & Helmi, 2000). Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fonomena yang muncul dalam

(18)

25

masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dampak negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan tindakan merokok. Menurut Sitepoe (2005) perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya kembali dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

2.5.1. Aspek-aspek perilaku merokok

Menurut Komalasari dan Helmi (2000) aspek-aspek yang dari perilaku merokok terdiri dari :

1) Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari

Adalah seberapa penting atau bermakna aktivitas merokok bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan menjadikan rokok sebagai penghibur saat beraktivitas.

2) Intensitas merokok.

Adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokok seperti menghisap, merasakan dan menikmatinya. Seseorang yang merokok dalam jumlah yang banyak seperti 24 batang perhari hal itu menunjukan perilaku merokok sangat tinggi.

(19)

26 3) Tempat merokok

Adalah individu akan melakukan kegiatan merokok dimana saja, bahkan diruangan yang dilarang untuk merokok atau tempat-tempat dimana individu biasa melakukan aktivitas merokoknya seperti sekolah, kampus, mol, toilet dan lain sebagainya.

4) Waktu merokok

Adalah kapan atau momen-momen apa saja individu melakukan aktivitas merokok tidak pandang waktu bisa pagi, siang, sore dan malam hari. Berdasarkan aspek diatas dapat diambil kesimpuan bahwa aspek-aspek perilaku merokok terdiri dari : fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok. Faktor-fakor yang mempengaruhi perilaku merokok ada tiga yaitu : 1) Faktor Sosial

Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan. Telah diketahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar baik keluarga, tetangga, maupun teman pergaulan. 2) Faktor Paikologis

Beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau ketenangan serta mengurangi kecemasan atau ketegangan.

(20)

27

Faktor genetik dapat menjadikan seseorang tergantung pada rokok. Faktor genetik atau biologis ini dipengaruhi juga ileh faktor-faktor lain seperti faktor sosial dan psikologis.

Dalam Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengarui perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sifat permisif orang tua dan pengaruh teman sebaya. Pendapat Komalasari dan Helmi (2000) dianggap lebih relevan dengan penelitian ini sehingga bisa mempengararuhi tinggi rendahnya perilaku merokok.

2.5.2. Tahapan Perilaku Merokok

Menurut Leventhal dan Cleary (dalam Komalasari dan Helmi 2000) ada empat tahap perilaku merokok :

1. Tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory)

Tahap ini adalah dimana seeorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan terhadap rokok. Seseorang yang melihat, mendengar atau mungkin membacanya dari sebuah majalah. Pada tahap ini pemunculan penilaian positif terhadap rokok. Penilaian positif ini ungkin didapat karena melihat atau membandingkan orang yang merokok dengan yang tidak merokok. Penilaian positif terhadap orang yang merokok misalnya orang yang merokok akan terlihat lebih macho, maskulin dan lebih menggambarkan kelelakian. Hal ini akan memunculkan minat terhadap rokok.

(21)

28

Tahap ini dimana seseorang mencoba merokok, dan memberikan penilaian. Dia akan meneruskan jika dianggapnya adalah hal yang baik bagi dirinya. Tahap ini adalah tahap penggambilan keputusan apakah dia akan terus apa tidak.

3. Tahap menjadi seseorang perokok (become a smoker)

Tahap ini adalah tahap dimana seseorang menjadi seorang perokok. Jika seseorang secara rutin menghabiskan rokok sebanyak 4 batang sehari, maka bisa dikatakan dia adalah seorang perokok dan ketergantungan untuk meneruskan kebiasaan merokok.

4. Tahap ketergantungan (maintenance of smoking )

Tahap ini seseorang menjadi rokok sebagaian pengaturan diri (self regulation). Merokok sudah menjadi ketergantungan karena mempunyai efek fisiologis yang menyenangkan.

Berdasarkan tahapan-tahapan di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perilaku merokok pada remaja yaitu tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory), tahap pemutusan (initiation), tahap menjadi seseorang perokok (become a smoker), tahap ketergantungan (maintenance of smoking ).

(22)

29 2.5.3. Tipe- tipe Perokok

Menurut Mu’tadin (2000) perokok dapat dibagi dalam beberapa tipe yaitu : a. Tipe merokok dipengaruhi perasaan oleh positif : perokok akan menambah intensitas merokoknya karena dia merasakan positif, dibagi menjadi tiga tipe yaitu

1) Pleasure relaxation

Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan yang sudah didapat misalnya merokok setelah makan atau minum kopi.

2) Stimulation to pick them up

Perilaku yang hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan. 3) Pleasure of hanling the cigarette

Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat efektif pada perokok pipa. Akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja, atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jari sebelum dinyalakan.

b. Perokok dipengaruhi oleh perasaan negatif

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif misalnya bila sedang marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak sehingga terhindar dari perasan yang lebih tidak menyenangkan.

(23)

30 c. Perilaku yang adiktif

Mereka yang sudah adiktif, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan

Pada tipe ini perokok menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan yang rutin. Dapat dikatakan pada orang yang mempunyai tipe ini bahwa merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa pikiran dan tanpa perasaan.

Mu’tadin (2000) juga menambahkan tipe perokok berdasarkan intensitas merokoknya yaitu :

a. Perokok sangat berat: perokok yang mengkonsumsi rokok 31 batang perhari dan selang merokoknya 5 menit setelah bangun pagi.

b. Perokok berat : perokok yang mengkonsumsi rokok 31-30 batang sehari dangan selang waktu sejak bangun berkisar antara 6-30 menit.

b. Perokok sedang : perokok yang menghabiskan rokok 1-20 batang sehari dengan selang waktu 30-60 menit setelah bangun pagi.

c. Perokok ringan : perokok menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tipe perokok dibagi menjadi beberapa bagian yaitu perokok sangat berat, perokok berat, perokok sedang dan perokok ringan.

(24)

31

2.6. KERANGKA TEORI

Sumber: (Green1999 dalam Notoatmodjo 2003)

2.7. KERANGKA KONSEP Faktor Predisposisi -Pengetahuan -Sikap -Kepercayaan -Keyakinanan Faktor Pendorong - Peran tokoh masyarakat - Peran tokoh agama - Peran petugas kesehatan Faktor Pendukung -Ketersediaan Fasilitas pelayanan kesehatan Perilaku Merokok Pengetahuan Sikap Perilaku Merokok Anggota Polisi TerkaitKebijakan Kawasan Tanpa Rokok

(25)

32 2.8. HIPOTESIS

Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku merokok anggota Polisi Terkait Kaawasan Tanpa Rokok (KTR) di Asrama Polisi Bojong Kota Tasikmalaya.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Walton dan Torabinejad (1998) syarat dari obat sterilisasi saluran akar adalah harus efektif dalam membunuh mikroorganisme dalam saluran akar, tidak mengiritasi saluran

182 Di antara keunggulan tersebut adalah: 1) secara geografis merupakan bagian dari kawasan yang oleh Yunani disebut daerah Oikumene, daerah berperadan (kuno). Apalagi

Hasil penelitian yang diperoleh dari 40 penelitian terhadap tes kemahiran membaca cepat siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 Tanjungpinang Tahun Pelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara karakteristik penyuluh pertanian dengan kinerjanya dalam pelaksanaan tugas pokok, hal ini

(1) Seksi Penyebaran dan Pengembangan Ternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d angka 2, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Usaha Peternakan

Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu : penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat kekeruhan media

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada pengamatan 42, 56 dan