Bab IV
Divergensi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris
Selain onomatope dan mimetik yang mempunyai persamaan-persamaan
bunyi dan sebab-sebab adanya persamaan itu telah dijelaskan dalam bab II,
onomatope dan mimetik dengan perbedaan-perbedaan bunyi juga banyak dijumpai
antara B.Indo dan B.Ing. Hal ini memunculkan pertanyaan yang sulit untuk
dijawab:kenapa mereka berbeda? Persoalan mendasar terkait dengan proses
pengonomatopean telah dijelaskan secara memadai pada bagian 1.6.2.2, bahwa
kaidah fonologi bahasa yang berbeda-beda memungkinkan tiap bahasa secara khas
memproduksi rangkaian bunyi yang bermacam-macam, yang membedakannya
dengan bahasa yang lain.
Bab IV ini akan menjawab pertanyaan mengapa onomatope dan mimetik
pada masing-masing bahasa berbeda. Ada tiga jawaban yang dapat diajukan
terhadap pertanyaan tersebut. Pertama, karena perbedaan inventarisasi fonem.
Kedua, karena perbedaan kaidah fonotaktik. Ketiga, karena perbedaan konsep simbolisme bunyi yakni simbolisme bunyi yang hanya berlaku pada
masing-masing bahasa saja (language specific).
4.1 Perbedaan Inventarisasi Fonem
Pada bagian 1.6.3 telah diulas mengenai inventarisasi fonem B.Indo dan
B.Ing. Dilihat dari jumlahnya, diketahui bahwa B.Ing khususnya RP memiliki
4.1.1 Fonem Vokal
B.Indo mempunyai enam fonem vokal, sedangkan B.Ing RP mempunyai
dua belas fonem vokal. Perbedaan jumlah ini berimplikasi pada perbendaharaan
onomatope dan mimetik masing-masing bahasa. Berikut ini adalah tabel
rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal pada B.Indo dan B.Ing. Tanda positif (+)
berarti fonem tersebut ada dalam bahasa tersebut, sedangkan tanda negatif (-)
berarti fonem tersebut tidak ada dalam bahasa tersebut.
Fonem B.Indo B.Ing
a /α + + I / i + + Ʊ / u + + e + + o /ɔ + + ə/ɜ + + æ - + - + D - +
Tabel 36. Rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal B.Indo dan B.Ing
Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat tiga perbedaan yang signifikan,
yakni B.Indo tidak mempunyai tiga fonem yang dimiliki B.Ing: /æ/, //, dan /D/. Berikut ini adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data onomatope dan
mimetik yang terhimpun.
Onomatope B.Indo B.Ing
-/æ/ +/æ/
Bunyi bebek [wεk wεk] [kwæk kwæk]
Bunyi tamparan [plak] [slæp]
Bunyi tepuk tangan [plok plok plok] [klæp klæp klæp] Bunyi hujan gerimis [tik tik tik] [phItə(r) phætə(r)]
Bunyi sesuatu yang retak [krak] [kræk]
Bunyi membuka kunci [cəklεk] [klIk klæk]
Bunyi benturan logam, baja dan besi
[taŋ taŋ] [klæŋ klæŋ]
Bunyi menyentuh beberapa kali (untuk tujuan memanggil)
[tuk tuk] [thæp thæp]
Bunyi cium [cup] [smæk]
Bunyi membanting pintu/jendela/ telepon/benda-benda lain
[brak] [slæm]
Benda kaca/barang tembikar pecah berkeping
[praŋ] [smæ∫]
Remuk berkeping keping/hancur (tabrakan mobil,dinding hancur)
[bruk] [kræ∫]
Sesuatu yang tajam (anak panah, pisau,kapak) tertancap
[tap] [wæk]
Tabel 37. Evidensi fonem -/æ/ dan +/æ/
Onomatope B.Indo B.Ing
-// +//
Bunyi makan [ñam ñam] [jm jm]
Bunyi makan sesuatu yang renyah [kriuk kriuk] [krəs krəs] [kraus kraus] [krnt∫ krnt∫] Bunyi gelembung-gelembung air
[blup blup blup] [glb glb glb] Bunyi gerakan cepat berulang
(ayunan tongkat, pukulan tangan)
[wut wut wut] [wug wug wug]
[wd]
Tabel 38. Evidensi fonem -// dan +//
Onomatope B.Indo B.Ing
-/D/ +/D/
Bunyi bebek [kukuruyuk] [khDkə dudl du]
Bunyi pukulan tinju [buk] [bDp]
Bunyi mengetuk pintu [tok tok tok] [nDk nDk nDk]
Bunyi gong [goŋ] [dDŋ]
Bunyi bel pintu [tiŋ toŋ] [dIŋ dDŋ]
Memar/sakit kepala [ñut ñut] [rDbIŋ]
4.1.2 Fonem Konsonan
B.Indo mempunyai dua puluh tiga fonem konsonan, sedangkan B.Ing RP
mempunyai dua puluh empat fonem konsonan.
Fonem B.Indo B.Ing
p + + b + + t + + d + + k + + g + + c / t∫ + + j/dʒ + + f + + v - + - + ð - + s + + z + + ∫ + + x + + ʒ - + h + + ? + -m + + n + + ñ + -ŋ + + w + + r + + j / y + +
Tabel 40. Rekapitulasi perbendaharaan fonem vokal B.Indo dan B.Ing
Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat enam perbedaan yang signifikan,
yakni B.Indo tidak mempunyai empat fonem yang dimiliki B.Ing: /v/, //, /ð/, /ʒ/, sedangkan B.Ing tidak mempunyai dua fonem yang dimiliki B.Indo: /?/ dan /ñ/.
Berikut ini adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data onomatope dan
mimetik yang terhimpun.
Onomatope B.Indo B.Ing
-/v/ +/v/
Bunyi deru mesin mobil/motor
[brəm brəm] [brum brum]
[vrum vrum]
Tabel 41. Evidensi fonem -/v/dan +/v/
Onomatope B.Indo B.Ing
-// +//
Bunyi menggedor pintu [dor dor dor] [mpmpmp]
Tabel 42. Evidensi fonem -//dan +//
Onomatope B.Indo B.Ing
+/ñ/ -/ñ/
Bunyi makan [ñam ñam] [jm jm]
Memar/sakit kepala
[ñut ñut] [rDbIŋ]
Tabel 43. Evidensi fonem +/ñ/dan -/ñ/
4.1.3 Diftong
B.Indo mempunyai tiga diftong, sedangkan B.Ing RP mempunyai delapan
diftong.
Fonem B.Indo B.Ing
ai + + au / aƱ + + ɔi + + eI - + əƱ - + Iə - + eə - + Ʊə - +
Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat lima perbedaan yang signifikan,
yakni B.Indo tidak mempunyai diftong: /eI/, /əƱ/, /Iə/, /eə/, /Ʊə/. Berikut ini
adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data onomatope dan mimetik yang
terhimpun.
Onomatope B.Indo B.Ing
-/əƱ/ +/əƱ/
Bunyi tokek TOKEK [toke?] GECKO [gekeƱ] Bunyi kodok 2 KROK KROK [krɔk
krɔk]
CROAK CROAK [krəƱk krəƱk]
Tabel 45. Evidensi fonem -/əƱ/dan +/əƱ/
Onomatope B.Indo B.Ing
-/eI/ +/eI/
Menyapu daun-daun kering
SREK SREK [srεk
srεk]
RAKE RAKE [reIk reIk]
Tabel 46. Evidensi fonem -/eI/dan +/eI/
4.2 Perbedaan Kaidah Fonotaktik
Fonotaktik adalah terdapatnya pola-pola dalam organisasi substansi bunyi
yang berbeda antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya. Perbedaan kaidah
fonotaktik yang akan dibahas disini adalah kaidah yang mencolok saja, yang
karenanya onomatope dan mimetik antara B.Indo dan B.Ing menjadi berbeda.
Perbedaan kaidah fonotaktik itu antara lain, adanya pelarangan fonem /ŋ/ yang
menduduki posisi onset dalam B.Ing, dan beberapa gugus konsonan yang tidak
4.2.1 Batasan Fonem /ŋ/
Dalam B.Ing, terdapat batasan fonotaktik, khususnya mengenai fonotaktik
onset bahwa ada beberapa konsonan yang tidak bisa mengawali suatu silabe, yaitu
fonem /ŋ/ dan /ʒ/ (Giegerich,1992:153). Evidensi untuk batasan fonem /ŋ/ dapat diamati pada bunyi serangga (lebah dan nyamuk) dan bunyi babi.
Onomatope B.Indo B.Ing
Bunyi lebah [ŋuŋ ŋuŋ] [bz]
Bunyi nyamuk [ŋiŋ ŋiŋ] [zzzz]
[bəzz]
Bunyi babi [ŋuik ŋuik]
[ŋoik ŋoik] [ŋok ŋok] [ŋuk ŋuk]
[ɔIŋk ɔIŋk]
Menurut kaidah fonotaktik B.Indo, bunyi velar nasal [ŋ] sangat mungkin
terdapat pada posisi onset yang mengawali suatu silabe atau kata, seperti dalam
kata ngomong, ngompol, ngobrol, sedangkan kaidah fonotaktik B.Ing tidak pernah
memperkenankan bunyi velar nasal [ŋ] menduduki posisi onset. Bunyi ini selalu
berada pada posisi koda sehingga B.Ing tidak memiliki leksikon yang diawali
dengan bunyi [ŋ].
Pembatasan gerak fonem /ŋ/ ini dapat diamati evidensinya pada
onomatope bunyi babi. Sekilas nampak B.Indo dan B.Ing mempunyai tiruan bunyi
yang sama karena kedua bahasa sama-sama mempunyai tiga jenis bunyi yang
sama: bunyi vokal diftong atau vokal monoftong, velar nasal [ŋ] dan velar stop
struktur organisasi suatu silabe, kecuali vokal yang pasti selalu berada pada posisi
nukleus.
Untuk tiruan bunyi serangga, onomatope pada B.Indo didominasi oleh
bunyi velar nasal [ŋ], sedangkan pada B.Ing didominasi oleh bunyi frikatif
bersuara [z]. Aspek fisik bunyi yang ditangkap oleh indra pendengaran manusia
sebenarnya adalah bunyi yang dihasilkan dari getaran kepakan sayap serangga itu,
bukan dari bunyi yang dihasilkan oleh organ pita suara. Getaran dengan frekuensi
maksimal 1000 getaran per-detik (untuk jenis serangga paling kecil) itu nampak
terdengar sebagai gema yang kemudian oleh penutur B.Indo ditirukan dengan
[ŋuuŋ] untuk tiruan suara lebah dan [ŋiiiŋ] untuk tiruan suara nyamuk, dan oleh
penutur B.Ing ditirukan dengan [bzzz] untuk tiruan suara lebah dan [bəzzz] untuk tiruan suara nyamuk. Apabila mengkaji kembali penjelasan pada bagian 1.6.3.1,
maka perbedaan tersebut awalnya terjadi ketika proses kognitif sedang
berlangsung. Didalam otak, tempat terjadinya proses tersebut, telah terdapat basis
data kaidah bahasa yang tersimpan sejak masa pemerolehan bahasa. Terkait
dengan persoalan perbedaan tiruan bunyi-bunyi antar bahasa, kaidah itu adalah
kaidah fonologi yang didalamnya menyangkut inventarisasi fonem bahasa, dan
fonotaktik yang mengatur struktur konsonan dan vokal dalam suatu kata.
Dalam inventarisai fonem B.Indo, fonem frikatif /z/ bukan termasuk
fonem asli. Fonem ini kemudian menjadi anggota keluarga fonem-fonem B.Indo
karena pengaruh kata-kata dari bahasa asing yang telah banyak diserap kedalam
sejarahnya, fonem /z/ terdaftar dalam khasanah fonem B.Indo, bunyi gema
serangga tetap ditirukan dengan fonem /ŋ/, karena fonem /ŋ/ adalah fonem asli
B.Indo.
4.2.2 Gugus Konsonan
1. Onset
Pada bagian 1.6.3.4, telah diulas mengenai gugus konsonan B.Indo dan
B.Ing. Pada gugus konsonan yang menempati posisi onset, dilihat dari jumlahnya,
nampak B.Ing RP memiliki jumlah gugus konsonan yang lebih banyak dari
B.Indo, baik gugus yang terdiri dari dua ataupun tiga segmen.
Setelah pemerian struktur gugus konsonan pada 1.6.3.4, berikut ini adalah
rekapitulasi gugus konsonan yang terdiri dari dua segmen bunyi antara B.Indo dan
B.Ing. Gugus konsonan (pada onset) B.Indo B.Ing pl + + pr + + pj - + bl + + br + + bj - + kl + + kr + + kw + + kj - + dr + + dw + + gl - + gr + + fl + +
fr + + r - + mj - + nj - + hj - + vj - + ∫r - + sr + + sl - + sm - + sn - + sw + + sp + + sk + +
Tabel 47. Rekapitulasi gugus konsonan dua segmen B.Indo dan B.Ing
Dari tabel rekapitulasi diatas, terdapat tiga belas perbedaan, yakni B.Indo
tidak mempunyai gugus konsonan: /pj/, /bj/, /kj/, /gl/, /r/, /mj/, /nj/, /hj/, /vj/, /∫r/, /sl/, /sm/ dan /sn/. Berikut ini adalah evidensi perbedaan yang dijumpai pada data
onomatope yang terhimpun.
Onomatope B.Indo B.Ing
-/sl/ +/sl/
Bunyi tamparan/menampar [plak] [slæp]
Bunyi menghisap saat makan atau minum [srut]/[sruput] [slзp]
Bunyi membanting pintu/jendela/telepon/ benda-benda lain
[brak] [slæm]
Tabel 48. Evidensi gugus konsonan -/sl/dan +/sl/
Onomatope B.Indo B.Ing
-/sm/ +/sm/
Benda kaca/barang tembikar pecah berkeping
[praŋ] [smæ∫]
Bunyi cium [cup] [smæk]
Onomatope B.Indo B.Ing
-/sn/ +/sn/
Bunyi mengendus/ menghirup/mencium bau
[ndus ndus] [snIf snIf]
Tabel 50. Evidensi gugus konsonan -/sn/dan +/sn/
Selain gugus konsonan yang terdiri dari dua segmen bunyi, berikut ini
adalah rekapitulasi gugus konsonan yang terdiri dari tiga segmen bunyi antara
B.Indo dan B.Ing.
Gugus konsonan (pada onset) B.Indo B.Ing spr + + spl - + spj - + skl + + skr + + skj - + skw - + str + + stj - +
Tabel 51. Rekapitulasi gugus konsonan tiga segmen B.Indo dan B.Ing
Tabel rekapitulasi diatas menginformasikan bahwa B.Indo mempunyai
gugus konsonan juga yang terdiri dari tiga segmen. Pada 1.6.3.4 telah
diungkapkan bahwa keberadaan gugus konsonan tiga segmen dalam B.Indo adalah
akibat pengaruh dari unsur serapan. Oleh karena itu, evidensi pada onomatope
yang mengandung gugus ini hanya dijumpai dalam B.Ing.
Onomatope B.Indo B.Ing
-/spl/ +/spl/
Hentakan air/sesuatu yang besar jatuh ke air dengan menimbulkan percikan yang banyak
BYURR [byur] SPLASH [splæ∫] SPLOSH [splD∫]
2. Koda
Makalah Hultzén (1965) yang berjudul Consonant Clusters in English
menyajikan pemerian yang lengkap tentang gugus konsonan dalam B.Ing,
termasuk didalamnya gugus-gugus sebagai akibat hasil unsur serapan. Mengingat
B.Ing adalah bahasa infleksi, maka gugus konsonan yang menempati posisi koda
jumlahnya lebih banyak dari gugus yang menempati posisi onset. Gugus konsonan
pada koda B.Ing, seperti yang telah dijelaskan pada 1.6.3.4, tidak hanya terdiri dari
dua segmen dan tiga segmen, tapi juga hingga empat segmen. Kelimpahan gugus
konsonan ini tidak dimiliki oleh B.Indo. Berikut ini evidensinya pada onomatope.
Onomatope B.Indo B.Ing
-/ŋk/ +/ŋk/
Bunyi angsa [kwoŋ kwoŋ] [hɔŋk hɔŋk]
Bunyi babi [ŋoik ŋoik]/[ŋuik ŋuik]
[ŋok ŋok]/[ŋuk ŋuk] [ɔIŋk ɔIŋk]
Tabel 53. Evidensi gugus konsonan -/ŋk/dan +/ŋk/
Onomatope B.Indo B.Ing
-/nt∫/ +/ nt∫/
Bunyi makan sesuatu yang renyah [kriuk kriuk] [kres kres] [kraus kraus]
[krnt∫ krnt∫] [krɔ nt∫]
Tabel 54. Evidensi gugus konsonan -/nt∫/dan +/nt∫/
Onomatope B.Indo B.Ing
-/mp/ +/mp/
Bunyi menggedor pintu DOR DOR DOR [dor dor dor]
THUMP THUMP THUMP [mpmpmp]
Benturan oleh sesuatu yang berat dan tebal dan menimbulkan bunyi yang berat (buku jatuh, langkah berat hewan besar)
BUG BUG [bug bug]
THUMP THUMP [mpmp]
4.3 Perbedaan Simbolisme Bunyi
Simbolisme bunyi sebenarnya tidak sepenuhnya bersifat universal karena
ada beberapa simbolisme yang tidak sama pada bahasa-bahasa yang berbeda.
Contoh, fonem hambat /t/ dan /p/ dalam B.Ing dihubungkan dengan bentuk yang
berukuran kecil (Allot,1995). Akan tetapi tidak demikian dalam bahasa Korea.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa fonem hambat /t/ dan /p/ pada kata-kata
yang bersilabe tunggal dalam bahasa Korea dihubungkan dengan makna ‘bentuk
atau ukuran yang paling besar’. Oleh karena itu kasus ini bersifat
language-specific atau hanya berlaku pada bahasa tertentu saja karena didasarkan pada
konvensi masyarakat penuturnya.
Fenomena kebahasaan lain yang bersifat language specific adalah adanya
gejala fonestemik6 yang dalam istilah tipologi Hinton, Nichols dan Ohala,
fonestemik sama dengan conventional sound symbolism, yakni hubungan antara
fonem-fonem, gugus konsonan dan silabe tertentu dengan makna-makna tertentu.
Margaret Magnus dalam disertasinya menggunakan istilah clustering untuk ini.
Contoh fonestemik dalam B.Ing, kata-kata glitter (berkelip), glisten (berkilauan),
glow (berpijar), glimmer (berkelip redup), glint (kilatan), gleam (pancaran cahaya), glare (cahaya yang menyilaukan), semuanya mempunyai gugus konsonan gl dan maknanya berhubungan dengan cahaya. Gejala ini unik dan sifatnya konvensional
karena hanya berlaku dalam B.Ing saja.
6
Phonestheme adalah istilah yang diciptakan oleh John Rupert Firth (1930) untuk mengacu pada serangkaian bunyi yang dikaitkan dengan makna tertentu (Magnus,2001:9).
4.3.1 Fonestemik /sn-/
Gugus konsonan /sn-/ yang mengawali suatu kata dalam B.Ing
dihubungkan dengan hal-hal tentang mulut dan hidung, seperti snarl (membentak),
sneeze (bersin), sniff (mengendus), snore (mendengkur), snort (mendengus), snot (ingus), snuff (mencium-cium), snout (hidung), snorkel (pipa bernafas yang
digunakan saat berenang) (Magnus,2001:116). Oleh karena itu, onomatope dari
bunyi mengendus adalah sniff sniff, yang berbeda dari B.Indo ndus ndus.
/nd-/ dalam ndus ndus sebenarnya bukan gugus konsonan, melainkan
deret konsonan dari leksem endus yang sering dilekatkan prefiks me- sehingga
menjadi mengendus. Silabisasinya adalah en-dus.
Bunyi mengendus
B.Ing B.Indo
sniff sniff ndus ndus
4.3.2 Fonestemik /dr-/
Gugus konsonan /dr-/ dalam B.Ing memuat kata-kata yang berhubungan
dengan cairan yang mengalir atau menetes, seperti drink (minum/minuman), drain
(pipa saluran), drip (menetes), drop (tetesan) (Magnus,2001:140). Sementara itu,
dalam B.Indo bunyi-bunyi seperti tik tik (tiruan bunyi hujan gerimis), tes tes
(tiruan bunyi air yang menetes) adalah bunyi-bunyi yang mengandung fonem /t/
dan berhubungan dengan cairan yang menetes. Ini memungkinkan suatu saat
cairan yang menetes. Akan tetapi, untuk saat ini hipotesis itu dapat ditangguhkan,
karena dua evidensi tidak cukup kuat untuk menunjang sebuah hipotesis.
Bunyi tetesan air
B.Ing B.Indo
drip drip tes tes 4.3.3 Fonestemik /sp-/
Gugus konsonan /sp-/ dalam B.Ing dikaitkan dengan makna penyebaran,
seperti dalam kata spit (meludah), splash (memercikkan), sprinkle (menaburkan),
splat (Magnus,2001:14). Dalam B.Indo, byurr yang menjadi padanan splash B.Ing, tidak mengisyaratkan bahwa gugus konsonan /by-/ adalah gugus yang dikaitkan
dengan makna penyebaran juga, karena tidak ditemukan banyak evidensi selain
byurr yang sekiranya akan menguatkan. Diduga, byurr adalah asal muasal dari kata cebur dan debur yang telah menjadi kata-kata konvensional.
Sementara itu, dalam B.Indo bunyi-bunyi yang berhubungan dengan
makna penyebaran diwakilkan oleh fonem /r/ yang didahului oleh vokal terlebih
dahulu sehingga rumus kombinasi fonemnya adalah [vokal]+/r/. Akan tetapi
evidensi yang menunjang tesis ini bukan tiruan-tiruan bunyi langsung (onomatope)
melainkan kata-kata konvensional, termasuk didalamnya dua kata yang telah
disinggung diatas, cebur, debur, pancar (memancarkan air), mancur.
Bunyi hentakan air/sesuatu yang besar jatuh ke air dengan menimbulkan percikan yang banyak
B.Ing B.Indo
4.3.4 Fonestemik / -mp/
Gugus konsonan /-mp/ dalam B.Ing dihubungkan makna ‘kaki yang
mendarat dengan berat’ seperti jump (melompat), limp (berjalan pincang), romp
(berkejar-kejaran), stamp (mengetukkan kaki), stomp (menghentakkan kaki),
tramp (derap langkah), tromp (berjalan dengan langkah berat) (Magnus,2001:99). Thump (bunyi debuk/bunyi pukulan) tidak termasuk dalam pengelompokkan Magnus ini, karena kata thump tidak memiliki medan makna ‘kaki’ sebagaimana
kata-kata yang berakhiran /-mp/ yang disebutkan sebelumnya. Akan tetapi, thump
– yang juga mengandung gugus konsonan /-mp/, dapat didaftarkan disini karena
memiliki satu medan makna yang sama yaitu tiruan bunyi dari bunyi yang
dihasilkan karena hentakan yang berat. Sementara itu, dalam B.Indo tidak
dijumpai fonestemik yang seperti ini.
Bunyi menggedor pintu B.Indo dor dor dor diduga merupakan asal kata
dari kata konvensional gedor, dan bug bug/buk juga diduga adalah asal kata dari
kata konvensional debuk.
Benturan oleh sesuatu yang berat dan tebal dan menimbulkan bunyi yang berat (buku jatuh,
langkah berat hewan besar)
B.Ing B.Indo
thump bug bug
Bunyi menggedor pintu
B.Ing B.Indo
4.3.5 Fonestemik /-ash/
Gugus konsonan /-ash/ dalam B.Ing memuat kata-kata yang berhubungan
dengan makna destruktif/bersifat merusak, seperti crash (menabrak/tabrakan),
smash (memecahkan/remuk), mash (melenyehkan), dash (menghancurkan
/meremukkan), clash (suara berdentum). Dalam B.Indo, makna rusak atau pecah
cenderung tidak diwakilkan oleh gugus konsonan yang menempati posisi koda,
melainkan diwakilkan oleh gugus konsonan yang mengandung fonem /r/ pada
onset, yakni fonem /r/ yang selalu didahului oleh fonem konsonan hambat. Jadi,
[konsonan hambat] + /r/ adalah kombinasi yang cenderung dihubungkan dengan
makna rusak atau pecah, benturan keras dan gesekan yang kasar, seperti bruk/brak
(suara tabrakan), prang (suara pecah keramik atau sejenis tembikar), prak
(pecah/rusaknya sesuatu yang tertindih sesuatu yang besar dan berat sehingga
membuat suara menjadi teredam), krak (suara keretakan), kriuk kriuk, kres kres
dan kraus kraus (suara memamah sesuatu yang renyah), bret (suara kain yang
robek), kriek kriek (suara derit pintu).
Bunyi kaca/benda tembikar pecah
B.Ing B.Indo