• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV. Divergensi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV. Divergensi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV

Divergensi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris

Selain onomatope dan mimetik yang mempunyai persamaan-persamaan

bunyi dan sebab-sebab adanya persamaan itu telah dijelaskan dalam bab II,

onomatope dan mimetik dengan perbedaan-perbedaan bunyi juga banyak dijumpai

antara B.Indo dan B.Ing. Hal ini memunculkan pertanyaan yang sulit untuk

dijawab:kenapa mereka berbeda? Persoalan mendasar terkait dengan proses

pengonomatopean telah dijelaskan secara memadai pada bagian 1.6.2.2, bahwa

kaidah fonologi bahasa yang berbeda-beda memungkinkan tiap bahasa secara khas

memproduksi rangkaian bunyi yang bermacam-macam, yang membedakannya

dengan bahasa yang lain.

Bab IV ini akan menjawab pertanyaan mengapa onomatope dan mimetik

pada masing-masing bahasa berbeda. Ada tiga jawaban yang dapat diajukan

terhadap pertanyaan tersebut. Pertama, karena perbedaan inventarisasi fonem.

Kedua, karena perbedaan kaidah fonotaktik. Ketiga, karena perbedaan konsep simbolisme bunyi yakni simbolisme bunyi yang hanya berlaku pada

masing-masing bahasa saja (language specific).

4.1 Perbedaan Inventarisasi Fonem

Pada bagian 1.6.3 telah diulas mengenai inventarisasi fonem B.Indo dan

B.Ing. Dilihat dari jumlahnya, diketahui bahwa B.Ing khususnya RP memiliki

(2)

4.1.1 Fonem Vokal

B.Indo mempunyai enam fonem vokal, sedangkan B.Ing RP mempunyai

dua belas fonem vokal. Perbedaan jumlah ini berimplikasi pada perbendaharaan

onomatope dan mimetik masing-masing bahasa. Berikut ini adalah tabel

rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal pada B.Indo dan B.Ing. Tanda positif (+)

berarti fonem tersebut ada dalam bahasa tersebut, sedangkan tanda negatif (-)

berarti fonem tersebut tidak ada dalam bahasa tersebut.

Fonem B.Indo B.Ing

a /α + + I / i + + Ʊ / u + + e + + o /ɔ + + ə/ɜ + + æ - +  - + D - +

Tabel 36. Rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal B.Indo dan B.Ing

Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat tiga perbedaan yang signifikan,

yakni B.Indo tidak mempunyai tiga fonem yang dimiliki B.Ing: /æ/, //, dan /D/. Berikut ini adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data onomatope dan

mimetik yang terhimpun.

Onomatope B.Indo B.Ing

-/æ/ +/æ/

Bunyi bebek [wεk wεk] [kwæk kwæk]

Bunyi tamparan [plak] [slæp]

Bunyi tepuk tangan [plok plok plok] [klæp klæp klæp] Bunyi hujan gerimis [tik tik tik] [phItə(r) phætə(r)]

(3)

Bunyi sesuatu yang retak [krak] [kræk]

Bunyi membuka kunci [cəklεk] [klIk klæk]

Bunyi benturan logam, baja dan besi

[taŋ taŋ] [klæŋ klæŋ]

Bunyi menyentuh beberapa kali (untuk tujuan memanggil)

[tuk tuk] [thæp thæp]

Bunyi cium [cup] [smæk]

Bunyi membanting pintu/jendela/ telepon/benda-benda lain

[brak] [slæm]

Benda kaca/barang tembikar pecah berkeping

[praŋ] [smæ∫]

Remuk berkeping keping/hancur (tabrakan mobil,dinding hancur)

[bruk] [kræ∫]

Sesuatu yang tajam (anak panah, pisau,kapak) tertancap

[tap] [wæk]

Tabel 37. Evidensi fonem -/æ/ dan +/æ/

Onomatope B.Indo B.Ing

-// +//

Bunyi makan [ñam ñam] [jm jm]

Bunyi makan sesuatu yang renyah [kriuk kriuk] [krəs krəs] [kraus kraus] [krnt∫ krnt∫] Bunyi gelembung-gelembung air

[blup blup blup] [glb glb glb] Bunyi gerakan cepat berulang

(ayunan tongkat, pukulan tangan)

[wut wut wut] [wug wug wug]

[wd]

Tabel 38. Evidensi fonem -// dan +//

Onomatope B.Indo B.Ing

-/D/ +/D/

Bunyi bebek [kukuruyuk] [khDkə dudl du]

Bunyi pukulan tinju [buk] [bDp]

Bunyi mengetuk pintu [tok tok tok] [nDk nDk nDk]

Bunyi gong [goŋ] [dDŋ]

Bunyi bel pintu [tiŋ toŋ] [dIŋ dDŋ]

Memar/sakit kepala [ñut ñut] [rDbIŋ]

(4)

4.1.2 Fonem Konsonan

B.Indo mempunyai dua puluh tiga fonem konsonan, sedangkan B.Ing RP

mempunyai dua puluh empat fonem konsonan.

Fonem B.Indo B.Ing

p + + b + + t + + d + + k + + g + + c / t∫ + + j/dʒ + + f + + v - +  - + ð - + s + + z + + ∫ + + x + + ʒ - + h + + ? + -m + + n + + ñ + -ŋ + + w + + r + + j / y + +

Tabel 40. Rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal B.Indo dan B.Ing

Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat enam perbedaan yang signifikan,

yakni B.Indo tidak mempunyai empat fonem yang dimiliki B.Ing: /v/, //, /ð/, /ʒ/, sedangkan B.Ing tidak mempunyai dua fonem yang dimiliki B.Indo: /?/ dan /ñ/.

(5)

Berikut ini adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data onomatope dan

mimetik yang terhimpun.

Onomatope B.Indo B.Ing

-/v/ +/v/

Bunyi deru mesin mobil/motor

[brəm brəm] [brum brum]

[vrum vrum]

Tabel 41. Evidensi fonem -/v/dan +/v/

Onomatope B.Indo B.Ing

-// +//

Bunyi menggedor pintu [dor dor dor] [mpmpmp]

Tabel 42. Evidensi fonem -//dan +//

Onomatope B.Indo B.Ing

+/ñ/ -/ñ/

Bunyi makan [ñam ñam] [jm jm]

Memar/sakit kepala

[ñut ñut] [rDbIŋ]

Tabel 43. Evidensi fonem +/ñ/dan -/ñ/

4.1.3 Diftong

B.Indo mempunyai tiga diftong, sedangkan B.Ing RP mempunyai delapan

diftong.

Fonem B.Indo B.Ing

ai + + au / aƱ + + ɔi + + eI - + əƱ - + Iə - + eə - + Ʊə - +

(6)

Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat lima perbedaan yang signifikan,

yakni B.Indo tidak mempunyai diftong: /eI/, /əƱ/, /Iə/, /eə/, /Ʊə/. Berikut ini

adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data onomatope dan mimetik yang

terhimpun.

Onomatope B.Indo B.Ing

-/əƱ/ +/əƱ/

Bunyi tokek TOKEK [toke?] GECKO [gekeƱ] Bunyi kodok 2 KROK KROK [krɔk

krɔk]

CROAK CROAK [krəƱk krəƱk]

Tabel 45. Evidensi fonem -/əƱ/dan +/əƱ/

Onomatope B.Indo B.Ing

-/eI/ +/eI/

Menyapu daun-daun kering

SREK SREK [srεk

srεk]

RAKE RAKE [reIk reIk]

Tabel 46. Evidensi fonem -/eI/dan +/eI/

4.2 Perbedaan Kaidah Fonotaktik

Fonotaktik adalah terdapatnya pola-pola dalam organisasi substansi bunyi

yang berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Perbedaan kaidah

fonotaktik yang akan dibahas disini adalah kaidah yang mencolok saja, yang

karenanya onomatope dan mimetik antara B.Indo dan B.Ing menjadi berbeda.

Perbedaan kaidah fonotaktik itu antara lain, adanya pelarangan fonem /ŋ/ yang

menduduki posisi onset dalam B.Ing, dan beberapa gugus konsonan yang tidak

(7)

4.2.1 Batasan Fonem /ŋ/

Dalam B.Ing, terdapat batasan fonotaktik, khususnya mengenai fonotaktik

onset bahwa ada beberapa konsonan yang tidak bisa mengawali suatu silabe, yaitu

fonem /ŋ/ dan /ʒ/ (Giegerich,1992:153). Evidensi untuk batasan fonem /ŋ/ dapat diamati pada bunyi serangga (lebah dan nyamuk) dan bunyi babi.

Onomatope B.Indo B.Ing

Bunyi lebah [ŋuŋ ŋuŋ] [bz]

Bunyi nyamuk [ŋiŋ ŋiŋ] [zzzz]

[bəzz]

Bunyi babi [ŋuik ŋuik]

[ŋoik ŋoik] [ŋok ŋok] [ŋuk ŋuk]

[ɔIŋk ɔIŋk]

Menurut kaidah fonotaktik B.Indo, bunyi velar nasal [ŋ] sangat mungkin

terdapat pada posisi onset yang mengawali suatu silabe atau kata, seperti dalam

kata ngomong, ngompol, ngobrol, sedangkan kaidah fonotaktik B.Ing tidak pernah

memperkenankan bunyi velar nasal [ŋ] menduduki posisi onset. Bunyi ini selalu

berada pada posisi koda sehingga B.Ing tidak memiliki leksikon yang diawali

dengan bunyi [ŋ].

Pembatasan gerak fonem /ŋ/ ini dapat diamati evidensinya pada

onomatope bunyi babi. Sekilas nampak B.Indo dan B.Ing mempunyai tiruan bunyi

yang sama karena kedua bahasa sama-sama mempunyai tiga jenis bunyi yang

sama: bunyi vokal diftong atau vokal monoftong, velar nasal [ŋ] dan velar stop

(8)

struktur organisasi suatu silabe, kecuali vokal yang pasti selalu berada pada posisi

nukleus.

Untuk tiruan bunyi serangga, onomatope pada B.Indo didominasi oleh

bunyi velar nasal [ŋ], sedangkan pada B.Ing didominasi oleh bunyi frikatif

bersuara [z]. Aspek fisik bunyi yang ditangkap oleh indra pendengaran manusia

sebenarnya adalah bunyi yang dihasilkan dari getaran kepakan sayap serangga itu,

bukan dari bunyi yang dihasilkan oleh organ pita suara. Getaran dengan frekuensi

maksimal 1000 getaran per-detik (untuk jenis serangga paling kecil) itu nampak

terdengar sebagai gema yang kemudian oleh penutur B.Indo ditirukan dengan

[ŋuuŋ] untuk tiruan suara lebah dan [ŋiiiŋ] untuk tiruan suara nyamuk, dan oleh

penutur B.Ing ditirukan dengan [bzzz] untuk tiruan suara lebah dan [bəzzz] untuk tiruan suara nyamuk. Apabila mengkaji kembali penjelasan pada bagian 1.6.3.1,

maka perbedaan tersebut awalnya terjadi ketika proses kognitif sedang

berlangsung. Didalam otak, tempat terjadinya proses tersebut, telah terdapat basis

data kaidah bahasa yang tersimpan sejak masa pemerolehan bahasa. Terkait

dengan persoalan perbedaan tiruan bunyi-bunyi antar bahasa, kaidah itu adalah

kaidah fonologi yang didalamnya menyangkut inventarisasi fonem bahasa, dan

fonotaktik yang mengatur struktur konsonan dan vokal dalam suatu kata.

Dalam inventarisai fonem B.Indo, fonem frikatif /z/ bukan termasuk

fonem asli. Fonem ini kemudian menjadi anggota keluarga fonem-fonem B.Indo

karena pengaruh kata-kata dari bahasa asing yang telah banyak diserap kedalam

(9)

sejarahnya, fonem /z/ terdaftar dalam khasanah fonem B.Indo, bunyi gema

serangga tetap ditirukan dengan fonem /ŋ/, karena fonem /ŋ/ adalah fonem asli

B.Indo.

4.2.2 Gugus Konsonan

1. Onset

Pada bagian 1.6.3.4, telah diulas mengenai gugus konsonan B.Indo dan

B.Ing. Pada gugus konsonan yang menempati posisi onset, dilihat dari jumlahnya,

nampak B.Ing RP memiliki jumlah gugus konsonan yang lebih banyak dari

B.Indo, baik gugus yang terdiri dari dua ataupun tiga segmen.

Setelah pemerian struktur gugus konsonan pada 1.6.3.4, berikut ini adalah

rekapitulasi gugus konsonan yang terdiri dari dua segmen bunyi antara B.Indo dan

B.Ing. Gugus konsonan (pada onset) B.Indo B.Ing pl + + pr + + pj - + bl + + br + + bj - + kl + + kr + + kw + + kj - + dr + + dw + + gl - + gr + + fl + +

(10)

fr + + r - + mj - + nj - + hj - + vj - + ∫r - + sr + + sl - + sm - + sn - + sw + + sp + + sk + +

Tabel 47. Rekapitulasi gugus konsonan dua segmen B.Indo dan B.Ing

Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat tiga belas perbedaan, yakni B.Indo

tidak mempunyai gugus konsonan: /pj/, /bj/, /kj/, /gl/, /r/, /mj/, /nj/, /hj/, /vj/, /∫r/, /sl/, /sm/ dan /sn/. Berikut ini adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data

onomatope yang terhimpun.

Onomatope B.Indo B.Ing

-/sl/ +/sl/

Bunyi tamparan/menampar [plak] [slæp]

Bunyi menghisap saat makan atau minum [srut]/[sruput] [slзp]

Bunyi membanting pintu/jendela/telepon/ benda-benda lain

[brak] [slæm]

Tabel 48. Evidensi gugus konsonan -/sl/dan +/sl/

Onomatope B.Indo B.Ing

-/sm/ +/sm/

Benda kaca/barang tembikar pecah berkeping

[praŋ] [smæ∫]

Bunyi cium [cup] [smæk]

(11)

Onomatope B.Indo B.Ing

-/sn/ +/sn/

Bunyi mengendus/ menghirup/mencium bau

[ndus ndus] [snIf snIf]

Tabel 50. Evidensi gugus konsonan -/sn/dan +/sn/

Selain gugus konsonan yang terdiri dari dua segmen bunyi, berikut ini

adalah rekapitulasi gugus konsonan yang terdiri dari tiga segmen bunyi antara

B.Indo dan B.Ing.

Gugus konsonan (pada onset) B.Indo B.Ing spr + + spl - + spj - + skl + + skr + + skj - + skw - + str + + stj - +

Tabel 51. Rekapitulasi gugus konsonan tiga segmen B.Indo dan B.Ing

Tabel rekapitulasi diatas menginformasikan bahwa B.Indo mempunyai

gugus konsonan juga yang terdiri dari tiga segmen. Pada 1.6.3.4 telah

diungkapkan bahwa keberadaan gugus konsonan tiga segmen dalam B.Indo adalah

akibat pengaruh dari unsur serapan. Oleh karena itu, evidensi pada onomatope

yang mengandung gugus ini hanya dijumpai dalam B.Ing.

Onomatope B.Indo B.Ing

-/spl/ +/spl/

Hentakan air/sesuatu yang besar jatuh ke air dengan menimbulkan percikan yang banyak

BYURR [byur] SPLASH [splæ∫] SPLOSH [splD∫]

(12)

2. Koda

Makalah Hultzén (1965) yang berjudul Consonant Clusters in English

menyajikan pemerian yang lengkap tentang gugus konsonan dalam B.Ing,

termasuk didalamnya gugus-gugus sebagai akibat hasil unsur serapan. Mengingat

B.Ing adalah bahasa infleksi, maka gugus konsonan yang menempati posisi koda

jumlahnya lebih banyak dari gugus yang menempati posisi onset. Gugus konsonan

pada koda B.Ing, seperti yang telah dijelaskan pada 1.6.3.4, tidak hanya terdiri dari

dua segmen dan tiga segmen, tapi juga hingga empat segmen. Kelimpahan gugus

konsonan ini tidak dimiliki oleh B.Indo. Berikut ini evidensinya pada onomatope.

Onomatope B.Indo B.Ing

-/ŋk/ +/ŋk/

Bunyi angsa [kwoŋ kwoŋ] [hɔŋk hɔŋk]

Bunyi babi [ŋoik ŋoik]/[ŋuik ŋuik]

[ŋok ŋok]/[ŋuk ŋuk] [ɔIŋk ɔIŋk]

Tabel 53. Evidensi gugus konsonan -/ŋk/dan +/ŋk/

Onomatope B.Indo B.Ing

-/nt∫/ +/ nt∫/

Bunyi makan sesuatu yang renyah [kriuk kriuk] [kres kres] [kraus kraus]

[krnt∫ krnt∫] [krɔ nt∫]

Tabel 54. Evidensi gugus konsonan -/nt∫/dan +/nt∫/

Onomatope B.Indo B.Ing

-/mp/ +/mp/

Bunyi menggedor pintu DOR DOR DOR [dor dor dor]

THUMP THUMP THUMP [mpmpmp]

Benturan oleh sesuatu yang berat dan tebal dan menimbulkan bunyi yang berat (buku jatuh, langkah berat hewan besar)

BUG BUG [bug bug]

THUMP THUMP [mpmp]

(13)

4.3 Perbedaan Simbolisme Bunyi

Simbolisme bunyi sebenarnya tidak sepenuhnya bersifat universal karena

ada beberapa simbolisme yang tidak sama pada bahasa-bahasa yang berbeda.

Contoh, fonem hambat /t/ dan /p/ dalam B.Ing dihubungkan dengan bentuk yang

berukuran kecil (Allot,1995). Akan tetapi tidak demikian dalam bahasa Korea.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa fonem hambat /t/ dan /p/ pada kata-kata

yang bersilabe tunggal dalam bahasa Korea dihubungkan dengan makna ‘bentuk

atau ukuran yang paling besar’. Oleh karena itu kasus ini bersifat

language-specific atau hanya berlaku pada bahasa tertentu saja karena didasarkan pada

konvensi masyarakat penuturnya.

Fenomena kebahasaan lain yang bersifat language specific adalah adanya

gejala fonestemik6 yang dalam istilah tipologi Hinton, Nichols dan Ohala,

fonestemik sama dengan conventional sound symbolism, yakni hubungan antara

fonem-fonem, gugus konsonan dan silabe tertentu dengan makna-makna tertentu.

Margaret Magnus dalam disertasinya menggunakan istilah clustering untuk ini.

Contoh fonestemik dalam B.Ing, kata-kata glitter (berkelip), glisten (berkilauan),

glow (berpijar), glimmer (berkelip redup), glint (kilatan), gleam (pancaran cahaya), glare (cahaya yang menyilaukan), semuanya mempunyai gugus konsonan gl dan maknanya berhubungan dengan cahaya. Gejala ini unik dan sifatnya konvensional

karena hanya berlaku dalam B.Ing saja.

6

Phonestheme adalah istilah yang diciptakan oleh John Rupert Firth (1930) untuk mengacu pada serangkaian bunyi yang dikaitkan dengan makna tertentu (Magnus,2001:9).

(14)

4.3.1 Fonestemik /sn-/

Gugus konsonan /sn-/ yang mengawali suatu kata dalam B.Ing

dihubungkan dengan hal-hal tentang mulut dan hidung, seperti snarl (membentak),

sneeze (bersin), sniff (mengendus), snore (mendengkur), snort (mendengus), snot (ingus), snuff (mencium-cium), snout (hidung), snorkel (pipa bernafas yang

digunakan saat berenang) (Magnus,2001:116). Oleh karena itu, onomatope dari

bunyi mengendus adalah sniff sniff, yang berbeda dari B.Indo ndus ndus.

/nd-/ dalam ndus ndus sebenarnya bukan gugus konsonan, melainkan

deret konsonan dari leksem endus yang sering dilekatkan prefiks me- sehingga

menjadi mengendus. Silabisasinya adalah en-dus.

Bunyi mengendus

B.Ing B.Indo

sniff sniff ndus ndus

4.3.2 Fonestemik /dr-/

Gugus konsonan /dr-/ dalam B.Ing memuat kata-kata yang berhubungan

dengan cairan yang mengalir atau menetes, seperti drink (minum/minuman), drain

(pipa saluran), drip (menetes), drop (tetesan) (Magnus,2001:140). Sementara itu,

dalam B.Indo bunyi-bunyi seperti tik tik (tiruan bunyi hujan gerimis), tes tes

(tiruan bunyi air yang menetes) adalah bunyi-bunyi yang mengandung fonem /t/

dan berhubungan dengan cairan yang menetes. Ini memungkinkan suatu saat

(15)

cairan yang menetes. Akan tetapi, untuk saat ini hipotesis itu dapat ditangguhkan,

karena dua evidensi tidak cukup kuat untuk menunjang sebuah hipotesis.

Bunyi tetesan air

B.Ing B.Indo

drip drip tes tes 4.3.3 Fonestemik /sp-/

Gugus konsonan /sp-/ dalam B.Ing dikaitkan dengan makna penyebaran,

seperti dalam kata spit (meludah), splash (memercikkan), sprinkle (menaburkan),

splat (Magnus,2001:14). Dalam B.Indo, byurr yang menjadi padanan splash B.Ing, tidak mengisyaratkan bahwa gugus konsonan /by-/ adalah gugus yang dikaitkan

dengan makna penyebaran juga, karena tidak ditemukan banyak evidensi selain

byurr yang sekiranya akan menguatkan. Diduga, byurr adalah asal muasal dari kata cebur dan debur yang telah menjadi kata-kata konvensional.

Sementara itu, dalam B.Indo bunyi-bunyi yang berhubungan dengan

makna penyebaran diwakilkan oleh fonem /r/ yang didahului oleh vokal terlebih

dahulu sehingga rumus kombinasi fonemnya adalah [vokal]+/r/. Akan tetapi

evidensi yang menunjang tesis ini bukan tiruan-tiruan bunyi langsung (onomatope)

melainkan kata-kata konvensional, termasuk didalamnya dua kata yang telah

disinggung diatas, cebur, debur, pancar (memancarkan air), mancur.

Bunyi hentakan air/sesuatu yang besar jatuh ke air dengan menimbulkan percikan yang banyak

B.Ing B.Indo

(16)

4.3.4 Fonestemik / -mp/

Gugus konsonan /-mp/ dalam B.Ing dihubungkan makna ‘kaki yang

mendarat dengan berat’ seperti jump (melompat), limp (berjalan pincang), romp

(berkejar-kejaran), stamp (mengetukkan kaki), stomp (menghentakkan kaki),

tramp (derap langkah), tromp (berjalan dengan langkah berat) (Magnus,2001:99). Thump (bunyi debuk/bunyi pukulan) tidak termasuk dalam pengelompokkan Magnus ini, karena kata thump tidak memiliki medan makna ‘kaki’ sebagaimana

kata-kata yang berakhiran /-mp/ yang disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, thump

– yang juga mengandung gugus konsonan /-mp/, dapat didaftarkan disini karena

memiliki satu medan makna yang sama yaitu tiruan bunyi dari bunyi yang

dihasilkan karena hentakan yang berat. Sementara itu, dalam B.Indo tidak

dijumpai fonestemik yang seperti ini.

Bunyi menggedor pintu B.Indo dor dor dor diduga merupakan asal kata

dari kata konvensional gedor, dan bug bug/buk juga diduga adalah asal kata dari

kata konvensional debuk.

Benturan oleh sesuatu yang berat dan tebal dan menimbulkan bunyi yang berat (buku jatuh,

langkah berat hewan besar)

B.Ing B.Indo

thump bug bug

Bunyi menggedor pintu

B.Ing B.Indo

(17)

4.3.5 Fonestemik /-ash/

Gugus konsonan /-ash/ dalam B.Ing memuat kata-kata yang berhubungan

dengan makna destruktif/bersifat merusak, seperti crash (menabrak/tabrakan),

smash (memecahkan/remuk), mash (melenyehkan), dash (menghancurkan

/meremukkan), clash (suara berdentum). Dalam B.Indo, makna rusak atau pecah

cenderung tidak diwakilkan oleh gugus konsonan yang menempati posisi koda,

melainkan diwakilkan oleh gugus konsonan yang mengandung fonem /r/ pada

onset, yakni fonem /r/ yang selalu didahului oleh fonem konsonan hambat. Jadi,

[konsonan hambat] + /r/ adalah kombinasi yang cenderung dihubungkan dengan

makna rusak atau pecah, benturan keras dan gesekan yang kasar, seperti bruk/brak

(suara tabrakan), prang (suara pecah keramik atau sejenis tembikar), prak

(pecah/rusaknya sesuatu yang tertindih sesuatu yang besar dan berat sehingga

membuat suara menjadi teredam), krak (suara keretakan), kriuk kriuk, kres kres

dan kraus kraus (suara memamah sesuatu yang renyah), bret (suara kain yang

robek), kriek kriek (suara derit pintu).

Bunyi kaca/benda tembikar pecah

B.Ing B.Indo

Gambar

Tabel 36. Rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal B.Indo dan B.Ing
Tabel 37. Evidensi fonem -/æ/ dan +/æ/
Tabel 40. Rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal B.Indo dan B.Ing
Tabel 41. Evidensi fonem -/v/dan +/v/
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain bodi mobil urban yang memiliki karakteristik aerodinamika yang baik dengan CD kurang dari 0,25.. Bodi mobil urban

Penambahan vitamin C dalam media pengencer dapat mempengaruhi tingkat motilitas, viabilitas, abnormalitas dan integritas membran plasmaa spermatozoa tanpa sexing

Dalam 5 tabung reaksi diisi 5 cairan yang berbeda dan masing-masing cairan ditambah 3 tetes larutan molisch dan kemudian diulang kembali pengujian dengan menggunakan

Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica & Utama (2006) menemukan bahwa praktik corporate governance yang diukur dari

Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang

lebih khusus lagi, misalnya menyambut pesta perak, pesta emas, pesta berlian, hingga menghadapi millennium. 3) News (menciptakan berita), berupaya menciptkan berita

KEMAMPUAN UNTUK MEMBERI MEMPENGARUHI PERILAKU INDIVIDU MEMPENGARUHI PERILAKU INDIVIDU ATAU KELOMPOK UNTUK MENCAPAI SASARAN INDIVIDU DAN SASARAN ORGANISASI ORGANISASI. (PAUL

Kuantitas dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri dan durasi dari pesan self-disclosing atau waktu yang